BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja yang mampu menyerapnya. Masalah pengangguran

dokumen-dokumen yang mirip
KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN NOVEMBER 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2015

BPS PROVINSI DKI JAKARTA

KEBIJAKAN MENEKAN ANGKA PENGANGGURAN MELALUI PROGRAM PELATIHAN KERJA DI DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN SOSIAL KOTA MAGELANG RINGKASAN SKRIPSI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2010

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,99 PERSEN.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAMBI AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA AGUSTUS 2015

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Bali Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

Keadaan Ketenagakerjaan Banten Agustus 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Hamid Edy Sunandi, Ekonomi Indonesia Dari Sentralisasi Ke Desaentralisasi, UII Press, Yogyakarta, 2006 hal 90.

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2013

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2012

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO FEBRUARI 2013

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017

BPS PROVINSI DKI JAKARTA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangguran adalah kondisi saat seseorang tidak bekerja dalam usia produktif antara 15 hingga 65 tahun. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang mampu menyerapnya. Masalah pengangguran merupakan masalah yang cukup pelik, bukan hanya menjadi masalah lokal atau regional tetapi juga telah menjadi perhatian internasional. Hal ini terbukti dengan kepedulian ILO dalam mengatasi masalah pengangguran dengan diterbitkannya Konvensi ILO No. 88 dan telah ditindaklanjuti pemerintah dengan meratifikasinya melalui Keppres No. 36 Tahun 2002 tentang Pengesahan Konvensi ILO No. 88 mengenai lembaga pelayanan penempatan tenaga kerja. Sehubungan dengan telah diratifikasinya konvensi tersebut, pemerintah Indonesia dituntut untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada pencari kerja maupun pengguna tenaga kerja. Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025 menempatkan peningkatan kualitas SDM Indonesia sebagai salah satu fokus Pembangunan Jangka Menengah 2010 2014. Peningkatan kualitas SDM Indonesia, terutama yang berkaitan dengan aspek pendidikan dan kompetensinya telah diatur dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional dan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Undang- 1

2 Undang No. 13 Tahun 2003 menentukan bahwa yang dimaksud dengan ketenagakerjaan adalah hal yang berhubungan dengan tenaga kerja sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Kedua Undang-undang tersebut mengamanatkan peningkatan kualitas SDM berbasis kompetensi. Dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan kerja, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2006 Tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional. Sistem Pelatihan Kerja Nasional ini menggariskan prinsipprinsip dasar pelatihan berbasis kompetensi. Sistem Pelatihan Kerja Nasional, disusun dan dikembangkan sejalan dengan Rekomendasi International Labor Organization (ILO) No.195 Tahun 2004 Tentang Human Resource Development. Rekomendasi ILO tersebut juga menggariskan pentingnya pengembangan sumber daya manusia berbasis kompetensi yang bersifat Life long learning. Masalah pengangguran di Indonesia merupakan bagian dari masalah administrasi negara karena berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja dan ketersediaan lapangan kerja untuk kesejahteraan masyarakat. Pemecahan masalah pengangguran memerlukan proses dan waktu yang cukup panjang karena berlintas sektoral. Meskipun demikian, penanganan masalah pengangguran bukan hanya tanggungjawab pemerintah semata namun memerlukan partisipasi aktif seluruh komponen masyarakat dengan upaya pemberdayaan masyarakat. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) masih memiliki tanggungjawab besar, yakni menekan angka pengangguran di

3 Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat per Februari 2013 menunjukkan jumlah pengangguran terhitung mencapai 5,92 persen yaitu sebanyak 7,17 juta orang dari total angkatan kerja yang mencapai 121,2 juta orang. Terdapat 360 ribu orang lulusan perguruan tinggi menjadi pengangguran. Menakertrans Muhaimin Iskandar mempunyai target untuk menekan persentase pengangguran hingga berkisar 5,5 persen sampai 5,8 persen di akhir 2013. Kemenakertrans saat ini mulai menggerakkan Gerakan Penanggulangan Pengangguran (GPP) di seluruh Indonesia. Pemerintah berupaya membuka lapangan pekerjaan baru, baik di bidang formal maupun informal. (http://www.unio-indonesia.org/ aggregator/sources diakses pada tanggal 17 November 2013 pukul 20.30 WIB) Data BPS Provinsi Jawa Tengah per Februari 2013 menunjukkan jumlah pengangguran masih terhitung mencapai 5,57 persen yaitu sebanyak 940 ribu orang dari total angkatan kerja yang mencapai 16,91 juta orang. Jumlah penduduk yang bekerja mencapai 15,97 juta orang. Jenjang pendidikan SD ke bawah hingga Februari 2013 masih tetap mendominasi penduduk yang bekerja di Jawa Tengah yaitu mencapai 55,50 persen atau sekitar 8,86 juta orang dari jumlah penduduk yang bekerja. Dalam periode satu tahun terakhir (Februari 2012-2013), penduduk bekerja dengan pendidikan rendah secara persentase mengalami penurunan dari 55,87 persen menjadi 55,50 persen tersebut. Perbaikan kualitas tenaga kerja ditunjukkan oleh kecenderungan menurunnya tenaga kerja berpendidikan rendah (SMP ke bawah) dan

4 meningkatnya tenaga kerja berpendidikan tinggi (diploma dan universitas). Hal ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan (juta orang) Pendidikan 2011 2012 2013 Terakhir Februari Agustus Februari Agustus Februari SD ke 9,27 9,14 9,15 9,01 8,86 bawah SMP 3,09 3,05 2,92 3,06 2,90 SMA 2,81 2,81 2,88 2,98 3,01 Diploma 0,97 0,92 1,17 1,08 1,13 I/II/III dan Universitas Jumlah 16,14 15,92 16,12 16,13 15,97 Sumber: Data Survey Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Februari dan Agustus 2011-2013 Berdasarkan tabel tersebut, kondisi ketenagakerjaan di Indonesia semakin membaik terutama dalam bekal pendidikan terakhir yang ditamatkannya namun pada umumnya belum diimbangi dengan kualitas SDM. Kualitas angkatan kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pendidikan, keterampilan, kemampuan, kedisiplinan, dan sebagainya. Salah satu faktor yang menyebabkan masih banyaknya pengangguran ialah tidak adanya kesesuaian antara kemampuan yang dimiliki pencari kerja dengan kebutuhan pasar kerja. Menurut Data BPS Provinsi Jawa Tengah, Kota Magelang menduduki peringkat kedua yang memiliki prosentase TPT tinggi dari 35 Kota/Kabupaten se-jawa Tengah, untuk lima Kabupaten/Kota yang memiliki TPT teratas (per Agustus 2012) dapat dilihat pada urutan sebagai berikut: 1. Kabupaten Pati dengan TPT sebesar 12,20 persen

5 2. Kota Magelang dengan TPT sebesar 8,71 persen 3. Kota Tegal dengan TPT sebesar 8,49 persen 4. Kabupaten Demak dengan TPT sebesar 8,44 persen 5. Kabupaten Brebes dengan TPT sebesar 8,20 persen Demikian halnya bila dibandingkan dengan Kota-kota lainnya se-jawa Tengah, Kota Magelang menduduki posisi pertama yang memiliki prosentase TPT tinggi dari 6 Kota di Jawa Tengah, yaitu: 1. Kota Magelang dengan TPT sebesar 8,71 persen 2. Kota Tegal dengan TPT sebesar 8,49 persen 3. Kota Pekalongan dengan TPT sebesar 7,44 persen 4. Kota Salatiga dengan TPT sebesar 6,69 persen 5. Kota Surakarta dengan TPT sebesar 6,07 persen 6. Kota Surakarta dengan TPT sebesar 5,82 persen Menurut Menakertrans, Muhaimin Iskandar: tingkat daya saing sangat dipengaruhi kemampuan individu pekerja, baik di tingkat pemerintahan maupun swasta, khususnya berkaitan dengan tingkat pendidikan tinggi dan keterampilan (higher education and training). (http://pikiranrakyat.com/diakses pada tanggal 16 April 2014 pukul 12.54) Per Februari 2013, Kota Magelang memiliki Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terakhir sebesar 8,71 persen dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terakhir sebesar 69,46 persen. TPT merupakan angka yang menunjukkan banyaknya pengangguran terhadap 100 penduduk yang masuk kategori angkatan kerja, sedangkan TPAK dihitung dari jumlah angkatan kerja

6 dibagi jumlah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun ke atas) dikali 100. Data untuk Kabupaten/Kota Magelang tahun 2010 hingga 2012 dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 2. TPT dan TPAK menurut Kabupaten/Kota MagelangAgustus 2010-2012 No. Kabupaten/Kota TPT TPAK 2010 2011 2012 2010 2011 2012 1. Kabupaten 2,97 5,98 4,47 74,08 71,52 74,52 Magelang 2. Kota Magelang 13,28 8,28 8,71 68,46 70,60 69,46 Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah No. 31/05/33/Th.VII, 06 Mei 2013 Penduduk usia kerja ialah penduduk berumur 15 tahun ke atas, baik yang memiliki kegiatan sebagai angkatan kerja maupun bukan angkatan kerja. Data yang menjelaskan jumlah angkatan kerja, baik yang bekerja maupun pengangguran untuk Kabupaten/Kota Magelang per Agustus 2012 dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut. Tabel 3.Penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut Kabupaten/Kota Magelang per Agustus 2012 No. Kabupaten/Kota Kegiatan 1. Kabupaten Magelang Angkatan Kerja 654.887 - Bekerja 625.635 - Pengangguran 29.252 Bukan Angkatan 223.976 Kerja Jumlah 878.863 2. Kota Magelang Angkatan Kerja 63.170 - Bekerja 57.669 - Pengangguran 5.501 Bukan Angkatan 27.775 Kerja Jumlah 90.945 Sumber :Data Survey Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Tahun 2012

7 Berdasarkan tabel tersebut, jumlah angkatan kerja yang berstatus bekerja di Kota Magelang yaitu sebanyak 57.669 orang, sehingga terhitung mencapai 91,29 persen dari total angkatan kerja. Sedangkan jumlah angkatan kerja yang berstatus pengangguran di Kota Magelang yaitu sebanyak 5.501 orang, sehingga terhitung mencapai 8,71 persen dari total angkatan kerja. Berdasarkan pengamatan bidang ketenagakerjaan, penyebab pengangguran di Kota Magelang ialah karena adanya ketidaksesuaian antara kualifikasi tenaga kerja yang diminta perusahaan, jenis jabatan dan lokasi penempatan yang kurang diminati oleh para pencari kerja, serta kompetensi tenaga kerja yang kurang sesuai dangan jabatan yang tersedia. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang sebagai salah satu instansi yang memberikan pelayanan publik bidang ketenagakerjaan diharapkan memberikan kemudahan pelayanan informasi, penyediaan fasilitas, serta melaksanakan program-program yang menunjang karier mereka di masa depan. Salah satu upaya yang dilakukan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang untuk menekan angka pengangguran ialah melalui penyelenggaraan program pelatihan kerja. Program pelatihan kerja di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang melibatkan masyarakat sebagai sasaran utama yang harus diberdayakan secara maksimal karena program tersebut mulai menunjukkan hasil yang signifikan untuk menekan angka pengangguran di Kota Magelang, terbukti dengan rendahnya TPT Kota Magelang tahun 2012.

8 Program pelatihan kerja tahun 2013 terdiri dari sebelas jenis pelatihan kerja, yaitu : bordir, menjahit, bahasa inggris, tata boga, tata rias, batik jumputan, teknisi handphone, teknisi komputer, batik kayu, fiber cenderamata, dan montir sepeda motor. Waktu dan tempat pelaksanaan, serta instruktur program pelatihan kerja tersebut berbeda-beda untuk setiap jenis pelatihan kerja karena Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang belum memiliki UPTD BLK yang menyediakan instruktur dan tempat khusus untuk kegiatan pelatihan kerja, sehingga tidak memungkinkan waktu pelatihan kerja dilaksanakan secara serempak. Hal tersebut menunjukkan bahwa program pelatihan kerja belum dilaksanakan secara optimal. Sosialisasi program pelatihan kerja juga belum menjangkau keseluruhan pencari kerja yang ada di Kota Magelang, menurut data dari Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang hingga akhir Desember tahun 2012 terhitung sebanyak 869 orang terdaftar sebagai pencari kerja, namun pendaftar pelatihan kerja rata-rata hanya sebatas 400 orang setiap tahunnya. Selain itu, kuota peserta yang ditentukan untuk masing-masing pelatihan kerja juga sangat terbatas, yaitu hanya 10 sampai 20 orang untuk satu jenis pelatihan. Program akan berjalan baik apabila masyarakat sebagai sasaran utama program memiliki peran aktif dalam pelaksanaan kegiatan. Sampai saat ini, sebagian masyarakat yang hanya berorientasi pada fasilitas yang diberikan saat mengikuti pelatihan kerja, tanpa menyadari bahwa tujuan pelatihan kerja itu sebenarnya ialah untuk membekali pengetahuan dan keterampilan bagi pencari kerja. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap program pelatihan kerja

9 menjadi salah satu permasalahan yang menghambat penyelenggaraan program. Dengan demikian, pemerintah, masyarakat, dan swasta harus bekerjasama menyeimbangkan perannya masing-masing untuk mencapai tujuan program pelatihan kerja. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penyelenggaraan program pelatihan kerja tahun 2013 sebagai upaya Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang dalam meminimalisir jumlah pengangguran. Dengan demikian, judul penelitian ini adalah Kebijakan Menekan Angka Pengangguran Melalui Program Pelatihan Kerja di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang. B. Identifikasi Masalah 1. Daya saing tenaga kerja Kota Magelang masih kurang jika dibandingkan dengan kota-kota lainnya se-jawa Tengah. 2. Program pelatihan kerja menunjukkan hasil yang signifikan dalam menekan angka pengangguran, namun peran pemerintah dalam penyelenggaraan belum optimal. 3. Sosialisasi program terhadap masyarakat Kota Magelang belum memberikan hasil yang maksimal. 4. Penentuan kuota peserta pelatihan tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja yang ada. 5. Kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan tujuan program pelatihan kerja.

10 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas diperoleh beberapa hal yang dapat diteliti. Namun karena keterbatasan waktu dan sumber daya yang dimiliki, maka peneliti membatasi masalah mengenai peran Disnakertransos Kota Magelang beserta penyelenggaraan program pelatihan kerja di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang pada tahun 2013. D. Rumusan Masalah 1. Bagaimana peran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang terkait penyelenggaraan program pelatihan kerja? 2. Bagaimana penyelenggaraan program pelatihan kerja di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang tahun 2013? 3. Apa faktor penghambat yang muncul terkait program pelatihan kerja beserta upaya Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang untuk mengatasinya? E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui peran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang terkait penyelenggaraan program pelatihan kerja. 2. Mengetahui penyelenggaraan program pelatihan kerja di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang tahun 2013. 3. Mengetahui faktor penghambat yang muncul terkait program pelatihan kerja beserta upaya Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang untuk mengatasinya.

11 F. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan pengetahuan terutama dalam bidang Ilmu Administrasi Negara, bermanfaat untuk melengkapi ragam penelitian yang telah dilakukan oleh penelitipeneliti sebelumnya, serta menjadi bahan masukan bagi jurusan/fakultas/universitas sebagai salah satu referensi tambahan bagi mahasiswa di masa yang akan datang. 2. Secara Praktis a. Bagi peneliti Penelitian ini dilakukan untuk menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dan memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sosial, serta untuk menambah wawasan dan pengaplikasian berbagai ilmu pengetahuan yang telah dipelajari, juga mendapatkan pemahaman tentang strategi untuk menekan angka pengangguran melalui Program Pelatihan Kerja di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang secara lengkap, mendalam serta sesuai kaidah-kaidah metodologi penelitian yang ada. b. Bagi akademisi Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan bacaan tambahan untuk disusunnya penelitian lanjutan dalam permasalahan yang serupa, juga sebagai wahana bagi mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuannya.

12 c. Bagi aparatur pemerintah Penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai pelayan publik sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanannya. d. Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat akan pentingnya Program Pelatihan Kerja untuk menambah kecakapan dan keterampilan dalam meningkatkan kualitas SDM.