BAB II KAJIAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Kemampuan Pemahaman Matematis, Metode Pembelajaran Buzz. Group, Pembelajaran Konvensional, dan Sikap

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal Aronson (Abidin, 2014,

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif.

BAB II KAJIAN TEORITIS. yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Derajat pemahaman ditentukan

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS. kata communication yang dalam Kamus Inggris-Indonesia berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin maju mengakibatkan perubahan pola pikir dan

BAB II KAJIAN TEORETIS

Oleh. Laelasari dan Ira Ratnasari Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon ABSTRAK

BAB II KAJIAN TEORI A.

ANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model pembelajaran Reciprocal Teaching. Menurut Palincsar dan Sullivan model reciprocal teaching memiliki 4

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), efektivitas berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang untuk melihat hubungan sebab-akibat antara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan diberikannya mata pelajaran matematika untuk siswa

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizki, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi segala jenis tantangan di era modern dewasa ini. Lebih lanjut

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) a. Pengertian Model Thinking Aloud Pair Problem Solving

LEMBAR KERJA SISWA. Semester Ganjil STANDAR ISI KTSP. Nama :... Kelas :... Sekolah :...

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Creative Problem Solving. 1. Pengertian Pembelajaran Creative Problem Solving

TINJAUAN PUSTAKA. yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan. untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan. Auliya

BAB I PENDAHULUAN. yang baik, di antaranya kemampuan pemecahan masalah; kemampuan. penalaran dan bukti; kemampuan komunikasi; kemampuan koneksi; dan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD / MI. 1. Ciri-Ciri Pembelajaran Matematika SD / MI. 7

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan, baik itu ilmu eksak maupun ilmu non-eksak, mulai dari tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan. Banyak hal dalam kegiatan sehari-hari yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JURNAL PENGARUH MODEL CORE BERBASIS KONSTEKTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA

BAB I PENDAHULUAN. ini mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai taraf optimal.

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN SISWA DI KELAS VIIA SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai kebersamaan ( commonnees). 1

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia secara global dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh: BIVIKA PURNAMI A

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

BAB II KAJIAN TEORETIS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap proses pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

BAB I PENDAHULUAN. logis, konsisten, dan dapat bekerjasama serta tidak mudah putus asa.

Oleh: Mutiara Rizky Ilzanorha Syofni Titi Solfitri ABSTRACT

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh:

BAB III METODE PENELITIAN O X O

BAB III METODE PENELITIAN

Yusi Yusniati 1), Novaliyosi 2), Khairida Iskandar 3) Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

PENGEMBANGAN KISI-KISI UJIAN SEMESTER GANJIL TAHUN 2016/2017

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING

Mata Pelajaran : Matematika Satuan Pendidikan : SMP/MTs Kelas/Semester : VII s/d IX/ 1-2. Nama Guru :... NIP/NIK :... Sekolah :...

TINJAUAN PUSTAKA. pemahaman dapat dimaksudkan sebagai proses, cara, atau perbuatan memahami.

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kemampuan Pemahaman Matematis Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemahaman berasal dari kata paham yang artinya mengerti benar dalam suatu hal. Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Sedangkan Matematika adalah ilmu tentang bilanganbilangan, hubungan antar bilangan. Matematika timbul karena pikiran-pikiran yang berhubungan,dengan ide, proses dan penalaran. Proses tersebut memberikan suatu gambaran bahwa bahwa kegiatan berfikir memerlukan pemahaman terhadap masalah yang berhubungan dengan materi yang sedang dipikirkan dan kemampuan (Ruseffendi, 2006). Adapun kemampuan Pemahaman menurut beberapa para Ahli: Indikator kemampuan pemahaman matematis menurut Jihad dan Haris (Dahlan, 2015: 4), sebagai berikut: 1. Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari. 2. Kemampuan mengklarifikasi objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut. 3. Kemampuan menerapkan konsep algoritma. 10

11 4. Kemampuan memberikan contoh dan counter example dan konsep yang dipelajari. 5. Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematika. 6. Kemampuan mengaitkan berbagai konsep (internal dan eksternal matematika). 7. Kemampuan mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep. Polya, (Herdian, 2010) membedakan empat jenis pemahaman: 1. Pemahaman Mekanikan, yaitu dapat mengingat dan menerapkan sesuai secara rutin atau perhitungan sederhana. 2. Pemahaman Induktif, yaitu dapat mencobakan sesuatu dalam kasus sederhana dan tahu bahwa sesuatu itu berlaku dalam kasus serupa. 3. Pemahaman rasional, yaitu dapat membuktikan kebenaran sesuatu. 4. Pemahaman intuitif, yaitu dapat memperkirakan kebenaran sesuatu tanpa ragu-ragu, sebelum menganalisis secara analitik. Polattsek, (Herdian, 2010) membedakan dua jenis pemahaman: 1. Pemahaman komputasional, yaitu dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, atau mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja. 2. Pemahaman fungsional, yaitu dapat mengkaitan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan. Copeland, (Herdian, 2010) membedakan dua jenis pemahaman: 1. Knowing how to, yaitu dapat mengerjakan sesuatu secara rutin/algoritmik.

12 2. Knowing, yaitu dapat mengerjakan sesuatu dengan sadar akan proses yang dikerjakan. Skemp, (Herdian, 2010) membedakan dua jenis pemahaman: 1. Pemahaman instrumental, yaitu hafal sesuatu secara terpisah atau dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja. 2. Pemahaman relasional, yaitu dapat mengkaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan. Pemahaman matematis penting untuk belajar matematika secara bermakna, tentunya para guru mengharapkan pemahaman yang dicapai siswa tidak terbatas pada pemahaman yang bersifat menghubungkan. Indikator kemampuan pemahaman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep yang dipelajari; 2. Kemampuan mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya); 3. Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu; 4. Kemampuan mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah; 5. Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

13 B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Inner Circle Out Cirle 1. Pembelajaran Kooperatif Menurut Riyanto (2012:267), pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan social (social skill) termasuk interpersonal skill. Sedangkan menurut Shoimin (2014:45), cooperative learning adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengonstuksi konsep dan menyelesaikan persoalan. Pembelajaran kooperatif banyak tipenya, salah satunya adalah Inner Cirle Out Circle. 2. Pembelajaran kooperatif tipe Inner Circle Out Circle Inner Circle Out Circle adalah pembelajaran dengan sistem lingkaran kecil dan besar yang diawali dengan pembentukan kelompok besar dalam kelas yang terdiri dari kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar. Anggota kelompok lingkaran dalam dan luar saling berhadapan, dimana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur (Shoimin, 2014:87). Adapun informasi yang saling dibagikan merupakan isi materi yang mengarah pada tujuan pembelajaran. Pada saat berbagi informasi, semua siswa akan saling memberi dan menerima informasi pembelajaran. Menurut Suprijono (2010:97), Tujuan pembelajaran kooperatif tipe Inner Circle Out Circle adalah melatih siswa belajar mandiri dan berbicara menyampaikan informasi kepada orang lain. Selain itu juga melatih kedisiplinan

14 dan ketertiban. Adapun langkah-langkah pembelajaran Inner Circle Out Circle menurut Shoimin (2014:88), sebagai berikut: a. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-4 orang. b. Tiap-tiap kelompok mendapat tugas mencari informasi berdasarkan pembagian tugas dari guru. c. Setiap kelompok belajar mandiri, mencari informasi berdasarkan tugas yang diberikan. d. Setelah selesai, seluruh siswa berkumpul saling membaur (tidak berdasarkan kelompok). e. Separuh kelas lalu berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar. f. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam. g. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan. h. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam. i. Sekarang giliran siswa berada di dalam lingkaran besar yang membagu informasi. Demikian seterusnya, sampai seluruh siswa selesai berbagi informasi. j. Pergerakan baru dihentikan jika anggota kelompok lingkaran dalam dan luar sebagai pasangan asal bertemu kembali. Shoimin (2014:90), Keunggulan dan kelemahan pembelajaran kooperatif Inner Circle Out Circle: a. Kelebihan

15 1) Tidak ada bahan spesifikasi yang dibutuhkan untuk strategi sehingga dapat dengan mudah dimasukan ke dalam pelajaran. 2) Kegiatan ini dapat membangun sifat kerja sama antar siswa. 3) Mendapat informasi berbeda saat berbeda saat bersamaan. b. Kelemahan 1) Membutuhkan ruangan yang kelas yang besar. 2) Jika terlalu lama sehingga konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau. 3) Rumit untuk dilakukan C. Pembelajaran Langsung (Directive Learning) Menurut Riyanto (2012:280), Pembelajaran ini menekankan pembelajaran yang didominasi guru. Jadi guru berperan penting dan dominan dalam proses pembelajaran. Peran guru yang dimaksud, yaitu: 1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dikuasai siswa dan tujuan pembelajarannya serta informasi tentang latihan belajar, pentingnya pelajaran, persiapan siswa untuk belajar. 2. Guru mendemonstrasikan pengetahuan/keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap. 3. Guru merencanakan dan memberi bimbingan latihan awal. 4. Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik.

16 5. Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih komplek dan kehidupan sehari-hari. D. Teori Sikap Thurstone (Suherman, 2003:10) mendefinisikan sikap sebagai derajat perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek yang bersifat psikologis. Sikap positif siswa akan menjadi awal untuk menuju lingkungan belajar yang efektif. Dengan lingkungan belajar yang efektif menuntut guru bertindak kreatif. Dengan kreativitas dan keaktifan siswa dalam belajar, akan meningkatkan keberhasilan prestasi belajar matematika. Pada umumnya sikap ada yang bersikap positif dan ada juga yang bersifat negatif. Siswa yang bersikap tertentu, cenderung menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu, berguna dan berharga baginya atau tidak. Bila objek dinilai baik untuk saya, siswa mempunyai sikap positif; bila objek dinilai jelek untuk saya, dia mempunyai sikap negatif. Suherman (2003:187) menyatakan bahwa hal-hal yang diperoleh guru dengan melaksanakan evaluasi sikap terhadap matematika, yaitu: 1. Memperoleh balikan (feed back) sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan program pengerjaan remedial. 2. Memperbaiki perilaku diri sendiri (guru) maupun siswa. 3. Memperbaiki atau menambah fasilitas belajar yang masih kurang. 4. Mengetahui latar belakang kehidupan siswa yang berkenaan dengan aktivitas belajarnya. Sikap merupakan kemampuan internal yang berperan untuk mengambil tindakan. Sikap akan terbentuk pada diri sesuai dengan kondisi lingkungannya. Jadi, sikap seseorang terhadap suatu objek atau keadaan sangat dipengaruhi oleh

17 keadaan diri dia pada saat itu. Adapun cara untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan skala sikap. E. Keluasan dan Kedalaman Materi Materi Bentuk Aljabar merupakan salah satu materi yang terdapat pada kelas VIII Semester 2 Bab 5 pada kurikulum 2006 (KTSP). Pembahasan dalam Bab Bentuk Aljabar untuk penelitian meliputi pengertian bentuk aljabar; unsurunsur bentuk aljabar; penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, pemangkatan aljabar; pemfaktoran dengan hukum distributif dan selisih dua kuadrat. Materi prasyarat dari materi Bentuk Aljabar adalah materi Bilangan Bulat pada kelas VII. Terkait dengan penelitian, peneliti menggunakan materi Bentuk Aljabar sebagai materi dalam instrumen tes penelitian. Materi tersebut diaplikasikan ke dalam soal kemampuan pemahaman matematis yang dihubungkan dengan materi dalam matematika, dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Inner Circle Out Circle dalam proses pembelajarannya. Hubungan antara materi Bentuk Aljabar, kemampuan pemahaman matematis, serta pembelajaran kooperatif tipe Inner Circle Out Circle diuraikan melalui beberapa tahap yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Tahap dalam kelompok kecil Pada tahap ini siswa dituntut untuk mencari informasi mengenai sub materi yang telah tentukan pada setiap pertemuannya. Pada pertemuan pertama siswa mencari informasi tentang bentuk aljabar, unsur-unsur Aljabar, operasi penjumlahan dan pengurangan pada bentuk Aljabar. Pada pertemuan kedua

18 siswa mencari informasi tentang perkalian, pembagian dan pemangkatan pada bentuk Aljabar. Dan pada pertemuan ketiga siswa mencari informasi tentang pemfaktoran. Setelah mendapatkan informasi siswa dituntut untuk memahami hasil temuannya yang didiskusikan dengan teman kelompok kecilnya. 2. Tahap kelompok lingkaran Dalam tahap ini siswa dituntut untuk menyampaikan hasil temuannya dan saling bertukar pikiran dengan pasangan sehadapnya. Selanjutnya guru akan memberikan pertanyaan mengenai Apakah yang dimaksud dengan bentuk Aljabar; Bagaimana aturan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pemangkatan, pemfaktoran pada bentuk aljabar?. Guru mengkonfirmasi jika terjadi kekeliruan pemahaman pada siswa. Setelah mendapat informasi dari berbagai teman, siswa harus dapat menyimpulkan dengan kata-katanya sendiri. F. Karakteristik Materi Penjabaran materi merupakan perluasan dari SK dan KD yang sudah ditetapkan, berikut SK dan KD yang telah ditetapkan oleh Permendiknas No. 23 Tahun 2006 untuk SMP kelas VIII tentang materi bentuk Aljabar terdapat pada table 2.1. Tabel 2.1 SK dan KD yang telah ditetapkan oleh Permendiknas No. 23 Tahun 2006 untuk SMP kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami bentuk 1.1 Melakukan operasi Aljabar. Aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus. 1.2 Menguraikan bentuk Aljabar ke dalam faktor-faktornya. Terkait dengan penelitian ini, peneliti menggunakan KD nomor 1.1 dan 1.2 sebagai bahan pembelajaran. Pada KD 1.1 materi bentuk Aljabar mengenai

19 pengertian bentuk Aljabar, unsur-unsur Aljabar dan operasi pada bentuk Aljabar. Pada KD 1.2 materi pemfaktoran Aljabar. Indikator pembelajarannya yaitu memahami dan menjelaskan pengertian koefisien, variabel, konstanta dan suku pada bentuk Aljabar; membedakan suku sejenis dan bukan sejenis; menyelesaikan operasi tambah, kurang, kali, bagi dan pangkat pada bentuk Aljabar; menentukan faktor Aljabar dengan cara distribusi dan selisih dua kuadrat serta menerapkan materi kedalam kehidupan sehari-hari. G. Bahan dan Media Penelitian ini menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) secara berkelompok. Pembelajaran berlangsung secara berkelompok dan individu, dengan setiap kelompok dan setiap siswa memiliki salinan materi dibuku masingmasing. Selama pembelajaran berlangsung guru membimbing siswa dalam berdiskusi dan dalam kesulitan memahami pelajaran. RPP dirancang menggunakan strategi kooperatif. H. Strategi Pembelajaran Ruseffendi (2006:246) menyatakan bahwa Strategi belajar-mengajar dibedakan dari model mengajar. Model mengajar ialah pola mengajar umum yang dipakai untuk kebanyakan topik yang berbeda-beda dalam bermacam-macam bidang studi. Misalnya model mengajar: individual, kelompok (kecil), kelompok besar (kelas) dan semacamnya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Inner Circle Out Circle. Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dan mengemukakan pendapatnya dalam sebuah kelompok kecil dan kelompok besar. Strategi ini

20 digunakan untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang saling berbagi pemahaman dengan teman-teman sekelasnya. I. Sistem Evaluasi Penelitian ini menggunakan teknik tes dan nontes. Tes ini digunakan untuk memperoleh data mengenai kemampuan pemahaman matematis siswa. Instrumen ini berupa tes uraian yang mengukur kemampuan pemahaman matematis siswa terhadap materi bentuk Aljabar berdasarkan indikator kemampuan pemahaman matematis yang telah ditentukan. Evaluasi dalam penelitian ini dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu pretes untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal pemahaman matematis siswa dalam materi bentuk Ajabar, dan postes untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa setelah diberikan perlakukan berupa pembelajaran kooperatif tipe Inner Circle Out Circle. Lembar instrumen penilaian sikap berupa angket digunakan untuk memperoleh data mengenai sikap siswa setelah kegiatan belajar mengajar di kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Inner Circle Out Circle.