BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 17 TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI MAGELANG PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENINGKATAN KESEHATAN IBU, BAYI DAN ANAK BALITA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS,

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BULUNGAN

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BUPATI BENGKULU SELATAN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2012

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

WALIKOTA TASIKMALAYA

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 8 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PENGGUNAAN DANA JAMINAN PERSALINAN DI KABUPATEN KARANGASEM

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 19 SERI F NOMOR 315 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 18 TAHUN 2014

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT DI KOTA JAMBI

PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Dana Alokasi Khusus. Kesehatan. TA Petunjuk Teknis.

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI,DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 173 TAHUN 2013

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 7.K TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI ALOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2015

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 18A TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 22A TAHUN 2011 TENTANG

2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

2015, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lemb

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAHAN KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DASAR BERSUBSIDI DI KABUPATEN SINTANG

TENTANG. dan Jaminan

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENDUDUK KABUPATEN TAPIN

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR^ TAHUN2014 TENTANG

BUPATI SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 25 TAHUN 2011 TENTANG

PERATIJRAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG. PEMBENTUKAN ORGANISASl DAN TATA KERJA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN JEMBRANA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 156 TAHUN : 2012 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BENER MERIAH RANCANGAN QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 31 TAHUN 2013

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. prasarana UPT Kesmas Tegallalang I telah dilengkapi dengan Poskesdes, Pusling,

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009

Transkripsi:

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang Mengingat : a. bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan termasuk ibu bersalin dan bayi baru lahir sehingga perlu adanya percepatan penanganan; b. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota memberikan kewenangan kepada Daerah untuk mengatur kebijakan jaminan kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak sehingga perlu diatur dengan Peraturan Bupati; c. bahwa angka kematian ibu dan anak di daerah cenderung meningkat setiap tahun, sehingga untuk menurunkannya perlu revolusi kesehatan ibu dan anak; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak; : 1. Undang-Undang 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita (Lembaran Negara Republik Indonesi Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277); 1

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235); 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 7. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 11. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 12. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 2

13. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 161, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 5080); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 Tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3609); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3781); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelengaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Negara Republik Indonrsia Nomor 4585); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/MENKES/PER/VII/ 2008 tentang Standar Pelayanan Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota; 21. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 828/MENKES/SK/IX/ 2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota; 22. Peraturan Daerah Kabupaten Alor Nomor 4 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Alor (Lembaran Daerah Kabupaten Alor Tahun 2007 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Alor Nomor 436); 23. Peraturan Daerah Kabupaten Alor Nomor 6 Tahun 2007 Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Alor Tahun 2007 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Alor Nomor 438); 3

24. Peraturan Daerah Kabupaten Alor Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Alor Tahun 2007 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Alor Nomor 439); 25. Peraturan Daerah Kabupaten Alor Nomor 6 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Alor Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Alor Tahun 2009 Nomor 35, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Alor Nomor 468); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati, ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Alor. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupataen Alor. 3. Bupati adalah Bupati Alor. 4. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Alor. 5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Alor. 6. Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak yang selanjutnya disebut Revolusi KIA adalah upaya yang sungguh-sungguh untuk percepatan penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi dengan cara-cara yang luar biasa. 7. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. 8. Ibu adalah perempuan hamil dan melahirkan sampai masa nifas berakhir (42 (empat puluh dua) hari setelah persalinan. 9. Kematian ibu adalah kematian seorang perempuan yang disebabkan secara langsung kerena proses kehamilan, persalinan sampai masa nifas berakhir. 10. Bayi baru lahir yang selanjutnya disebut Neonatal adalah bayi yang berumur antara 0-28 hari. 11. Bayi adalah anak umur 0-11 bulan 29 hari. 12. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami isteri, atau suami isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, dan ibu dan anaknya. 13. Rumah tunggu adalah tempat penampungan sementara ibu hamil menjelang persalinan dan keluarganya yang tinggal jauh dari fasilitas kesehatan yang memadai. 14. Fasilitas kesehatan yang memadai adalah fasilitas yang memiliki Sumber Daya Manusia Kesehatan, Bangunan, Peralatan, obat dan bahan, Sistem dan peraturan serta anggaran. 4

15. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensy Dasar yang selanjutnya disebut PONED adalah pelayanan kesehatan dasar terhadap Ibu dan Bayi dalam keadaan gawat darurat. 16. Pusat Kesehatan Masyarakat PONED yang selanjutnya disebut Puskesmas PONED adalah Pusat Kesehatan Masyarakat dengan fasilitas rawat inap yang mampu memberikan pelayanan rutin dan penanganan dasar kegawatdaruratan secara purna waktu 24 (dua puluh empat) jam. 17. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensy Komprehensif yang selanjutnya disebut PONEK adalah pelayanan kesehatan secara komprehensif terhadap Ibu dan Bayi dalam keadaan darurat di Rumah Sakit yang meliputi melakukan transfusi darah, bedah caesar untuk Ibu dan perawatan bayi secara intensif. 18. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan Ibu dan bayi yang dilakukan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat. 19. Pembiayaan kesehatan adalah anggaran yang dibutuhkan dalam pelayanan paripurna bagi ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan bayi baru lahir. 20. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. 21. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 22. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskemas adalah semua pusat kesehatan masyarakat yang ada di daerah. 23. Pusat Kesehatan Masyarakat Keliling yang selanjutnya disebut Puskesmas Keliling adalah unit pelayanan luar gedung yang dilengkapi kendaraan bermotor roda empat atau roda dua atau perahu bermotor dan dilengkapi dengan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta tenaga kesehatan yang berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan pelayanan kesehatan termasuk mobilisasi ibu hamil yang akan melahirkan ke sarana pelayanan kesehatan. 24. Pos Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut Posyandu adalah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang memberikan upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang meliputi lima program prioritas yaitu Keluarga Berencana, kesehatan Ibu dan Anak, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare. 25. Pengobatan adalah tindakan pengobatan yang diberikan oleh tenaga medis dan/atau para medis sesuai dengan kompetensi. 26. Dokter Umum adalah Dokter yang telah lulus pendidikan sarjana kedokteran. 27. Dokter Spesialis Obsetri dan Gynecology yang selanjutnya disebut Dokter Spesialis Obgzyn adalah Dokter umum yang telah lulus mengikuti pendidikan keahlian di bidang ilmu Kesehatan Ibu dan Reproduksi. 28. Bidan adalah perempuan yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. 29. Tempat Praktek Bidan adalah tempat untuk memberikan pelayanan kesehatan kebidanan bagi ibu hamil, nifas, bayi, balita dan keluarga berencana secara rawat jalan. 5

30. Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada ibu dan bayi sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya. 31. Surat Ijin Praktek adalah bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga medis atau bidan yang menjalankan praktek swata setelah memenuhi persyaratan sebagai pengakuan kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan profesi dan lokasi yang telah ditentukan. 32. Kader adalah anggota masyarakat yang telah mengikuti pelatihan kesehatan dan bertugas sebagai mitra kerja kesehatan. 33. Dukun adalah perempuan yang dipercayai oleh masyarakat untuk mendampingi Bidan sebagai mitra kerja dalam menolong ibu hamil, ibu bersalin, nifas dan bayi baru lahir. BAB II ASAS, MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Revolusi KIA diselenggarakan berdasarkan asas : a. perikemanusian; b. keseimbangan; c. manfaat; d. perlindungan; e. penghormatan terhadap hak dan kewajiban; f. keadilan; dan g. non diskriminatif. Pasal 3 Revolusi KIA diselenggarakan dengan maksud memberikan kepastian jaminan dan perlindungan pelayanan kesehatan terhadap ibu dan bayi. Pasal 4 Revolusi KIA diselenggarakan dengan tujuan : a. mewujudkan percepatan pelayanan kesehatan terhadap ibu melahirkan dan bayi baru lahir termasuk kasus kegawatdaruratan ibu dan bayi yang didukung dengan penyediaan fasilitas, tenaga, peralatan dan obat yang memadai, terjangkau, bermutu dan aman sehingga angka kematian ibu dan bayi dapat ditekan; dan b. mengubah perilaku masyarakat terhadap pola pencarian pengobatan dan pertolongan persalinan. BAB III RUANG LINGKUP Pasal 5 Pengaturan Revolusi KIA dalam Peraturan Bupati ini meliputi pelayanan kesehatan terhadap ibu melahirkan dan bayi baru lahir termasuk kasus gawat darurat ibu dan bayi melalui upaya penanganan secara sungguh-sungguh dengan cara-cara luar biasa yang didukung dengan fasilitas kesehatan yang memadai. 6

BAB IV REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK Bagian Kesatu Umum Pasal 6 (1) Revolusi KIA dilaksanakan melalui optimalisasi pemenuhan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan yang memadai. (2) Pemenuhan dan pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperuntukan bagi pelayanan kesehatan ibu dan bayi. Pasal 7 (1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) meliputi : a. pelayanan pemeriksaan kehamilan; b. pertolongan persalinan normal maupun komplikasi; c. pelayanan pemeriksaan ibu nifas; d. pelayanan gawat darurat; dan e. pelayanan rujukan. (2) Pelayanan kesehatan bayi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) meliputi : a. pelayanan perawatan bayi normal; b. pelayanan bayi sakit; c. pelayanan penanganan bayi dengan komplikasi; d. penanganan gawat darurat; dan e. pelayanan rujukan. Bagian Kedua Pelaksanaan Pasal 8 Untuk melaksanakan Revolusi KIA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 diperlukan : a. penyelenggara kesehatan; dan b. fasilitas kesehatan yang memadai. Pasal 9 Penyelenggara Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a adalah : a. pemerintah; b. pemerintah daerah; dan c. masyarakat. Pasal 10 Fasilitas kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b meliputi : a. tenaga kesehatan yang lengkap dan terlatih; b. sarana fisik kesehatan; c. peralatan kesehatan; d. sistem pelayanan kesehatan; dan e. pembiayaan. 7

Paragraf 1 Tenaga Kesehatan Pasal 11 (1) Tenaga kesehatan yang lengkap dan terlatih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a memiliki kualifikasi dan persyaratan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan, meliputi : a. dokter kebidanan dan kandungan; b. dokter spesialis anak; c. dokter ahli anastesia; d. dokter umum; e. bidan; f. perawat; dan g. apoteker. (2) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditunjang oleh : a. tenaga farmasi; b. tenaga gizi; c. tenaga sanitarian; d. tenaga analis kesehatan; e. tenaga administrasi; dan f. tenaga penunjang lainnya. (3) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur penempatannya oleh Pemerintah Daerah. Paragraf 2 Sarana Fisik Kesehatan Pasal 12 (1) Sarana fisik kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b meliputi : a. Puskesmas rawat jalan; b. Puskesmas rawat inap; c. klinik bersalin swasta; dan d. rumah sakit. (2) Puskesmas dan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf d dilengkapi dengan rumah tunggu. Paragraf 3 Peralatan Kesehatan Pasal 13 Peralatan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c sesuai standar pelayanan pada setiap tingkatan sarana pelayanan kesehatan meliputi : a. alat PONED dan PONEK; b. alat resusitasi; c. boks incubator; d. peralatan PPGDON; e. peralatan ICU dan NICU; 8

f. peralatan transfusi darah; g. peralatan laboratorium; dan h. obat dan cairan infus. Paragraf 4 Sistem Pelayanan Kesehatan Pasal 14 Sistem pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d diselenggarakan sesuai standar pelayanan pada setiap tingkatan sarana pelayanan kesehatan. Paragraf 5 Pembiyaan Pasal 15 (1) Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf e, dibebankan pada APBD. (2) Selain pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat juga bersumber dari : a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi; c. lembaga donor; dan d. sumber-sumber pendapatan lain yang sah dan tidak mengikat. BAB V HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA PIHAK SWASTA Bagian Kesatu Hak dan Kewajiban Paragraf 1 Kewajiban Pemerintah Daerah Pasal 16 Pemerintah Daerah sebagai penyelenggara kesehatan wajib : a. memberikan jaminan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berkesinambungan kepada ibu dan bayi; b. memberi subsidi untuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi bagi keluarga miskin; c. mengawasi dan mengendalikan penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu dan bayi; d. meningkatkan kualitas dan pemeliharaan fasilitas kesehatan; e. memberikan informasi yang lengkap dan jelas kepada penerima pelayanan tentang pelayanan/tindakan yang akan dilakukan; f. memberikan jaminan peningkatan kesejahteraan secara khusus kepada tenaga kesehatan yang bertugas di daerah yang sangat terpencil; g. membangun sistem informasi kesehatan untuk pelayanan publik dalam bidang kesehatan ibu dan anak; h. mengembangkan standar-standar pelayanan dan sarana sesuai kebutuhan daerah; 9

i. menjamin keamanan dan kenyamanan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi; dan j. menyediakan sarana fisik kesehatan dan peralatan kesehatan yang memadai. Paragraf 2 Pihak Swasta Pasal 17 (1) Pihak Swasta sebagai penyelenggara kesehatan berhak mendapat kontra prestasi atas pelayanan kesehatan yang diberikan. (2) Untuk mendapatkan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pihak swasta sebagai penyelenggara kesehatan wajib : a. memberikan jaminan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berkesinambungan kepada ibu dan bayi; b. mengawasi dan mengendalikan penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu dan bayi; c. meningkatkan kualitas dan pemeliharaan fasilitas kesehatan; d. memberikan informasi yang lengkap dan jelas kepada penerima pelayanan tentang pelayanan/tindakan yang akan dilakukan; e. membangun sistem informasi kesehatan untuk pelayanan publik dalam bidang kesehatan ibu dan anak; f. mengembangkan standar-standar pelayanan dan sarana sesuai kebutuhan daerah; g. menjamin keamanan dan kenyamanan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi; dan h. menyediakan sarana fisik kesehatan dan peralatan kesehatan yang memadai. Paragraf 3 Tenaga Kesehatan Pasal 18 (1) Tenaga kesehatan berhak : a. mendapat keamanan dan kenyamanan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi; b. mendapat imbalan atas jasa yang diberikan; dan c. mendapat insentif khusus, fasilitas tambahan berupa sarana transportasi, tempat tinggal yang layak bagi tenaga kesehatan yang bertugas di wilayah yang sangat terpencil sesuai peraturan yang berlaku. (2) Untuk mendapatkan hak sebagaiamana dimaksud pada ayat (1), tenaga kesehatan wajib memberikan pelayanan prima sesuai standar pelayanan. 10

Paragraf 4 Ibu dan Bayi Pasal 19 (1) Ibu dan bayi sebagai penerima layanan kesehatan berhak : a. mendapat informasi kesehatan yang mudah, cepat, tepat dan memadai; b. mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berkesinambungan; c. mendapatkan keamanan dan kenyamanan dalam pelayanan kesehatan; dan d. mendapatkan subsidi pembiayaan kesehatan. (2) Untuk mendapatkan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ibu dan bayi wajib : a. mematuhi semua nasehat tenaga kesehatan yang melayani; b. membantu kelancaran pelayanan kesehatan ibu dan bayi ke fasilitas kesehatan yang memadai untuk melahirkan; c. mematuhi standar pelayanan kesehatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan d. membayar jasa pelayanan kesehatan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. Bagian Kedua Peran Serta Masyarakat Pasal 20 Masyarakat berperan serta dalam : a. menginformasikan dan mendorong keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang memadai; dan b. turut menjaga fasilitas kesehatan yang ada. Pasal 21 Ketentuan lebih lanjut mengenai hak, kewajiban dan peran serta masyarakat akan diatur dalam Petunjuk Teknis Pelaksanaan Revolusi KIA yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 22 (1) Bupati melakukan pembinaan dan pengawasan Revolusi KIA. (2) Pembinaan dan Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara teknis operasional dilakukan oleh Kepala Dinas. (3) Pembinaan dan Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi : a. pemberian pedoman; b. pemberian petunjuk dan langkah operasional; dan c. pemberian pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan. (4) Ketentuan lebih lanjut tentang pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur lebih lanjut dalam Petunjuk Teknis Pembinaan dan Pengawasan Revolusi KIA yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. 11

Pasal 23 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Alor Ditetapkan di Kalabahi pada tanggal 13 Juni 2011 BUPATI ALOR, SIMEON TH. PALLY Diundangkan di Alor pada tanggal 13 Juni 2011 PLT. SEKRETARIS DAERAH, OCTOVIANUS LASIKO BERITA DAERAH KABUPATEN ALOR TAHUN 2011 NOMOR 395 12

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK I. UMUM Bahwa jaminan kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak, merupakan salah satu bagian dari urusan wajib yang diserahkan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota sehingga perlu ada kebijakan daerah yang diformulasikan untuk diimplementasikan. Bahwa seiring dengan kewenangan yang diberikan, perhatian Pemerintah Daerah untuk memberikan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi baru lahir terus ditingkatkan penanganannya, namun kondisi faktual menunjukan bahwa frekwensi angka kematian anak terus meningkat jika dibandingkan dengan frekwensi angka kematian ibu. Data menunjukkan bahwa angka kematian anak dalam Tahun 2008 tercatat 14/1000 KH, dan meningkat menjadi 17/1000 KH dalam Tahun 2010. Sedangkan angka kematian ibu, dalam Tahun 2008 tercatat 750/100.000 KH dan terus ditekan sehingga turun menjadi 488/100.000 KH dalam Tahun 2010. Bahwa dalam konteks yang demikian, perlu ada komitmen Pemerintah Daerah untuk melakukan penanganan terhadap ibu melahirkan dan bayi baru lahir dengan caracara yang luar biasa sebagai sebuah kebijakan daerah. Cara-cara yang luar biasa tersebut kemudian diberi nama REVOLUSI KIA. REVOLUSI KIA adalah salah satu bentuk upaya percepatan penurunan kematian ibu melahirkan dan bayi baru lahir dengan cara-cara yang luar biasa melalui persalinan pada fasilitas kesehatan yang memadai. Peraturan Bupati merupakan sebuah kebijakan yang memberikan legitimasi hukum tentang Revolusi KIA untuk diimplementasikan. 13

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Huruf a Yang dimaksud dengan asas perikemanusiaan adalah bahwa pelaksanaan Revolusi KIA harus dilandasi atas perikemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa demi keselamatan ibu dan bayi. Huruf b Yang dimaksud dengan asas keseimbangan adalah bahwa Revolusi KIA harus dilaksanakan antara kepentingan individu dan masyarakat, serta antara material dan spritual. Huruf c Yang dimaksud dengan asas manfaat adalah bahwa Revolusi KIA harus memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dan perikehidupan bagi setiap masyarakat. Huruf d Yang dimaksud dengan asas perlindungan adalah bahwa Revolusi KIA harus dapat memberi perlindungan dan kepastian hukum kepada pelaksana layanan dan penerima layanan. Huruf e Yang dimaksud dengan asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban adalah bahwa Revolusi KIA harus memberi penghormatan akan hak dan kewajiban sebagai bentuk kesamaan kedudukan hukum. Huruf g Yang dimaksud dengan asas keadilan adalah bahwa penyelenggaraan Revolusi KIA harus dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata dengan fasilitas yang memadai dan pembiayaan yang terjangkau. Huruf h Yang dimaksud dengan asas non diskriminatif adalah bahwa pelaksanaan Revolusi KIA tidak membedakan terhadap golongan, suku, agama, ras dan keadaan politik. Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 14

Pasal 10 Pasal 11 Cukup Jelas Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 TAMBAHAN BERITA DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 631 15