DAMPAK KASUS ILLEGAL LOGGING

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional.hal ini disebabkan hutan itu bermanfaat bagi sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 4

BAB V PENUTUP. 1. Penegakan hukum terhadap Illegal Logging di Kabupaten Bone Bolango

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL

PELAKSANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KEHUTANAN OLEH PENYIDIK POLRI DI WILAYAH HUKUM POLRES PADANG PARIAMAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 adalah Bumi, air dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

BAB I PENDAHULUAN. seperti hutan hujan tropis yang lebat dan kaya akan fauna dan flora langka. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta

BAB I PENDAHULUAN. maupun ilegal dan melebihi batas imbang ekologis serta masalah pembakaran

NIRWAN JUNUS, SH.,MH Prof. Dr. FENTY U. PULUHULAWA, SH.,M.Hum

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN DI WILAYAH KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana. Moeljatno menyatakan bahwa orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2001 NOMOR 79 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 48 TAHUN 2001

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh generasi sekarang tetapi juga dimiliki oleh generasi akan datang.

Peran PPNS Dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan. Oleh: Muhammad Karno dan Dahlia 1

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lex et Societatis, Vol. V/No. 7/Sep/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai bangsa yang percaya dan meyakini kemahakuasaan Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati di dunia. Indonesia dijuluki sebagai Megadiversity Country,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengendali ekosistem, pengaturan tata air dan berfungsi sebagai paru-paru

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lex et Societatis, Vol. II/No. 2/Februari/2014

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PEREDARAN DAN PENERTIBAN HASIL HUTAN KAYU DI KABUPATEN BARITO UTARA

DRAFT SKRIPSI PELAKSANAAN PENYIDIKAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENEBANGAN LIAR. (Studi Kasus Di Polres Aro Suka Solok)

FUNGSI KOORDINASI PENYIDIK POLISI DENGAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEHUTANAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMBALAKAN LIAR

I. PENDAHULUAN. terkandung dalam Pasal 33 ayat (3) Undang -Undang Dasar 1945 yang

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Wahyu Lukito * Mahasiswa Program Magister (S2) Ilmu Hukum Fakultas Hukum UNISSULA Semarang,

PENEGAKAN HUKUM ATAS PENEBANGAN LIAR DI CAGAR ALAM DURIAN LUNCUK I

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyangga paru-paru dunia. Menurut Black Law Dictionary, hutan (forest) adalah suatu

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

I. PENDAHULUAN. dasar bagi pembangunan nasional yang dipergunakan untuk meningkatkan

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya

KEJAHATAN KEHUTANAN KONTEMPORER (Studi kasus Riau) 1

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN IZIN KEPEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI BUPATI ACEH BESAR

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1999 terjadi reformasi institusi kehutanan yang diformalisasikan dalam

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERANAN PENEGAK HUKUM DALAM MENANGGULANGI PENCURIAN KAYU DI KAWASAN HUTAN NEGARA (Studi Di Wilayah Hukum Polres Wonogiri)

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2001 NOMOR 80 SERI C NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 49 TAHUN 2001

I. PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial budaya. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU LINTAS KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH

SISTEM HAK PENGUSAHAAN HUTAN DAN MANAJEMEN HUTAN. Oleh : Budi Nugroho

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

BAB V PENUTUP. Konstruksi perbuatan melawan hukum pidana kehutanan terhadap. penebangan hutan di luar rencana kerja tahunan pada pemilik izin usaha

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 03 TAHUN 2007 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:.

BAB I PENDAHULUAN. dekade 1990-an. Degradasi dan deforestasi sumberdaya hutan terjadi karena

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI (CHAIN SAW)

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

KONFLIK KEWENANGAN PENYIDIKAN ANTARA PENYIDIK POLRI DAN POLISI KEHUTANAN DALAM PENCURIAN KAYU

BAB IV ANALISIS DATA. A. Peran Penyidik Pegawai Negri Sipil Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Illegal Logging Dalam Perspektif Hukum Indonesia.

PERANAN DINAS KEHUTANAN DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING (Studi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonogiri)

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

No bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. De

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950);

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

IMPLEMENTASI PASAL 21 AYAT (2) Jo PASAL 40 AYAT (2) UNDANG- UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1990 TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN SATWA LIAR YANG DILINDUNGI

BAB I PENDAHULUAN. telah berlangsung sebelum legalitas hukum formal ditetapkan oleh pemerintah.

BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

PR MENTERI LKH: TUTUP CELAH KORUPSI MELALUI REVISI REGULASI SEKTOR KEHUTANAN

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati Indonesia menduduki posisi kedua setelah Columbia

BAB I PENDAHULUAN. alam di Indonesia sebagai penunjang perekonomian nasional tetapi juga luas daya

BAB III PENUTUP. dapat Penulis ambil kesimpulan sebagai berikut :

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DI PROPINSI JAWA TIMUR DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENERTIBAN PENEBANGAN POHON DAN BAMBU DI LUAR KAWASAN HUTAN

Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan daerah setempat. Kebijakan pembangunan dalam GBHN dimaksudkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

DAMPAK KASUS ILLEGAL LOGGING (PEMBALAKAN LIAR) DI DESA TANGGA BARITO KECAMATAN DULUPI KABUPATEN BOALEMO Yeti s. hasan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Jl.Jend. Soedirman No. 06 Kota Gorontalo. Tel. 0435 821125 Fax. 0435 821753. Email. www.ung.ac.id ABSTRAK Penulisan skripsi ini meneliti Dampak Kasus Illegal Logging (Pembalakan Liar) Di Desa Tangga Barito Kecamatan Dulupi Kabupaten Boalemo. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis sosiologis. Berdasarkan hasil penelitian, penulis memperoleh jawaban atas permasalahan yang ada, bahwa faktor-faktor yang ditimbulkan dari kasus illegal logging (pembalakan liar) di Desa Tangga Barito Dusun Moliulo, Kecamatan Dulupi, yakni Penegakan hukum kehutanan yang belum berjalan secara optimal, masih adanya peredaran kayu yang tidak menggunakan dokumen, penebangan yang berlebihan/muatan kayu secara fisik tidak sesuai dengan yang tertera didalam dokumen Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IPHHK). Selain itu, dampak yang ditimbulkan dari kasus Illegal Logging yakni kerusakan hutan, berkurangnya lapisan tanah yang subur, berkurangnya sumber mata air, kerugian secara financial dan berkurangnya tegakan pohon pada lokasi perlindungan. Upaya yang dilakukan pemerintah daerah dalam menanggulangi kasus illegal logging (pembalakan liar) di Desa Tangga Barito Dusun Moliulo, Kecamatan Dulupi, ada dua upaya yang dilakukan pemerintah Boalemo pertama, upaya pencegahan (preventif), pendekatan ini dilakukan oleh pemerintah daerah Boalemo dengan cara menggalang masyarakat sekitar hutan untuk menolak praktek illegal logging (pembalakan liar), melakukan pembinaan kepada masyarakat dengan menggandeng unsur-unsur yang ada dalam masyarakat. reboisasi atau penanaman hutan yang gundul dan menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.kedua, upaya penanggulangan (represif) yakni memperketat patroli kehutanan dengan menempatkan pos jaga di sekitar kawasan hutan, membentuk tim terpadu pengamanan hutan dan menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar. Kata Kunci : Illegal Logging 1

PENDAHULUAN Hutan mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional.hal ini disebabkan hutan itu bermanfaat bagi sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Manfaat itu dapat dibedakan atas dua macam yakni manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. 1 Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kehutanan dan Pertambangan (Dishuttamben) Provinsi Gorontalo, areal hutan Provinsi Gorontalo tercatat seluas 1. 186. 454, 08 hektar. Luas hutan di Gorontalo ini sudah termasuk didalamnya hutan produksi seluas 400.000 hektar, hutan konservasi seluas 196.000 hektar, dan hutan lindung seluas 230.000 hektar yang tersebar di seluruh Kabupaten dan kota se Provinsi Gorontalo. 2 Kerusakan hutan yang tersebar di masing-masing Kabupaten se provinsi Gorontalo di dominasi aksi perambahan hutan dan illegal logging. Diprediksi luasan hutan yang tersisa itu akan semakin berkurang bila kegiatan pembabatan hutan dan illegal loging masih terus berlangsung. Sementara itu dilihat dari segi luasan kerusakan hutan, Kabupaten Boalemo menempati posisi tertinggi mencapai 91.492 hektar. Dari beberapa Kecamatan yang ada di Boalemo, yang paling tinggi kerusakan hutan tersebut terdapat di Kecamatan Dulupi mencapai 30.925,52 hektar. Kerusakan hutan ini umumnya akibat dari illegal logging (pembalakan liar). Di Kabupaten Boalemo, pada tahun 2012 terdapat 3 kasus illegal logging 1 Salim H.S, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan, Jakarta, Sinar Grafika, 2008, Halm. 1 2 Harian Gorontalo Post, Edidsi 18, Juli 2012 halm. 1 2

(pembalakan liar).dari kasus tersebut, umumnya memiliki izin, hanya saja kelebihan volume. Seperti yang terjadi di Desa Tangga Barito Dusun Moliulo, Kecamatan Dulupi. Dalam kasus ini pihak Polres Boalemo berhasil menggagalkan aksi pembalakan kayu illegal. Jumlah kayu yang di amankan tersebut 276 balok jenis rimba campuran atau setara 70 kubik. Di duga kuat kayu tersebut berasal dari kawasan hutan lindung Dusun Moliulo, Desa Tangga Barito Kecamatan Dulupi. Luas hutan lindung di Dusun Moliulo, 524 Ha, 3 Akibat dari pembalakan liar tersebut menimbulkan dampak-dampak negatif. Salah satunya bencana banjir bandang dalam kurun waktu tahun 2010 dan tahun 2011, selain itu mengakibatkan kerusakan lingkungan di seluruh wilayah Kabupaten Boalemo. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini yakni : Apakah dampak lingkungan dan faktor-faktor yang ditimbulkan dari kasus illegal logging (pembalakan liar) di Desa Tangga Barito Dusun Moliulo, Kecamatan Dulupi? Upaya apakah yang dilakukan pemerintah daerah dalam menanggulangi kasus illegal logging (pembalakan liar) di Desa Tangga Barito Dusun Moliulo, Kecamatan Dulupi? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui dan menganalisis dampak lingkungan dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kasus illegal logging (pembalakan liar) di Desa Tangga Barito Dusun Moliulo, Kecamatan Dulupi. 3 Harian Gorontalo Post Edisi 18 Oktober 2012 halm. 1. 3

Untuk mengetahui dan menganalisis upaya yang dilakukan pemerintah daerah dalam menanggulangi kasus illegal logging (pembalakan liar) di Desa Tangga Barito Dusun Moliulo, Kecamatan Dulupi. METODE PENELITIAN Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis sosiologis, yaitu suatu penelitian yang menekankan pada ilmu hukum (yuridis) tetapi disamping itu juga berusaha menelaah kaidah-kaidah hukum yang berlaku dalam masyarakat. 4 Sarana yang digunakan untuk mengumpulkan data dari lapangan dilakukan dengan cara wawancara dan kuesioner.setelah data diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan substansinya di analisis secara kualitatif untuk memperoleh gambaran tentang pokok permasalahan dengan mempergunakan metode berfikir deduktif yaitu suatu cara analisis hasil penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai dengan permasalahan yang diteliti. HASIL PENELITIAN Dampak Dan Faktor-Faktor Yang Ditimbulkan Dari Kasus Illegal Logging (Pembalakan Liar) Di Desa Tangga Barito Dusun Moliulo, Kecamatan Dulupi Illegal logging (pembalakan liar) merupakan kejahatan karena dampak yang ditimbulkan sangat luas mencakup aspek ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan hidup. 4 Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jumetri, Jakarta Ghalia Indonesia, h. 35. 4

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adapun dampak lingkungan dan faktor-faktor akibat illegal logging (pembalakan liar) adalah bencana alam, kerusakan flora dan fauna dan punahnya spesies langka, kurangnya penerimaan daerah dari sektor kehutanan, karena pencuri tidak membayar biaya dana reboisasi dan iuran hasil hutan. Dampak lainnya adalah bencana banjir. Pohon-pohon ditebang hingga jumlahnya semakin hari semakin berkurang menyebabkan hutan tidak mampu lagi menyerap air hujan yang turun dalam jumlah yang besar, sehingga air tidak dapat meresap ke dalam tanah sehingga bisa menyebabkan banjir. Di Desa Tangga Barito, khusunya di Dusun Moliulo, pembalakan liar) secara illeggal sangat berdampak terhadap keadaan ekosistem. Adapun dampak-dampak Illegal Logging (pembalakan liar) yang terjadi di Desa Tangga Barito, Dusun Moliulo, berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi sebagai berikut: 5 a) Kerusakan Hutan Dengan adanya krisis ekonomi yang berkelanjutan mengakibatkan tingginya harga-harga barang konsumsi. Sementara masyarakat yang berada disekitar kawasan hutan Tangga Barito, Dusun Moliulo, umumnya berada di bawah garis kemiskinan tidak mampu mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga salah satu cara yang paling mudah adalah memanfaatkan hutan untuk kepentingan diri sendiri dengan jalan memanfaatkan hutan dengan tanpa memperhatikan kaidahkaidah pemanfaatan hutan, khususnya kayu yang ada di hutan tersebut. Sehingga 5 Hasil wawancara dengan Ir.Djimlan sebagai Staf Dinas Kehutanan dan Pertambangan. tanggal 16 April 2013 pukul 09.30 wita. 5

praktek Illegal Logging (pembalakan liar) mengakibatkan berkurangnya sumber mata air di daerah perhutanan. b) Berkurangnya Lapisan tanah yang subur Lapisan tanah yang subur sering terbawa arus banjir akibat adanya praktek illegal logging (pembalakan liar). Akibatnya tanah yang subur semakin berkurang. Jadi secara tidak langsung illegal logging (pembalakan liar) juga menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur di daerah pegunungan dan daerah sekitar hutan. c) Berkurangnya sumber mata air Illegal logging (pembalakan liar) juga mengakibatkan berkurangnya sumber mata air di daerah perhutanan. Pohon-pohon di hutan yang biasanya menjadi penyerap air untuk menyediakan sumber mata air untuk kepentingan masyarakat setempat, semakin berkurang di akibatkan oleh aksi pembalakan liar. Hal ini mengakibatkan masyarakat di daerah sekitar hutan kekurangan air bersih. d) Kerugian secara financial Praktek Illegal logging (pembalakan liar) yang terjadi di Desa Tangga Barito, Dusun Moliulo, memberi dampak yang sangat merugikan masyarakat sekitar. Kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan hutan ini tidak hanya kerusakan secara nilai ekonomi, selain itu mengakibatkan kehancuran sumberdaya hutan yang tidak ternilai harganya, kehancuran kehidupan masyarakat dan hilangnya kayu sebagai penyangga kehidupan makhluk hidup. e) Berkurangnya tegakan pohon pada lokasi perlindungan. 6

Kemampuan tegakan (pohon) pada saat masih hidup sangata penting dalam menyerap karbondioksida. Sehingga dapat menghasilkan oksigen yang sangat bermanfaat bagi mahluk hidup lainnya. Namun dengan adanya praktek illegal longing (pembalakan liar) tegakan pohon menjadi hilang akibat makin minimnya tegakan yang tersisa karena adanya penebangan liar. Illegal logging (pembalakan liar) telah menjadi penyebab utama kerusakan hutan yang sangat parah. Bahkan lebih dari itu, pembalakan liar ini telah melibatkan banyak pihak dan dilakukan secara terorganisir serta sistematis. Beberapa faktor penyebab terjadinya illegal logging di Dusun Moliulo adalah: a. Penegakan hukum kehutanan yang belum berjalan secara optimal. Penegakan hukum terhadap kejahatan illegal logging (pembalakan liar) merupakan wewenang dari aparat keamanan yaitu : polisi, Polisi Kehutanan dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Beberapa kondisi yang menyebabkan penegakan hukum kehutanan di Dusun Moliulo tidak dapat berjalan secara maksimal adalah adanya masyarakat yang belum paham terhadap aturanaturan yang berlaku. b. Masih adanya peredaran kayu yang tidak menggunakan dokumen. Umumnya dilakukan oleh masyarakat yang ada di Dusun tersebut. Illegal logging (pembalakan liar) tidak hanya terjadi di segmen hulu yaitu penebangan didalam kawasan hutan dan tidak memiliki izin, namun juga terjadi disegmen peredaran. Hasil hutan kayu (dan non kayu) harus memiliki 7

dokumen peredaran ketika diangkut dari hulu ke hilir yang disebut juga dengan Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH). c. Penebangan yang berlebihan/ Muatan kayu secara fisik tidak sesuai dengan yang tertera didalam dokumen Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IPHHK). Seperti yang terjadi di Dusun Moliulo, pemilik kayu memperlihatkan IPHHK yang dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Boalemo. Namun izin yang di kantongi oleh pemilik kayu tersebut hanya untuk pengambilan kayu sebanyak 25 kubik saja. Sementara kayu yang sudah di tampung oleh pemilik kayu dari para penebang kayu sudah mencapai 70 kubik. Sehingga selisih kelebihan 45 kubik kayu dianggap sebagai pelanggaran hukum. Penyebab lain kerusakan hutan adalah perbuatan illegal logging (pembalakan liar) dikawasan hutan, baik di hutan lindung, hutan produksi maupun hutan lainnya. Illegal logging (pembalakan liar) tersebut ada yang dilakukan dengan menggunakan alat tradisional dan ada pula yang menggunakan alat-alat atau mesin-mesin modern. Penggunaan gergaji dan mesin dalam pembalakan liar mengakibatkan kerusakan hutan semakin cepat dan parah karena pembalakan dilakukan tanpa terkontrol, sehingga kayu dengan ukuran kecil pun ikut tertebang secara liar dan sewenang-wenang. 8

Upaya Yang Dilakukan Pemerintah Daerah Dalam Menanggulangi Kasus Illegal Logging (Pembalakan Liar) Di Desa Tangga Barito Dusun Moliulo, Kecamatan Dulupi Permasalahan Illegal Logging (pembalakan liar) telah menjadi permasalahan nasional yang telah merugikan Indonesia baik secara materi maupun non materi. Penindakan terhadap aksi illegal logging (pembalakan liar) tampaknya belum mampu membuat efek jera. Karena sampai sekarang kegiatan illegal logging (pembalakan liar) di wilayah Gorontalo tak kunjung surut. Buktinya pada tanggal 17 Oktober tahun 2012 Polres Boalemo kembali menggagalkan aksi illegal logging (pembalakan liar) di Dusun Moliulo, Desa Tangga Barito, Kecamatan Dulupi, Boalemo. Jumlah kayu yang diamankan tersebut 276 balok jenis rimba campuran, atau setara 70 kubik. Kayu tersebut berasal dari kawasan Hutan Lindung Dusun Moliulo, Desa Tangga Barito, Dulupi. 6 Pemilik kayu tersebut memperlihatkan Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IPHHK) yang dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Boalemo. Namun izin tersebut hanya untuk pengambilan kayu sebanyak 25 kubik saja. Aparat kepolisian, yang dalam hal ini adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) Gorontalo, selaku institusi yang mengemban fungsi keamanan dan ketertiban diharapkan dapat memberikan kontribusi yang aktual dalam rangka mendukung Pemerintah Daerah untuk mengantisipasi kerusakan 6 Harian Gorontalo Post, kamis 18 Oktober 2012, hal.1 9

hutan yang diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan Illegal logging (pembalakan liar) yang terjadi saat ini di Dusun Moliulo. Penanggulangan illegal logging (pembalakan liar) dapat dilakukan melalui kombinasi dari upaya pencegahan (preventif), dan upaya penanggulangan (represif). Secara garis besar terdapat dua upaya pendekatan pemberantasan praktek illegal logging (pembalakan liar) yang dilakukan pemerintah. Pendekatan kesejahteraan yang bersifat preventif. a) Pendekatan ini dilakukan oleh pemerintah Daerah Boalemo dengan cara menggalang kekuatan dari masyarakat sekitar hutan untuk menolak praktek illegal logging (pembalakan liar). Masyarakat sekitar hutan merupakan gerbang utama dari praktek illegal logging (pembalakan liar) karena faktor kemiskinan dan ketidakberdayaan. b) Melakukan pembinaan kepada masyarakat dengan cara memberikan penyuluhan/sosialisasi tentang hukum dan peraturan-peraturan yang menyangkut tindak pidana di bidang kehutanan kepada masyarakat. c) Reboisasi atau penanaman hutan yang gundul. d) Menerapkan system tebang pilih dalam menebang pohon. Tindakan supresi (represif) Pendekatan ini dalam upaya pemberantasan praktek illegal logging (pembalakan liar) perlu dilakukan untuk menciptakan kepastian usaha dan penegakan hukum. Pendekatan keamanan dilakukan terkait dengan penyimpangan peraturan perundang-undangan (khususnya peraturan di bidang kehutanan), baik 10

menyangkut perijinan penebangan, keberadaan dokumen hasil hutan, proses pengangkutan hingga pemanfaatannya. Tindakan yang dilakukan antara lain: a) Memperketat patroli kehutanan dengan menempatkan pos jaga di sekitar kawasan hutan dengan cara memeriksa kelengkapan surat-surat atau dokumen yang berkaitan dengan pengangkutan hasil hutan dilakukan Polisi Kehutanan di Dusun Moliulo berkoordinasi dengan aparat penegak hukum lainnya. Suratsurat atau dokumen yang diperiksa tersebut diantaranya surat keterangan sahnya hasil hutan, dan surat ijin tebang dari aparat desa dimana dilakukan penebangan. b) Membentuk tim terpadu pengamanan hutan, karena banyak masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan, sehingga mereka menebang pohon untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. c) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan. 7 Kesimpulan Akibat perkembangan informasi dan kemajuan pembangunan industry kehutanan sekarang, berbagai dampak dan pengaruh lingkungan hadir di permukaan. Terutama, terjadinya kerusakan lingkungan sumber daya hutan akibat adanya praktek illegal logging (pembalakan liar). Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa : Adapun dampak-dampak Illegal Logging (pembalakan liar) yang terjadi di Desa Tangga Barito, Dusun Moliulo, yakni kerusakan hutan, berkurangnya 7 Hasil wawancara dengan Ir.Djimlan tanggal 16 April 2013 pukul 09.30 wita. 11

lapisan tanah yang subur, berkurangnya sumber mata air,kerugian secara financial dan berkurangnya tegakan pohon pada lokasi perlindungan. Selain itu, Faktor Penyebab Terjadinya Illegal Logging (Pembalakan Liar) Di Dusun Moliulo adalah penegakan hukum kehutanan yang belum berjalan secara optimal, masih adanya peredaran kayu yang tidak menggunakan dokumen dan penebangan yang berlebihan/muatan kayu secara fisik tidak sesuai dengan yang tertera didalam dokumen Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IPHHK). Sehubungan dengan dampak dan faktor penyebebab terjadinya illegal logging (pembalakan liar), maka upaya pendekatan pemberantasan praktek illegal logging (pembalakan liar) yang dilakukan oleh pemerintah terbagi atas dua yaitu: a. Pendekatan kesejahteraan yang bersifat preventif. Pendekatan ini dilakukan oleh pemerintah Daerah Boalemo dengan cara menggalang kekuatan dari masyarakat sekitar hutan untuk menolak praktek illegal logging (pembalakan liar), memberikan penyuluhan/sosialisasi tentang hukum dan peraturan-peraturan yang menyangkut tindak pidana di bidang kehutanan kepada masyarakat, reboisasi atau penanaman hutan yang gundul dan menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon. b. Tindakan supresi (represif) Tindakan yang dilakukan antara lain memperketat patroli kehutanan dengan menempatkan pos jaga di sekitar kawasan hutan, membentuk tim terpadu pengamanan hutan dan menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan. 12

Saran Dengan adanya praktek illegal logging (pembalakan liar), maka timbul kekhawatiran dari masyarakat akan dampak lingkungan yang ditimbulkan akibat praktek illegal logging (pembalakan liar), sehingga penulis dapat memberikan saran: 1. Diharapkan kepada penegak hukum ikut mendukung upaya pemerintah dalam pemberantasan illegal logging (pembalakan liar) dengan memberikan masukan-masukan dan informasi yang akurat berkaitan dengan kasus illegal logging (pembalakan liar). 2. Diharapkan kepada pemerintah agar lebih meningkatkan pengawasan dalam rangka pemberantasan pembalakan liar dengan melibatkan seluruh instansi yang terkait. 13

DAFTAR PUSTAKA Abdul Muis Yusuf, Mohamad Taufik Makarawo,2001,Hukum Kehutanan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta. Alam Setia Zain, 2000, Hukum Lingkungan Konservasi Hutan, PT. Rineka Cipta,Jakarta. Ashshofa, Burhan, 2004, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta Bambang Sunggono,2011,Metodologi PenelitianHukum, Rajawali Pers, Jakarta. Hardjosoemantri, Koesnadi, Hukum perlindungan Lingkungan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, 1993, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. IGM. Nurdjana, Teguh Prasetyo, dan Sukardi, 2005, Korupsi dan Illegal Logging dalam Sistem Desentralisasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Prasetyo, 24 Juli 2010/10:30/ diupdate Agustus 2010, Pembalakan Liar dalam Prespektif Hukum Administrasi, dalam Website: http://www.sitikotijah.com. Rahmi Hidayati D; Charles CH Tambunan; Agung Nugraha; Iwan Aminidin, 2006, Pemberantasan Illegal Logging Dan Penyelundupan Kayu: Menuju Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kinerja Sektor Kehutanan, Wana Aksara, Banten. Salim H.S, 2008, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan, Sinar Grafika, Jakarta. Silalahi, D,2001, Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Cet. 1, Edisi ketiga, Alumni, Bandung. Soemitro,Ronny Hanitijo, 1990, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jumetri, Ghalia Indonesia,Jakarta. Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta. Supriadi, 2008, Hukum Lingkungan Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Suriansyah Murhaini, 2012, Hukum Kehutanan (Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan di Bidang Kehutanan), Laksbang Grafika, Yogyakarta. Harian Gorontalo Post, Edisi 20 Juli 2012 14

Harian Gorontalo Post Edisi 18 Oktober 2012 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Peraturan Pemerintah No 45 Tahun 2004 Jo PP No. 60 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Hutan. Inpres No.4 Tahun 2005 tentang Pemberantasan Penebangan Kayu Secara Illegal Di Kawasan Hutan Dan Peredarannya Di Seluruh Wilayah Republik Indonesia. 15