BABI PENDAHULUAN. Era global temyata membawa dampak bagi kehidupan manusia. Di satu

dokumen-dokumen yang mirip
Manusia dilahirkan daiam keadaan yang tidak berdaya sarna sekaii. Sejak dilahirkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang melibatkan penguasaan suatu kemampuan, keterampilan, serta

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

Setiap fase kehidupan menuntut tugas-tugas perkembangan yang baru bagi. setiap individu, seperti pada masa dewasa awal yang merupakan waktu pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BABI PENDAHULUAN. Dalam menjalani suatu kehidupan, banyak orang yang mempunyai pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

Bab I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. tersebut maka terjadi banyak perubahan di segala bidang termasuk di bidang

BAB I. PENDAHULUAN. perkembangan siswa karena siswa menghabiskan hampir sepertiga waktunya berada

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang, yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, mencari pekerjaan bukan lagi hal yang mudah. Persaingan yang ketat, membuat masing-masing individu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bangsa yang mampu bertahan dan mampu memenangkan persaingan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh siswa di Madrasah Aliyah (MA) Almaarif Singosari-Malang,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan merupakan hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. didik terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menyadari akan pentingnya menciptakan warga negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Individu mulai mengenal orang lain di lingkungannya selain keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah hal yang baru lagi, khususnya bagi masyarakat. Kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Sedemikian

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam proses belajar karena motivasi dapat mempengaruhi apa,

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

: Pengaruh kemampuan awal, motivasi belajar, dan kecemasan menghadapi tes matematika terhadap prestasi belajar matematika siswa BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Perbincangan mengenai rendahnya mutu pendidikan di Indonesia bukanlah hal

Anak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu. menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kualitas hidup. Istilah kualitas hidup digunakan untuk mengevaluasi

BAB I PENDAHULUAN. Hidup ini memang penuh dengan aneka pilihan. Tetapi menentukan atau

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu terlahir dengan memiliki kapasitas untuk belajar yang

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menciptakan berbagai hal seperti konsep, teori, perangkat teknologi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. nama yang baik dan mempunyai makna sesuai keinginan orang tua agar anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya maupun mengenai diri mereka sendiri. dirinya sendiri dan pada late childhood semakin berkembang pesat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja mempunyai tempat khusus dalam setiap masyarakat, karena

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu faktor pembentuk pribadi manusia, seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. kurang berkembang karena mereka tidak mengaktualisasikan seluruh potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan dapat dilaksanakan dengan sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. memberi makan, minum, pakaian, dan sebagainya. Tetapi juga. oleh orangtua dan guru. Anak yang memiliki motivasi akan

Transkripsi:

BABI PENDAHULUAN

BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era global temyata membawa dampak bagi kehidupan manusia. Di satu sisi membawa kemajuan pesat dan manfaat besar di segala bidang, tetapi di sisi lain individu makin menyadari keterbatasannya, sehingga muneul paradigma yang memaksa individu untuk bersaing dan maju, atau tertinggal di belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat mengakibatkan adanya perkembangan yang pesat pula di bidang pendidikan. Muneullah persaingan yang makin ketat di dunia pendidikan terutama peserta didik atau siswa. Persaingan tersebut teijadi karena siswa didorong untuk meningkatkan kemampuan yang ada, sekaligus mempertahankan prestasi yang telah dieapainya agar dapat bertahan bahkan menjadi yang terbaik di antara siswa lain. Sejak masa kanak-kanak, individu selalu diuji untuk menentukan posisi prestasi mereka di antara ternan sebaya. Menurut Steinberg (1999: 369) sejak masa kanak-kanak perbedaan prestasi di sekolah sudah tampak namun pada masa remajalah individu mulai dapat memahami akibat dari perbedaan pre stasi tersebut terhadap keberhasilan saat ini dan masa yang akan datang. Selama awal dan pertengahan masa remaja, dunia sekolah merupakan kaneah utama untuk menunjukkan keunggulan diri (Steinberg, 1999: 391). Pada sistim pendidikan saat ini, posisi seseorang dalam ranking kelas yang menunjukkan kemampuan siswa, seeara eksplisit dapat terlihat pada 1

2 rapor. Selain posisi ranking kelas ada juga posisi siswa pada ranking kelas pararel (selanjutnya disebut RKP), Daftar posisi RKP memuat nama-nama siswa, diurutkan berdasarkan total nilai rapor tertinggi untuk setiap tingkat kelas dan diumumkan pada papan pengumuman sekolah. RKP dapat memberikan informasi realistis mengenai performance siswa, yang membutuhkan persepsi akurat mengenai kelebihan dan kelemahannya untuk penentuan karir masa depan. Bagi para siswa, posisi pada RKP merupakan pembuktian prestasinya dalam kalangan sekolah. ltulah sebabnya persaingan yang terjadi menjadi makin ketat bahkan persaingan tersebut kadangkala menjadi tidak sehat dan makin mengecilkan mental antar pesaing terutama bagi mereka yang merasa dirinya tidak mampu. Ranking akan sangat efektif memotivasi siswa yang punya rencana untuk masuk universitas favorit yang menuntut ranking tinggi, sehingga meraih ranking adalah tujuan utama bagi para siswa. Dengan menduduki ranking, maka siswa juga akan "dinobatkan" sebagai pemimpin oleh ternan sekelasnya. Hal-hal tersebut dapat menimbulkan sikap yang berbeda-beda pada setiap siswa. Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan individu mengenai obyek atau situasi yang relatif konstan, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada individu tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dengan cara tertentu yang menjadi pilihannya. Ada beberapa hal yang mempengaruhi sikap terhadap posisi RKP mereka. Eccles, J. dkk (dalam Santrock, J.W., 2001: 400) menyatakan bahwa siswa sering membandingkan kemampuan mereka dengan kawannya karena

3 mereka semakin sering dinilai dalam performance relatif mereka dalam tugas dan tes. Teori Erikson's mengenai tugas perkembangan dalam eight life-span stages (1968) menyebutkan, mulai usia 6 tahunlakhir masa kanak-kanak sampai awal remaja yaitu tahap keempat, siswa memusatkan perhatian mereka pada penguasaan ilmu dan kemampuan intelektual. Ia dikatakan berhasil, bila dapat menyelesaikan tahap industri dengan baik, sedangkan bila gagal, maka ia membentuk perasaan tidak percaya diril inferiority, tidak produktif. HasH yang dicapai dalam tahap ini akan mempengaruhi tahap selanjutnya. Remaja berada pada tahap kelima yaitu identity vs identity confusion. Remaja mencoba mencari jati diri mereka dan juga mencari arah kemana tujuan hidup mereka. Masa remaja adalah titik kritis orientation achievement bagi banyak siswa (Santrock, 2001: 413). Hanya para siswa dengan prestasi tinggi saja memiliki kesempatan untuk masuk jenjang pendidikan universitas lewat jalur prestasi dan menorehkan nama baik sebagai siswa pandai yang disegani ternan dan dibanggakan orangtua. Biasanya para siswa dengan nilai bagus masuk ke sekolah favorit, jadi dapat dikatakan di sekolah favorit banyak siswa mempunyai prestasi yang tinggi, sehingga muncullah persaingan yang tajam dan ketat di antara para siswanya. Ada berbagai perilaku siswa yang menampakkan sikap mereka terhadap ranking akademis, yaitu fenomena "les privat bukan karena bodoh", yang telah terjadi sejak dulu sampai sekarang (Suara Karya, 18 September 1984: 3).

4 Kegiatan les privat seyogyanya merupakan pelajaran remedial untuk membantu para siswa yang kurang paham materi di sekolah. Ternyata para siswa pandai bahkan yang mencapai RKP juga mengikuti les privat Mereka juga merasa wajib untuk mengikuti beberapa les privat dengan tujuan untuk mempertahankan posisi RKP-nya. Mereka rajin berburu soal ulangan dari kelas pararel lain dan juga hafal nilai ulangan ternan sekelas yang berdekatan rankingnya. Bahkan perasaan mereka sangat dipengaruhi oleh perbandingan nilai-nilai ulangan harian yang diumumkan oleh guru di kelas. Agar dapat berprestasi di sekolah favorit, para siswa dituntut untuk mempelajari semua mata pelajaran yang disukai maupun yang tidak disukai, baik yang mudah maupun yang sulit. Mereka dituntut untuk tekun belajar sekajipun nilai ulangan yang diperoleh tidak sebanding dengan waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk belajar. Mereka tekun belajar dengan tujuan agar posisinya tidak tergantikan oleh orang lain. Mereka sangat menyadari adanya sistim ranking kompetitif di sekolah dan menyadari pula bahwa setiap penurunan nilai, walau kecil, akan sangat mempengaruhi posisi RKP mereka. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kecemasan dirasakan juga oleh murid yang berprestasi. Ada ketakutan bila terjadi penurunan pada nilai yang telah mereka capai maupun penurunan posisi RKP sekalipun tidak terjadi penurunan total nilai raport, karena hadirnya pesaing-pesaing baru yang akan mengalahkan mereka. Para siswa tidak lagi percaya pada kemampuan sendiri sebelum membandingkan nilai dengan Daftar RKP yang diumumkan secara tertulis di papan pengumuman sekolah pada setiap penerimaan rapor.

5 Menumt Eccles, Wigfield, & Schiefele (dalam Santrock, 2001: 409) tingkat kecemasan tinggi pada beberapa siswa diakibatkan oleh harapan prestasi dan tekanan orangtua yang tidak realistis. Banyak siswa mengalami peningkatan kecemasan setelah mereka mencapai grade level yang lebih tinggi, dimana mereka lebih sering menghadapi evaluasi dan social comparison dan terkadang pengalaman kegagalan. Pada sekolah-sekolah yang menciptakan keadaan tersebut, maka kecemasan para siswa akan meningkat. Kecemasan berlebihan menimbulkan berbagai dampak, seperti yang dinyatakan oleh beberapa orang ahli yaitu: Hill & Wigfield (dalam Slavin, 1994: 365) menyatakan fear of failure dan loss of self esteem mempakan sumber kecemasan di sekolah. Siswa berprestasi tinggi juga dapat merasa sangat cemas, kuatir tidak sempuma dalam tugas tugas sekolah.. Selain itu menumt Tobias; Navech-Benyamin (dalam Slavin, R.E., 1994: 365) kecemasan dapat menghalangi pre stasi siswa dalam berbagai bentuk. Di satu sisi yang berbeda, negara kita membutuhkan siswa yang mampu bertahan dalam situasi yang sulit untuk mengarungi usianya dengan sukses dan menjadi penerus bangsa. Masih banyak siswa kita yang tidak berhasil memaksimalkan potensi mereka karena pola asuh orangtua kurang baik, kurang dukungan sekolah maupun lingkungan. Siswa membutuhkan cinta dan pengertian orangtua serta membutuhkan sekolah dengan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan mental dan jasmani mereka. Siswa membutuhkan lingkungan yang mendukung sehingga mereka dapat tumbuh menjadi individu

e yang tangguh menghadapi masa depan, khususnya tetap mampu untuk berprestasi di sekolah tanpa terganggu kecemasan berlebihan. Dari uraian di atas dapat disimak bahwa. sistim ranking kelas "- mengarahkan sikap siswa yang suka maupun tidak suka terhadap ranking akademis tersebut yang akhimya juga menimbulkan efek kecemasan pada siswa itu sendiri. Berdasarkan fenomena tersebut menarik untuk diteliti sejauh mana hubungan antara sikap terhadap ranking akademis dengan kecemasan terhadap penurunan posisi RKP. 1.2 Batasan Masalah Agar lingkup penelitian menjadi jelas, maka dilakukan batasan masalah sebagai berikut: meskipun ada banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi kecemasan terhadap penurunan posisi RKP, namun penelitian ini dibatasi hanya variabel sikap terhadap ranking akademis yang diperkirakan mempunyai hubungan dengan variabel kecemasan terhadap penurunan posisi RKP. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian korelasional yaitu penelitian untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara sikap terhadap ranking akademis dengan kecemasan terhadap penurunan posisi RKP. Agar wilayah penelitian menjadi jelas, maka subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1 SMU St Louis Surabaya I, dengan pertimbangan bahwa mereka sudah pemah meraih posisi RKP pada semester yang sebelumllya dan untukjalur prestasi universitas disyaratkan posisi ranking kelas tinggi pada rapor kelas 1 dan kelas 2 SMU.

7 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan batasan masalah, maka masalah yang ada dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: "Apakah ada hubungan antara sikap terhadap ranking akademis dengan kecemasan terhadap penurunan posisi ranking kelas pararel?". 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya " hubungan antara sikap terhadap ranking akademis dengan kecemasan terhadap penurunan posisi ranking kelas pararel". 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sbb : a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi Imasukan bagi pengembangan teori psikologi khususnya psikologi klinis dan psikologi pendidikan, yaitu faktor-faktor yang berpengaruh pada kecemasan mempertahankan prestasi di sekolah yang menggunakan sistim ranking terbuka. b. Manfaat Praktis 1. Memberi masukan bagi para guru dan pengelola sekolah yang mcnerapkan sistim ranking pararel/sistim kompetitif secara terbukaldipublikasikan

8 mengenai ada tidaknya kecemasan pada diri siswa didiknya, sesuai peran preventif dari ilmu psikologi kesehatan. 2. Memberi masukan sebagai bahan pertimbangan bagi siswa-siswa apa sebenarnya makna ranking akademis sekolah. 3. Dapat dijadikan data sekunder bagi peneliti lanjutan yang ingin meneliti variabel-variabel yang ada kaitannya dengan variabel yang diteliti dalam penelitian ini.