BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diorganisasikan dan diarahkan pada pencapaian lima pilar pengetahuan: belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, karena melalui

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat yang dinamis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam UU RI tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Di antaranya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku siswa menjadi manusia

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Hal tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan proses pembelajaran yang optimal. Dalam menghadapi era

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global. Sumber Daya Manusia yang bermutu merupakan faktor penting dalam pembangunan di era globalisasi saat ini. Pengalaman di banyak negara menunjukkan, sumber daya manusia yang bermutu lebih penting dari pada sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu adalah sumber daya manusia yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi guna memenuhi kebutuhannya dan menjawab berbagai tantangan yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat yang dinamis. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah bentuk implementasi Permen Diknas No.22 tentang Standar Isi dan Permen Diknas No.23 tentang Standar Kompetensi Lulusan serta merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004. Penyempurnaaan ini diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakep, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demoktratis serta bertanggung jawab. Pendidikan dalam era modern sekarang ini semakin tergantung pada tingkat kualitas, antisipasi dari para guru untuk menggunakan berbagai sumber yang tersedia dalam upaya mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa untuk 1

2 mempersiapkan pembelajaran yang dapat menumbuhkan cara berfikir siswanya menjadi lebih kritis dan kreatif. Namun di sisi lain perkembangan pendidikan menghadapi kenyataan yang sangat memprihatinkan bahwa minat dan motivasi belajar siswa yang sangat kurang. Menurut La Iru dan Arihi dalam Prastowo (2013:57), secara harafiah, pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan mempelajari, dan perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran merupakan suatu proses atau upaya menciptakan kondisi belajar dalam mengembangkan kemampuan minat dan bakat siswa secara optimal, sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Di dalam proses pembelajaran, terjadi interaksi belajar dan mengajar dalam suatu kondisi tertentu yang melibatkan beberapa unsur, baik unsur ekstrinsik maupun intrinsik yang melekat pada diri siswa dan guru, termasuk lingkungan. Hal tersebut sejalan dengan UUSPN No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Prastowo,2013) bahwa: Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa, guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sehubungan dengan hal tersebut, PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berperan secara aktif. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses pembelajaran merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.

3 Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Selain guru berhasilnya pencapaian tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor perangkat pembelajaran yang tersedia. Perangkat pembelajaran akan sangat membantu guru dan siswa dalam upaya memahami konsep-konsep materi yang akan dipelajari. Penggunaan perangkat pembelajaran yang sesuai di kelas, maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan aktif, kreatif, dan menyenangkan sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Perangkat pembelajaran yang dimaksud adalah Lembar Aktivitas Siswa (LAS). Pendidikan IPA pada hakikatnya adalah membangun manusia, yaitu memanusiakan manusia. Oleh karena itu, untuk menjawab tantangan global manusia Indonesia perlu memiliki kemampuan berfikir tingkat tinggi. Pendidikan IPA dapat direalisasikan melalui berbagai upaya, salah satunya yaitu melalui pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA memiliki potensi yang sangat besar dalam upaya membangun bangsa, namun ternyata selama ini hanya diangggap beban berat yang kurang disenangi oleh peserta didik. Hanya sedikit peserta didik yang berminat untuk belajar IPA, sehinggga hal ini mengakibatkan kualitas pendidikan IPA menjadi rendah, Rahayu dan Laksono (2015:30).

4 Pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam setiap jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah sampai dengan pendidikan tinggi. Maka pelajaran ini sangat penting peranannya di setiap jenjang pendidikan. Pelaksanaan pembelajaran IPA harus dikemas agar mudah dipahami dan bermakna bagi peserta didik sehingga mampu mengoptimalkan keseluruhan komponen yang dimiliki peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Proses pembelajaran IPA yang bermakna diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Hal ini berdasarkan fakta yang ada di lapangan bahwa proses pembelajaran IPA masih berorientasi pada hasil (result oriented) yaitu pencapaian nilai ujian nasional (UN). Proses pembelajaran IPA belum menyentuh pada ranah kebermaknaaan dari konsep yang diperoleh di bangku sekolah/kuliah. Mastery Learning (belajar tuntas) dan meaningful learning (belajar bermakna) dalam proses pembelajaran IPA akan mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Dewasa ini ketika mencermati perilaku peserta didik dalam proses belajar di sekolah, tersirat bahwa seorang peserta didik belajar karena merupakan suatu kewajiban bukan merupakan suatu kebutuhan. Diperlukan suatu proses pembelajaran IPA khusus yang mampu diaplikasikan oleh peserta didik dalam kehidupan nyata, Wisudawati dan Sulistyowati (2014:4). Memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar melalui pengembangan Lembar Aktivitas Siswa dengan penerapan model pembelajaran secara benar dan tepat memerlukan pemahaman dan tindakan yang nyata dari guru. Ketepatan penggunaan model pembelajaran dalam aktivitas belajar mengajar

5 oleh guru adalah langkah awal dari tindakan perbaikan. Pengembangan LAS yang menggunakan model pembelajaran yang tepat akan mempermudah pemahaman dan penguasaan materi ajar oleh para peserta didik. Kemudahan menguasai materi pembelajaran identik dengan penguasaan kompetensi-kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam standar isi. Kompetensi-kompetensi inilah yang akan diukur ketercapaiannya melalui indikator-indikator penilaian dalam berbagai teknik dan instrumen. Ketercapaian penguasaan kompetensi akan ditunjukkan oleh angka-angka di atas nilai batas ambang kriteria keberhasilan belajar atau kriteria ketuntasan minimun. Guru, murid, Lembar Aktivitas Siswa (LAS) merupakan unsur yang dominan dalam proses pembelajaran di kelas. Ketiga unsur ini saling berkaitan, saling mempengaruhi serta saling menunjang antara satu dengan yang lainnya. Jika salah satu unsur tidak ada, maka unsur yang lain tidak dapat berhubungan secara wajar dan proses pembelajaran tidak akan berlangsung dengan baik. Jika proses belajar mengajar ditinjau dari segi kegiatan guru maka akan terlihat bahwa guru memegang peranan strategis. Pembuatan perencanaan pembelajaran yang baik dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang ideal, maka setiap guru harus mengetahui unsur-unsur perencanaan pembelajaran yang baik. Unsur-unsur perencanaan pembelajaran tersebut adalah mengidentifikasikan kebutuhan siswa, tujuan yang hendak dicapai, berbagai strategi dan skenario relevan yang digunakan untuk mencapai tujuan dan kriteria evaluasi.

6 Berkenaan dengan hal tersebut Husamah (2013:14), mengemukakan desain pembelajaran yang baik harus memiliki beberapa kriteria diantaranya: 1. Berorientasi pada siswa Dalam sistem pembelajaran siswa merupakan komponen kunci dan harus dijadikan orientasi dalam mengembangkan desain pembelajaran. Beberapa hal yang perlu dipahami tentang siswa diantaranya adalah: (a) Kemampuan Dasar Dalam menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai selamanya disesuaikan dengan kemampuan yamg telah atau harus dimiliki terlebih dahulu oleh setiap siswa. (b) Gaya belajar Gaya belajar setiap siswa memiliki perbedaan. DePorter membaginya ke dalam tiga tipe, yakni auditif, tipe visual dan tipe kinestetis. 2. Berpijak pada Pendekatan Sistem Sistem adalah satu kesatuan komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Pendekatan sistem dalam desain pembelajaran merupakan pendekatan ideal yang dapat dilakukan oleh para desainer pembelajaran. 3. Teruji secara Empiris Melalui pengujian secara empiris dapat dilihat berbagai kelemahan dan berbagai kendala yang mungkin muncul sehingga jauh sebelumnya dapat diantisipasi.

7 Selain menyusun rencana pembelajaran guru juga dituntut untuk mampu mengembangkan LAS yang dapat mendukung pencapaian kompetensi pembelajaran. Pengembangan LAS selama ini menjadi hal yang terabaikan, disebabkan banyaknya LAS berbagai penerbit yang beredar dilengkapi dengan berbagai bentuk lembar kegiatan tanpa memperhatikan kondisi masing-masing sekolah, sehingga isi LAS banyak yang tidak sesuai dengan kondisi sekolah.. Ketidaksesuaian ini menyebabkan suasana belajar siswa di dalam kelas terasa membosankan. Hal itu berakibat tidak adanya rangsangan atau dorongan terhadap siswa untuk berpikir aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah. Seorang guru harus jeli dan mampu melakukan evaluasi terhadap LAS., Dengan demikian guru akan sadar bahwa pengembangan LAS yang sesuai dengan kondisi sekolah mutlak harus dilakukan oleh seorang guru dalam perencanaan sebuah kegiatan pembelajaran agar kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dapat mencapai sasaran yang diharapkan. Senada dengan hal di atas, Sanjaya (2014:13) mengatakan bahwa: bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka semuanya akan kurang bermakna. Dengan demikian kesuksesan kurikulum tidak terlepas dari adanya kreativitas guru, dan aktivitas peserta didik yang menunjang kemajuan dalam proses pembelajaran. Seyogianya agar proses pembelajaran dapat menjadi bermutu maka dibutuhkan sarana-sarana penunjang seperti perangkat

8 pembelajaran dan standar penilaian yang dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Salah satu model pembelajaran yang inovatif yang mampu mengeliminir permasalahan tersebut adalah Model Pembelajaran Berbasis Masalah (MPBM). Menurut Abidin (2014:160) MPBM merupakan model pembelajaran yang menyediakan pengalaman otentik yang mendorong siswa untuk belajar aktif, mengontruksi pengetahuan, dan mengintegrasikan konteks belajar di sekolah dan belajar di kehidupan nyata secara alamiah. Model ini menempatkan situasi bermasalah sebagai pusat pembelajaran, menarik dan mempertahankan minat siswa, yang keduanya digunakan agar siswa mampu mengungkapkan pendapatnya tentang sesuatu secara multi perspektif. Dalam praktiknya, siswa terlibat secara langsung dalam memecahkan masalah, mengidentifikasi akar masalah dan kondisi yang diperlukan untuk menghasilkan solusi yang baik, mengejar makna dan pemahaman, dan menjadi pembelajar mandiri. Handika dan Wangid (2013:85) menyatakan Pembelajaran Berbasis Masalah berpengaruh signifikan dan lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Penelitian ini memiliki implikasi bahwa guru harus mulai meninggalkan model pembelajaran konvensional dan beralih ke pembelajaran berbasis masalah dan guru harus dapat menjadi mediator dan fasilitator dalam pembelajaran. Hasil penelitian Wijaya, Lasmawan dan Suastra (2015:4) menyatakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, melatih kemampuan siswa dalam memahami konsep, menjelaskan fenomena dan memecahkan masalah

9 memerlukan kecerdasan logis. Senada dengan uraian di atas, Trianto (2014:94) menyatakan bahwa: pembelajaran berdasarkan masalah (problem-based instruction) memiliki tujuan: (1) membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah; (2) belajar peranan orang dewasa yang otentik; dan (3) menjadi pembelajar yang mandiri. Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa dalam pembelajaran berbasis masalah siswa mampu mengembangkan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah, sehingga siswa itu dengan sendirinya dapat menemukan bagaimana konsep itu terbentuk, dan pada akhirnya siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Dalam penerapan MPBM ini, siswa tidak hanya melakukan kegiatan kognitif saja tapi secara bersama-sama mereka mengembangkan kemampuan afektif dan psikomotornya. Jadi dengan menerapkan MPBM, siswa akan lebih bebas dalam menuangkan ide-idenya tanpa ada ketakutan akan kesalahan dari apa yang dibuat. Penggunaan masalah-masalah kontekstual dalam model MPBM menjadikan pembelajaran tersebut lebih bermakna. Menurut Rusman (2012:232) paedagogi pembelajaran berbasis masalah membantu untuk menunjukkan dan memperjelas cara berpikir serta kekayaan dari struktur dan psoses kognitif yang terlibat didalammnya. MPBM mengoptimalkan tujuan, kebutuhan, motivasi yang mengarahkan suatu proses belajar yang merancang berbagai macam kognisi pemecahan masalah. Inovasi PBM menggabungkan penggunaan dari akses e-

10 learning, interdisipliner kreatif, penguasaan, dan pengembangan ketrampilan individu. Ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda- benda yang benar- benar nyata. Demikan pula oleh karena ilmu pengetahuan alam tidak bersifat mutlak benar seratus persen, penemuannya bersifat relatif, suatu teori mungkin dibantah dan ditolak setelah orang mendapatkan data baru yang mampu membuktikan kekeliruan teori yang dianut. Semua konsep yang ditemukan melalui penyelidikan ilmiah masih tetap terbuka untuk dipertanyakan, dipersoalkan dan diperbaiki, sehingga demikian anak perlu dibina berpikir dan bertindak kreatif, Tawil dan Liliasari (2014:36). Menurut peneliti, siswa SD akan lebih antusias di dalam belajar apabila dihadapkan langsung dengan permasalahan yang dekat dengan keseharian siswa. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk mengadakan penelitian dengan menerapkan MPBM di SD. Penerapan MPBM dapat mendorong keaktivan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga materi yang diajarkan di kelas lebih mudah dipahami dan dapat digunakan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam MPBM siswa diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang diberikan sebagai proses untuk menguasai konsep-konsep IPA dalam menemukan solusi dari masalah-masalah kontekstual. Siswa didorong untuk membuat

11 hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Hasil diskusinya kemudian dibuat dalam bentuk laporan sederhana serta dipaparkan melalui kegiatan presentasi. Berdasarkan uraian diatas maka fokus utama penelitian dalam perangkat pembelajaran adalah mengembangkan Lembar Aktivitas Siswa untuk mengajarkan materi pesawat sederhana yang bercirikan model pembelajaran berbasis masalah sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi permasalahan pembelajaran IPA pada Sekolah Dasar (SD) N 091447 Saribujawa, Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, dapat dilakukan identifikasi masalah: 1. Pemahaman siswa tentang konsep IPA sangat rendah. 2. Pembelajaran yang terlaksana adalah pembelajaran yang berpusat pada guru, guru mendominasi pembelajaran sehingga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih sangat kurang. 3. Guru menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model atau pendekatan-pendekatan pembelajaran yang inovatif (yang tertulis di RPP) namun belum diimplementasikan dengan baik dan benar. 4. Model pembelajaran yang diterapkan guru di kelas dalam menyampaikan materi pelajaran tidak melibatkan siswa secara aktif. 5. Aktivitas siswa dalam belajar IPA masih pasif.

12 6. Kurangnya respon siswa pada saat pembelajaran IPA di kelas. 7. Siswa belum mampu mengaplikasikan pengetahuan dengan kehidupan nyata. 8. Sebagian besar kemampuan guru mengelola pembelajaran belum sesuai dengan harapan. 9. Proses penilaian yang digunakan guru lebih mementingkan hasil belajar peserta didik pada akhir semester, akhir tahun, atau ujian akhir dari pada penilaian proses. 10. Penilaian hasil belajar tidak memberikan gambaran yang memadai tentang kemampuan peserta didik, tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan kemampuannya, tidak mempertimbangkan kemajuan peserta didik dalam mata pelajaran yang bersangkutan dan, tidak diselenggarakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pembelajaran dalam materi pesawat sederhana. 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Pengembangan perangkat pembelajaran sebagai persiapan guru dan respon siswa yang meliputi Lembar Aktifitas Siswa. 2. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian dibatasi pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah.

13 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, masalah utama dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana Tingkat kemampuan guru mengelola pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan masalah yang dikembangkan? 2. Bagaimana respon siswa terhadap LAS yang telah dikembangkan? 3. Bagaimana efektivitas perangkat LAS yang berorientasi pada model pembelajaran berdasarkan masalah terhadap peningkatan hasil belajar materi pesawat sederhana di SD N 091447 Saribujawa? 1.5. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui Tingkat kemampuan guru mengelola pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan masalah yang dikembangkan. 2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap LAS yang dikembangkan 3. Untuk mengetahui efektivitas LAS yang dikembangkan melalui model pembelajaran berbasis masalah.

14 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat dari hasil penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi kepada guru tentang kemampuan pemahaman konsep siswa dalam memecahkan masalah pada materi pesawat sederhana. 2. Tersedianya perangkat pembelajaran dengan MPBM dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa memecahkan masalah tentang pesawat sederhana. 3. Menjadikan acuan bagi guru dalam mengimplementasikan pengembangan perangkat pembelajaran dengan MPBM materi pesawat sederhana. 4. Memberikan referensi dan masukan bagi pengayaan ide-ide penelitian mengenai evaluasi diri tentang kemampuan siswa untuk memecahkan masalah yang akan dikembangkan dimasa yang akan datang khususnya di bidang pendidikan IPA, pada materi pesawat sederhana.