ANALISIS HUBUNGAN TOKE DAN PETANI SAWIT POLA SWADAYA DI DESA PANGKATAN KECAMATAN PANGKATAN KABUPATEN LABUHAN BATU PROVINSI SUMATERA UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
POLA HUBUNGAN ANTARA PETANI KARET DENGAN TOKE (PATRON-CLIENT) DI DESA SAWAH KECAMATAN KAMPAR UTARA KABUPATEN KAMPAR

MOTIVASI PETANI UNTUK BERGABUNG DALAM KELOMPOK TANI DI DESA PAGARAN TAPAH KECAMATAN PAGARANTAPAH DARUSSALAM KABUPATEN ROKAN HULU

POLA HUBUNGAN PETANI KARET DENGAN PEDAGANG PENGUMPUL DI DESA PULAU BUSUK JAYA KECAMATAN INUMAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

HUBUNGAN PATRON-CLIENT DALAM PEMASARAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT DI DESA HANGTUAH KECAMATAN PERHENTIAN RAJA KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA. Mawardati*

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keyword : Palm oil, Marketing analysis, Marketing channels, Rantau Baru village of Kerinci district right Pelalawan

ANALISIS SISTEM TATANIAGA KARET PADA PETANI KARET EKS UPP TCSDP DI DESA BALAM MERAH KECAMATAN BUNUT KABUPATEN PELALAWAN

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETANI DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI DESA BUNGARAYA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

ANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN KONAWE

HUBUNGAN SEJUMLAH KARAKTERISTIK PETANI METE DENGAN PENGETAHUAN MEREKA DALAM USAHATANI METE DI KABUPATEN BOMBANA, SULAWESI TENGGARA

DAMPAK BANTUAN PUPUK, BENIH, DAN PESTISIDA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PETANI PADI

ANALISIS PENDAPATAN DAN POLA KELEMBAGAAN PEMASARAN USAHATANI CABAI RAWIT DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA KABUPATEN SIGI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PROSES KLIENTISASI PETANI DAN PEDAGANG DI DUSUN AROA DESA KATALOKA KECAMATAN PULAU GOROM KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Abstract

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS PEMASARAN KARET (Havea brasiliensis) DI KELURAHAN PANGKALAN BUNUT KECAMATAN BUNUT KABUPATEN PELALAWAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI USAHA TANI KARET KE USAHA TANI KELAPA SAWIT DI DESA BATIN KECAMATAN BAJUBANG KABUPATEN BATANG HARI

ANALISIS PEMASARAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA (STUDI KASUS PADA PETANI SWADAYA KECAMATAN KOTA BANGUN)

ABSTRACT ANALYSIS OF THE POTENTIAL OF PALM SHELL WASTE WHEN USED AS ACTIVED CHARCOAL IN RIAU PROVINCE BY : EDWARD SITINDAON

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

III. METODE PENELITIAN

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXVIII Nomor 3 Desember 2013 ( ) ISSN

MARKETING ANALYSIS OF RUBBER IN THE VILLAGE OF KOPAH SUB DISTRICT OF KUANTAN TENGAH DISTRICT KUANTAN SINGINGI. Sapri, Eri Sayamar dan Kausar

ADOPSI INOVASI PETANI KELAPA SAWIT RAKYAT TERHADAP PUPUK KOMPOS BIOTRIKOM DI DESA RANTAU BAIS KECAMATAN TANAH PUTIH KABUPATEN ROKAN HILIR

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun,

ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

PERSEPSI PETANI TENTANG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYURAN

Abdul Kholik Hidayah 1 dan Bill Deng 2 1 ) Fakultas Pertanian Untag 1945 Samarinda 2 ) Dinas Pertanian Kabupaten Kutai Barat ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

Program Studi PendidikanEkonomi Fakultas Keguruan danilmu Pendidikan Universitas Riau

Nelfita Rizka*), Salmiah**), Aspan Sofian**)

PERANAN PENYULUHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KAMPAR. Kata Kunci : Peranan, penyuluhan, dan kelapa sawit

I. PENDAHULUAN. integral pembangunan nasional. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hal, (a) kelapa

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

DAMPAK TEKNOLOGI MULSA PLASTIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI TOMAT

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH

MARKETABLE SURPLUS GABAH DI KECAMATAN LEBONG SAKTI KABUPATEN LEBONG PROVINSI BENGKULU

KAJIAN USAHATANI TANAMAN TOMAT TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI,

Nurida Arafah 1, T. Fauzi 1, Elvira Iskandar 1* 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

ANALISIS SENSITIVITAS PENDAPATAN USAHATANI KAKAO DI DESA BURANGA KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

JIIA, VOLUME 3 No. 3, JUNI 2015

KORELASI SIKAP PETANI PLASMA KELAPA SAWIT TERHADAP PELAYANAN KOPERASI UNIT DESA DI KABUPATEN LAMANDAU. Trisna Anggreini 1)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT POLA SWADAYA DI DESA PEMATANG SIKEK KECAMATAN RIMBA MELINTANG KABUPATEN ROKAN HILIR

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan (Mubyarto, 1977 : 15).

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

METODOLOGI PENELITIAN

Fishermen's Perceptions About Business Fishing in The Kepenghuluan Parit Aman Bangko Subdistrict Rokan Hilir District Riau province ABSTRACT

KEADAAN DESA BALIMBINGAN KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN. Walbiden Lumbantoruan 1. Abstrak

Dika Ardilla Sangi, Evy Maharani, Susy Edwina (Fakultas Pertanian Universitas Riau)

ANALISIS KEUNTUNGAN USAHA TANI CENGKEH (STUDI KASUS DESA SULUUN RAYA) Heince A. A. Lolowang Vicky V. J. Palenewen Arie D. P. Mirah

Kata Kunci : biaya, pendapatan, karet rakyat, kelapa sawit rakyat

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1, Letak dan Keadaan Geogrqfls Desa Pantai Raja terletak di kecamatan Perhentian

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam

ABSTRACT. Keywords : Sago, Farmers Group Dynamics

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

28 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KARET DI DESA RAMBAH HILIR TENGAH KECAMATAN RAMBAH HILIR KABUPATEN ROKAN HULU ABSTRACT

Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Oleh: Henny Rosmawati.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

BAB III METODE PENELITIAN

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KELAPA SAWIT RAKYAT

Transkripsi:

ANALISIS HUBUNGAN TOKE DAN PETANI SAWIT POLA SWADAYA DI DESA PANGKATAN KECAMATAN PANGKATAN KABUPATEN LABUHAN BATU PROVINSI SUMATERA UTARA ANALYSIS OF THE RELATIONSHIP BETWEEN TAUKE AND FARMERS IN SWADAYA PATTERN IN PANGKATAN VILLAGE SUBDISTRICT PANGKATAN DISTRICT LABUHAN BATU NORTH SUMATERA PROVINCE NUHIDA WATI SITOHANG, Roza Yulida, Kausar Chitohank_wati@yahoo.com ABSTRACT This study aimed to determine the characteristics of tauke and farmers conducted in Pangkatan Village Subdistrict Pangkatan District Labuhan Batu rth Sumatera Province, analyzed the relationship of tauke conducted in Pangkatan Village Subdistrict Pangkatan District Labuhan Batu rth Sumatera Province. This study was conducted in Pangkatan Village Subdistrict Pangkatan District Labuhan Batu, rth Sumatera Province. The sampling method used Random Sampling. The data analysis used were descriptive analysis with the presentation of qualitative analysis. the relationship form that connected between farmers and tauke were marketing of palms oil. The farmers relied to tauke to sell their palms oil. The marketing of palms oil were not balanced, where tauke were more advantaged than the farmers. The factors caused the relationship of tauke and farmers included palms oil marketing, costs of farming, costs of consumption, costs of health, and costs of children education.while, factors of the relationship between tauke and farmers were capital factors (economic), production factors, and family factors. Keyword: Marketing, patron-client, Farmers, tauke and Rumbber PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dan maju, boleh kita lihat pada saat ini seperti perkembangan kota-kota dan bagunannya juga begitu cepat perkembangnya. Indonesia pertanian memang mempunyai peran penting atas keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditujukkan dengan banyaknya penduduk Indonesia lebih memilih jenis pekerjaannya di sektor pertanian seperti kelapa sawit, karet, kakao, teh, tembakau, dan cengkeh. Bukan hanya itu mereka juga bercocok tanam (menanam padi, lada, kentang, bawang, dan lain sebagainya). Begitu juga dengan Sumatera Utara khususnya di Labuhan Batu, sebagian besar penduduknya masih berpenghasilan dari hasil pertanian atau perkebunan. Hasil

pertanian yang mereka dapatkan masih bisa menunjang kehidupan mereka yang lebih baik lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap harinya. Salah satu sektor pertanian yang sangat berkembang pesat di Indonesia saat ini adalah sektor perkebunan kelapa sawit, dan karet khususnya di Labuhan Batu sektor perkebunan merupakan sektor unggulan (leading sector) yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Usaha perkebunan kelapa sawit merupakan komoditas yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk menciptakan lapangan tenaga kerja yang cukup besar baik usaha dagang, usaha jasa dan perindustrian. Hal tersebut dapat dilihat dari luas daerah keseluruhan kelapa sawit di Labuhan Batu mencapai 146.980 ha (Dinas Perkebunan Labuhan Batu 2013) hal ini memberikan gambaran bahwa sektor perkebunan merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Labuhan batu. Pada setiap kecamatan terdapat perkebunan kelapa sawit, baik perkebunan besar (swasta) maupun perkebunan rakyat (swadaya). Desa Pangkatan mempunyai luas perkebunan kelapa sawit dengan total luas tanaman 5.472 ha. Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana karakteristik toke dan petani kelapa sawit di Desa Pangkatan Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara?: Bagaimana hubungan toke dan petani kelapa sawit di Desa Pangkatan Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara?: Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan toke dan petani di Desa Pangkatan Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara? Adapun tujuan penelitian ini adalah Mengetahui karakteristik toke dan petani kelapa sawit di Desa Pangkatan Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara. Menganalisis hubungan toke dan petani kelapa sawit di Desa Pangkatan Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan toke dan petani di Desa Pangkatan Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pangkatan Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan bahwa di Kabupaten Labuhan Batu memiliki perkebunan kelapa sawit yang cukup luas yakni 8.100 Ha (Dinas Perkebunan Labuhan Batu 2013). Desa Pangkatan Kecamatan Pangkatan memiliki perkebunan kelapa sawit rakyat seluas 5.472 ha dengan jumlah petani kelapa sawit swadaya sebanyak 410 orang yang melakukan penjualan hasil panen kelapa sawit ke toke. Pemasaran kelapa sawit sangat tergantung kepada toke dan keadaan ini sudah lama berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan

selama 6 (enam) bulan, yang dimulai pada bulan juni 2013 sampai dengan januari 2014 yang meliputi penyusunan proposal, pengumpulan data dan penulisan skripsi. Metode Pengambilan Sampel dan Data Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara simple random sampling, yaitu salah satu metode penarikan sampel probabilitas dilakukan dengan cara acak sederhana dan setiap responden memiliki kemungkinan yang sama untuk terpilih sebagai responden. Menurut Kantor Kepala Desa Pangkatan jumlah petani yang memiliki kebun kelapa sawit dengan rata-rata luas 1-2 Ha sebanyak 401 orang, dan melakukan penjualan kelapa sawit kepada toke. Sampel yang akan diambil 10% dari jumlah populasi petani kelapa sawit, yaitu orang. Alasan pengambilan sampel karena petani sampel bersifat homogen (luas areal perkebunan yang relatif sama), sedangkan untuk toke dilakukan dengan menggunakan metode sensus semua toke yang ada di Desa Pangkatan yang berjumlah tiga orang (satu toke diambil sepuluh petani yang menjual kelapa sawit ke toke). Data sekunder yang diperlukan diperoleh dari instansi terkait seperti Kantor Kepala Desa, Kantor Camat, kantor BPS Kabupaten Labuhan Batu. Data diambil meliputi keadaan umum daerah penelitian, keadaan penduduk, serta data yang dianggap dan berkaitan dengan penelitian ini. Analisis Data Data yang telah dikumpulkan kemudian ditabulasikan secara sederhana (karateristik toke dan petani, faktor-faktor penyebab dan faktor penentu dalam hubungan toke dan petani) kemudian dianalisis secara deskriptif dengan penyajian analisa kualitatif yaitu penganalisaan data dengan cara menggambarkan seluruh peristiwa objek penelitian dan menguraikannya sesuai dengan data dan fakta dilapangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sawit dan Toke Karakteristik petani merupakan ciri-ciri atau sifat yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungan, maka dari itu dalam penelitian ini akan ditetapkan beberapa karateristik kelapa sawit yang akan diamati diantaranya umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, pengalaman berusaha tani.untuk umur diproleh dominan petani sampel berada pada usia 36-45 dimana usia ini tergolong usia yang produktif. Untuk pendidikan petani terakhir diperoleh rata-rata SD dan SLTP tergolong pendidikan yang masih rendah. Untuk jumlah tanggunga keluarga dominan petani memliki tanggungan 4-6 orang, untuk pengalaman berusaha

tani dominan petani memilki pengalaman 13-20 tahun. dan untuk luas lahan petani dominan 2 Ha. Untuk karakteristik toke yang diduga berperan sebagai toke kelapa sawit yang ingin dilihat dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman dalam berdagang, luas lahan toke. Untuk umur diproleh dominan toke sampel berada pada usia 46-55 dimana usia ini tergolong usia yang produktif. Untuk pendidikan terakhir toke diperoleh dominan toke berpendidikan terakhir adalah SLTA, dimana pendidikan SLTA tergolong pendidikannya sudah tinggi. Untuk jumlah tanggunga keluarga dominan toke memliki tanggungan 5 orang, untuk pengalaman berdagang dominan toke memilki pengalaman >11 tahun. dan untuk luas lahan petani dominan 6 Ha. Hubungan Toke dan Kelapa Sawit di Desa Pangkatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara. James Scott dalam Phillipus dan Aini (2004) mengatakan hubungan patronklien merupakan hubungan spesial antar dua pihak dimana pihak yang memiliki status ekonomi lebih tinggi menggunakan pengaruhnya dan resourcesnya untuk melindungi dan memberikan manfaat pada pihak yang status sosial ekonominya lebih rendah. Bentuk cluster yaitu sekumpulan yang terdiri dari satu patron yang terikat langsung dengan clientnya ditambah lagi dengan sejumlah orang yang menjadi client dari client tingkat pertama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Toke I Toke II Toke III Gambar Diagram cluster Patron-Client di Desa Pangkatan Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhan Batu Provinsi Sumatera Utara

Desa Pangkatan hubungan patron-client yang mereka lakukan adalah berbentuk cluster patron client, dimana dalam hal ini beberapa petani tergabung dalam satu patron, dan begitu juga dengan kelompok lain yang terdiri dari beberapa anggota yang juga tergabung dalam satu patron. Hal ini dapat dilihat 3 toke di Desa Pangkatan yang masing-masing anggota petani kelapa sawit yang menjalin hubungan kerjasama.. 3. Analisis Hubungan dan Toke di Desa Pangkatan a. Ciri-Ciri Penyebab Hubungan Patron-Klien (Toke Dan ) Kausar dan Komar Zaman (2011) mengatakan setiap individu manusia tidak bisa hidup sendiri, karena manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan manusia lain. Menurut James Scott 1981, dalam Kausar dan Komar Zaman (2011) tentang ciri-ciri hubungan patron-klien antara petani sawit dengan toke berhasil ditemuai ciri-ciri hubungan patron-klien seperti dikemukakan Scott sebagai berikut: Adanya hubungan resiprositas yaitu hubungan yang saling menguntungkan, saling memberi dan menerima walaupun dalam kadar yang tidak seimbang diberikan masing-masing pihak. Dari hasil dilapangan hubungan yang diuntungkan adalah toke dan petani sawit dimana petani mendapatkan uang hasil panen kelapa sawitnya dari toke sedangkan toke juga mendapatkan uang setelah toke menjual hasil panen yang ditimbang dari petani setelah itu toke langsung menjual ke PKS dan toke akan mendapatkan keuntungan dari pabrik. Adanya kepemilikan sumberdaya ekonomi yang tidak seimbang antara petani dengan toke kelapa sawit. Ketidakseimbangan dapat dilihat dimana petani kelapa sawit swadaya tidak memiliki akses dan kesempatan untuk menjual TBS secara langsung ke pabrik kelapa sawit harus menggunakan SPB. Toke memiliki akses kesempatan untuk memasarkan TBS petani swadaya ke PKS. 3. Hubungan personal merupakan hubungan yang bersifat langsung dan intensif antara patron dengan client, yang menyebabkan hubungan terjadi tidak bersifat semata-mata bermotifkan keuntungan saja, melainkan juga mengandung unsur perasaan yang bisa terdapat dalam hubungan yang bersifat pribadi. Hubungan yang mengandung unsur perasaan yang seperti ini telah menimbulkan rasa saling percaya dan keakraban antara petani dan toke. 4. Hubungan loyalitas (kesetiaan atau kepatuhan). Dalam hal ini loyalitas dimaksud adalah suatu tindakan dari para selaku klien kepada toke selaku patron untuk membalas jasa atau pemberian, atas apa yang telah mereka terima selama ini dari patron. Loyalitas petani pada toke dapat dilihat bahwa petani tidak ingin mengalihkan penjualan TBS hasil panen kepada toke yang lain walaupun harga di toke yang lain lebih mahal.

b. Faktor Penyebab Terbentuknya Hubungan Patron-Klien (Toke Dan ) Kausar dan Komar Zaman (2011) mengatakan beberapa faktor penyebab terbentuknya hubungan patron-klien, antara lain sebagai berikut: Pemasaran Kelapa Sawit Dalam pemasaran TBS petani sangat tergantung pada toke, dimana petani sangat membutuhkan toke untuk menjual hasil produksi ke PKS. Tabel Tanggapan petani dalam penetapan harga sawit oleh toke Tanggapan Tidak setuju Tidak merasa dirugikan (Jiwa) 9 21,00 70,00 Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa 70,00% petani merasa tidak dirugikan dengan penetapan harga yang sepenuhnya ditetapkan oleh toke karena petani merasa penetapan harga oleh toke sudah sesuai dengan harga pasaran. Disamping itu, petani merasa sudah banyak berhutang budi kepada toke karena karena toke banyak membantu. Dari orang petani ada,00% yang merasa dirugikan karena penetapan harga yang sebelah pihak oleh toke. Biaya dalam Berusahatani (Membeli pupuk) Faktor penyebab hubungan patron-klien yang terjalin bukan hanya sekedar dalam pemasaran saja, tetapi juga dalam biaya berusahatani dalam hal sarana produksi yang berupa penyediaan pupuk. Tabel meminjam pupuk dan petani tidak meminjam pupuk pada toke Meminjam Pupuk dan Persentase tidak Meminjam Pupuk Meminjam Pupuk tidak Meminjam Pupuk (Jiwa) 21 9 (%) 70,00,00 Berdasarkan Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa 70,00% petani meminjam pupuk pada toke, dan,00% petani tidak meminjam pupuk. Pupuk yang digunakan petani adalah pupuk Urea, NPK dan Dolomint. Dalam peminjaman tersebut ada yang berbentuk uang ataupun dalam bentuk pupuk langsung yang diberikan toke kepada petani. Besarnya jumlah pinjaman pupuk tergantung kepada kesepakatan dari kedua belah pihak dan pembayarannya akan dilakukan secara angsuran. 3. Konsumsi

Selain dua hal yang disebutkan di atas, faktor penyebab hubungan patronklien juga disebabkan ada piminjaman uang oleh petani untuk kebutuhan konsumsi. Pada saat hasil panen lagi trek (surut), maka penghasilan dari petani akan berkurang sedangkan ke butuhan sangat banyak. 4. Biaya untuk Kesehatan (Berobat) Faktor penyebab terbentuknya hubungan patron-klien, antara petani sawit dan toke, selanjutnya adalah karena kebutuhan untuk kesehatan (biaya untuk berobat). Tabel 3. yang biasa meminjam untuk kesehatan (berobat) pada toke Kesehatan (Berobat) Meminjam Biaya Berobat tidak Meminjam Biaya Berobat 17 13 56,67 43,33 Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa 56,67% petani meminjam uang untuk biaya kesehatan (berobat), dan 43,33% petani tidak meminjam biaya berobat. Besarnya jumlah pinjaman uang tergantung kepada kesepakatan dari kedua belah pihak dan pembayarannya akan dilakukan secara angsuran dalam peminjaman tersebut toke tidak menggunakan bunga yang diberikan ke pada petani. 5. Biaya Untuk Pendidikan Anak Faktor terakhir penyebab terbentuknya hubungan patron-klien, antara petani Sawit dan toke karena kebutuhan untuk biaya pendidikan anak (biaya untuk sekolah anak). Tabel 4. yang biasa meminjam untuk biaya pendidikan pada toke Biaya Pendidikan Meminjam untuk Biaya Pendidikan tidak Meminjam untuk Biaya Pendidikan 24 6 80,00 20,00 Berdasarkan Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa 80,00% petani meminjam uang untuk. biaya pendidikan pada toke, dan 20,00% petani tidak meminjam untuk biaya pendidikan. Besarnya jumlah pinjaman uang tergantung kepada kesepakatan dari kedua belah pihak dan melihat berapa jumlah produksi yang di hasilkan dalam setiap panen sedangkan pemabayarannya akan dilakukan secara angsuran. c. Faktor-Faktor Penentu dalam Hubungan antara Toke dan Dalam Scott beberapa faktor penentu hubungan patron-klien diantaranya faktor modal (ekonomi), faktor panen atau hasil produksi, faktor hubungan

kekeluargaan dan lainnya. Menurut Scott seorang patron berposisi dan berfungsi sebagai pemberi terhadap kliennya, sedangkan klien berposisi sebagai penerima segala sesuatu yang diberikan oleh patronnya (Scott, 1977). Berikut akan dijabarkan tentang masing-masing faktor yang terbentuk dilokasi penelitian. Faktor modal (ekonomi) Modal merupakan salah satu faktor penentuan tergantung tidaknya seseorang kepada orang lain. Selain itu juga modal merupakan tolak ukur kedudukan seseorang dimasyarakat. Beberapa kelebihan toke di dalam ekonomi jika dibandingkan dengan petani diantara lain adalah: a. Kepemilikan Sarana Transportasi (Truk). Perekonomian yang mapan dapat membuat toke lebih memiliki keleluasan dalam penyaluran hasil panen ke pabrik. Salah satu bentuk kemapanan toke dalam hal ekonomi adalah kepemilikan sarana transportasi yang berupa truk dan petani tidak memiliki ini. b. produksi Toke produksi toke yang di atas rata-rata adapun jumlah produksi yang dihasilkan (berat produksi kelapa sawit Toke berkisar 16-20 ton /10 hari). produksi toke per 10 hari penimbangan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5. produksi toke 3. produksi/ 10 hari 17 ton 16 ton 20 ton (jiwa) 1 1 1 3 33.33 33.33 33.33 Berdasarkan Tabel 5dapat disimpulkan Toke I jumlah produksinya per 10 hari sebanyak 17 ton, sedangkan Toke II mempunyai jumlah produksinya per 10 hari sebanyak 16 ton, dan Toke III jumlah produksinya per 10 hari sebanyak 20 ton. Dengan hal ini membuat toke dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup lebih dari cukup, sehingga toke lebih memiliki banyak kelebihan dalam hal ekonomi. c. Kepemilikan SPB (Surat Pengantar Buah) Surat pengantar buah (SPB) merupakan surat pengantar yang langsung di keluarkan oleh pabrik. Jika petani ingin menjual langsung ke pabrik maka petani harus memilikinya sehingga hasil panen dapat dibeli oleh pabrik. SPB dimiliki oleh orang-orang yang memiliki hubungan kontrak kerja dengan pabrik. produksi kelapa sawit

Areal perkebunan swadaya yang dimiliki oleh petani di Desa Pangkatan tindak begitu luas (rata-rata 1-2 Ha/), sehingga akan berdampak terhadap jumlah produksi yang dihasilkan (rata-rata 800-1600 kg/10 hari). Tabel 6. produksi petani 3. produksi/ 10 hari 800-1100 kg 1100-10kg 10-1600 kg (jiwa) 9 5 16,00 16,67 53,33 Berdasarkan Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa,00% jumlah produksinya petani sebanyak 800-1100 kg/10 hari, sedangkan 16,00% jumlah produksinya petani sebanyak 1100-10 kg/10 hari, dan 53,33% jumlah produksinya petani sebanyak 10-1600 kg/10 hari. Hal ini berbanding terbalik dengan petani yang hanya memiliki pendapatan dibawah rata-rata, karena petani hanya memiliki luas arel kebun yang tidak begitu luas (1-2 Ha). Areal yang tidak begitu luas ini berakibat ke kecilnya jumlah produksi. Kondisi inilah yang menyebabkan petani berhutang ke toke untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu juga toke sangat toleransi dalam hal pembayaran angsuran hutang petani. 3. Faktor hubungan keluarga dan toke merupakan penduduk setempat sehingga sangat memungkinkan sekali mereka memiliki hubungan darah (kekeluargaan). Hubungan kekeluargaan ini menyebabkan petani bertambah sangat segan untuk pindah ke toke lain. Perilaku ini merupakan salah satu bentuk balas jasa yang bisa dilakukan oleh petani atas apa yang telah diberikan toke ke pada petani, dalam bentuk selalu setia menjual hasil panen mereka ke toke karena petani berfikir hanya dengan cara itu mereka bisa membalas jasa atas apa yang telah di berikan oleh toke. Saluran Pemasaran Toke Pabrik Gambar Alur pemasaran TBS di Desa Pangkatan Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhan Batu Berdasarkan hasil penelitian, saluran pemasaran TBS yang ada di Desa Pangkatan Kecamatan Pangkatan Labuhan Batu hanya ada 1 bentuk saluran pemasaran yaitu mulai dari menjual TBS kepada toke yang rata-rata penjualan

petani berjumlah 800-1600 kg/10 hari setelah siap semua di timbang biasanya toke langsung menjual TBS tersebut ke Pabrik minimal penyetoran TBS ke Pabrik (minimal 16-20 ton). Saluran pemasaran yang penjang dapat menimbulkan peningkatan penggunaan biaya-biaya pemasaran. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakefisienan saluran pemasaran produk pertanian. Pada umumnya saluran pemasaran yang langsung akan lebih efisien dibandingkan dengan saluran pemasaran yang panjang atau menggunakan perantara dalam memasarkan barang. (Hanafiah dan Saefudin, 1996). Ditambahkan oleh soekartawi (2002) bahwa, panjangnya rantai pemasaran, sering merugikan petani dimana pasar tidak bekerja sempurna, lemahnya informasi pasar, lemahnya petani dalam mengisi peluang untuk mendapatkan harga permintaan pasar. Tanggapan Kelapa Sawit Terhadap Toke merupakan orang yang melakukan kegiatan usahataninya, sedangkan untuk pemasaran hasil usahatani tergantung kepada Toke yang ada di Desa Pangkatan Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhan Batu, tidak ada yang menjual langsung ke Pabrik kelapa sawit.hubungan antara petani dengan toke terbina karena adanya kepentingan yang menguntungkan antara dua belah pihak. tanggapan petani menjual kelapa sawit ke toke dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 7. Tanggapan petani menjual kelapa sawit ke toke Tanggapan Hubungan Keluarga Pinjaman Modal (Terpaksa) (Jiwa) 5 25 16,67 83,33 Berdasarkan Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa 16,67% petani hubungan keluarga dengan toke karena adanya hubungan keluarga, hubungan keluarga yang terbina karena alasan keturunan membuat petani akan lebih baik menjual ke saudara sendiri dari pada menjual ke orang lain. 3. Tanggapan Toke Kelapa Sawit Terhadap Toke merupakan salah satu lembaga pemasaran yang membantu petani dalam hal penyaluran kelapa sawit (TBS) petani kepabrik. Toke berpendapat dengan terbinanya hubungan baik dengan akan menguntungkan kedua belah pihak. Beberapa ketidak seimbangan yang terlihat diantaranya penetapan harga, kriteria TBS yang akan diambil oleh toke. tanggapan toke dalam pengambilan kelapa sawit dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 8. Tanggapan toke dalam pengambilan kelapa sawit. 3. Tanggapan Toke dalam pengambilan kelapa Persentase sawit (jiwa) (%) Bongkol kelapa sawit tidak boleh panjang 1 33,33 Buah kelapa sawit tidak boleh mentah 1 33,33 Buah kelapa sawit tidak boleh buah cengkeh 1 33,33 3 Berdasarkan Tabel 8 dapat disimpulkan bahwa toke menentukan kriteria kelapa sawit yang akan diambil, dan tidak ada yang Toke yang tidak menentukan kriteria kelapa sawit yang akan diambil. Beberapa kriteria kelapa sawit yang akan diambil oleh Toke diantaranya: Toke I 33,33% bongkol kelapa sawit tidak boleh panjang, Toke II 33,33% buah kelapa sawit tidak boleh mentah, Toke III 33,33% buah kelapa sawit tidak boleh buah cengkeh, dengan memenuhi syarat tersebut barulah kelapa sawit diambil toke. 4. Permasalahan yang di Hadapi dalam Berhubungan dengan Toke Beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh petani kelapa sawit di Desa Pangkatan Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhan Batu. Permasalahan yang sering dihadapai oleh petani di Desa Pangkatan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabe l 9. Permasalahan yang sering dihadapai oleh petani di Desa Pangkatan. 3. 4. Permasalahan Fluktuasi harga Timbangan toke kurang bagus Kualitas kelapa sawit kurang bangus Tidak ada Koperasi dan kelompok tani (Jiwa) 9 17 3 1,00 56,67 10,00 3,33 Berdasarkan Tabel 9 dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang paling dominan (terbanyak) dihadapi oleh petani adalah 56,67% timbangan toke kurang bagus setiap melakukan penimbangan kelapa sawit milik petani, selalu saja timbangannya sangat banyak melebihi dari berat yang sebenarnya, sehingga setiap penimbangan selalu merugikan petani yang berakibat turunnya pendapatan petani, fluktuasi harga sebanyak,00% petani didalam pemasaran kelapa sawit karena dengan terjadinya fluksuasi harga kelapa sawit dapat menyebabkan kerugian bagi

petani, kualitas kelapa sawit merupakan salah satu yang menentukan timbangan kelapa sawit, 10,00% kuailitas kelapa sawit petani yang tidak bagus maka timbangan kelapa sawit berkurang sehingga dapat merugikan petani. Permasalahan yang sedikit dihadapi oleh petani adalah tidak ada koperasi dan kelompok tani sebesar 3,33% yang bisa membantu dalam memecahkan masalah, baik itu masalah informasi maupun ekonomi. Hal ini membuat petani makin tergantung kepada toke tempat mereka menjual kelapa sawitnya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Karakteristik toke dan petani a. Karakteristik petani kelapa sawit diantaranya umur petani rata-rata 36-45 tahun, umur 46-55 tahun, dan > 55 tahun. Tingkat pendidikan petani rata-rata SD, SLTP, dan SLTA. anggota keluarga rata-rata 1-3 orang, 4-6 orang, dan 7-9 orang. Pengalaman berusahatani 1-6 tahun sebanyak, 7-12 tahun, dan 13-20 tahun. Luas lahan yang dimiliki petani rata-rata 1-2 Ha. b. Karakteristik toke kelapa sawit diantaranya, umur toke 36-45 tahun, dan 46-55 tahun. Tingkat pendidikan SLTP dan SLTA. tanggungan keluarga ratarata 5-6. Pengalaman berdagang toke rat-rata 6-10, dan >11 tahun. Faktor penyebab terbentuknya hubungan patron-klien petani sawit dan toke disebabkan beberapa faktor, antara lain adalah: (1). Karena petani sawit mengalami ketergantungan pada toke dalam pemasaran karena petani sulit untuk dapat menjual sawit langsung pada PKS. (2). Karena untuk biaya berusahatani termasuk untuk membeli pupuk. (3). berutang pada toke untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari. (4). Karena untuk memenuhi biaya untuk kesehatan (berobat) dan pendidikan anak. 3. Faktor penentu dalam hubungan patron-klien yang terbina dengan toke diantaranya adalah. (1). Faktor modal (Ekonomi). Beberapa kelebihan toke didalam hal ekonomi jika dibandingkan dengan petani diantara lain adalah: kepemilikan sarana transportasi (Truk), jumlah produksi toke diatas rata-rata, kepemilikan SPB (Surat Pengantar Buah). (2). Faktor jumlah produksi kelapa sawit. Luas areal perkebunan petani yang dimiliki oleh petani di Desa Pangkatan tidak begitu luas (rata-rata 1-2 Ha/petani), sehingga akan berdampak terhadap jumlah produksi yang dihasilkan, dan lama hubungan petani dan toke. (3). Faktor hubungan keluarga. dan toke merupakan penduduk tempatan sehingga sangat memungkinkan sekali mereka memiliki hubungan darah (kekeluargaan).

Saran Salah satu cara agar petani tidak lagi memiliki ketergantungan dengan toke adalah seperti mendirikan koperasi, dan kelompok tani. Mempermudah akses petani kepada lembaga keuangan formal seperti bank dan UED SP sehingga petani tidak terikat dan terbelenggung berhutang pada toke. DAFTAR PUSTAKA Dinas Perkebunan Labuhan Batu. 2013. Luas Lahan dan Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Kabupaten Labuhan Batu. Dinas Perkebunan Kabupaten Labuhan Batu. Hanafiah, A.M. dan Saefudin A.M. 1996. Tataniaga Hasil Perikanan. Penerbit UI Press, Jakarta Philipus Nurul Aini, 2004. Sosiologi dan Politik. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Soekartawi. 200 Pengertian Pendidikan. Rajawali Perss, Jakarta. Scott, J. 198 Moral Ekonomi. LP3S. PT. Intermasa, Jakarta.. 1977. Mengenal Hubungan Patron Klien. http://www.encyclopedia.com/doc/1o88-patronklienrelationship.html. Diakses 18 Mei 2013 Kausar, Komar Zaman. 201 Analisis Hubungan Patron-Klien: Studi Kasus Hubungan Toke Dan Sawit Pola Swadaya. Di Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu. Indonesia Journal of Agricultural Economics. Volume 2, mor 2, Desember 201