Pertanyaan Terkait Dengan NKT

dokumen-dokumen yang mirip
Pertanyaan Terkait Dengan NKT

NKT Temuan HCV Argumen Lokasi dan Luas Strategi Pengelolaan

3. KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI (KBKT)

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

Panduan & Kriteria Hutan Bernilai Konservasi Tinggi (HBKT) HIGH CONSERVATION VALUE FOREST (HCVF) toolkit

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI RINGKASAN EKSEKUTIF

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

High Conservation Value Forest (Sejarah, Kebijakan dan Identifikasi) Oleh : The Forest Trust Indonesia

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Lindung dan Hutan Produksi dengan pengertian sebagai berikut : a) Hutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA PENGELOLAAN PERIODE TAHUN PT. TELAGABAKTI PERSADA

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Overlay. Scoring. Classification

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

19 Oktober Ema Umilia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

TINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan

Pengenalan High Conservation Value (HCV)

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

I. PENDAHULUAN. Sumatera merupakan pulau yang memiliki luas hutan terbesar ketiga setelah pulau

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

memuat hal yang mendasari kegiatan penelitian. Rumusan masalah permasalahan yang diteliti dan pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian berisikan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

DOKUMEN POTENSI DESA TELUK BINJAI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

PANDUAN IDENTIFIKASI Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di Indonesia. Oleh: Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2. Dinamika ekosistem kawasan terus berubah (cenderung semakin terdegradasi),

DOKUMEN POTENSI DESA SEGAMAI

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

Pemetaan Keanekaragaman Hayati Dan Stok Karbon di Tingkat Pulau & Kawasan Ekosistem Terpadu RIMBA

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN???

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

BAB. I. PENDAHULUAN A.

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

Ringkasan Publik PT. Mitra Hutani Jaya

BAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

PENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

PELESTARIAN HUTAN DAN KONSERFASI ALAM

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

Berikut beberapa penyebab kepunahan hewan dan tumbuhan: 1. Bencana Alam

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

I. PENDAHULUAN. berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan daerah pertemuan antara ekosistem darat, ekosistem laut dan

Transkripsi:

Lampiran 4. Matrik Diskripsi dan Eksisteni Nilai Konservasi Tinggi di HTI RAPP Blok Tasik 1.1. Kawasan Yang Mempunyai atau Memberikan Fungsi Pendukung Keanekaragaman hayati Bagi kawasan Lindung/atau konservasi Rapid Mengandung 1.1 Pertimbangan usulan areal 1.1. pada studi terdahulu sangat lemah dan terjadi perbedaan persepsi mengenai kriteria 1.1. Usulan 1.1. tidak didukung oleh proses analisis spasial yang jelas full assessment diperlukan untuk melengkapi data dan informasi mengenai biodiversitas guna mengidentifikasi areal 1.1. secara tepat 1. Apakah di dalam Unit Pengelolaan (UP) terdapat kawasan lindung atau konservasi sesuai dalam aturan/ketetapan pemerintah? 2. Apakah UP merupakan bagain atau zona penyangga dari kawasan lindung/konservasi yang ditetapkan dengan tujuan mempertahankan keanekaragaman hayati (misal Cagar Alam atau Taman Nasional 3. Apakah diperkirakan akan terjadi dampak langsung maupun tidak langsung, terlebih yang berhubungan dengan pembangunan infrastruktur dan perbaikan akses yang diakibatkan oleh kegiatan UP?. Ditemukan kawasan lindung dan konservasi di Unit Managemen Blok Tasik, berupa : 1. Kawasan Lindung Gambut (Usulan RTRWP Propinsi Riau) 2. Kawasan Lindung Menurut Keppres 32 Tahun 1990 dan UU 41 2009 3. Zona Penyangga Kesimpulan Present 1.1. Kawasan lindung Gambut menurut RTRWP yang masuk ke dalam Blok Tasik i, seluas 553 Ha Kawasan Perlindungan Sempadan Sungai seluas 3.098 Ha, terdiri dari S. 281 Ha S. Lanus 2.215 Ha S. Jangkang 16 Ha S. Mungkal 556 Ha Zona Penyangga Suaka Margasatwa Tasik seluas 249 Ha

1.2. Spesies Hampir Punah Rapid Absent Present 1.2 Sangat lemah terkait dengan keberadaan critically endangered species di Tasik, pada hal Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) dan Ramin (Gonystylus spp.) merupakan jenis-jenis terancamn sehingga perlu keputusn terkait dengan eksistensi 1.2. Usulan areal 1.2. tidak didukung oleh proses spasial analisis. Keberadaan 1.2 potrensial terdapat di seluruh areal Blok Tasik Diperlukan Full assessment dengan fokus sebagai berikut : (1) Melakukan obervasi terhadap keberadaan observation populasi Harimau Sumatera dan Gonystylus (ramin) (2) Memperluas Areal Management untuk mendukung habitat Harimau Sumatera and Gonystylus (Ramin). 1. Apakah didalam UP terdapat populasi species yang terancam, memiliki penyebaran terbatas atau spesies dilindungi yang mampu bertahan hidup (Viable population)? Present 1.2 Fauna Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), dengan status Vulnerable menurut aturan pemerintah RI, Critically Endangered (CR) menurut IUCN dan Appendix I menurut CITES Batagur borneoensis Critically Endangered (CR) menurut IUCN dan Appendix II menurut CITES Kesimpulan Present 1.2 1) di daerah sekitar ujung sebelah barat RKT 2009 Sektor Tasik 2) Sekitar Desa Teluk Lanus Seluas 9.725 Ha Daerah jelajah harimau dapat mencapai 180 km Berpotensi dijumpai di Sungai Lanus, S., S. Jangkang dan Mungkal di dalam kawasan konsesi IUPHHK-HTI PT. RAPP Sektor Tasik. Seluas 3.097 Ha

1.3. Kawasan Yang Merupakan Habitat Bagi Populasi spesies Yang Terancam, Penyebaran Terbatas atau Dilindungi Yang Mapu Bertahan Hidup Rapid Present 1.3 1.3. telah menyebutkan mengenai penetapan 1.3. Managemen Area Usulan areal 1.3 tidak didukung oleh proses analisis spasial Present 1.3 Potensial terdapat diseluruh areal Blok Teluk Meranti See Figure 6. Diperlukan Full assessment dengan fokus : (1) Melakukan observasi seluruh spesies dengan status vulnerable dan endangered (2) Memperluas areal pengelolaan 1.3. untuk mendukung seluruh spesies dengan status endangered dan vulnerable 1. Apakah didalam UP terdapat populasi species yang terancam, memiliki penyebaran terbatas atau spesies dilindungi yang mampu bertahan hidup (Viable population)? Present 1.3 Mamalia Ditemukan 13 jenis mamalia yang termasuk dalam kategori Vulnerable, CR, VU dan appendix I dan II Burung Ditemukan 24 jenis burung yang termasuk dalam status CR, VU dan appendix I dan II Reptil Ditemukan4 jenis reptil yang termasuk dalam kategori Vulnerable dan appendix I dan II Kesimpulan Tersebar di tipe ekosistem riparian, kawasan sempadan S. Mungkal, Jangkang, MPSF, dan desa Teluk Lanus dengan luas.3.142 Ha (MPSF) Tersebar di tipe ekosistem riparian, sungai Jangkang, Sungai Mungkal, Sungai Lanus, MPSF, Teluk Lanus dan sungai dengan luas 3.142 Ha (MPSF) Tersebar di tipe ekosistem MPSF, sekitar sungai Mungkal, dengan luas.3.142 Ha Detail letak 1.3. disajikan dalam lampiran peta

1.4. Kawasan yang merupakan habitat bagi spesies atau sekumpulan spesies yang digunakan Secara Temporer Rapid Absent Present 1.2 Pertimbangan dalam penentuan 1.2. dan keberadaan spesies migran di Blok Tasik (seperti burung migrant, arwana) Usulan areal 1.2. tidak didukung oleh proses spasial analisis. Keberadaan 1.2 potrensial terdapat di seluruh areal Blok Tasik Diperlukan Full assessment dengan fokus sebagai berikut : 1. Melakukan obervasi terhadap keberadaan spesies migran 2. Memperluas Areal Management untuk mendukung seluruh spesies migran 1. Apakah terdapat atribut dalam suatu habitat tertentu dimana suatu spesies secara temporer atau berkali-kali berkumpul?. (misalnya gua bagi kelelawar atau burung wallet, danau bagi burung migrant, padang rumput sepanjang tepi sungai bagi buaya bertelur, batu jilat bagi berbagai jenis hewan, tempat tertentu dimana terdapat sumber makanan yang banyak bagi pemakan buah, pohon Ficus dalam jumlah yang banyak pohon yang berlubang yang berupa pohon sarang bagi burung enggang) Present 1.4. Ditemukan 2 jenis satwa yaitu 1. Mamalia Keluang (Pteropus vampirus) 2. Aves Srigunting Hitam (Dicrurus macrocercus) Kesimpulan Present 1.4. Sekitar Desa Teluk Lanus dan Sungai Mungkal dengan luas 112 Ha MPSF sekitar desa Teluk Lanus dan Sungai Mungkal, seluas 1.986 Ha Detail lokasi 1.4. disajikan dalam lampiran peta.

2.1. Kawasan Bentang Alam Yang Memiliki Kapasitas Untuk Menjaga Proses dan Dinamika Ekologi Rapid Tidak terdapat zona inti di Blok tasik Areal tersebut dibawah batas 20.000 ha Areal 2.1. tidak berdasarkan hasil analisis spasial yang jelas Berdasarkan hasil Rappid, diidentifikasi tidak terdapat 2.1. di Blok Tasik Lansekap yang utuh fungsinya dan memiliki kemampuan untuk mempertahankan proses-proses ekologis alamiahnya secara jangka panjang, didefinisikan sebagai mosaik beraneka ekosistem hutan alami yang meliputi (i) zona inti 20.000 hektar, di mana di dalamnya terdapat hanya sedikit fragmentasi atau tidak ada sama sekali, dan (ii) zona penyangga vegetasi dengan luas sedikitnya 3 kilometer dari batas hutan yang mengepung zona inti tersebut. Kedua kriteria baru ini berbeda dengan HCVF Toolkit untuk Indonesia (ver 2003) yang semula di bawah HCV 2.1 mendefenisikan hutan besar di tataran lansekap (large landscape level forest) sebagai hutan manapun yang berukuran lebih luas dari 50.000 hektar. Berdasarkan kajian peta tutupan vegetasi dan peta tata guna lahan, dan hasil survey lapanga yang dilakukan oleh tim ekologi, maka tidak ditemukan lasekap berukuran besar yang mencakup zona inti seluas minimal 20.000 hektar dengan kawasan penyangganya Kesimpulan Absent Kawasan Tasik tidak masuk dalam kriteria 2.1, sehingga tidak terdapat 2.1. di blok Teluk Meranti

2.2. Kawasan Bentang Alam yang Berisi Dua atau Lebih Ekosistem Dengan Garis Batas Yang Tidak Terputus Rapid Present 2.2.. Blok Tasik adalah bagian dari kesatuan bentang alam dan disusun oleh beberapa tipe ekosistem yang berbeda Usulan areal 2.2. tidak didukung dengan proses analisis spasial yang jelas. 2.2 potensial tercakup di seluruh Blok Tasik Tidak ada penambahan areal 2.2. (sudah diidentifikasi oleh studi sebelumnya) Full assessment idiperlukan untuk meguraikan berapa banyak tipe ekosistem yang menyusun di Blok Tasik Apakah UP memiliki dua atau lebih ekosistem alami dengan garis batas yang tidak terputus (daerah ecotone)? Di Sektor Tasik belat PT RAPP tidak terdapat ekosistem yang secara ekstrim berbeda karakternya fisiknya. Keberadaan ekosistem riparian merupakan bagian dari ekosistem rawa gambut, bukan merupakan ekosistem tersendiri. Kondisi ekosistem yang dipengaruhi oleh pasang surut genangan air merupakan suatu dinamika ekosistem rawa gambut. Dengan demikian tidak terdapat ekoton di dalam ekosistem rawa gambut. Kedua ekosistem mempunyai perbedaan karakter biofisik vegetasi tegas serta diduga belum ada gangguan. Di Blok Teluk Meranti tidak ditemukan dua tipe ekosistem yang mempunyai perbedaan karakter biofisik vegetasi tegas serta diduga belum ada gangguan. Tidak ditemukan areal yang mempunyai zona ketinggian yang berbeda. Kesimpulan Absent 2.2. Kawasan HTI Blok Tasik tidak terdapat 2.2.

2.3. Kawasan yang mengandung Populasi dari Perwakilan Spesies Alami Rapid Present 2.3 Pertimbangan dalam penetapan perwakilan spesies alami sangat lemah, pada kenyataannya tidak ditemukan di Blok Tasik. Usulan area 2.3. tidak didukung dengan analisis spasiak yang jelas. 2.3 potensial terdapat di seluruh areal Tasik Full assessment diperlukan untuk: (1) tmenobservasi populasi harimau sumatera; (2) Memperluas Area management (HCVMA) untuk mendukung habitat harimau sumatera 1. Apakah kawasan teridentifikasi sebagai 1.1? 2. Apakah kawasan teridentifikasi sebagai 2.1? 3. Apakah kawasan masuk 2.2 tapi tidak memenuhi 2.1? 4. Apakah mencakup dari dataran tinggi sampai dataran rendah? 5. Apakah di dalam areal UP terdapat kawasan yang menjadi tempat hidup jenis-jenis satwa yang hampir punah, predator tingkat tinggi? 6. Apakah mengandung jenis yang memerlukan habitat luas untuk bertahan hidup? 7. Apakah dalam waktu belum lama masuk kategori 5 dan 6 tetapi tidak memenuhi karena terdapat kegiatan perburuan dan terjadi kepunahanan lokal? Kawasan unit pengelola IUPHHK-HTI PT. RAPP Blok Tasik memiliki nilai konservasi tinggi () 1.1. Kawasan unit pengelola IUPHHK-HTI PT. Sektor Tasik umumnya berada di kedalaman gambut tipis apabila dibandingkan dengan daerah kubah gambut di daerah tengah Semenanjung Kampar. Oleh karena itu tidak ada gradasi di dalam kawasan ini. Di areal Blok Tasik ditemukan 10 jenis predator tingkat tinggi, yaitu mamalia 1 jenis, burung 5 jenis dan reptil 4 jenis Kesimpulan Present 2.3. MPSF, Riparian, hutan alam dan sekitar pemukiman dengan luas 3.097 Ha. Detail letak 2.3. disajikan dalam lampiran peta.

3. Kawasan yang Mempunyai Ekosistem Langka atau Terancam Punah Rapid Present 3 Menurut Toolkit HCV 2008, Secara keseluruhan Blok Teluk Meranti ditemukan lokasi 3 yang sangat luas dengan pertimbangan bahwa lahan gambut adalah areal dengan status terancam. Mengevaluasi ing peta detail dan existing kondisi RKT 2009. Mempertimbangkan bagian yang curam sekitar S. Mungka, dan dipastikan kawasan tersebut adalah kawasan konservasi untuk mengurangi dampak pengelolaan tata air Mengevaluasi peta detail dan existing kondisi sungai Lanus adalah area yang berdampingan dengan areal hutan rawa gambut dan dibatasi sunga Lanus termasuk desa Teluk Lanus, dimana masyarakatnya memanfaatkan air sungai untuk mendukung kebutuhan hidupnya baik untuk Mimum, Mandi dan Cuci K maupun untuk jalur transportasi serta mencari ikan Keberadaan 3 potensial terdapat diseluruh areal Blok Tasik Memerlukan full assessment untuk melengkapi data dan informasi untuk memastikan area 3 kaitannya dengan pengelolaan tata air. 1. Apakah ada tipe ekosistem yang mengalami kekurangan 50% atau lebih dari luasan penyebaran terdahulu? 2. Apakah ekosistem tersebut berada (i) pada kawasan UP atau (ii) di dekatnya dan kemungkinan akan dipengaruhi pemanfaatan yang direncanakan di UP? 3. Apakah ada tipe ekosistem pada unit biofisiografis yang akan mengalami pengurangan 75% atau lebih dari luasan penyebaran dulu berdasarkan proyeksi konversi hutan? 4. Apakah ekosistem tersebut berada (i) pada kawasan UP atau (ii) di dekatnya dan kemungkinan akan dipengaruhi oleh pemanfataan yang direncanakan UP?. Identifikasi ini menggunakan pendekatan analitik (Analytical Approach) dalam unit biofisiografis pada suatu pulau. Sekto Tasik PT RAPP memiliki ekosistem rawa gambut dengan variasi lokal tipe vegetasi Mixed Peat Swamp Forest (MPF) telah mengalami banyak perubahan kondisi melebihi 50 %, berdasarkan penafsiran citra landsat pada tahun 1990 dan tahun 2009 Landsystem yang ada di Sektor Tasik PT RAPP adalah GBT dan MDW (mendawai), berdasarkan pengecekan di lapangan bahwa areal yang termasuk landsystem MDW mempunyai kedalaman gambut lebih dari 3 meter. Present 3 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa PT RAPP di Blok Tasik n terdapat ekosistem langka atau terancam punah. Detail lokasi 3 disajikan pada Lampiran Peta

4.1. Kawasan atau Ekosistem yang Penting sebagai Penyedia Air dan Pengendalian Bagi Masyarakat Hilir Rapid Present 4.1 diseluruh area riparian yang mendukung pemenuhan kebutuhan masyarakat di Blok Tasik. Usulan area 4.1 tidak didukung dengan analisis spasial yang clear. Present 4.1 Tidak ada tambahan area 4.1. sudah teridentifikasi oleh studi sebelumnya. Full assessment diperlukan untuk memonitor efektifitas fungsi dari areal 4.1. Apakah didalam UP terdapat kawasan yang memiliki fungsi pengaturan air terhadap wilayah di bagian hilir? Apakah tutupan hutan dan kawasan tersebut dalam kondisi baik dan dinilai memberikan jasa terhadap pemenuhan kebutuhan air atau pengendali banjir bagi daerah hilir? Berdasasarkan hasil penilaian kawasan dengan nilai konservasi tinggi, areal HTI RAPP Blok Tasik merupakan hutan rawa gambut : Kriteria kawasan bergambut adalah tanah bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat di bagian hulu sungai dan rawa. Kawasan bergambut yang berfungsi sebagai daerah resapan air bagi daerah di bawahnya adalah daerah sekitar bagian kubah gambut (peat dome), yang dari segi topografi merupakan daerah atas dan perlu dilindungi supaya fungsi hidrologisnya dapat dipertahankan. Kawasan lindung gambut berada di tengah dan dikenal sebagai Core Conservation atau kawasan lindung gambut yang merupakan kawasan 4.1 (areal yang penting sebagai penyedia air dan pengendalian banjir bagi masyarakat). Kesimpulan Present 4.1. Sebagian dari areal HTI Blok Tasik merupakan bagian dari Micro peat dome yang berfungsi sebagai penyedia air dan pengendali banjir. Dengan demikian Blok Tasik mengandung 4.1. yaitu berupa kubah gambu kecil (micro peat dome), seluas 3.178 Ha.

4.2. Kawasan Yang Pening Bagi Pencegahan Erosi dan Sedimentasi Rapid Present 4.2 diseluruh area riparian yang berperan penting dalam pencegahan erosi dan sedimentasi di Blok Tasik Usulan area 4.2 tidak didukung dengan analisis spasial yang clear. Present 4.2 Tidak ada tambahan area 4.2. sudah teridentifikasi oleh studi sebelumnya. Full assessment diperlukan untuk memonitor efektifitas fungsi dari areal 4.2. Apakah UM mengandung kawasan yang penting bagi pencegahan erosi dan sedimentasi, dalam kondisi vegetasi yang baik dan berada pada areal yang mempunyai tingkat bahaya erosi potensial berat? Areal HTI Blok Tasik merupakan hutan rawa gambut. Kemungkinan terjadinya erosi dan sedimentasi sangat kecil. Kondisi tutupan vegetasi yang terdapat pada areal riparian yaitu S. Mungkal, S. Jangkang, S. dan S. Lanus masih sangat baik sehingga mampu berperan sebagai pengendali terjadinya erosi dan sedimentasi. Kesimpulan Present 4.2. Terdapat di daerah riparian S. Jangkang, S. Mungkal, S. dan S. Lanus, dengan luas 3.098 Ha. Detail lokasi 4.2 disajikan dalam lampiran peta. 4.3. Kawasan Yang Berfungsi Sebagai Sekat Alam Untuk Mencegah Meluasnya Kebakaran Hutan dan Lahan Present 4.3 diseluruh area riparian yang berfungsi sebagai sekat alam untuk mencegah kebakaran hutan di Blok Tasik Usulan area 4.2 tidak didukung dengan analisis spasial yang clear. Present 4.3 Tidak ada tambahan area 4.3. sudah teridentifikasi oleh studi sebelumnya. Full assessment diperlukan untuk memonitor efektifitas fungsi dari areal 4.3. Apakah UM mengandung kawasan yang mampu melindungi dan mencegah kebakaran hutan atau lahan dalam skala luas? Sungai-sungai yang berada di areal HTI Blok Tasik yaitu S. Mungkal, S. Jangkang, S. dan S. Lanus mengalir sepanjang musim, pada musim kemarau sungai-sungai tersebut surut dan menambah lebar tepi kanan-kiri sungai dengan lebar antara 50 100 meter, sehingga mampu berperan sebagai sekat alam untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan. Present 4.3. Terdapat di daerah riparian S. Mungkal, S. Jangkang, S. dan S. Lanus, dengan luas 3.098 Ha. Detail lokasi 4.3 disajikan dalam lampiran peta.

5. Kawasan Yang Mmpunyai Fungsi Penting Untuk Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat Lokal Rapid Present 5 adalah areal riparian yang merupakan areal yang mendukung mata pencaharian masyarakat Tidak mempertimbangkan usulan ketergantungan masyarakat dengan sungai Lanus terkait dengan mata pencaharian jangka panjang. Usulan 5 tidak didukung dengan proses analisis spasial yang jelas. Present HCV 5 Full assessment diperlukan untuk melengkapi dan informasi untuk mengidentikasi secara pasti areal 5 1. Adakah komunitas dalam, dekat atau pada hilir sungai yang berasal dari lokasi Unit Pengelolaan? 2. Apakah komunitas lokal tersebut memanfaatkan sumber daya hutan (termasuk sungai) untuk pemenuhan kebutuhan keluarganya? 3. Berlokasi dimana sumberdaya hutan (termasuk sungai) yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga tersebut? Jika sebagian atau seluruh kawasan dalam lansekap tersebut dieksploitasi atau dikonversi, apakah akan mempengaruhi ketersediaan sumberdaya hutan yang dimanfaatkan komunitas lokal untuk memenuhi kebutuhan keluarganya Masyarakat tinggal didaerah hilir sungai yang berasal dari lokasi HTI Blok Tasik, yaitu di hilir S. Lanus Masyarakat memanfaatkan sumberdaya hutan (Hasil hutan bukan kayu dan binatang buruan) dan sungai Lanus dalam memenuhi kebutuhan keluarganya Pada umumnya masyarakat memanfaatkan dari sumberdaya hutan terdekat dalam hal ini areal HTI Blok Tasik Kebutuhan dasar yang tidak tergantikan dari kawasan hutan yang ada adalah air baik untuk kepentingan mata pencaharian, kebutuhan keluarga Present 5 Kesimpulan Untuk pemenuhan kebutuhan air dan perairan adalah di Sungai Lanus terintegrasi dengan 4.1 dan 4.2, dengan luas 3.178 Ha

Rapid Kesimpulan 6. Kawasan Yang Mempunyai Fungsi Penting Untuk Identitas Budaya Komunitas Lokal Absent 6 Tidak dijumpai kawasan yang termasuk 6 di Blok Tasik Absent 6 Tidak dijumpai kawasan yang termasuk 6 di Blok Tasik Mengidentifikasi awal kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk identitas budaya komunitas lokal : Apakah ada kawasan hutan yang dianggap oleh masyarakat sebagai wilayah adat mereka? Apakah ditemukan masyarakat yang memiliki aturan adat dalam memanfaatkan sumberdaya hutan yang menjadi sumber pemenuhan kebutuhan hidupnya? Apakah ditemukan kawasan hutan dimana masyarakat lokal yang memiliki keterkaitan dengan kawasan tersebut tinggal? Masyarakat yang berdiam di areal HTI Blok Tasik hanya satu desa yaitu desa Teluk Lanus. Masyarakat yang tinggal di desa tersebut sebagian besar adalah masyarakat pendatang, yang dulunya bekerja di perusahaan kayu (logging) PT. Triomas di Semenanjung Kampar, karena perusahaan tersebut tutup sebagian besar karyawannya tinggal dan menetap di desa Teluk Lanus. Dengan demikian tidak dijumpai kawasan sebagai identitas budaya, wilayah adat dan aturan adat. Aturan adat sudah tidak dijumpai lagi, hukum yang diterapkan dalam menangani permasalahan sosial adalah hukun tarhikh atau hukum Islam Absent 6