BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN REKLAMASI DAN JAMINAN PASCA TAMBANG

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA TENTANG REKLAMASI DAN PASCA TAMBANG

Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi mineral dan bahan tambang lainnya dari dalam bumi.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENJUALAN DAN/ATAU RENCANA PENGIRIMAN HASIL TAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERIZINAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kal

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 19 TAHUN 2006 TENTANG : PENGELOLAAN PASIR BESI GUBERNUR JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH BUMI SAWAHLUNTO MANDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI JAWA TENGAH

bahwa untuk memberikan kepastian hukum terhadap

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG LAHAN DENGAN. dan dan. hidup yang. memuat. dengan. pembukaan. indikator. huruf a dan. Menimbang : Tahun Swatantra. Tingkat.

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

NOMOR 11 TAHUN 2OO9 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

L E M B A R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG

Menimbang : a. bahwa untuk membantu kelancaran tugas dan fungsi Dinas Pendidikan, Pemuda

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2007 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL, BATUBARA DAN BATUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANDUNG BARAT

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI DAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 1101 K/702/M.PE/1991 DAN 436/KPTS-II/1991 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA UTARA,

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. PPM. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBUKTIAN JAMINAN KESUNGGUHAN INVESTASI

PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATU BARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 24 TAHUN 2009 TLD NO : 23

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

2017, No Daya Mineral Nomor 05 Tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam N

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUARA ENIM

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646); 3.

BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PENAJAM PASERUTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 59 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Sumber Daya Alam. Penilaian.

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TENTANG PENINGKATAN NILAI TAMBAH BATUBARA MELALUI KEGIATAN PENGOLAHAN BATUBARA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

ATTN: PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG USAHA PERTAMBANGAN BAHAN TAMBANG GALIAN GOLONGAN C DI KABUPATEN MURUNG RAYA

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA PADA BIDANG PERTAMBANGAN

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Evaluasi. Penerbitan. Izin Usaha Pertambangan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik lndonesiatahun 2009 Nomor 04, Tambahan

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

L E M B A R A N D A E R A H

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN PERTAMBANGAN RAKYAT MINERAL DAN BATUBARA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PERTAMBANGAN UMUM DI KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No untuk pembangunan bendungan serta sejalan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.06/2017 tentang Tata Cara Pendanaan Pengadaan

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN MINERAL DAN BATUBARA

GUBERNUR BENGKULU PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Transkripsi:

5 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENCAIRAN JAMINAN KESUNGGUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang : a. bahwa batubara dan sumber dayaa alam lainnya merupakan kekayaan alam yang tak terbarukan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, karena itu pengelolaa annya harus member nilai tambah secara nyata bagi pertumbuhan perekonomian dalam usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan; b. bahwa guna menjamin pelaksanaan kegaitan usaha pertambangan umum perlu menetapkan uang jaminan kesungguhan sebagai bukti kesanggupan dan kemampuan dari pemohon ijin pertambangan; c. bahwa untuk penyelenggaraan tertib administrasi mengenai tatacara pengembalian atau pencairan dana jaminan kesungguhan perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Teknis Pencairan Jaminann Kesungguhan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Penajam Paser Utara di Propinsi Kalimantan Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4182); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Ind onesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);

- 2-4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111) sebagaimana telah duakali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5489) ; 6. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 135.K/201/M.PE/1996 tentang Pembuktian Kesanggupan Dan Kemampuan Pemohon Kuasa Pertambangan Kontrak Karya, dan Kontrak Karya Batubara. 7. Keputusan Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Nomor 155.K/861/DDJP/1996 tentang Tata Cara Pengembalian/Pencairan Udang Jaminan Kesungguhan; 8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup; 9. Peraturan Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara Nomor 8 Tahun 2008 tentang Urusan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahah Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Seri E Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 6); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENCAIRAN JAMINAN KESUNGGUHAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Penajam Paser Utara. 2. Bupati adalah Bupati Penajam Paser Utara. 3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara.

- 3-4. Dinas Pertambangan adalah Dinas Pertambangan Kabupaten Penajam Paser Utara. 5. Badan Usaha adalah setiap badan hukum yang bergerak di bidang pertambangan yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. 7. Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang. 8. Pertambangan Batubara adalah pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal. 9. Jaminan Kesungguhan adalah sejumlah dana yang ditempatkan untuk menjamin pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan umum sebagai bukti kesanggupan dan kemampuan dari pemohon ijin pertambangan (jaminan kesungguhan dalam ketentuan ini termasuk biaya pengelolaan lingkungan akibat kegiatan eksplorasi). 10. Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut IUP, adalah izin usaha untuk melaksanakan usaha pertambangan. 11. Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup. 12. Operasi Produksi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan yang meliputi konstruksi, penambangan, pengolahan, pemurnian, termasuk pengangkutan dan penjualan, serta sarana pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan hasil studi kelayakan. 13. IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan study kelayakan. 14. IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUP eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi. 15. Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut IUP, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan. 16. IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan. 17. IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi. 18. Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup.

- 4-19. Operasi Produksi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan yang meliputi konstruksi, penambangan, pengolahan, pemurnian, termasuk pengangkutan dan penjualan, serta sarana pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan hasil studi kelayakan. 20. Penyelidikan Umum adalah tahapan kegiatan pertambangan untuk mengetahui kondisi geologi regional dan indikasi adanya mineralisasi. 21. Studi Kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan kelayakan ekonomis dan teknis usaha pertambangan, termasuk analisis mengenai dampak lingkungan serta perencanaan pascatambang. BAB II PENCAIRAN JAMINAN KESUNGGUHAN Bagian Kesatu Pencairan Jaminan Kesungguhan Pasal 2 Pencairan Jaminan Kesungguhan dapat dilaksanakan pada saat: a. Pemegang IUP Eksplorasi telah melaksanakan tahapan kegiatan IUP Eksplorasi yang meliputi Penyelidikan Umum, Eksplorasi dan Study Kelayakan. b. IUP Eksplorasi telah berakhir, baik berakhir karena dikembalikan ataupun dicabut ataupun karena habis masa berlakunya. c. Bagi pemegang IUP yang sudah pada tahap Operasi Produksi dapat mengusulkan pencairan jaminan kesungguhan. Bagian Kedua Persyaratan Administrasi Pencairan Jaminan Kesungguhan Pasal 3 (1) Persyaratan administrasi pencairan Jaminan Kesungguhan bagi Pemegang IUP Eksplorasi telah melaksanakan tahapan kegiatan IUP Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a sebagai berikut: a. Surat Permohonan; b. Bukti Setor penempatan Jaminan Kesungguhan yang asli; c. Copy Keputusan Bupati tentang IUP Eksplorasi; d. Laporan kegiatan sesuai tahap kegiatan: (2) Persyaratan administrasi pencairan Jaminan Kesungguhan bagi IUP Eksplorasi yang telah berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b sebagai berikut: a. Surat Permohonan; b. Surat Pemberitahuan kepada Bupati mengenai IUP-nya yang telah berakhir yang ditembuskan kepada Kepala Dinas Pertambangan.

- 5 - c. Bukti Setor penempatan Jaminan Kesungguhan; d. Keputusan Bupati tentang IUP Eksplorasi yang asli; e. Laporan kegiatan berdasarkan IUP yang diberikan. (3) Persyaratan administrasi pencairan Jaminan Kesungguhan bagi IUP Eksplorasi yang telah berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b sebagai berikut: a. Surat Permohonan; b. Surat Pemberitahuan kepada Bupati mengenai IUP-nya yang telah berakhir yang ditembuskan kepada Kepala Dinas Pertambangan. c. Bukti Setor penempatan Jaminan Kesungguhan; d. Keputusan Bupati tentang IUP Eksplorasi yang asli; e. Laporan kegiatan berdasarkan IUP yang diberikan. (4) Persyaratan administrasi pencairan Jaminan Kesungguhan bagi Bagi pemegang IUP yang sudah pada tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c sebagai berikut: a. Surat Permohonan; b. Bukti Setor penempatan Jaminan Kesungguhan; c. Keputusan Bupati tentang IUP Eksplorasi yang asli; d. Laporan kegiatan berdasarkan IUP yang diberikan. Bagian Ketiga Ketentuan Nilai Pencairan Jaminan Kesungguhan Pasal 4 Penentuan Nilai pencairan jaminan kesungguhan bagi Pemegang IUP dilaksanakan karena adanya penyampaian laporan hasil kegiatan atau karena berakhirnya IUP, yaitu: a. Tahap Penyelidikan Umum dan Tahap Eksplorasi tidak sekaligus: 1. Tahap Penyelidikan Umum, yaitu: a) Penyampaian Laporan Per semester: 1) Apabila badan usaha telah melakukan kegiatan yang dibuktikan dengan menyampaikan laporan penyelidikan umum semester pertama (I), maka dana jaminan kesungguhan dapat dicairkan sebesar 30 % dari dana jaminan kesungguhan yang ditempatkan; 2) Apabila badan usaha telah melakukan kegiatan yang dibuktikan dengan menyampaikan laporan penyelidikan umum semester kedua (II) maka dana jaminan kesungguhan dapat dicairkan sebesar 30 % dari dana jaminan kesungguhan yang ditempatkan; b) Penyampaian Laporan 2 (Dua) semester: Apabila badan usaha telah melakukan kegiatan yang dibuktikan dengan menyampaikan laporan lengkap penyelidikan umum (dua semester sekaligus) sebelum waktu ditentukan, maka dana jaminan kesungguhan dapat dicairkan sebesar 60 % dari dana jaminan kesungguhan yang ditempatkan.

- 6-2. Tahap Eksplorasi, yaitu: a) Penyampauan laporan eksplorasi per tahap: 1) Penyampauan laporan eksplorasi awal: Apabila badan usaha telah melakukan kegiatan yang dibuktikan dengan menyampaikan laporan eksplorasi awal, maka dana jaminan kesungguhan dapat dicairkan sebesar 50 % dari sisa dana jaminan kesungguhan yang masih ditempatkan; 2) Penyampauan laporan eksplorasi akhir: Apabila badan usaha telah melakukan kegiatan yang dibuktikan dengan menyampaikan laporan eksplorasi akhir, maka dana jaminan kesungguhan dapat dicairkan sebesar sisa dari jumlah nominal uang jaminan kesungguhan yang ditempatkan; 3) Penyampauan laporan lengkap eksplorasi: Apabila badan usaha telah melakukan kegiatan yang dibuktikan dengan menyelesaikan laporan lengkap eksplorasi (yang terdiri dari eksplorasi awal dan eksplorasi akhir), maka dana jaminan kesungguhan dapat dicairkan dari seluruh sisa dana jaminan kesungguhan yang ditempatkan. b. Tahap Penyelidikan Umum dan Tahap Eksplorasi sekaligus: Bagi Badan Usaha yang telah melaksanakan Tahap Penyelidikan Umum dan Tahap Eksplorasi dan menyampaikan laporan sekaligus, maka dana jaminan kesungguhan dapat dicairkan sebesar 100 % dari dana jaminan kesungguhan yang ditempatkan. c. IUP berakhir: Bagi badan usaha yang IUPnya telah berakhir, setelah memenuhi ketentuan sebagaimana pasal 2 huruf b dan telah melampirkan laporan kegiatan berdasarkan IUP yang diberikan, maka dana jaminan kesungguhan dapat dicairkan sebesar 100 % dari dana jaminan kesungguhan yang ditempatkan. Bagian Keempat Tatacara Pencairan Jaminan Kesungguhan Pasal 5 (1) Badan usaha menyampaikan Surat Permohonan pencairan Jaminan Kesungguhan beserta kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pertambangan. (2) Terhadap Permohonan pencairan Jaminan Kesungguhan yang telah memenuhi persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dievaluasi oleh Dinas Pertambangan. (3) Berdasakan hasil evaluasi, kepala Dinas Pertambangan menyampaikan telaahan tentang pencairan jaminan kesungguhan yang ditujukan kepada Sekretaris Daerah.

- 7 - (4) Apabila telaahan mendapatkan persetujuan pencairan jaminan kesungguhan yang ditujukan kepada perusahaan yang bersangkutan, selanjutnya Kepala Dinas Pertambangan membuat surat perintah pencairan jaminan kesungguhan yang ditujukan kepada pihak Bank dimana jaminan kesungguhan ditempatkan. Pasal 6 Bagi Badan usaha yang berkas Permohonan pencairan Jaminan Kesungguhannya tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, berkas permohonan tersebut dikembalikan kepada Badan Usaha pemohon. Pasal 7 (1) Badan usaha yang melakukan permohonan pencairan dan telah mendapatkan persetujuan pencairan jaminan kesungguhan, maka dana jaminan kesungguhan dikembalikan sesuai dengan ketentuan Pasal 4, beserta bunganya. (2) Adapun perhitungan bunga akan ditentukan oleh pihak bank dimana jaminan kesungguhan ditempatkan. (3) Dalam hal Badan Usaha tidak pernah menyampaikan laporan kegiatan dan nyata-nyata tidak melakukan kegiatan setelah diberikan IUP dimaksud, maka pada masa berakhirnya atau dibatalkannya IUP, uang jaminan kesungguhan atau sisanya beserta bunganya menjadi milik pemerintah daerah. Bagian Kelima Pengambilan Dana Jaminan Kesungguhan Pasal 8 (1) Pengambilan dana jaminan kesungguhan dapat dilakukan, sebagai berikut: a. Dilakukan oleh pemegang Izin Usaha Pertambangan; atau b. Dilakukan oleh Pihak Lain, apabila pemegang Izin Usaha Pertambangan tidak dapat melakukan pengambilan dana pencairan jaminan dengan menunjukan Surat Kuasa yang diberikan oleh Pemegang Izin Usaha Pertambangan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Surat kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dibuat sebanyak 2 (dua) rangkap asli dengan ditandatangani di atas materai dan stempel (cap) Badan usaha. (3) 1 (satu) rangkap Surat kuasa yang asli sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan pada Dinas Pertambangan pada saat pengambilan Surat Perintah Pencairan Jaminan Kesungguhan dan 1 (satu) rangkap asli lain nya disampaikan pada pihak Bank dimana jaminan kesungguhan ditempatkan bersama dengan Surat Perintah Pencairan Jaminan Kesungguhan.

- 8 - BAB III KETENTUAN LAINNYA Pasal 9 Setelah proses pencairan dana jaminan kesungguhan telah selesai, pemegang IUP yang telah mengambil dana jaminan kesungguhan diwajibkan melaporkan dan menyampaikan bukti penarikan dana jaminan kesungguhan yang dikeluarkan oleh pihak Bank dimana jaminan kesungguhan ditempatkan kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas Pertambangan. BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 10 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara. Ditetapkan di Penajam pada tanggal 2 Oktober 2014 BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Ttd Diundangkan di Penajam pada tanggal 3 Oktober 2014 H. YUSRAN ASPAR Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA, Ttd H. TOHAR BERITA DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2014 NOMOR 33.