TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN CUKAI DAN/ATAU DENDA ADMINISTRASI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN

NOMOR : 38/PMK.04/2005 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN BEA MASUK, DENDA ADMINISTRASI, DAN/ATAU BUNGA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KOP SURAT PEMOHON (PIHAK YANG BERHAK) Nomor : Tanggal... Lampiran : Hal : Permohonan Pengembalian Cukai dan/atau Denda Administrasi *)

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG

SURAT EDARAN Nomor SE-17/BC/2005 TENTANG

NOMOR 27/PMK.04/2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IMBALAN BUNGA DI BIDANG KEPABEANAN DAN CUKAI MENTERI KEUANGAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

L2

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P 14/BC/2006 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-15/BC/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.03/2005 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 3 /BC/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008

MENTERI KEUANGANN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN DOKUMEN. Keuangan. Lembaran. Indonesia TENTANG. 2. Dokumen

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 18/BC/2017 TENTANG DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

NOMOR : 37/PMK.04/2005 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI YANG TELAH DIBAYAR DALAM RANGKA KEMUDAHAN IMPOR TUJUAN EKSPOR

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68/KMK.04/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.04/2009 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 214/PMK.04/2008 TENTANG PEMUNGUTAN BEA KELUAR

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 35/BC/2014 TENTANG TATA CARA TIDAK DIPUNGUT CUKAI

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

2012, No NAMA, JENIS, DAN KODE DOKUMEN CUKAI. Daftar Dokumen Jenis Nomor Kode. Nama. Nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG

KOP SURAT PEMOHON (PIHAK YANG BERHAK)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 237/PMK.04/2009 TENTANG TIDAK DIPUNGUT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 13/PMK.04/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 17/KMK

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 118/KMK. 04/2004 TENTANG

-1- PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 2 /BC/2011 TENTANG PENGELOLAAN JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN

2015, No dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, perlu menetapkan P

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 16 /BC/2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 65/PMK.04/2007 TENTANG PENGUSAHA PENGURUSAN JASA KEPABEANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBAGIAN HASIL PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

2016, No b. bahwa dalam rangka efektifitas dan efisiensi penyelesaian pengembalian kelebihan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/PMK.04/2011 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 160jPMK.Olj2008 TENTANG PEMBERIAN IMBALAN BUNGA DI BIDANG KEPABEANAN DAN/ ATAU CUKAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.224, 2010

235/PMK.04/2009 PENIMBUNAN, PEMASUKAN, PENGELUARAN, DAN PENGANGKUTAN BARANG KENA CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

CONTOH FORMAT NOTA PENGHITUNGAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA (NPPIB) NOTA PENGHITUNGAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA. Nomor : NPPIB. (3a).. Tanggal :... (3b).

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN UTANG BEA MASUK, BEA KELUAR,

2 Mengingat Tata Cara Penghitungan dan Pemberian Imbalan Bunga; : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 226/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Penghitungan dan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 96/PMK.04/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 186/PMK.03/2015 TENTANG

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan L

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 106/PMK.04/2007 TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI ATAS IMPOR KEMBALI BARANG YANG TELAH DIEKSPOR

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 116/PMK.04/2005 TENTANG

2017, No Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1995 tent

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.03/2015 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.04/2009 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PMK.04/2014 TENTANG

PEMBERITAHUAN DAN PERHITUNGAN BEA KELUAR EKSPOR BARANG BAWAAN DAN KIRIMAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 129/KMK.04/2003 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 83/PMK.05/2008 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 42 /BC/2010

2 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.07/2013 tentang Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENT

NOMOR 115/PMK.04/2008 TENTANG PENCACAHAN DAN POTONGAN ATAS ETIL ALKOHOL DAN MINUMAN YANG MENGANDUNG ETIL ALKOHOL MENTERI KEUANGAN,

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR SE - 09/BC/2017

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER -15 /BC/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.04/2007 TENTANG PENGELUARAN BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER - 1/BC/2011 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/KMK.05/2000 TENTANG ENTREPOT UNTUK TUJUAN PAMERAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 62/PMK.04/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 of 6 18/12/ :44

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No. SOP: 16/TMPB/2016. Revisi Ke - Tanggal Penetapan 7 Desember Tanggal Revisi: -

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1996 TENTANG IZIN PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penyelesaian Terhadap Barang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Barang Ekspor. Barang Impor. Pengeluaran.

-1- KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 10/BC/2011 TENTANG

2017, No Melaksanakan Pelunasan dengan Cara Pembayaran; c. bahwa untuk lebih memberikan kepastian hukum, meningkatkan pelayanan di bidang cukai

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 88/PMK.04/2007 TENTANG PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYIMPANAN DAN PENCAIRAN DANA CADANGAN

Menimbang : Mengingat :

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 31/BC/2007

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 71/PMK.03/2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian Keuangan. Rekening. Saldo Nihil. Treasury Single Account.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Pembangunan. Pasca Bencana Alam.

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PMK.04/2006 Menimbang : TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN CUKAI DAN/ATAU DENDA ADMINISTRASI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, tata cara pengembalian cukai dalam rangka melaksanakan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.05/1996, perlu disempurnakan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pengembalian Cukai dan/atau Denda Administrasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3613); 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4189); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 6. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapat dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4212) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4418); 7. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005; 8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 5/KMK.01/1993 tentang Penunjukan Bank Sebagai Bank Persepsi Dalam Rangka Pengelolaan Setoran Penerimaan Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 296/KMK.03/2003; 9. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 240/KMK.05/1996 tentang Pelunasan Cukai sebagaimana telah telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 105/KMK.05/1997; 10. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 444/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan Kantor Pelayanan Bea Cukai; 11. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 84/KMK.04/2003 tentang Tata Laksana Pembayaran dan Penyetoran Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor dan Penerimaan Negara atas Barang Kena Cukai Buatan Dalam Negeri; 12. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 302/KMK.01/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 426/KMK.01/2004; 13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; Menetapkan : MEMUTUSKAN : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN CUKAI DAN/ATAU DENDA ADMINISTRASI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri Keungan ini, yang dimaksud dengan: 1. Pihak yang berhak mendapatkan pengembalian Cukai dan/atau Denda Administrasi, yang selanjutnya disebut Pihak yang berhak adalah orang pribadi, Pengusaha Pabrik, Importir Barang Kena Cukai, atau Pengusaha tempat Penyimpanan. 2. Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) adalah Kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tempat dipenuhinya kkewajiban Cukai sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku. 3. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang merupakan mitra kerja KPBC. 4. Bank Operasional I adalah Bank yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk mengelola penerimaan dan pengeluaran yang membebani Rekening Kas Umum Negara. 5. Surat Keputusan Pengembalian Cukai (SPMKC) adalah surat keputusan yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan tentang pengembalian Cukai dan/atau Denda Administrasi. 6. Surat Perintah Membayar Kembali Cukai (SPMKC) adalah surat yang diterbitkan oleh Kepala Kantor

Pelayanan Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan mengenai pengembalian Cukai dan/atau Denda Administrasi, sebagai dasar penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana. 7. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) adalah surat yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara untuk melaksanakan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPMKC. Pasal 2 (1) Pengembalian cukai dapat diberikan dalam hal: a. terdapat kelebihan pembayaran cukai karena kesalahan perhitungan; b. Barang Kena Cukai yang telah dibayar cukainya kemudian diekspor; c. Barang Kena Cukai yang telah dibayar cukainya yang berada di peredaran bebas dimasukkan ke pabrik untuk dimusnahkan atau diolah kembali; d. Barang Kena Cukai yang telah dibayar cukainya kemudian mendapatkan pembebasan cukai; e. pita cukai yang telah diterima dan belum dilekatkan oleh Pengusaha Pabrik atau Importir Barang Kena Cukai, dikembalikan karena pita cukai tersebut rusak atau tidak dipakai; f. Barang Kena Cukai yang berasal dari Luar Negeri telah dilekati pita cukai kemudian setelah berada di Kawasan Pabean tidak jadi dimasukkan ke peredaran bebas; atau g. teradapat kelebihan pembayaran sebagai akibat putusan lembaga banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai. (2) Pengembalian cukai juga diberikan terhadap kelebihan pembayaran cukai dan/atau kelebihan pembayaran denda administrasi sebagai akibat pelanggaran terhadap ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai. (3) Pengembalian Cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan memenuhi ketentuan : a. untuk Barang Kena Cukai yang pelunasan cukainya dengan cara pelekatan pita cukai, pita cukai yang akan diberikan pengembalian cukai telah dipesan pada tahun anggaran berjalan atau pada satu tahun anggaran sebelumnya; atau b. untuk Barang Kena Cukai yang pelunasan cukainya dengan cara pembayaran, cukai yang dimohonkan pengembalian telah dibayar pada tahun anggaran berjalan atau pada satu tahun anggaran Pasal 3 (1) Pengembalian cukai dan/atau denda administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dilakukan dengan penerbitan SPMKC setelah terlebih dahulu diperhitungkan dengan utang cukai dan/atau denda administrasi Pihak yang berhak. (2) Dalam hal Pihak yang berhak adalah Pengusaha atau Importir Barang Kena Cukai yang pelunasan

cukainya dengan cara pelekatan pita cukai, tidak mempunyai utang cukai dan/atau denda administrasi, atas permintaannya pengembalian cukai dan/atau denda administrasi dapat diperhitungkan dengan pemesanan pita cukai berikutnya. BAB II PENGEMBALIAN CUKAI/ATAU DENDA ADMINISTRASI Pasal 4 (1) Untuk mendapatkan penaembalian cukai dan/atau denda administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2), Pihak yang berhak mengajukan permohonan kepada Kepala KPBC setempat. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan ini dengan dilampiri asli bukti pembayaran cukai dan/atau denda administrasi serta dokumen yang memuat bukti-bukti yang menjadi dasar permohonan tersebut. Pasal 5 (1) Permohonan pengembalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dapat diproses apabila setoran cukai dan/atau denda Administrasi yang diminta pengembalian oleh pihak yang berhak telah diterima dan dibukukan di Rekening Kas Umum Negara. (2) Permohonan pengembalian cukai dan/atau denda administrasi diproses untuk disetujui atau ditolak dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar, tidak termasuk waktu yang dipergunakan dalam pelaksanaan audit. Pasal 6 (1) Kepala KPBC setelah meneliti permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) a. dalam hal permohonan disetujui, atas nama Menteri Keuangan menerbitkan SKPC menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini; atau b. dalam hal permohonan ditolak, membuat surat pemberitahuan penolakan. (2) SKPC sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dibuat dalam rangkap 4 (empat) dengan peruntukan sebagai berikut: a. lembar ke-1 untuk pihak yang berhak; b. lembar ke-2 untuk Direktur Jenderal Bea dan Cukai; c. lembar ke-3 untuk KPPN mitra kerja KPBC; dan d. lembar ke-4 untuk KPBC yang menerbitkan.

(3) Pengembalian cukai dan/atau denda administrasi kepada pihak yang berhak dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya SKPC. Pasal 7 (1) Berdasarkan SKPC sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a, kepala KPBC atas nama Menteri Keuangan menerbitkan SPMKC dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III Peraturan Menteri Keuangan ini. (2) SPMKC sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam rangkap 4 (empat) dengan peruntukan sebagai berikut: a. lembar ke-1 dan lembar ke-2 untuk KPPN; b. lembar ke-3 untuk Pihak yang berhak;dan c. lembar ke-4 untuk KPBC yang menerbitkannya. (3) SPMKC dibebankan pada mata anggaran pengembalian pendapatan cukai tahun anggaran berjalan, yaitu pada mata anggaran yang sama atau sejenis dengan mata anggaran penerimaan setoran cukai. (4) SPMKC disampaikan ke KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum berakhirnya jangka waktu pengembalian cukai dan/atau denda administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3). (5) SPMKC disampaikan ke KPPN secara langsung oleh petugas yang ditunjuk. Pasal 8 (1) Berdasarkan SPMKC sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Kepala KPPN atas nama Menteri Keuangan menerbitkan SP2D dalam rangkap 3 (tiga) dengan peruntukan sebagai berikut : a. lembar ke-1 untuk Bank Operasional; b. lembar ke-2 untuk penerbit SPMKC; dan c. lembar ke-3 untuk KPPN yang menerbitkan. (2) KPPN wajib menerbitkan SP2D paling lama 2 (dua) hari kerja sejak SPMKC diterima secara lengkap dan banar. (3) SP2D disampaikan secara langsung oleh petugas yang ditunjuk ke Bank Operasional I untuk dilakukan pembayaran dengan cara pemindahbukuan dana ke rekening Pihak yang berhak dan tidak diperkenankan membayar secara tunai. (4) KPPN mengembalikan lembar ke-2 SPMKC disertai lembar ke-2 SP2D yang telah diberi cap "Telah Diterbirkan SP2D Tanggal... Nomor..." kepada penerbit SPMKC melalui pos tercatat. Pasal 9 Kepala KPBC menyampaikan specimen tanda tangannya dan specimen tanda tangan Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani SPKC dan SPMKC, serta specimen cap dinas kepada Kepala KPPN.

BAB III PENGEMBALIAN CUKAI KARENA KESALAHAN PERHITUNGAN Pasal 10 (1) Pengembalian cukai atas kelebihan pembayaran karena kesalahan perhitungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a diberikan kepada Pengusaha Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan, atau Importir Barang Kena Cukai. (2) Kelebihan pembayaran karena kesalahan perhitungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kesalahan yang disebabkan oleh : a. kesalahan perhitungan dalam perkalian, pembagian, pengurangan, atau penjumlahan; b. kesalahan dalam penerapan tarif dan/atau harga; atau c. kesalahan perhitungan pada waktu pencacahan. (3) Kesalahan perhitungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diperoleh dari hasil temuan pengusaha yang bersangkutan atau dari hasil pemeriksaan Pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. (4) Atas kesalahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai membuat Nota Pembetulan dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV Peraturan Menteri Keuangan ini. (5) Berdasarkan Nota Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Kepala KPBC menerbitkan Surat Penetapan Kelebihan Pembayaran Cukai (SKPBC) dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran V Peraturan Menteri Keuangan ini. (6) SPKPC sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dipergunakan sebagai dasar permohonan pengembalian cukai yang wajib dilampirkan dalam permohonan pengembalian. BAB IV PENGEMBALIAN CUKAI ATAS BARANG KENA CUKAI YANG DI EKSPOR Pasal 11 Pengembalian cukai atas Barang Kena Cukai yang telah dibayar cukainya kemudian diekspor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b meliputi : a. pengembalian cukai atas Barang Kena Cukai yang pelunasan cukainya dengan cara perekatan pita cukai; dan b. pengembalian cukai atas Barang Kena Cukai yang pelunasan cukainya dengan cara pembayaran kemudian. Pasal 12 (1) Pengembalian cukai atas Barang Kena Cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a hanya

diberikan kepada Pengusaha Pabrik; (2) Sebelum pelaksanaan ekspor, Pengusaha Pabrik wajib memberitahukan kepada Kepala KPBC yang mengawasi pelabuhan muat dengan mengggunakan formulir PBCK-2 sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VI Peraturan Menteri Keuangan ini. (3) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala KPBC yang mengawasi pelabuhan muat menunjuk Pejabat Dirketorat Jenderal Bea dan Cukai untuk melakukan pemeriksaan barang dan membuat Berita Acara Pemeriksaan dengan menggunakan formulir BACK-1 sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VII Peraturan Menteri Keuangan ini. (4) Dalam hal Barang Kena Cukai yang diekspor telah dilekati pita cukai, sebelum diekspor pita cukai yang melekat pada Barang Kena Cukai dirusak sehingga tarif cukai dan Harga Dasar yang tercantum pada pita cukai tidak dapat dibaca lagi, Pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai membuat Berita Acara Perusahaan Pita Cukai dengan menggunakan formulir BACK-2 sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VIII Peraturan Menteri Keuangan ini. (5) Terhadap pita cukai yang dirusak sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dikenakan biaya pengganti pita cukai yang besarnya ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai dan diperhitungkan dengan pengembalian cukainya. (6) Pelaksanaan ekspor Barang Kena Cukai yang mendapatkan pengembalian harus dilakukan dibawah pengawasan Pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan pada dokumen ekspor yang bersangkutan Pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai membuat catatan mengenai pelaksanaan ekspor dimaksud. (7) BACK-2 sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dan fotocopy dokumen ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (6) yang telah dilegalisir oleh Pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dikirim Kepala KPBC yang mengawasi pabrik bersangkutan. (8) Kepala KPBC yang mengawasi pabrik tersebut setelah menerima BACK-2, menerbitkan Tanda Bukti Perusakan Pita Cukai dengan mengggunakan formulir CK-2 sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IX Peraturan Menteri Keuangan ini. (9) Fotocopy dokumen eskpor sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dan CK-2 sebagaimana dimaksud pada ayat 98), dipergunakan sebagai dasar permohonan pengembalian cukai. Pasal 13 (1) Pengembalian cukai atas Barang Kena Cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b, diberikan kepada Pengusaha Pabrik atau Pengusaha Tempat Penyimpanan. (2) Pengusaha Pabrik atau Pengusaha Tempat Penyimpanan sebelum melaksanakan ekspor, memberitahukan kepada Kepala KPBC yang mengawasi pelabuhan muat dengan menggunakan formulir PBCK-2.

(3) Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala KPBC yang mengawasi pelabuhan muat menunjuk Pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk melakukan pemeriksaan barang dan membuat Berita Acara Pemeriksaan dengan menggunakan formulir BACK-1. (4) Pelaksanaan ekspor Barang Kena Cukai yang mendapatkan pengembalian harus dilakukan dibawah pengawasan Pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan pada dokumen ekspor yang bersangkutan Pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai membuat catatan mengenai pelaksanaan ekspor dimaksud. (5) BACK-1 sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dan fotocopy dokumen ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (4) yang telah dilegalisir oleh Pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dikirim kepada Kepala KPBC yang mengawasi pabrik atau tempat penyimpanan bersangkutan. (6) BACK-1 dan fotocopy dokumen ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dipergunakan sebagai dasar permohonan pengembalian cukai. BAB V PENGEMBALIAN CUKAI ATAS BARANG KENA CUKAI YANG DIMUSNAHKAN ATAU DIOLAH KEMBALI Pasal 14 (1) Pengembalian cukai atas Barang Kena Cukai yang pelunasan cukainya dengan cara perekatan pita cukai yang dimasukkan kembali dari peredaran bebas ke pabrik untuk dimusnahkan atau diolah kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf c hanya diberikan kepada Pengusaha Pabrik. (2) Sebelum pemasukan kembali Barang Kena Cukai ke pabrik untuk dimusnahkan atau diolah kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengusaha Pabrik harus memberitahukan kepada Kepala KPBC yang mengawasi pabrik dengan menggunakan formulir CK-13 sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran X Peraturan Menteri Keuangan ini. (3) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala KPBC menunjuk Pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk melakukan pemeriksaaan barang dan membuat Berita Acara Pemeriksaan dengan mengggunakan formulir BACK-1. (4) Sebelum pemusnahan atau pengolahan kembali Barang Kena Cukai, Pengusaha Pabrik memberitahukan kepada Kepala KPBC yang mengawasi dengan menggunakan formulir PBCK-3 sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran XI Peraturan Menteri Keuangan ini. (5) Pemusnahan atau pengolahan kembali atas Barang Kena Cukai dilakukan dengan ketentuan pita cukai yang bersangkutan harus dirusak sehingga tidak dapat digunakan lagi dan dibuatkan Berita Acara Perusakan Pita Cukai dengan menggunakan formulir BACK-2. (6) Terhadap pita cukai yang dirusak sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dikenakan biaya pengganti

pita cukai yang besarnya ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai dan diperhitungkan dengan pengembalian cukainya. (7) Pemusnahan Barang Kena Cukai dapat dilakukan di Luar Pabrik di bawah pengawasan KPBC setempat dengan ini Direktur Jenderal Bea dan Cukai. (8) Terhadap pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (7), dibuatkan Berita Acara Perusakan Pita Cukai dengan menggunakan formulir BACK-2 dan dikirim kepada Kepala KPBC yang mengawasi pabrik yang bersangkutan. (9) Berdasarkan BACK-2 sebagaimana dimaksud pada ayat (5), atau ayat (8), Kepala KPBC yang mengawasi pabrik menerbitkan Tanda Bukti Perusakan Pita Cukai dengan menggunakan formulir CK-2. (10) CK-2 sebagaimana dimaksud pada ayat (9) dipergunakan sebagai dasar permohonan pengembalian cukai. Pasal 15 (1) Pengembalian cukai atas Barang Kena Cukai yang pelunasan cukainya dengan cara pembayaran yang dimasukkan kembali dari peredaran bebas ke Pabrik untuk dimusnahkan atau diolah kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf c, hanya diberikan kepada Pengusaha Pabrik. (2) Sebelum pemasukan kembali Barang Kena Cukai ke Pabrik untuk dimusnahkan atau diolah kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengusaha Pabrik harus memberitahukan kepada Kepala KPBC yang mengawasi dengan menggunakan formuli CK-13. (3) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala KPBC menunjuk Pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk melakukan pemeriksaan barang dan membuat Berita Acara untuk melakukan pemeriksaan barang dan membuat Berita Acara Pemeriksaan dengan menggunakan formulir BACK-I. (4) Sebelum pemusnahan atau pengolahan kembali Barang Kena Cukai, Pengusaha Pabrik memberitahukan kepada Kepala KPBC yang mengawasi dengan menggunakan formulir PBCK-3. (5) Terhadap pemusnahan atau pengolahan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dibuat Berita Acara Pemusnahan/Pengolahan kembali menggunakan formulir BACK-3 sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran XII Peraturan Menteri Keuangan ini. (6) Pemusnahan Barang Kena Cukai dapat dilakukan di luar pabrik di bawah pengawasan KPBC setempat dengan ijin Direktur Jenderal Bea dan Cukai. (7) Terhadap pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), dibuat Berita Acara Pemusnahan/ Pengolahan Kembali menggunakan formulir BACK-3 dan dikirimkan kepada Kepala KPBC yang mengawasi bersangkutan. (8) BACK-3 sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (7) dipergunakan sebagai dasar permohonan

pengembalian cukai. BAB VI PENGEMBALIAN CUKAI KARENA MENDAPATKAN PEMBEBASAN CUKAI Pasal 16 (1) Pengembalian cukai atas Barang Kena Cukai yang telah dibayar cukainya kemudian mendapatkan pembebasan cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf d, diberikan kepada Pengusaha Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan, dan Importir Barang Kena Cukai. (2) Pengembalian cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan atas Barang Kena Cukai yang telah dikeluarkan dari pabrik, tempat penyimpanan,atau Kawasan Pabean dengan membayar cukai sambil menunggu keputusan pembebasan cukai yang telah diajukan permohonan pembebasan. (3) Pada dokumen pengeluaran Barang Kena Cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberi catatan nomor dan tanggal surat permohonan pembebasan cukai yang telah diajukan atas Barang Kena Cukai tersebut. (4) Surat Keputusan Pembebasan Cukai yang berlaku atas Barang Kena Cukai yang telah dikeluarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan dokumen pengeluaran Barang Kena Cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dipergunakan sebagai dasar permohonan pengembalian cukai. BAB VII PENGEMBALIAN CUKAI ATAS PITA CUKAI YANG RUSAK ATAU TIDAK DIPAKAI YANG BELUM DILEKATKAN PADA BARANG KENA CUKAI DAN PITA CUKAI YANG TELAH DILEKATKAN PADA BARANG KENA CUKAI YANG TIDAK JADI DIIMPOR Pasal 17 (1) Pengembalian cukai atas pita cukai yang rusak atau tidak dipakai dan belum dilekatkan pada Barang Kena Cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf e, diberikan kepada Pengusaha Pabrik atau Importir Barang Kena Cukai yang pelunasannya dengan cara pelekatan pita cukai. (2) Untuk mendapatkan pengembalian cukai atas pita cukai yang belum dilekatkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengusaha Pabrik atau Importir Barang Kena Cukai memberitahukan tentang pita cukai yang rusak atau tidak dipakai kepada Kepala KPBC yang mengawasi dengan menggunakan formulir PBCK-4 sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran XIII Peraturan Menteri Keuangan ini. (3) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala KPBC menunjuk Pejabat

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk melakukan pemeriksaan barang dan membuat Berita Acara Pemeriksaan dengan menggunakan formulir BACK-I. (4) Berdasarkan BACK-1 sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kepala KPBC memberikan pendapat Direktur Jenderal Bea dan Cukai tentang permohonan pengembalian cukai. (5) Pita cukai yang rusak atau tidak dipakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai BACK-1 dan pendapat Kepala KPBC sebagaimana dimaksud pada ayat (4), oleh Pengusaha Pabrik atau Importir Barang Kena Cukai dikirim kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai untuk memperoleh pengembalian cukai. (6) Terhadap pita cukai yang rusak atau tidak dipakai sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dikenakan biaya pengganti yang besarnya ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai. (7) Berdasarkan BACK-1 dan pendapat Kepala KPBC sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Direktur Jenderal Bea dan Cukai menerbitkan Tanda Bukti Penerimaan Pengembalian Pita Cukai dengan menggunakan formulir CK-3 sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran XIV Peraturan Menteri Keuangan ini. (8) CIC-3 sebagaimana dimaksud pada ayat (7), dipergunakan sebagai dasar permohonan pengembalian cukai. Pasal 18 (1) Pengembalian cukai atas pita cukai yang telah dilekatkan pada Barang Kena Cukai asal luar negeri yang setelah berada di Kawasan Pabean tidak jadi dimasukkan ke peredaran bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf f, diberikan kepada Importir Barang Kena Cukai yang memasukkan Barang Kena Cukai dengan cara pelekatan pita cukai. (2) Untuk mendapatkan pengembalian cukai atas pita cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Importir memberitahukan tentang Barang Kena Cukai dimaksud kepada Kepala KPBC pelabuhan pemasukan dengan menggunakan formulir PBCK-5 sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran XV Peraturan Menteri Keuangan ini. (3) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala KPBC menunjuk Pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk melakukan pemeriksaan Barang Kena Cukai dan membuat Berita Acara Pemeriksaaan dengan menggunakan formulir BACK-1. (4) Terhadap hasil pemeriksaan atas Barang Kena Cukai sebagaimana dimaksud pdaa ayat (3) Pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang ditunjuk membuat Berita Acara Pemeriksaan dengan menggunakan formulir BACK-1. (5) Terhadap Barang Kena Cukai yang telah dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) oleh Importir Barang Kena Cukai harus dimusnahkan atau dieekspor dibawah

pengawasan Pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan ketentuan pita cukai yang melekat pada Barang Kena Cukai harus dirusak sehingga tarif cukai dan harga dasar yang tercantum pada pita cukai tidak dapat dibaca lagi. (6) Terhadap pemusnahan/reekspor Barang Kena Cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Kepala KPBC Pelabuhan Pemasukan membuat Berita Acara Pemusnahan/Reekspor dengan menggunakan formulir BACK-4 sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran XVI Peraturan Menteri Keuangan ini. (7) Atas perusakan pita cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dibuatkan Berita Acara Perusakan Pita Cukai dengan menggunakan formulir BACK-2 dan dikirimkan kepada Kepala KPBC yang mengawasi Importir bersangkutan. (8) Setelah menerima BACK-2, Kepala KPBC yang mengawasi Importir Barang Kena Cukai menerbtikan Tanda Bukti perusakan Pita Cukai dengan menggunakan formulir CK-2. (9) Atas pita cukai yang telah dilekatkan pada Barang Kena Cukai yang tidak jadi diimpor sebagaimana dimaksud pada ayat (6), dikenakan biaya pengganti pita cukai yang besarnya ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai dan diperhitungkan dengan pengembalian cukainya. (10) BACK-4 sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan CK-2 sebagaimana dimaksud pada ayat (8), dipergunakan sebagai dasar permohonan pengembalian cukai. BAB VIII PENGEMBALIAN KARENA PUTUSAN LEMBAGA BANDING Pasal 19 (1) Pengembalian cukai atas kelebihan pembayaran sebagai akibat putusan lembaga banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf g, diberikan kepada Pengusaha Pabrik atau Pengusaha Tempat Penyimpanan. (2) Pengembalian denda administrasi sebagai akibat putusan lembaga banding diberikan kepada orang pribadi, Pengusaha Pabrik, Importir Barang Kena Cukai, atau Pengusaha Tempat Penyimpanan. (3) Putusan lembaga banding dipergunakan sebagai dasar permohonan pengembalian cukai dan/atau denda adaministrasi. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 20 Terhadap SPMKC yang telah diterbitkan dan belum dicairkan sebelum berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini, berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan ini. BAB X

KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Ketentuan teknis yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan ini diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai dan Direktur Jenderal Perbendaharaan, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri sesuai dengan bidang tugas dan kewenangannya masing-masing. Pasal 22 Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.05/1996 tentang Pengembalian Cukai dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 23 Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 23 Maret 2006 MENTERI KEUANGAN, ttd. SRI MULYANI INDRAWATI