Tashabuh Bahaya Laten Ditengah Umat TASHABUH BAHAYA LATEN DITENGAH UMAT

dokumen-dokumen yang mirip
Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

TAWASSUL. Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed

Ikutilah Sunnah dan Jauhilah Bid'ah

Bukti Cinta Kepada Nabi

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

Sifat-Sifat Ibadah Yang Benar

Ternyata Hari Jum at itu Istimewa

Penulis: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An Nawawi

Yang kafir. Yang dimaksud orang-orang kafir di sini adalah Yahudi dan Nashara sebagaimana yang disebutkan oleh Qatadah, As-Suddi, dan yang lainnya.

3 Wasiat Agung Rasulullah

AWAS!!! JANGAN SEPELEKAN PERKARA DALAM AGAMA ISLAM Al Ustadz Muhammad Umar as Sewed

Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya

Memperhatikan dan Menasihati Pemuda Untuk Shalat

Keistimewaan Hari Jumat

Tauhid Yang Pertama dan Utama

Dosa Bersumpah Dengan Menyebut Selain Allah

Meneladani Kepemimpinan Rosululloh Solawahualaihi wassalam

E٤٢ J٣٣ W F : :

Dusta, Dosa Besar Yang Dianggap Biasa

Tuduhan Bahwa Berpegang Terhadap Agama Penyebab Kemunduran Kaum Muslimin

Meraih Kemuliaan Hakiki Dengan Ilmu Syar'i

Berkawan dengan Orang Shalih

Takwa dan Keutamaannya

Allah Itu Maha Indah dan Mencintai Keindahan

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY ARIYAH. PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY ARIYAH Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak

Waspadai perbuatan tasyabuh/menyerupai. non muslim

===========================

Kekhususan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Yang Tidak Dimiliki Oleh Umatnya

Menerima dan Mengamalkan Kebenaran

Perjalanan Meraih Ridha Ar-Rahman

Istiqomah. Khutbah Pertama:

Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal

Tauhid Menghapuskan Seluruh Dosa

Munakahat ZULKIFLI, MA

Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Anda Memesan Sendiri Tempat di Neraka

Umrah dan Haji Sebagai Penebus Dosa

Syariat Adalah Amanah

Kufur kepada thaghut adalah syarat sahnya ibadah seseorang, sebagaimana wudhu merupakan syarat sah shalat.

Gaya Hidup Islami dan Jahili

KUMPULAN FATWA. Hukum Membagi Agama Kepada Isi dan Kulit. Penyusun : Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin. Terjemah : Muh. Iqbal Ahmad Gazali

Menghidupkan Sunnah Nabi yang Kian Terasing

Seribu Satu Sebab Kematian Manusia

Tegakkan Shalat Dengan Berjamaah

Umur Untuk Amal Shaleh

Muharram, Ketika kemuliaannya ternoda..

Khutbah Jumat: Peringatan dari Bahaya Godaan Harta

Indahnya Mengikuti Sunnah

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Merasakan Manisnya Keimanan

Adab dan Keutamaan Hari Jumat

Khutbah Jumat: Hakikat Takwa Kepada Allah

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orangorang yang ruku (Al Baqarah : 43)

: :

Kewajiban Menunaikan Amanah

Disebarluaskan melalui: website: TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

??????????????????????????????????????????????? :????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Keutamaan Ilmu. Disusun oleh Abu Mushlih Al Jukjakarti. 1 lihat Hasyiyah Tsalatsatul Ushul, hal. 11

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

Engkau Bersama Orang Yang Kau Cintai

Hari ini adalah hari Asyura, dan saya puasa pada hari tersebut, siapa yang suka maka hendaklah dia puasa dan siapa yang suka dia berbuka

Aktualisasi Makna Hijrah

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

Puasa Sunah Asyura: Waktu dan Keutamaannya

SERIAL BUKU ISLAM #

Adab-adab Yang Wajib di Dalam Puasa

Disebarluaskan melalui: Website: November, TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

*** Tunaikanlah Amanah

???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Tanda-Tanda Cinta Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam

Memahami Radikalisme Secara Utuh

Kewajiban Pemerintah dan Rakyat

Penulis : Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, M.Sc Dipublikasikan ulang dari

Persiapan Menuju Hari Akhir

Malu Kepada Allah. Khutbah Pertama:

Pilar-pilar Muhasabah

Kedudukan Dua Kalimat Syahadat Dalam Syariat Islam

Janganlah Berlaku Zalim

Edisi 02/ I/ Dzulhijjah/ 1425 H Januari/ 2005 M)

Para wanita di bulan ramadhan

Keutamaan Bulan Dzul Hijjah

Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama

MENCARI REZEKI DENGAN MENJADI SEORANG PEMBERANI (1)

Sahabat Rasulullah adalah Orang-orang Pilihan SAHABAT RASULULLAH ADALAH ORANG- ORANG PILIHAN

Ketika Untaian Kalamullah Sekedar Jadi Hiasan KETIKA UNTAIAN KALAMULLAH SEKEDAR JADI HIASAN

Hadits-Hadits Yang Menjelaskan Tentang Kenikmatan Iman

Jika Kuburan Dijadikan Tuhan

Membaca Sebagian Al-Quran Dalam Khutbah Jum'at

Renungan Pergantian Tahun

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT

BEBERAPA MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN PUASA RAMADHAN

Shalat Berjamaah Tidak di Rumah

Koreksi Ritual di Bulan Rajab

Meraih Sifat Qona ah (Merasa Kecukupan)

Ditulis oleh: Al Ustadz Abu Umar Ibrahim Hafidzhahullah

Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab

Penetapan Awal Bulan Ramadhan dan Syawal

Tafsir Surat Al-Kautsar

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

: : :

Transkripsi:

TASHABUH BAHAYA LATEN DITENGAH UMAT Ditulis oleh: Al-Ustadz Ruwaifi bin Sulaimi, Lc Oleh Barat (baca: musuh-musuh Islam), selama ini masyarakat Islam dikesankan sebagai sebuah gambaran keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan dan sebagainya. Begitu kuatnya kesan itu, sehingga umat Islam pun berhasil dibuat alergi dengan segala atribut dan nilai yang berbau Islam. Walhasil, umat merasa lebih nyaman dan lebih pe-de jika berbusana ala Barat, atau menjadi bagian dari produk-produk budaya Barat. Sejarah mencatat, kehidupan umat manusia sebelum diutusnya Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam sangatlah jauh dari petunjuk Ilahi. Norma-norma kebenaran dan akhlak mulia nyaris terkikis oleh kerasnya kehidupan. Tidak heran bila masa itu dikenal dengan masa jahiliah. Ketika kehidupan umat manusia telah mencapai puncak kebobrokannya, Allah Subhanahuwata ala mengutus Rasul pilihan-nya Muhammad bin Abdillah Shalallahu alaihi wa sallam dengan membawa petunjuk Ilahi dan agama yang benar, untuk mengentaskan umat manusia dari jurang kejahiliahan yang gelap gulita menuju kehidupan Islami yang terang benderang. Beliau tunjukkan semua jalan kebaikan, dan beliau peringatkan tentang jalan-jalan kebatilan. Sehingga benar-benar terasa bahwa kenabian dan apa yang beliau bawa merupakan barakah dan rahmat bagi semesta alam. Dan tidaklah Kami mengutusmu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 107) Oleh karena itu, Allah Subhanahuwata ala telah nobatkan beliau Shalallahu alaihi wa sallam sebagai suri teladan terbaik bagi umat manusia, dan Allah Subhanahuwata ala perintahkan

seluruh umat manusia untuk mengikutinya. Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian. (Al-Ahzab: 21) Dan ikutilah dia (Muhammad), agar kalian mendapat petunjuk. (Al-A raf: 158) Lebih dari itu, Allah Subhanahuwata ala mengancam orang-orang yang menentangnya dan menyalahi perintahnya. Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang mu min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah menguasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam neraka Jahannam. Dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (An-Nisa: 115) Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (An-Nur: 63) Atas dasar itulah, maka segala ajaran yang menyelisihi ajaran Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam adalah batil dan tidak boleh untuk diikuti, terlebih lagi bila bersumber dari orangorang kafir. Oleh karena itu, di antara prinsip Islam yang kokoh adalah kewajiban mengikuti jejak Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam dan dilarang untuk mengikuti atau bertasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir dan orang-orang yang menyelisihi Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam. Hakekat Tasyabbuh dan Menyelisihi Orang-Orang Kafir Pengertian Tasyabbuh Tasyabbuh secara etimologis adalah bentuk mashdar dari ( ) yang berarti menyerupai orang lain dalam suatu perkara. Sedangkan secara terminologis adalah menyerupai orang-orang kafir dan orang-orang yang menyelisihi Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam dalam hal aqidah, ibadah, perayaan/ seremonial, hari-hari besar, kebiasaan, ciri-ciri, dan akhlak yang merupakan ciri khas bagi mereka. Hukum Tasyabbuh dengan Orang-Orang Kafir Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: Telah kami sebutkan sekian dalil dari Al Qur an, As Sunnah, Ijma, atsar (amalan/ perkataan shahabat dan tabi in), dan pengalaman

[1], yang semuanya menunjukkan bahwa menyerupai mereka dilarang secara global. Sedangkan menyelisihi tata cara mereka merupakan sesuatu yang disyariatkan baik yang sifatnya wajib ataupun anjuran sesuai dengan tempatnya masing-masing. (Iqtidha Ash- Shirathil Mustaqim, 1/473) Siapakah Orang-Orang Kafir yang Tidak Boleh Kita Menyerupainya? Orang-orang kafir yang tidak boleh kita menyerupainya meliputi ahlul kitab (Yahudi dan Nashara) dan orang-orang kafir lainnya. Bahaya Tasyabbuh dengan Orang-Orang Kafir Di antara bahaya dan dampak negatif tasyabbuh adalah: Bahwa partisipasi dalam penampilan dan akhlak akan mewarisi kesesuaian dan kecenderungan kepada mereka, yang kemudian mendorong untuk saling menyerupai dalam hal akhlak dan perbuatan. Bahwa menyerupai dalam penampilan dan akhlak, menjadikan kesamaan penampilan dengan mereka, sehingga tidak tampak lagi perbedaan secara dzahir antara umat Islam dengan Yahudi dan Nashara (orang-orang kafir). Itu terjadi pada hal-hal yang asalnya mubah. Dan bila terjadi pada hal-hal yang menyebabkan kekafiran, maka sungguh telah jatuh ke dalam cabang kekafiran. Tasyabbuh dengan orang-orang kafir dalam perkara-perkara dunia akan mewariskan kecintaan dan kedekatan terhadap mereka. Lalu bagaimana dalam perkara-perkara agama? Sungguh kecintaan dan kedekatan itu akan semakin besar dan kuat, padahal kecintaan dan kedekatan terhadap mereka dapat meniadakan keimanan seseorang. Lebih dari itu Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam telah menyatakan: Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari mereka. (HR. Ahmad dan Abu Dawud dari shahabat Abdullah bin Umar radhiyallahuanhu, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami no. 6025) [Diringkas dari kitab Iqtidha Ash-Shirathil Mustaqim juz 1, hal. 93, 94, dan 550] *** Perkara-perkara yang Termasuk Tasyabbuh dan Diharuskan untuk Menyelisihinya

Perkara-perkara yang termasuk tasyabbuh dan diharuskan untuk menyelisihinya mencakup semua perkara yang merupakan ciri khas bagi mereka (di setiap masa) baik dalam hal aqidah, ibadah, hari-hari besar, penampilan/ model, ataupun tingkah laku. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah ketika mengomentari hadits Anas bin Malik radhiyallahuanhu: Lakukanlah apa saja (terhadap istri kalian) kecuali nikah (jima ). (HR. Muslim, Kitabul Haidh, hadits no. 302) Maka hadits ini menunjukkan bahwa apa yang Allah Subhanahuwata ala syariatkan kepada Nabi-Nya sangat banyak mengandung unsur penyelisihan terhadap orang-orang Yahudi. Bahkan beliau Shalallahu alaihi wa sallam menyelisihi mereka dalam semua perkara yang ada pada mereka, sampai-sampai mereka berkomentar: Orang ini (Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam) tidaklah mendapati sesuatu pada kami kecuali berusaha untuk menyelisihinya. (Iqtidha Ash-Shirathil Mustaqim, 1/214-215, lihat pula 1/365) Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin rahimahullah berkata: Tasyabbuh dengan orang-orang kafir terjadi dalam hal penampilan, pakaian, tempat makan, dan sebagainya karena ia adalah kalimat yang bersifat umum. Dalam artian, bila ada seseorang yang melakukan ciri khas orang-orang kafir, di mana orang yang melihatnya mengira bahwa ia termasuk golongan mereka (maka saat itulah disebut dengan tasyabbuh, pen). (Majmu Durus Wa Fatawa Al-Haramil Makki, 3/367) Perkara-perkara yang merupakan ciri khas mereka tersebut terbagi menjadi tiga jenis: Perkara yang disyariatkan dalam agama kita dan juga dalam agama mereka. Atau dahulu bukan syariat mereka namun saat ini mereka kerjakan sebagaimana kita mengerjakannya, seperti: shaum Asyura (10 Muharram, pen), shalat, dan shaum (puasa). Maka cara penyelisihannya adalah mengerjakannya dengan cara/ tuntunan yang berbeda dengan mereka. Seperti mengiringkan shaum tasu a (puasa 9 Muharram, pen) bersamaan dengan Asyura, menyegerakan berbuka dan shalat maghrib, serta mengakhirkan sahur. Perkara yang disyariatkan dalam agama mereka namun kemudian di-mansukh (dihapus) secara total, seperti hari Sabtu atau kewajiban shalat/ shaum tertentu. Maka diharamkan bagi kita untuk menyerupai mereka dalam perkara tersebut. Bahkan menyerupai mereka

dalam perkara tersebut lebih jelek dari menyerupai mereka dalam perkara jenis pertama. Perkara yang mereka ada-adakan dalam hal ibadah, adat, atau ibadah yang berkaitan dengan adat. Maka menyerupai mereka dalam jenis ini lebih jelek dari menyerupai mereka dalam dua jenis lainnya. (Diringkas dari Iqtidha Ash-Shirathil Mustaqim, 1/437-477) Bagaimana dengan Mobil, Pesawat Terbang, dan Perangkat Teknologi Lainnya? Memanfaatkan dan meniru mobil, pesawat terbang, alat-alat sains, dan teknologi lainnya bukanlah termasuk dari tasyabbuh. Karena apa yang mereka buat dan kembangkan tersebut hakekatnya bukanlah ciri khas/ kekhususan yang mereka miliki. Siapa saja baik muslim ataupun kafir yang bersungguh-sungguh mempelajari dan mengembangkannya akan mampu untuk membuatnya. Demikian pula mengimpor barang-barang tersebut dari negeri-negeri kafir dan menggunakannya, bukanlah bagian dari tasyabbuh. Karena Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam sendiri pernah menggunakan produk orangorang kafir baik pakaian, bejana, dan lain sebagainya. Sebagaimana pula beliau pernah menerima hadiah dari Muqauqis, seorang raja Mesir yang beragama Nashara. Namun bila penggunaan produk mereka diiringi dengan penerapan kebiasaan, tata cara, dan aturan yang merupakan ciri khas dari mereka (orang-orang kafir) maka yang demikian dilarang dan termasuk dari tasyabbuh. (Diringkas dari Muqaddimah (Muhaqqiq) Iqtidha Ash-Shirathil Mustaqim, 1/48 dengan beberapa tambahan). Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin rahimahullah berkata: Adapun sesuatu yang sudah tersebar di kalangan umat Islam dan orang-orang kafir, maka penyerupaan dalam hal ini diperbolehkan walaupun asalnya dari orang-orang kafir, selama bukan sesuatu yang dzatnya haram seperti pakaian sutra (untuk laki-laki, pen). (Majmu Durus wa Fatawa Al- Haramil Makki, 3/367) Bagaimana dengan Pantalon?

Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata: Pada pantalon (celana panjang yang umum dipakai kaum laki-laki saat ini, red) ada dua musibah: Pemakainya menyerupai orang-orang kafir, karena umat Islam dahulu memakai sirwal (celana) yang luas dan lebar, yang sampai hari ini sebagiannya masih dipakai di Syiria dan Lebanon. Umat Islam tidaklah mengenalnya kecuali setelah masa penjajahan. Dan ketika para penjajah itu hengkang, mereka tinggalkan peninggalan-peninggalan yang jelek, yang akhirnya diambil oleh (sebagian besar) umat Islam karena kebodohannya. Bahwasanya pantalon itu membentuk aurat, karena aurat laki-laki adalah dari lutut hingga pusar. Seorang yang mengerjakan shalat sudah seharusnya menjauhkan diri dari maksiat, lalu bagaimana dengan seseorang yang dalam keadaan sujud kepada Allah sementara kedua pantatnya bahkan di antara keduanya tampak membentuk (karena shalat memakai pantalon, pen)?! Bagaimana orang ini mengerjakan shalat (dalam keadaan demikian) sedangkan dia sedang menghadap Rabb Semesta Alam?! (Al Qaulul Mubin Fi Akhthail Mushallin, hal.20-21) Bagaimana Membangun Tempat Ibadah di Bekas Tempat-tempat Kekafiran dan Kemaksiatan? Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: Adapun tempat-tempat kekafiran dan kemaksiatan yang belum pernah terjadi padanya adzab Allah Subhanahuwata ala, jika dijadikan sebagai tempat yang bernuansa keimanan dan ketaatan maka bagus (bukan termasuk tasyabbuh). Nabi Shalallahu alaihi wa sallam telah memerintahkan penduduk Thaif agar membangun masjid di tempat sesembahan yang dahulu mereka punyai. Demikian pula penduduk Yamamah agar membangun masjid di tempat yang dahulu sebagai sinagog. Bahkan masjid beliau Shalallahu alaihi wa sallam asalnya adalah kuburan orangorang Musyrikin (beliau bangun setelah dipindahkannya semua kuburan-kuburan tersebut ke

tempat lain). (Iqtidha Ash-Shirathil Mustaqim, 1/266-267) Apakah Tasyabbuh harus dengan Niat? Suatu amalan yang menyerupai ciri khas orang-orang kafir akan dihukumi sebagai tasyabbuh, walaupun tidak ada niatan untuk menyerupainya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: Demikian pula larangan tasyabbuh dengan mereka, mencakup perkara-perkara yang engkau niatkan untuk menyerupai mereka dan juga yang tidak engkau niatkan untuk menyerupai mereka. (Iqtidha Ash-Shirathil Mustaqim, 1/473, lihat pula 1/219-220, 226-227, dan 272). Hikmah Menyelisihi Orang-Orang Kafir Menyelisihi orang-orang kafir mempunyai hikmah yang sangat besar bagi umat Islam. Di antara hikmahnya adalah: Menyelisihi mereka dalam perkara-perkara yang dzahir (penampilan dan akhlak) merupakan suatu maslahat bagi orang-orang yang beriman. Dengan itu, akan tampak perbedaan penampilan yang dapat menjauhkan mereka dari perbuatan-perbuatan para penghuni An- Naar tersebut. Bahwasanya cara/ jalan yang mereka miliki tidak keluar dari dua keadaan: merusak atau mempunyai kelemahan. Karena seluruh amalan yang mereka ada-adakan dalam agama dan juga yang mansukh (terhapus dengan syariat Islam) sifatnya merusak. Sedangkan amalanamalan mereka yang tidak mansukh mempunyai banyak kelemahan, dan masih mengalami proses penambahan atau pengurangan dalam syariat Islam. Menyelisihi mereka merupakan sebab jayanya agama Islam. Menyelisihi mereka termasuk tujuan utama diutusnya Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam. Dengan menyelisihi mereka akan terbedakan antara seorang muslim dengan seorang kafir, dan tidak saling menyerupai satu dengan yang lainnya. (Diringkas dari kitab Iqtidha Ash- Shirathil Mustaqim, juz 1 hal. 197, 198, 209, dan 365)

Realita Tasyabbuh yang Melanda Umat Islam Bila kita cermati, realita kehidupan umat Islam menunjukkan bahwa kecenderungan mayoritas umat untuk bertasyabbuh dengan orang-orang kafir sangatlah kuat. Tidak sedikit dari para ahli ibadah yang menyerupai orang-orang Nashara dalam melakukan ibadahnya. Yakni, rajin beribadah namun tidak dibangun di atas ilmu yang benar. Demikian pula tidak sedikit para intelektual yang menyerupai orang-orang Yahudi, yakni mengetahui kebenaran namun berusaha menghindari kebenaran tersebut karena dorongan hawa nafsunya. Pengkultusan orang-orang shalih dan pengkeramatan kuburan-kuburan mereka dengan berbagai macam praktek kesyirikan yang ada, merupakan wujud tasyabbuh dengan orang-orang musyrik dan Ahlul Kitab (Yahudi dan Nashara). Demikian pula para muda-mudi yang kian hari kian gandrung dengan model dan budaya orang-orang kafir, suatu realita buruk dan menyedihkan yang melanda umat ini. Bila kita membuka kembali lembaran-lembaran sunnah Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam, ternyata realita ini telah beliau kabarkan jauh-jauh hari sebelum beliau wafat. Beliau Shalallahu alaihi wa sallam bersabda: Sungguh kalian benar-benar akan mengikuti cara/ jalan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai-sampai bila mereka masuk ke liang dhabb (binatang sejenis biawak yang hidup di padang pasir), niscaya kalian akan mengikuti mereka. Kami berkata: Wahai Rasulullah, apakah mereka itu orang-orang Yahudi dan Nashara? Beliau menjawab: Siapa lagi kalau bukan mereka? (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari shahabat Abu Sa id Al-Khudri radhiyallahuanhu, lihat Al-Lu lu Wal Marjan, hadits no. 1708)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: Penyebutan lafadz jengkal, hasta, dan liang dhabb, adalah sebagai kinayah tentang kuatnya penyerupaan umat ini terhadap Yahudi dan Nashara. Sedangkan penyerupaan di sini dalam hal kemaksiatan dan pelanggaranpelanggaran syar i, bukan dalam hal kekafiran. (Syarh Shahih Muslim 16/436). Demikianlah kabar dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam yang benar-benar telah menjadi fakta dan realita saat ini, suatu kabar yang hakekatnya merupakan peringatan agar umatnya tidak tasyabbuh dengan orang-orang kafir. Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin rahimahullah berkata ketika menerangkan hadits Abu Waqid Al-Laitsi radhiyallahuanhu: Sungguh kalian benar-benar akan mengikuti cara/ jalan orang-orang sebelum kalian. (HR. At-Tirmidzi, Kitabul Fitan, hadits no. 2180) Perkataan ini bukanlah persetujuan dari Rasul, bahkan merupakan peringatan dari beliau Shalallahu alaihi wa sallam. Karena sebagaimana dimaklumi, cara/ jalan orang-orang sebelum kita (Yahudi dan Nashara) yang diikuti oleh umat ini adalah jalan yang sesat (Al- Qaulul Mufid, 1/202) Mungkin ada yang bertanya, Jika memang tasyabbuh dengan orang-orang kafir merupakan sunnatullah yang telah digariskan untuk umat ini, lalu mengapa perbuatan tersebut dilarang? Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: Karena Al Qur an dan As Sunnah telah menerangkan pula bahwasanya akan selalu ada pada umat ini sekelompok kecil yang berpegang teguh dengan kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam hingga hari kiamat, dan umat ini tidak akan bersatu padu (secara keseluruhan) di atas kesesatan. Maka dengan adanya larangan dari perbuatan tasyabbuh akan memperbanyak kelompok kecil yang selalu dibela oleh Allah Subhanahuwata ala ini, mengokohkan dan menambah keimanan mereka. Semoga Allah Subhanahuwata ala, Dzat Yang Maha Mengabulkan, menjadikan kita bagian dari mereka. (Iqtidha Ash-Shirathil Mustaqim, 1/170-171). Semoga kajian tentang tasyabbuh ini menjadi secercah cahaya yang dapat menunjuki kita

untuk selalu mengikuti jejak Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam dan menjauhkan kita dari cara/ jalan orang-orang kafir para penghuni jahannam. Amin Ya Mujibas Sailin. Sumber: Majalah Asy Syariah ******************************** Catatan Kaki: Lihat dalil-dalil tersebut dalam kitab Iqtidha Ash-Shirathil Mustaqim, 1/95-406 Related Posts Petunjuk Bagi Orang-orang Yang Bingung PETUNJUK BAGI ORANG-ORANG YANG BINGUNG [Terhadap Ahlul Kitab Dan Orang-orang Yang Sesat] Ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Ishaq Muslim Hafizhahullah Shahabat yang mulia bernama Jabir bin Ketika Ghuluw Melanda Kehidupan KETIKA GHULUW MELANDA KEHIDUPAN Ditulis oleh: Al-Ustadz Ruwaifi bin Sulaimi, Lc. Apa Itu Ghuluw? Ghuluw, dalam bahasa Arab bermakna: berlebih, naik, dan melampaui batas. (Al- Mu jamul Wasith, Penyimpangan Akidah Di Sekitar Kita PENYIMPANGAN AKIDAH DI SEKITAR KITA Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak hafizhahullah Semua muslim tentu mengetahui bahwa tujuan dirinya diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Musik Dan Ritual Ibadah MUSIK DAN RITUAL IBADAH Ditulis oleh: Al-Ustadz Ruwaifi bin Sulaimi Musik adalah salah satu warna kehidupan di masa sekarang yang demikian kontras dengan masa sahabat Ukhuwah Yang Membuahkan Mahabbah Dan Rahmah UKHUWWAH YANG MEMBUAHKAN MAHABBAH DAN RAHMAH Ditulis oleh: Al-Ustadz Abul Abbas Muhammad Ihsan Di dalam Al-Qur an, Allah Subhanahuwata ala banyak memuji para sahabat alaihimussalam yang mana mereka