MODEL BANK SAMPAH DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BERBASIS MASYARAKAT DI PERUM CISALAK KELURAHAN SUKAMANAH KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA Andini Yunita ¹ (Andiniyunita91@yahoo.com) Siti Fadjarajani 2 (sfadjarajani2000@yahoo.com) Progam Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi ABSTRACT Intial problem of the research is domestic waste management model based on people in perum cisalak with garbage bank activity. This activity bring a positive effect for people in there, so people in perum cisalak can directly fell the advantage of garbage bank. This study used a descriptive quantitative methods of data collection techniques of observation, interviews, questionnaires, literature and study documentation. Based on the analysis of the data can be inferred model of community-based waste management in Urban Housing Cisalak Sukamanah Cipedes Tasikmalaya City District is through garbage bank activity which has been running since September 2012. With garbage bank activity RW 16 perum cisalak, the people can feel the benefits of that directly. The benefits are the environmental be more clean, increasing public health and indirectly makes the people more care to their environment. The last benefits of the garbage activity is to increase people s incomes in RW 16. Keywords : Waste Management, Garbage Bank 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota merupakan pusat kegiatan ekonomi, tempat tinggal penduduk, pusat pendidikan dan sebagainya. Menurut (Ridhwanah, et.al., 2011:1) Peran kota sebagai pusat pertumbuhan serta perkembangan wilayah hinterland-nya dimaksudkan untuk mengurangi kepadatan penduduk di kota-kota besar. Jumlah ¹Mahasiswa Program Studi Gerografi Pendidikan Geografi, FKIP Univ. Siliwangi Tasikmalaya ² Dosen Program Studi Gerografi Pendidikan Geografi, FKIP Univ. Siliwangi Tasikmalaya
2 penduduk yang banyak dapat berpotensi menghasilkan sampah dari hasil kegiatan sehari-harinya. Pola hidup yang semakin modern dan instant serta kemajuan teknologi dapat memicu peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan. Sampah saat ini merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh masyarakat. Sampah yang terus bertambah seiring dengan banyaknya aktivitas manusia tidak selaras dengan jumlah lahan yang tersedia untuk tempat penampungan sampah. Perum Cisalak merupakan salah satu perumnas pertama yang ada di Kota Tasikmalaya dan perum yang berdiri cukup lama serta berada di Kelurahan Sukamanah. Perum Cisalak merupakan salah satu daerah atau wilayah yang terdapat di Kota Tasikmalaya. Perum Cisalak mempunyai 919 Kepala Keluarga (KK) sehingga mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi yang tentu saja akan meningkatkan jumlah sampah di daerah ini. Sampah yang banyak di Perum Cisalak diakibatkan oleh pengelolaan sampah yang tidak terlayani secara optimal. Masyarakat secara umum menganggap bahwa sampah adalah benda yang dianggap sudah tidak dapat berguna lagi sehingga semua jenis benda yang sudah dipakai akan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Untuk mendapatkan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi dalam penanganan sampah maka dalam pengelolaannya harus dilakukan dengan pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Salah satu upaya penanganan sampah di Perum Cisalak adalah melalui Bank Sampah. Bank sampah yang berdiri 5 bulan yang lalu lebih tepatnya bulan September 2012 diberi nama Bank Sampah Balarea dan dikelola oleh Bapak H. Sofyan. Bank sampah merupakan cara untuk membangun kepedulian masyarakat terhadap sampah serta manfaat lainnya yaitu lingkungan menjadi bersih dan manfaat ekonomi langsung dari sampah. Sejak kemunculan bank sampah di Yogyakarta beberapa tahun silam dan kini sudah diadopsi di berbagai kota di Indonesia menjadi inspirasi bagi masyarakat Perum Cisalak untuk menangani sampah dengan berbasis masyarakat. Masyarakat terbangun ingin mendirikan bank sampah karena melihat kondisi penanganan sampah di Perum Cisalak yang begitu memprihatinkan. Bank sampah ini didirikan secara swadaya dan bekerja sama dengan masyarakat setempat. Tujuannya untuk menjaga lingkungan, sisanya agar masyarakat mampu
3 membudayakan barang bekas menjadi sesuatu yang bisa dijadikan uang. Kinerjanya lebih pada sampah di sekitar masyarakat dipilah-pilah, lantas di timbang. 1.2 Tujuan Ada pun tujuan dalam penulisan artikel ini adalah: 1) Untuk mengetahui model pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Perum Cisalak Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya. 2) Untuk mengetahui manfaat yang diperoleh dari hasil pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Perum Cisalak Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya 2. METODE PENELITIAN Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Berdasarkan metode ini, pengkajian yang digunakan dipusatkan pada persoalan yang terjadi pada saat sekarang dan aktual. Dengan menggunakan metode penelitian tersebut, maka penulis memberikan gambaran yang jelas mengenai pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat serta manfaat yang dirasakan oleh masyarakat Perum Cisalak Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya. Mengingat metode ini lebih menekankan pada masalah-masalah yang ada pada masa sekarang yang aktual. Data yang diperoleh disusun kemudian dianalisis. 3. PEMBAHASAN 3.1 Model Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Menurut UU-18/2012 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Masyarakat secara umum menganggap bahwa sampah adalah benda yang dianggap sudah tidak dapat berguna lagi sehingga semua jenis benda yang sudah dipakai akan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Untuk mendapatkan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi dalam penanganan sampah maka dalam pengelolaannya harus dilakukan dengan pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
4 Pemikiran konsep zero waste (kegiatan tanpa limbah) adalah pendekatan serta penerapan sistem dan teknologi pengolahan sampah perkotaan skala kawasan secara terpadu dengan sasaran untuk melakukan penanganan sampah perkotaan skala kawasan sehingga dapat mengurangi volume sampah sesedikit mungkin, serta terciptanya industri kecil daur ulang yang dikelola oleh masyarakat atau pemerintah daerah setempat. Konsep zero waste yaitu penerapan rinsip 3R (Reduce, Reuse, dan recycle), serta prinsip pengolahan sedekat mungkin dengan sumber sampah dengan maksud untuk mengurangi beban pengangkutan (transport cost). Konsep Zero Waste ini salah satunya dengan menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Produksi bersih merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produkproduk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologi. Prinsip ini juga dapat diterapkan pada berbagai aktivitas termasuk juga kegiatan skala rumah tangga. Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penangan sampah misalnya dengan menerapkan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah konsep penanganan sampah dengan cara reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur-ulang sampah), sedangkan 4-R ditambah replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain 4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan replant (menanam kembali). Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga diharapkan dapat mengurangi biaya pengelolaan sampah. Prinsip reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin lakukan minimasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan. Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali
5 pakai. Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Prinsip replace dilakukan dengan cara teliti barang yang kita pakai seharihari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga teliti agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan Styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa diurai secara alami. Prinsip replant dapat dilakukan dengan cara membuat hijau lingkungan sekitar baik lingkungan rumah, perkantoran, pertokoan, lahan kosong dan lainlain. Penanaman kembali ini sebagian menggunakan barang atau bahan yang diolah dari sampah. Dan yang digunakan di daerah penelitian adalah menggunakan 2R yaitu prinsip Reuse dan Recycle. Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM) dicirikan oleh adanya keterlibatan masyarakat penggunanya dalam kegiatan perencanaan dan pengoperasian sistem tersebut. Ada 8 prinsip pengelolaan sampah berbasis masyarakat menurut (Yuwono, 2008 : 3) yaitu : Keterlibatan masyarakat yang menyeluruh Kejelasan batasan wilayah Strategi pengelolaan sampah yang terpadu Pemanfaatan sampah yang optimal Fasilitas persampahan yang memadai Kelompok penggerak yang mumpuni; Optimasi pendanaan sendiri Pola kemitraan yang menguntungkan Salah satu pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah bank sampah, bank sampah itu sendiri adalah strategi untuk membangun kepedulian
6 masyarakat agar dapat berkawan dengan sampah untuk mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari sampah. (Wintoko, 2012 : 69). Sistem bank sampah dikelola secara sistematis, mulai hulu hingga hilir. Sejak dari sumbernya (rumah tangga), hingga manfaatnya dikembalikan lagi pada sumbernya. Setiap nasabah datang dengan membawa tiga kantong sampah yang berbeda. Kantong pertama berisi sampah plastik, kantong kedua berisi sampah kertas dan kantong yang ketiga berisi kaleng dan botol. Setelah ditimbang, nasabah akan mendapatkan bukti setor dari petugas yang diibaratkan sebagai teller bank. Bukti setoran itu menjadi dasar penghitungan nilai rupiah sampah yang kemudian dicatat dalam buku tabungan nasabah. Setelah sampah terkumpul cukup banyak, petugas bank sampah akan menghubungi pengumpul barang bekas. 3.2 Deskripsi Model Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Daerah Penelitian Bank sampah yang berdiri 5 bulan yang lalu lebih tepatnya bulan September 2012 diberi nama Bank Sampah Balarea dan dikelola oleh Bapak H. Sofyan serta beberapa pengelola lainnya yang berjumlah 16 orang. Bank sampah merupakan cara untuk membangun kepedulian masyarakat terhadap sampah serta manfaat lainnya yaitu lingkungan menjadi bersih dan manfaat ekonomi langsung dari sampah serta meningkatnya keamanan masyarakat dari para odeng atau pemulung. Gambar 1 Spanduk Bank Sampah Balarea di depan gerbang RW 16
7 Bank sampah ini didirikan secara swadaya dan bekerja sama dengan masyarakat setempat. Tujuannya untuk menjaga lingkungan, sisanya agar masyarakat mampu membudayakan barang bekas menjadi sesuatu yang bisa dijadikan uang. Pada awalnya banyak warga yang masih bingung dengan konsep bank sampah sehingga gerakan bank sampah kurang berjalan efektif. Baru sekitar sebulan masyarakat bisa menerimanya. Para peserta bank sampah disebut nasabah dan nasabah bank sampah balarea adalah seluruh masyarakat RW 16 serta masyarakat dari RW 15 dan masyarakat cibogor, jadi nasabah tidak hanya dari masyarakat RW 16 saja melainkan ada dari masyarakat luar juga. Tabel 1 Tingkat masyarakat yang berpartisipasi No Tingkat Partisipasi Frekuensi Absolut F % 1. Berpartisipasi 32 86,48 2. Tidak berpartisipasi 5 13,51 Jumlah 37 100,00 Sumber : Hasil Penelitian Penulis, 2013 Cara kerja bank sampah sama seperti bank pada umumnya, yang membedakan hanyalah para nasabah menyetorkan sampah yang sudah dipilah menjadi sampah organik dan sampah anorganik, setiap nasabah datang dengan tiga kantong sampah yang berbeda. Kantong pertama berisi sampah plastik, kantong kedua berisi sampah kertas dan kantong ketiga berisi sampah kaleng dan botol. Setelah ditimbang, nasabah akan mendapatkan bukti setor dari petugas yang diibaratkan sebagai teller bank. Setelah itu para nasabah mendapatkan uang dari hasil penyetoran sampah yang berbentuk tabungan, hasil uang tabungan bank sampah boleh diambil sesuai kebutuhan nasabah, tetapi masyarakat RW 16 sepakat uang hasil penyetoran sampah ditabung dan diambil uangnya setahun sekali lebih tepatnya pas bulan ramadhan menjelang idul fitri. Fungsi bank sampah ini menjadi nilai ekonomi yang didapat sesuai dengan kebutuhan. Misalnya sampah basah hasil rumah tangga yang terdiri dari sayuran, dikumpulkan untuk dijadikan pupuk kompos. Sampah kering yang
8 berupa botol, kaleng, plastik dan kertas dipisah lagi untuk digunakan atau dimanfaatkan lagi. Sampah plastik didaur ulang menjadi barang yang bisa bermanfaat seperti karpet, tas, tudung saji, tempat tisu dan lain-lain. Sampah daur ulang dikerjakan secara swadaya oleh ibu-ibu pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK). Sisanya sampah yang tidak didaur ulang, dijual ke pengepul dan hasilnya menjadi nilai tambah bagi masyarakat. Fasilitas bank sampah sudah cukup memadai berkat bantuan dari pemerintah setempat mulai dari motor bak pengangkut sampah dan gerobak sampah, selain bantuan dari pemerintah setempat ada bantuan lain juga dari pihak swasta seperti dari bank mandiri sejumlah uang Rp. 20.000.000 dan bantuan dari BPR Siliwangi serta bantuan dari Gurbenur yang masih dalam proses. Gambar 2 Hasil Daur Ulang Sampah Plastik
9 Masyarakat RW 16 Sampah Pemisahan Pemilahan Petugas Bank Sampah ke setiap rumah Datang langsung ke Bank Sampah Bank Sampah Balarea Penimbangan Sampah Pemilahan Sampah Layak Daur ulang Pemilahan Sampah Layak Kompos Sampah tidak layak daur ulang dijual ke pengepul Daur Ulang Sampah Plastik Oleh ibu-ibu PKK Pengomposan dilakukan oleh masyarakat dan pengelola bank sampah Hasil penjualan menjadi tabungan masyarakat Gambar 3 Bagan Model Bank Sampah Dalam Pengelolaan Sampah Domestik Berbasis masyarakat RW 16 Perum Cisalak
10 3.3 Manfaat Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat a. Lingkungan Menjadi Bersih Manfaat dari bank sampah adalah lingkungan menjadi bersih karena dengan adanya kegiatan bank sampah secara tidak langsung sangat berpengaruh terhadap lingkungan. salah satu contoh lingkungan menjadi bersih adalah tidak adanya sampah yang berceceran dijalan serta got-got menjadi bersih b. Meningkatnya Kesehatan Manfaat lainnya dari bank sampah adalah meningkatnya kesehatan, lingkungan yang bersih tidak akan menimbulkan penyakit sehingga tingkat kesehatannya pun meningkat. Menurut Sucipto, (2012 : 16) yang paling terpenting manfaat dari bank sampah adalah lingkungan terjaga dengan baik terbebas dari sampah, penyakit malaria, sumber penyakit lainnya serta tekanan volume sampah terhadap TPA semakin berkurang. c. Terciptanya Masyarakat yang Peduli Lingkungan Selain itu manfaat adanya kegiatan bank sampah adalah terciptanya masyarakat yang peduli lingkungan, masyarakat yang awalnya menganggap sampah itu hal yang paling kecil dan sesuatu yang sudah tidak berguna lagi, namun dengan adanya penyuluhan mengenai daur ulang sampah masyarakat pun menjadi peduli terhadap sampah selain itu dengan adanya kegiatan bank sampah masyarakat menjadi ada kegiatan terhadap lingkungan. d. Menambah Penghasilan Masyarakat Pelaksanaan bank sampah sesungguhnya mengandung potensi ekonomi (economic opportunity) kerakyatan yang cukup tinggi karena kegiatan bank sampah dapat memberikan out-put nyata bagi masyarakat dalam kesempatan kerja (job creation), penghasilan tambahan bagi pegawai bank sampah dan masyarakat penabung sampah (nasabah). Sucipto, (2012 : 16). Masyarakat yang menjadi nasabah di bank sampah mempunyai penghasilan tambahan, karena masyarakat menyetorkan sampah dan hasilnya ditabungkan di bank sampah dan manfaat terakhir dari adanya bank sampah adalah meningkatnya keamanan dari para odeng atau para pemulung, karena dengan adanya bank
11 sampah para pemulung sudah tidak ada alasan lagi untuk mengambil sampah di rumah penduduk atau pun berkeliaran di daerah sekitar untuk mengambil barang. 4. SIMPULAN Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasannya, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Model pengelolaan bank sampah berbasis masyarakat di Perum Cisalak Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya adalah dengan kegiatan bank sampah. Bank sampah yang berdiri sejak bulan September 2012 ini awalnya kurang mendapat respon dari masyarakat setempat. Tetapi setelah sebulan berjalan kegiatan bank sampah ini mendapat respon yang positif dari masyarakat. Fungsi bank sampah ini menjadi nilai ekonomi yang didapat sesuai dengan kebutuhan. Misalnya sampah basah hasil rumah tangga yang terdiri dari sayuran, dikumpulkan untuk dijadikan pupuk kompos. Sampah kering yang berupa botol, kaleng, plastik dan kertas dipisah lagi untuk digunakan atau dimanfaatkan lagi. Sampah plastik didaur ulang menjadi barang yang bisa bermanfaat seperti karpet, tas, tudung saji, tempat tisu dan masih banyak lagi. Semua ini dikerjakan secara swadaya oleh ibu-ibu pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK). Sisanya sampah yang tidak didaur ulang, di jual ke pengepul dan hasilnya menjadi nilai tambah bagi masyarakat. 2. Manfaat pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah Lingkungan menjadi bersih karena adanya kegiatan bank sampah masyarakat pun menjadi lebih rajin untuk mengumpulkan sampah dan memilah sampah sehingga sangat berdampak langsung terhadap limgkungan. Manfaat selanjutnya adalah meningkatnya kesehatan, dengan lingkungan yang bersih secara tidak langsung penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh sampah menjadi berkurang. Dengan adanya kegiatan bank sampah secara tidak langsung mewujudkan masyarakat yang peduli lingkungan. Karena yang awalnya masyarakat tidak peduli terhadap sampah dan menganggap sampah tidak ada nilainya sejak adanya bank sampah masyarakat pun menjadi peduli terhadap sampah dan lingkungan.
12 Manfaat terakhir dari bank sampah adalah menambah penghasilan masyarakat. Hasil dari penyetoran sampah ditabungkan di bank sampah sampai hasilnya cukup besar. DAFTAR PUSTAKA Sucipto, Cecep Dani (2012). Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah. Yogyakarta: Gosyen Publishing Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Kebijakan Dan Strategi Pengelolaan Sampah. Wintoko, Bambang. (2012). Panduan Praktis Mendirikan Bank Sampah Keuntungan Ganda Lingkungan Bersih dan Kemapanan Finasial. Yogyakarta: Pustaka Baru Press Yuwono, Rudy. (2008). Saatnya Masyarakat Berkawan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Jakarta: Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Ridwanah dkk. (2011). Kajian Potensi Pengelolaan Sampah Melalui 3R, Bandung: ITB