HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN KEKAMBUHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA PASIEN GASTRITIS DI PUSKESMAS TLOGOSARI KULON SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA REMAJA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 9 MANADO MAREYKE SAROINSONG HENRY PALANDENG HENDRO BIDJUNI

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa. Gastritis atau dikenal dengan sakit maag merupakan. oleh faktor iritasi dan infeksi (Rahma, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak,

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah

Dewi Karwati 1) Nur lina, SKM, M.Kes dan Kiki Korneliani, SKM, M.Kes 2)

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI PUSKESMAS GULAI BANCAH KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2011

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN JENIS GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI PUSKESMAS BONE-BONE KECAMATAN BONE-BONE KABUPATEN LUWU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa

Satuan Acara penyuluhan (SAP)

GAMBARAN KEJADIAN GASTRITIS DI RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

PENGETAHUAN PASIEN DENGAN GASTRITIS TENTANG PENCEGAHAN KEKAMBUHAN GASTRITIS

HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI KLINIK DHANANG HUSADA SUKOHARJO ABSTRAK

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. paling mengangguan kesehatan dan sering dijumpai di klinik karena diagnosanya

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD DR. R.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA. PADA KELUARGA Tn. H KHUSUSNYA Tn. H DENGAN GANGGUAN PENCERNAAN: GASTRITIS DI WILAYAH PUSKESMAS GROGOL I

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8-2,1 juta

Tingkat depresi berdasarkan derajat ulkus diabetik pada pasien ulkus diabetes melitus yang berobat di rsud kota semarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA SISWA DI SMAN 1 SOOKO MOJOKERTO ROSI HERDIANTO SUBJECT: Perilaku, Gastritis, Siswa

Jurnal Kesehatan Kartika 7

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

TRIMESTER III DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. peradangan pada mukosa lambung. Gejala umum pada penyakit gastritis yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. pada setiap individu (Schmidt-Martin dan Quigley, 2011; Mahadeva et al., 2012).

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian secara observasional analitik dengan rancangan cross sectional.

Manuscript KUKUH UDIARTI NIM : G2A Oleh :

ABSTRAK HUBUNGAN FREKUENSI MAKAN TERHADAP GEJALA MAAG PADA MAHASISWA AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG GASTRITIS DENGAN KEJADIAN SUSPEK GASTRITIS DI SMA NEGERI 2 BANGKINANG TAHUN 2014

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANSIA USIA TAHUN DI DESA MAYANGGENENG KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI KEMOTERAPI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN. Manuscript

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari.

BAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA

Keluhan dan Gejala. Bagaimana Solusinya?

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KESEMBUHAN PADA PENDERITA TB PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU UNIT MINGGIRAN YOGYAKARTA

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA PERHATIAN PADA LANSIA DI DESA SENGKLEYAN JENGGRIK KEDAWUNG SRAGEN. Oleh : Ade Pratiwi

BAB 1 PENDAHULUAN. gangguan mual-mual, perut keras bahkan sampai muntah (Simadibrata dkk,

HUBUNGAN TINGKAT STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MEKANISME KOPING PENDERITA GASTROENTERITIS KRONIK DI RSUD. DR. HAULUSSY AMBON TAHUN *Dewiyusrianti Lina

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dispepsia kronis merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN STRES DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT DI PUSKESMAS REMBOKEN

PENATALAKSANAAN TINDAKAN BATUK EFEKTIF PADA PASIEN TB PARU DI RUMAH SAKIT KHUSUS PARU PALEMBANG TAHUN 2010

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG GASTRITIS TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN GASTRITIS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 7 MANADO

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 4 April 2017

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI ORANG TUA DALAM MEMANFAATKAN ALAT-ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI RUANG ANAK RS. BAPTIS KEDIRI ABSTRACT

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

PENGETAHUAN TENTANG POLA MAKAN YANG BENAR DAN SIKAP DALAM MENCEGAH KEKAMBUAHAN GASTRITIS KRONIS. Di Wilayah Kerja Puskesmas Mlarak, Ponorogo

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT GASTRITIS PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSAR ANGKATAN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : gingivitis kehamilan, indeks gingiva modifikasi, usia kehamilan, sosio- ekonomi, pola makan, oral hygiene

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA PRAMENOPAUSE DI DESA BANGSALSARI KECAMATAN BANGSALSARI JEMBER

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL DENGAN KESEHATAN JANIN TRIMESTER II DI RSIA KUMALA SIWI JEPARA

Transkripsi:

a HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN KEKAMBUHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA PASIEN GASTRITIS DI PUSKESMAS TLOGOSARI KULON SEMARANG Manuscript Oleh : Yuli Kistanti G2A008147 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2012 1

PERNYATAAN PERSETUJUAN Manuscript dengan judul Hubungan antara Stres dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis pada Pasien Gastritis di Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan Semarang, 13 Agustus 2012 Pembimbing I H. Edy Wuryanto, M.Kep Pembimbing II Ns. Sri Widodo, SKep. 2

HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN KEKAMBUHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA PASIEN GASTRITIS DI PUSKESMAS TLOGOSARI KULON SEMARANG Yuli Kistanti 1, H. Edy Wuryanto. M.Kep 2, Ns. Sri Widodo, SKep 3 Abstrak Gastritis merupakan penyakit yang paling sering dialami masyarakat. Beberapa kasus menunjukan seseorang yang menderita gastritis sering mengalami serangan kekambuhan yang mengakibatkan nyeri di ulu hati. Kejadian kekambuhan penyakit gastritis dari tahun ke tahun meningkat. Serangan kekambuhan penyakit gastritis disebabkan salah satunya karena faktor stres. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan antara stres dengan kekambuhan penyakit gastritis pada pasien di Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang. Desain penelitian yang digunakan adalah dengan metode penelitian survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang menderita gastritis yang sedang berobat di Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang sebanyak 280. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan jumlah 74 sampel. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien gastritis mengalami stres ringan sebanyak 53 responden (71,6 %) dan sebagian besar pasien gastritis mengalami kekambuhan gastritis tingkat ringan (48,6 %). Ada hubungan antara stres dengan kekambuhan penyakit gastritis dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,425 dan nilai p-value = 0,000 < 0,05. Berdasarkan penelitian tersebut maka diharapkan petugas kesehatan mampu memberikan penyuluhan kesehatan mengenai penyakit gastritis serta memberikan managemen stres kepada pasien yang rentan mengalami kekambuhan penyakit gastritis. Kata Kunci : Kekambuhan Gastritis, Stres Abstract Gastritis is a disease that most often experienced by people. Some cases show a person with gastritis often experience recurrent attacks resulting in pain in the gut. The recurrence incidence of gastritis was increasing from year to year. The recurrent attacks of gastritis are caused partly because of the stress factor. The purpose of this study was to know the relationship between stress and disease recurrence in patients with gastritis at the Tlogosari Kulon health center Semarang. The research design which used is the analytic survey research method with cross sectional approach. The study population was all patients with gastritis which was treated in the Tlogosari Kulon health center of Semarang as many as 3 1

280. Sampling is done by using purposive sampling with 74 samples. The research results showed the majority of patients with gastritis experience mild stress by 53 respondents (71.6%) and most patients with gastritis experience recurrence of mild gastritis (48.6%). There is a relationship between stress and gastritis disease recurrence with a correlation coefficient (r) = 0.425 and p-value = 0.000 <0.05. Based on this research it is expected that health workers to provide health education on gastritis disease and provide stress management to patients prone to recurrence of gastritis. Keywords : Gastritis Recurrence, Stress PENDAHULUAN Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung. Banyak hal yang dapat menyebabkan gastritis. Penyebabnya paling sering adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori yang menyebabkan peradangan pada lambung. Gangguan autoimun, penggunaan jangka panjang obat anti-inflamatory drugs (NSAID), seperti ibuprofen dapat menyebabkan gastritis. Beberapa kasus menunjukan lambung terjadi luka (tukak lambung) atau pada bagian usus kecil. Gastritis dapat terjadi tiba-tiba (gastritis akut) atau secara bertahap (gastritis kronis). Kebanyakan kasus gastritis tidak secara permanen merusak lapisan perut tetapi seseorang yang menderita gastritis sering mengalami serangan kekambuhan yang mengakibatkan nyeri di ulu hati (Ehrlich, 2011). Penyebab gastritis menurut Misnadiarly (2009) antara lain oleh iritasi, infeksi, dan atropi mukosa lambung. Dimana faktor-faktornya berawal dari faktor stres, alkohol, infeksi Helicobacter pylori dan Mycobacteria spesies, serta obat-obatan seperti NSAIDs (Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs), dan lain-lain yang dapat mengiritasi mukosa lambung. Gejala yang umum muncul pada penderita gastritis yaitu nyeri ulu hati, rasa tidak nyaman sampai nyeri pada saluran pencernaan terutama bagian atas, rasa mual, muntah, kembung, lambung terasa penuh, disertai sakit kepala. Gejala ini bisa menjadi akut, berulang dan kronis. Kekambuhan penyakit gastritis atau gejala muncul berulang karena salah satunya dipengaruhi faktor kejiwaaan atau stres. 42

Penyakit gastritis atau maag merupakan penyakit saluran pencernaan bagian atas yang banyak dikeluhkan dimasyarakat dan paling banyak ditemukan di bagian gastroenterologi, diperkirakan hampir semua penderita gastritis mengalami kekambuhan. Salah satu faktor yang dapat menimbulkan munculnya gejala gastritis adalah stres dan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang bisa meningkatkan asam lambung (Maulidah, 2006). Penelitian Rahmawati (2010) menyebutkan beberapa faktor presdisposisi dalam munculnya kekambuhan gastritis adalah karakteristik responden, stres psikologis, dan perilaku konsumsi. Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara karakteristik responden, stres psikologis, perilaku makan dan minum dengan kekambuhan penyakit gastritis di puskesmas Lamongan tahun 2010 didapatkan hasil adanya hubungan antara stres psikologi dengan kekambuhan gastritis dengan prevelensi rasio 2,19 untuk responden yang sangat rentan stres psikologis dan prevelensi rasio 2,83 untuk responden yang rentan stres psikologi. Penelitian tersebut sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Juanl, Min,Yi-Hai & Su-Ying, 2009 di sebuah rumah sakit daerah Ghoungzhou China didaptakan hasil penelitian bahwa faktor utama terjadinya gastritis kronis karena stres, kelelahan, dan pola makan. Menurut Charlesworth & Nathan (1984) seperti yang dikutip oleh Prio (2009) faktor utama peyebab terjadinya penyakit gastritis dan merupakan faktor yang menyebabkan kekambuhan penyakit gastritis adalah stres. Penelitian Wolf (1965, dalam Greenberg, 2002) juga mendukung pernyataan tersebut dengan mengemukakan bahwa efek stres pada saluran pencernaan antara lain menurunkan saliva sehingga mulut menjadi kering, menyebabkan kontraksi yang tidak terkontrol pada otot esophagus sehingga menyebabkan sulit untuk menelan, peningkatan asam lambung. Vincen Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht (2000) dalam Prio (2009) berpendapat bahwa yang dimaksud stres adalah gangguan pada tubuh dan 53

pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut. Sehingga bisa disimpulkan stres merupakan faktor yang berpengaruh dalam kekambuhan gastritis hal ini didukung oleh penelitian Goldberg, Smith, & Connell (1976) bahwa tekanan emosional atau faktor stres sangat berpengaruh terhadap abnormalitas mukosa lambung. Stres juga menyebabkan perubahan hormonal dalam tubuh merangsang produksi asam lambung dalam jumlah berlebihan. Akibatnya lambung terasa sakit nyeri, mual, mulas bahkan bisa luka atau disebut tukak lambung. Gastritis yang tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang mengarah kepada keparahan yaitu kanker lambung dan peptic ulcer. WHO menyatakan stres merupakan epidemi yang menyebar ke seluruh dunia. The American Institute of Stress meyatakan bahwa penyakit-penyakit yang berkaitan dengan stres telah menyebabkan kerugian ekonomi. Sakit dan kecelakaan yang dialami akibat kondisi stres telah mengambil bagian tiga perempat dari alasan ketidakhadiran seseorang dalam rutinitas kerja. Losyk (2005) dalam bukunya menyatakan mengenai pengaruh stres terhadap sistem pencernaan, bahwa ketika sedang dilanda stres berat kelenjar liur dapat menghentikan aliran air liur atau mulut menjadi kering, lambung meningkatkan sekresi asamnya sehingga menimbulkan zat asam, rasa mual dan luka. Berdasarkan data dari profil dinas kesehatan nasional pada tahun 2010 gastritis merupakan 10 besar penyakit dengan posisi peringkat ke 5 pasien rawat inap dan posisi ke 6 rawat jalan di rumah sakit. Rata-rata pasien yang datang ke unit pelayanan kesehatan baik di Puskesmas maupun Rumah Sakit mengalami keluhan yang berhubungan dengan nyeri ulu hati. Sedangkan data dari dinas kesehatan kota Semarang tahun 2010 tercatat sebanyak 29292 pasien gastritis yang mendatangi Puskesmas untuk melakukan pengobatan sedangkan tahun sebelumnya yaitu tahun 2009 tercatat 22785 kasus gastritis di Puskesmas kota Semarang. 46

Jumlah penderita gastritis di Puskesmas Tlogosari Kulon merupakan urutan daftar 5 penyakit yang paling sering dikeluhkan pasien, tahun 2011 tercatatat data terakhir bulan November sebanyak 125 pasien dan bulan Desember meningkat menjadi 155 pasien. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap pasien gastritis di Tlogosari Kulon menyatakan bahwa penyakit gastritis yang diderita pasien sering mengalami kekambuhan. Sering kali pasien mengeluhkan nyeri ulu hati yang berakibat terganggunya aktivitas sehari-hari. Penyakit gastritis dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dari semua tingkat usia maupun jenis kelamin tetapi dari beberapa survey menunjukkan bahwa gastritis paling sering menyerang usia produktif. Pada usia produktif masyarakat rentan terserang gejala gastritis, dari tingkat kesibukan serta gaya hidup yang kurang memperhatikan kesehatan serta stres yang mudah terjadi akibat pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bisa menyebabkan munculnya gejala gastritis. Meskipun itu tidak jarang masyarakat masih beranggapan bahwa gastritis timbul hanya karena faktor asupan makanan atau telat makan. Berdasarkan data-data tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul hubungan antara stres dengan kekambuhan penyakit gastritis pada pasien di Puskesmas Tlogosari Kulon. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan maupun rawat inap yang mempunyai riwayat penyakit gastritis di Puskesmas Tlogosari Kulon sejumlah 74 sampel dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Alat pengumpulan data dengan kuesioner yang terdiri dari 3 kuesioner yaitu kuesioner untuk melengkapi data karakteristik responden, kuesioner tingkat stres, dan kuesioner kekambuhan gastritis. Proses penelitian berlangsung dari tanggal 6-14 Juli 2012 di Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang. Data dianalisis secara univariat dan bivariat. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau 57

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis bivariat untuk melihat hubungan atau korelasi dua variabel dengan uji korelasi Spearman s Rho dengan analisa p value (<0,05). HASIL Hasil penelitian diperoleh umur penderita gastritis rata-rata umur 35,1 tahun, mayoritas pendidikan penderita gastritis Sekolah Dasar (SD) sebanyak 31,1 %, sebagian besar penderita gastritis berjenis kelamin perempuan sebanyak 68,9 %, sedangkan pekerjaan penderita gastritis sebagian besar wiraswasta sebanyak 52,7 %. Hasil analisa univariat didapatkan sebagian besar penderita gastritis di Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang mengalami kondisi stres ringan sebanyak 71,6 % sedangkan kondisi kekambuhan gastritis sebagian besar penderita mengalami kekambuhan gastritis kategori ringan sebanyak 48, 6 %. Hasil analisa bivariat didapatkan hasil ada hubungan antara stres dengan kekambuhan gastritis pada pasien gastritis di Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,425. Adapun hasil uji hipotesis didapatkan nilai p-value = 0,000 < 0,05 (taraf signifikan). 6 8

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kondisi Stres Penderita Gastritis di Puskesmas Tlogosari Kulon Tahun 2012 (n = 74) Kondisi stres Frekuensi Persentase Ringan Sedang Berat 53 21 0 71,6% 28,4% 0% Jumlah 74 100% Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kekambuhan Gastritis Penderita Gastritis di Puskesmas Tlogosari Kulon tahun 2012 (n = 74) Kondisi kekambuhan Frekuensi Persentase gastritis Ringan Sedang Berat 36 34 4 48,6% 45,9% 5,4% Jumlah 74 100% Tabel 3 Hubungan Stres dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang tahun 2012 (n = 74). Variabel Korelasi (r) p-value Stres Kekambuhan penyakit gastritis 0,425 0,000 79

PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar penderita gastritis di Puskesmas Tlogosari KulonSemarang mengalami kondisi stres ringan sebanyak 53 responden (71,6%) dan sebagian kecil mengalami kondisi stres sedang sebanyak 21 responden (28,4%). Penelitian ini sesuai dengan peneltian yang dilakukan oleh Juanl, Min, Yi-Hai & Su-ying (2009) di sebuah rumah sakit daerah Ghoungzhou China didapatkan adanya pengaruh faktor stres serta kelelahan terhadap kejadian gastritis. Maulidah (2006) juga menyatakan hasil penelitiannya bahwa ada kaitan antara pengaruh stres terhadap kekambuhan gastritis. Orang yang mengalami stres sering mengalami gangguan pada sistem pencernaan misalnya pada lambung terasa kembung, mual, dan pedih hal ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan (hyperacidity). Berdasarkan hasil penelitian dengan alat ukur kuesioner DASS 42 (Depression Anxiety Stress Scale 42) untuk mengukur tingkat stres menunjukkan rata-rata responden mengalami stres ringan. Pada kuesioner terdapat cek list pernyataanpernyataan kondisi stres responden, dari hasil penelitian rata-rata responden mudah mengalami kegelisahan dan emosi (terdapat pada item pernyataan 13 dan pernyataan 14) yang dapat menjadi sumber pemicu stres. Sehingga bisa disimpulkan bahwa sumber pemicu stres yang diantaranya berasal dari lingkungan, stresor sosial, fisiologi, serta pikiran yang bersinggungan dalam aktivitas sehari-hari menjadi stresor seseorang mengalami stres dan berdampak pada kondisi fisik diantaranya seseorang yang mempunyai riwayat gastritis atau maag akan mengalami kekambuhan bahkan berulang dan bisa mengalami gastritis kronis jika faktor pemicunya tidak diatasi dengan segera. Stres adalah respon manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntunan kebutuhan yang ada dalam dirinya (Sunaryo,2004). Setiap individu mudah sekali mengalami stres, hal ini tidak terlepas dari pengaruh dari sumber pemicu stres 810

(stresor) yang dapat mengaktifkan reaksi fisik. Adapun sumber pemicu stres menurut Clinic Community Health Centre (2010) antara lain karena faktor lingkungan, stresor sosial, faktor fisiologis, serta faktor pikiran.sesuai dengan teori menurut Grenberg (2002) dalam Prio (2009) stres dapat menjadi penyebab utama penyakit tertentu dan juga bisa menjadi penyebab keparahan atau kekambuhan penyakit. Jika terpapar secara terus menerus terhadap stresor maka kelebihan hormon yang dilepaskan selama merespon stres yang berulang-ulang akan mengganggu sistem kekebalan tubuh sehingga badan menjadi rentan terhadap bakteri dan virus. Stres juga merupakan faktor utama penyebab ulcer atau luka pada lambung dan usus. Kondisi stres yang dialami responden sebenarnya tergantung dengan upaya individu tersebut dalam meningkatkan kekebalan stres. Hawari (2008) menyebutkan ada beberapa upaya untuk meningkatkan kekebalan stres antara lain asupan makanan yang tepat, tidur yang cukup, olahraga yang teratur, menghindari merokok serta menghindari minuman keras (minuman beralkohol). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar penderita gastritis di Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang mengalami kekambuhan gastritis dalam kategori ringan sebanyak 36 responden (48,6 %) dan sebagian kecil mengalami kekambuhan berat sebanyak 4 responden (5,4 %).Salah satu faktor yang paling dominan menyebabkan kekambuahan gastritis adalah stres psikologis. Kekambuhan gastritis merupakan timbulnya kembali gejala yang dirasakan sebagai nyeri terutama di ulu hati, orang yang terserang penyakit ini biasanya sering mual, muntah, rasa penuh, dan rasa tidak nyaman. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hampir semua penderita gastritis mengalami kekambuhan meskipun sebagian besar dalam kategori ringan. Seperti penelitian yang dilakukan Maulidiyah (2006) dibalai pengobatan dan rumah bersalin Mawaddah kecamatan Ngoro kabupaten Purwokerto bahwa hampir semua penderita gastritis mengalami kekambuhan. Hasil penelitian menunjukkan 11 9

bahwa tidak banyak penderita yang mengalami kekambuhan berat. Meskipun yang mengalami kekambuhan berat tidak banyak, namun kondisi ini tidak boleh diabaikan. Kekambuhan penyakit gastritis dapat disebabkan karena kontak berulang atau peningkatan faktor ofensif atau faktor yang menyebabkan kerusakan mukosa lambung yang terdiri dari asam lambung, pepsin, asam empedu, enzim pankreas, infeksi Helicobacter pylory yang bersifat gram-negatif, OAINS (obat anti inflamasi nonsteroid), alkohol, dan radikal bebas (Pangestu,2003). Kekambuhan berulang juga dapat disebabkan oleh faktor stres psikologi yang sering dialami oleh setiap orang karena pengaruh gaya hidup. Kekambuhan penyakit gastritis pada tingkat berat dapat berisiko terjadinya kebocoran lambung dan perdarahan. Episode berulang atau kekambuhan berulang gastritis akut dapat menyebabkan gastritis berkembang menjadi gastritis kronik (Lewis, Heitkemper & Dirksen (2000) dalam Prio). Hasil penelitian menunjukkan 4 responden yang mengalami kekambuhan berat dan berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti pada saat penelitian responden tersebut telah terdiagnosa gastritis kronis. Responden mengatakan telah menderita gastritis menahun bahkan sering mengalami kekambuhan.gastritis kronis adalah peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang berlangsung lama disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau bakteri Helicobacter pylory. (Smeltzer & Bare, 2002). Berdasarkan hasil olah data dengan Rank Spearman didapat nilai koefesien korelasi (r) = 0,425. Adapun hasil uji hipotesis didapatkan nilai P-value = 0,000 < 0,05 (taraf signifikan) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara stres dengan kekambuhan penyakit gastritis pada pasien di Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang. Hal ini dapat dijelaskan bahwa penderita gastritis yang mengalami stres ringan maka cenderung memiliki kekambuhan gastritis lebih rendah dibandingkan dengan penderita gratitis yang memiliki stres sedang sampai berat maka penderita cenderung mengalami kekambuhan yang lebih berat. 12 10

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2010) tentang hubungan antara karakteristik responden, stres psikologis, perilaku makan dan minum dengan kekambuhan penyakit gastritis di Puskesmas Kecamatan Lamongan Tahun 2010 dengan hasil adanya hubungan antara stres psikologis dan sikap makan dan minum dengan kekambuhan gastritis dengan p- value (p = 0.0001). Penelitian Gustin (2011) juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat stres (p=0,000) dengan kejadian gastritis pada pasien. Faktor stres merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kekambuhan gastritis (Misnadiarly,2009). Stres yang dialami individu menyebabkan pertahanan fisik seseorang menjadi lemah. Gaya hidup menjadi tidak sehat ketika individu mengalami kondisi stres. Menurut penelitian Wolf (1965) dalam Prio (2009) mengemukakan bahwa efek stres pada saluran pencernaan antara lain menurunkan saliva sehingga mulut menjadi kering, menyebabkan kontraksi yang tidak terkontrol pada otot esophagus sehingga menyebabkan sulit menelan dan terjadi peningkatan asam lambung. Melihat hasil penelitian ini maka perawat perlu mengajarkan tentang manajemen stres pada pasien gastritis. Manajemen stres dapat menurunkan tingkat stres dan diharapkan dapat menurunkan kekambuhan gastritis. PENUTUP Hasil penelitian tentang hubungan antara stres dengan kekambuhan penyakit gastritis di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang, diperoleh hasil penelitian sebagian besar penderita gastritis di Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang mengalami kondisi stres ringan sebanyak 53 responden (71,6%) dan sebagian kecil mengalami kondisi stres sedang sebanyak 21 responden (28,4%). Sebagian besar penderita gastritis di Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang mengalami kekambuhan gastritis dalam kategori ringan sebanyak 36 responden (48,6 %) dan sebagian kecil mengalami kekambuhan berat sebanyak 4 responden (5,4%). Ada 11 13

hubungan antara stres dengan kekambuhan penyakit gastritis pada pasien di Puskesmas Tlogosari Kulon nilai koefesien korelasi (r) = 0,425. Berdasarkan penelitian ini diharapkan perawat mampu memberikan informasi yang benar tentang penyakit gastritis sehigga penderita mendapatkan pengetahuan mengenai penyakitnya. Perawat sebaiknya mampu memberikan managemen stres pada penderita gastritis yang mengaami kekambuhan sebagi upaya untuk mengurangi terjadinya kekambuahn berulang. Bagi masyrakat terutama yang mempunyai riwayat gastritis hendaknya menambah pengetahuannya tentang penyakit gastritis serta cara pencegahan kekambuhan gastritis. Masyarakat juga mampu berupaya meningkatkan kekebalan stres dengan membiasakan menjalankan gaya hidup sehat sebagai upaya pencegahan kekambuhan gastritis. 1. Yuli Kistanti : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan FIKKES Universitas Muhammadiyah Semarang. 2. H. Edy Wuryanto, M.Kep : Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. 3. Ns. Sri Widodo,SKep. : Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. 14 12

KEPUSTAKAAN Alimul, H (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta. Aziz, A.H. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. Bob Losyk.(2007). Kendalikan Stres Anda : Cara Mengatasi Stres dan Sukses Di Tempat Kerja. Jakarta : Gramedia. Clinic Community Health Centre. (2010). Stress management. http://hydesmith.com/de-stress/files/stressmgt.pdf. Diakses 3 Januari 2012. Damanik, D.E. (2006). Pengujian reliabilitas,validitas,analisis item dan pembuatan norma depression anxiety stress scale (DASS). http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=94859&lokasi=lo kal. Diakse : 7 Juni 2012 Emergency Departement Factsheet.(2010).www.health vic.gov.au/edfactsheets. Diakses 11 Januari 2012 Ehrlich, S.D. (2011). Gastritis. http://www.umm.edu/altmed/articles/gastritis- 000067.htm#ixzz1xjJUAWU2. Diakses 14 Juni 2012 Goldberg SJ, Smith CL, & Connell AM. (1976). Emotion Releated Gastritis. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1274929pubmed-amj astroeenterol,1976. Diakses 7 Maret 2012 Hawari, D. (2008). Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II Cetakan 2). Jakarta : FKUI. Hermawan, D & Tutik Rahayuningsih. (2010). Keperawatan Medikal bedah Sistem pencernaan. Yogyakarta : Gosyen Publishing. Inayah, Iin. (2004) Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan. Jakarta : Salemba Medika. Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius 15

Maulidiyah. (2006). Hubungan antara stress dan kebiasaan makan dengan terjadinya kekambuhan penyakit gastritis pada penderita gastritis di balai pengobatan dan rumah bersalin Mawaddah kecamatan Ngoro kabupaten Purwokerto.http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/29/gdlhub-gdl-s1-2006-maulidiyah-1422-fkm11_0-t.pdf. Diakses 21 November 2011. Misnadiarly (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna : Gastritis (Dyspepsia atau Maag). Jakarta : Pustaka Populer OBDA. Muttaqin, A.& Kumala S. (2011). Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Mediakl Bedah. Jakarta : Salemba Medika Notoatmodjo, S.(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. (2003). Konsep dan perawatan metodologi penelitian ilmu keperawatan profesional. Jakarata : Salemba Medika. NIH Publication. (2008). National Digestive Disease Information Clearinghouse;Gastritis.http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/ gastritis/gastritis.pdf. Diakses 11 Januari 2012. Pangestu, A. (2003). Paradigma baru pengobatan gastritis dan tukak peptic. http://www.pgh.or.id/lambung-per.htm. Diakses 27 Mei 2008. Prio, A.Z. (2009). Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Respon Nyeri dan Frekuensi Kekambuhan Nyeri Lansia dengan Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok. http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=124577. Diakses 21 November 2011. Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika. Sastoasmoro, S & Ismael,S. (2008). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto Smeltzer, S & Bare B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 1.Jakarta : EGC. Sriati, A. (2008). Tinjauan Tentang Stres. http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/tinjauan%20tentang%20str ES.pdf. Diakses 5 Februari 2012. Sugiyono. (2005). Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta 16

. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta..(2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. Wu Zhi-juan I, Zhang-min I, LIU Yi-hai, & PAN Su-ying. (2009). Guangzhou Regional Risk Factors of Chronic Gastritis Case-Control Study. http://en.cnki.com.cn/articleen/cjfdtotal-zyhs200910057.htm. Diakses 7 Maret 2012 17