OPTIMASI VARIABEL PROSES TERHADAP PRODUKSI ETANOL DARI BIJI SORGHUM (Sorghum bicolor L.)

dokumen-dokumen yang mirip
BIOETANOL DARI BONGGOL POHON PISANG BIOETHANOL FROM BANANA TREE WASTE

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. maka kebutuhan energi juga mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak

FERMENTASI NIRA SORGUM MENJADI BIOETANOL DALAM FERMENTOR BIOFLO 2000 MENGGUNAKAN SACCHAROMYCES CEREVISIAE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25]

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES LIKUIFIKASI TERHADAP PRODUKSI BIOETANOL MENGGUNAKAN PATI SORGUM SEBAGAI BAHAN BAKU

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri semakin berkurang, bahkan di

Jurnal Atomik., 2016, 01 (2) hal 65-70

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN MELALUI HIDROLISIS. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh : Fifi Rahmi Zulkifli

I. PENDAHULUAN. Saat ini persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. minyak bumi pun menurun. Krisis energi pun terjadi pada saat ini, untuk

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN NIRA NIPAH

PRODUKSI BIO-ETANOL DARI DAGING BUAH SALAK ( Salacca zalacca ) PRODUCTION OF BIO-ETHANOL FROM FLESH OF SALAK FRUIT ( Salacca zalacca )

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN NIRA SIWALAN UNTUK PRODUKSI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

I. PENDAHULUAN. biomasa, sedangkan 7% disintesis dari minyak bumi. terjadinya krisis bahan bakar pada masa yang akan datang, pemanfaatan etanol

PEMANFAATAN SINGKONG PAHIT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL SECARA FERMENTASI MENGGUNAKAN Saccharomyces Cerevisiae

III METODOLOGI PENELITIAN

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN PERSENTASE STARTER PADA NIRA AREN (Arenga pinnata) TERHADAP BIOETHANOL YANG DIHASILKAN

PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT SINGKONG MELALUI PROSES HIDROLISA ASAM DAN ENZIMATIS

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

POTENSI NIRA AREN (Arenga pinnata) SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL

Disusun Oleh : Sulfahri ( ) Desen Pembimbing Ir. Sri Nurhatika, MP. Tutik Nurhidayati, S.Si.M.Si.

SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

PRODUKSI BIOETANOL DARI PATI SORGUM DENGAN PROSES SAKARIFIKASI DAN FERMENTASI SERENTAK DENGAN VARIASI TEMPERATUR LIQUIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH TEMPERATUR LIKUIFIKASI KONVERSI PATI SORGUM MENJADI GULA

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dari keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri. adalah spesies Sorghum bicoler (japonicum). Tanaman yang lazim

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kebutuhan bahan bakarnya

*

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

SUBSTITUSI EKSTRAK AMPAS TEBU TERHADAP LAJU KEASAMAN DAN PRODUKSI ALKOHOL PADA PROSES PEMBUATAN BIOETHANOL BERBAHAN DASAR WHEY

Teknologi Pengolahan. Bioetanol

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bahan bakar. Sumber energi ini tidak dapat diperbarui sehingga

3 METODOLOGI PENELITIAN

PROSPEK BUAH APEL AFKIR DI DAERAH TUMPANG KABUPATEN MALANG SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN

PEMANFATAAN AMPAS TAHU MENJADI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN HIDROLISA H 2 SO 4

PEMBUATAN ETANOL DARI NIRA SORGUM DENGAN PROSES FERMENTASI

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

Effect of ammonium concentration on alcoholic fermentation kinetics by wine yeasts for high sugar content

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. alternatif penanganan limbah secara efektif karena dapat mengurangi pencemaran

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar

VARIASI KONSENTRASI ENZIM STARGEN TM 002 PADA PROSES SAKARIFIKASI DAN FERMENTASI SERENTAK PATI SORGUM MENJADI BIOETANOL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HIDROLISIS BIJI SORGUM MENJADI BIOETANOL MENGGUNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, terutama di jaman modern dengan mobilitas manusia yang sangat

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia semakin tahun

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

OPTIMASI SUHU DAN WAKTU PENGERINGAN KOPRA PUTIH DENGAN PEMANASAN TIDAK LANGSUNG (INDIRECT DRYING)

Hidrolisis Biji Sorgum Menjadi Bioetanol. Menggunakan NaOH Papain Dengan Metode Sakarifikasi Disusun dan Fermentasi Oleh : Simultan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang UKDW. minyak semakin meningkat, sedangkan cadangan energi minyak bumi (fosil)

HASIL DAN PEMBAHASAN

LIMBAH. Veteran Jatim A Abstrak. sebagai. hidrolisa yang. menggunakan khamir. kurun waktu. beberapa tahun hingga lain seperti pembuatan

SKRIPSI PEMANFAATAN LIMBAH BIJI JAGUNG DARI INDUSTRI PEMBIBITAN BENIH JAGUNG MENJADI BIOETHANOL

Pengaruh Rasio Pelarut dan Berat Yeast pada Proses Fermentasi Pati Keladi (Colocasia esculenta) menjadi Etanol

PENDAHULUAN. dengan laju pembangunan dan pertambahan penduduk. Usaha ini tidak. terbatas pada tanaman pangan utama (padi) melainkan penganekaraman

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BUAH SALAK DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

LAPORAN AKHIR PENGARUH PENAMBAHAN MASSA RAGI DAN WAKTU FERMENTASI HASIL HIDROLISA PATI BIJI DURIAN MENJADI BIOETANOL

III BAHAN, ALAT, DAN METODE PENELITIAN

VARIASI PENGADUKAN DAN WAKTU PADA PEMBUATAN BIOETANOL DARI PATI SORGUM DENGAN PROSES SAKARIFIKASI DAN FERMENTASI SERENTAK (SSF)

ETHANOL D Jurusan Teknik Kimia. Abstrak. cukup tinggi tersebut, memproduksi etanol. sebagai. fermentasi sebesar 3,21%.

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan istilah yang tidak asing lagi saat ini. Istilah bioetanol

PENGARUH KONSENTRASI RAGI DAN WAKTU FERMENTASI PADA PROSES PEMBUATAN BIOETANOL DARI AIR KELAPA

III. METODOLOGI PENELITIAN

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I. PENDAHULUAN. Pada masa sekarang konsumsi bahan bakar minyak sangat tinggi,

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan energi dunia yang dinamis dan semakin terbatasnya cadangan energi

HASIL DAN PEMBAHASAN. pertumbuhan dan kurva produksi yang menunjukkan waktu optimum produksi xilitol.

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) FERMENTASI SPONTAN MENGGUNAKAN RESPONSE SURFACE METHODOLOGY

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

VARIASI TEMPERATUR LIQUIFIKASI PATI SORGUM MENJADI BIOETANOL DENGAN PROSES SKARIFIKASI DAN FERMENTASI SERENTAK

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN TONGKOL JAGUNG SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL DENGAN PROSES HIROLISIS H 2 SO 4 DAN FERMENTASI SACCHAROMYCES CEREVICEAE

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

LOGO. Oleh : Nurlaili Humaidah ( ) Pembimbing : Prof.Dr.Ir. Tri Widjaja M.Eng Dr.Ir. Tontowi Ismail, MS.

I. PENDAHULUAN. Persediaan bahan bakar fosil yang bersifat unrenewable saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. fosil (Meivina et al., 2004). Ditinjau secara global, total kebutuhan energi dunia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN JAGUNG SEBAGAI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN HIDROLISA ASAM H 2 SO 4

UJI KUALITAS BIOETANOL BATANG SWEET SORGHUM VARIETAS NUMBU UMUR 80 HARI DENGAN PENAMBAHAN RAGI NKL DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

Transkripsi:

OPTIMASI VARIABEL PROSES TERHADAP PRODUKSI ETANOL DARI BIJI SORGHUM (Sorghum bicolor L.) Optimization of Process Variables on Ethanol Production from Sorghum Grain M. Nur Ghoyatul Amin, Darimiyya Hidayati*, Cahyo Indarto Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Jalan Raya Telang PO BOX 2 Kamal - Bangkalan 16912 *Penulis Korespondensi: email darimiyya@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini mengkaji tentang optimasi produksi etanol dari biji sorghum (Sorghum bicolor L.). Metode respon permukaan dipilih untuk mengoptimalkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi etanol dari biji sorghum dengan menggunakan desain Box Behnken. Konsentrasi amonium sulfat yang ditambahkan ke dalam media, kecepatan penggojokan, dan waktu fermentasi dirancang menggunakan desain Box Behnken masing-masing tiga level, yakni konsentrasi Ammonium sulfat 0, 0.2, dan 0.4%, kecepatan penggojokan 0, 50, dan 100 rpm, serta waktu fermentasi 56, 64, dan 72 jam. Model second order polynomial dibangun untuk memprediksi rendemen pada kombinasi faktor yang berbeda. Berdasarkan contour plot, rendemen tertinggi mencapai 39.5% dengan kombinasi ammonium sulfat, kecepatan penggojokan, waktu fermentasi berturut-turut 0%, 31.69 rpm, dan 72 jam. Kata kunci: box behnken, fermentasi, rendemen ABSTRACT This research was aimed for obtaining high level of yield in ethanol production from sorghum grain (Sorghum bicolor L.). Response surface methodology (RSM) is selected to optimize the process variables in ethanol production by employing Box Behnken design. The factors are consist of Ammonium sulfate concentrations 0, 0.2, and 0.4%; shaking rates 0, 50, and 100 rpm; and fermentation times 56, 64, and 72 hours. Second order polynomial model was developed to estimate the ethanol yield by different level for each factor and the regression square was 90.09%. Optimal solution in this work was determined by contour plot, with the highest yield was 39.55%(v/w) by combination of ammonium sulfate concentration, shaking rate, fermentation time are 0%, 31.69 rpm, and 72 hours respectively. Keywords: box behnken, fermentation, yield PENDAHULUAN Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan populasi disertai berbagai aktivitasnya akan meningkatkan kebutuhan energi hampir di seluruh sektor ekonomi. Data kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan, sepanjang tahun 2010 realisasi konsumsi premium sebesar 23 juta kl atau 7% diatas kuota, realisasi solar 12.8 juta kl atau 14% di atas kuota, dan minyak tanah 2.4 juta kl atau 37% dibawah kuota. Seiring dengan peningkatan penggunaan bahan bakar minyak di Indonesia oleh berbagai aktivitas seperti transportasi, industri dan rumah tangga akan berpotensi meningkatkan kadar karbodioksida di lingkungan. Berdasarkan data Environmental Modeling and Assessment (1999) kadar karbondioksida di lingkungan pada tahun 2000 mencapai 380 ppm. Melihat permasalahan tersebut tentu harus dicari solusi untuk menekan ketergantungan sektor ekonomi terhadap bahan bakar minyak. Solusi tersebut adalah mensubtitusi penggunaan bahan bakar 213

minyak (fosil) dengan bahan bakar yang dapat diperbarui (renewable) dan ramah lingkungan dengan potensi sumber bahan baku yang tinggi. Potensi tersebut ada pada penggunaan biofuel. Berdasarkan roadmap biofuel pada perencanaan pengelolaan energi nasional. Indonesia menargetkan mampu menyubtitusi bahan bakar bensin oleh bioetanol sebanyak 2%, 3%, dan 5% masing-masing pada tahun 2010, 2015, dan 2025. Oleh karena itu, untuk menindaklanjuti target tersebut telah banyak biofuel yang dikembangkan sebagai subtitusi bahan bakar minyak yakni biodiesel dan bioetanol. Sorghum merupakan tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku bioetanol, baik dari biji maupun niranya. Menurut Sirappa (2003) di Jawa timur pada tahun 2003 dilakukan budi daya sorghum di atas lahan seluas 5693 hektar dengan produksi biji sorghum sebanyak 10522 ton. Sorghum memiliki keunggulan dibandingkan dengan tebu dan singkong. Menurut Setyaningsih (2009) dilihat dari aspek budi daya, kebutuhan air tanaman sorghum lebih rendah dan laju foto sintesis lebih tinggi dibandingkan dengan tebu, sehingga produktivitas sorghum tentu lebih tinggi dibandingkan dengan tebu dan singkong. Sorghum dapat dipanen pada waktu umur empat bulan sedangkan tebu dan singkong baru bisa dipanen jika umurnya menginjak sepuluh bulan. Keunggulan lain dari biji sorghum adalah kadar gula biji sorghum lebih tinggi dibandingkan dengan kadar gula singkong. Menurut Nadir et al. (2009), kadar gula biji sorghum mencapai 50.07 g/l sedangkan kadar gula singkong hanya mencapai 40 g/l. Melihat kadar gula sorghum lebih tinggi daripada singkong tentunya sorghum lebih berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku etanol daripada singkong. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dari konsentrasi ammonium sulfat pada media, kecepatan penggojokan, dan waktu fermentasi terhadap rendemen yang terbentuk. Serta untuk mengetahui solusi optimum dalam produksi etanol berdasarkan faktor-faktor tersebut menggunakan metode respon permukaan (Response surface methodology). METODE Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tepung biji sorgum kabupaten Sampang, Saccharomyces cerevisiae (ragi roti), (NH 4 (padatan), Mg (padatan), Sodium sulfat anhydrous (padatan), α- amylase, glucoamylase, Aquadest, Reagensia luff school, KI 20%, HCl 6 N, Natrium tiosulfat standar, Indikator amilum, dan H 2. Alat Peralatan yang digunakan pada penelitian ini di antaranya Alcohol metre, Orbital Shaker GFL 3015, Destilator, ph meter, Beaker glass 1000 ml, Hot plate Stirrer Hawlet Packard 3000-120, Magnetic stirrer, Kapas, Kertas Saring Whatman, Corong kaca, Aluminium foil, Labu ukur, Pipet volume, dan Pipet tetes. Rancangan Percobaan Penelitian ini terdiri dari tiga perlakuan, dimana masing masing pelakuan terdapat tiga taraf. Perlakuan pertama (X 1 ) adalah konsentrasi (NH 4 dengan taraf 0, 0.2, dan 0.4%; perlakuan kedua (X 2 ) adalah kecepatan penggojokan dengan taraf 0, 50, dan 100 rpm; dan perlakuan ketiga (X 3 ) adalah waktu fermentasi dengan taraf 56, 64, dan 72 jam. Di dalam percobaan ini terdapat kondisi yang diatur secara konstan di antaranya suhu 30 C, konsentrasi ragi 10%, ph media sebesar 5 (Liu dan Shen, 2007), konsentrasi Mg 0.05%, strain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Saccharomyces cerevisiae (Liu et al., 2008) dan sorghum yang diperoleh dari wilayah kabupaten Sampang. Penelitian ini dirancang menggunakan Response surface methodology dengan aturan Box-Behnken yang tertera pada Tabel 1. Hidrolisis Tepung Sorgum Tepung sorgum dihidrolisis secara enzimatis, dengan cara mencampur tepung sorghum dan air dengan perbandingan 1:3. Campuran tersebut dipanaskan dengan hot plate stirrer pada suhu 90 C selama dua jam dan ditambahkan 0.1%(v/w) α-amilase untuk liquefaction. Saccharification dilakukan dengan menurunkan suhu hidrolisis menjadi 50 C selama satu jam dan menambahkan gluko amilase 0.1% (v/w) (Nadir et al., 2009). 214

Tabel 1. Rancangan percobaan menggunakan desain Box-Behnken No Faktor Konsentrasi (NH 4 (%) Kecepatan penggojokan (rpm) Waktu (Jam) 1 0 (-1) 0 (-1) 64 (0) 2 0 (-1) 100(1) 64 (0) 3 0.4 (1) 0 (-1) 64 (0) 4 0.4 (1) 100(1) 64 (0) 5 0 (-1) 50 (0) 56 (-1) 6 0 (-1) 50 (0) 72 (1) 7 0.4 (1) 50 (0) 56 (-1) 8 0.4(1) 50 (0) 72 (1) 9 0.2 (0) 0(-1) 56 (-1) 10 0.2 (0) 0 (-1) 72 (1) 11 0.2 (0) 100 (1) 56 (-1) 12 0.2 (0) 100(1) 72 (1) 13 0.2 (0) 50 (0) 64 (0) 14 0.2 (0) 50 (0) 64 (0) 15 0.2 (0) 50 (0) 64 (0) Fermentasi Pembuatan media dilakukan dengan mencampurkan jus sorghum sebanyak 250 ml dengan Mg 0.05%, (NH 4 ( 0%, 0.2%, 0.4%) sampai ph 5. Inokulasi dilakukan dengan penambahan yeast 10% w/v. Fermentasi diatur diatas orbital shaker selama (56, 64, dan 72 jam) pada suhu 30 C. Larutan hasil fermentasi yang mengandung air, etanol dan endapan protein dimasukkan ke dalam labu didih destilator yang kemudian dididihkan pada suhu 78.5 C selama satu jam. Analisa Data Kadar gula media dianalisa menggunakan metode luff school, sedangkan analisa kadar alkohol dilakukan dengan menggunakan alkohol meter (Liu et al., 2008). Data kadar etanol digunakan untuk menghitung rendemen dengan formulasi dibawah ini:...(1) Keterangan: R = Rendemen (% v/w) K = Kadar Etanol (%) V = Volume Destilat/Etanol (ml) M = Massa Bahan (g) Pengolahan data untuk analisa response surface methodology menggunakan Design Expert 07 dengan model second order polynomial. PEMBAHASAN Analisis metode respon permukaan pada Produksi Etanol dari Biji Sorghum Proses produksi etanol dari biji sorghum dengan fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya kadar gula media, kecepatan pengadukan pada bioreaktor, ph media, waktu fermentasi dan konsentrasi senyawa yang mengandung nitrogen (Liu et al., 2008). Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor yang dibuat bervariasi untuk dioptimalkan, yakni konsentrasi amonium sulfat (X 1 ) yang ditambahkan ke dalam media, kecepatan penggojokan (X 2 ), dan waktu fermentasi (X 3 ). Nilai regresi square sebesar 0.9009 atau 90.09%, artinya konsentrasi amonium sulfat, kecepatan penggojokan, dan waktu fermentasi memberikan pengaruh sebesar 90.09% terhadap rendemen pada fermentasi dan hanya 9.91% variasi dalam penelitian tersebut tidak dapat dijelaskan oleh model tersebut. Nilai Adj-R Square 72.24% dapat mengindikasikan bahwa model matematis memiliki signifikansi yang tinggi dan dapat digunakan (available) untuk memprediksi rendemen yang terbentuk pada fermentasi. 215

Optimasi Konsentrasi Amonium, Kecepatan Penggojokan,dan Waktu Fermentasi terhadap Kadar Etanol Melalui uji p untuk masing-masing variabel dapat diperoleh model matematis dibawah ini (Y= % Rendemen):...(2) Model matematis (equation) yang terbentuk dari rancangan percobaan Tabel 3 secara umum memiliki tingkat signifikan yang tinggi, artinya model tersebut dapat digunakan untuk memprediksikan seberapa besar rendemen yang terbentuk pada proses fermentasi, karena diperoleh nilai F dan p masing-masing sebesar 5.05 dan 0.0447. Hal ini berarti peluang terjadinya noise (pengaruh faktor penganggu) pada penelitian tersebut hanya 4.47%. Hal tersebut juga diperkuat dengan nilai Adeq Precission sebesar 8.604 (lebih besar dari 4) yang mengindikasikan bahwa penelitian tersebut memiliki tingkat kepercayaan (reliability) dan ketelitian yang tinggi. Model matematis yang diperoleh menunjukkan bahwa waktu fermentasi lebih berpengaruh terhadap rendemen yang terbentuk dari pada variabel yang lain, karena nilai p yang diperoleh lebih kecil dan nilai koefisienya lebih besar dari pada kecepatan penggojokan. Nilai koefisien untuk kecepatan penggojokan (X 2 ) yang bertanda negatif, menunjukkan bahwa dengan kecepatan penggojokan tertentu pada fermentasi justru dapat menurunkan rendemen yang terbentuk. Koefisien variabel waktu fermentasi (X 3 ) bernilai positif sehingga dapat menunjukkan bahwa semakin lama waktu fermentasi maka semakin tinggi rendemen yang terbentuk. Analisis metode respon permukaan dapat melihat interaksi atau hubungan antar variabel terhadap rendemen pada fermentasi. Dengan menggunakan surface plot, dapat diidentifikasi bagaimana pengaruh masingmasing variabel terhadap rendemen. Pengaruh konsentrasi amonium sulfat dan kecepatan penggojokkan terhadap rendemen Menurut Liu et al. (2008) penambahan (NH 4 ke dalam media berfungsi sebagai sumber nitrogen dan Tabel 2. Analysis of variance (ANOVA) fitted second order polynomial pada produksi etanol dari biji sorgum Sumber Std.Dev R-Sq Adj-R square Predicate R-Square Press Linear 10.60 0.3212 0.1360-0.4313 2606.02 Interaksi 2 faktor 11.90 0.3780-0.0885-2.2182 5859.16 Kuadratik 6.01 0.9009 0.7224 0.5802 2877.02 Kubik 0.62 0.9996 0.9971 Tabel 3 Hasil analisis regresi model second order polynomial Sumber Koefisien terestimasi F p Model - 5.05 0.0447 Konstanta 18.31 - - X 1-2.32 1.19 0.3250 X 2-5.47 6.63 0.0049* X 3 6.15 8.38 0.0340* X 1 * X 2 3.38 1.27 0.3166 X 1 * X 3-3.47 1.34 0.2996 X 2 * X 3-1.54 0.26 0.6300 X 1 2 5.90 3.56 0.1178 X 2 2-14.28 20.87 0.0060* X 3 2 1.51 0.23 0.6494 *) Signifikan (p<0,05); Adeq Precission: 8.604 216

sulfur untuk pertumbuhan yeast serta Mg untuk mengaktifkan enzim yang ada pada sel yeast. Gambar 1 menunjukkan permukaan surface plot pada variabel amonium sulfat memiliki kontur datar. Hal ini berarti penambahan amonium sulfat tidak berpengaruh terhadap rendemen. Hal ini diduga karena pada jus sorghum yang digunakan sebagai media memiliki kandungan N yang cukup untuk nutrisi mikroba. Unsur N yang terkandung dalam jus sorghum berupa senyawa protein dengan kandungan protein biji sorghum 11.09% (Adebiyi et al., 2005). Penelitian Liu et al. (2008) menunjukkan bahwa rendemen tertinggi diperoleh dengan penambahan amonium sulfat 0.2%. Hal itu dikarenakan perbedaan komposisi media yaitu bahan baku yang digunakan adalah nira. Nira sorghum memiliki kadar protein yang lebih rendah dibandingkan dengan biji sorghum (Adetuyi dan Akpambang, 2006). Oleh karena itu, pasokan nitrogen untuk mikroba harus ditambahkan dengan penambahan seyawa yang mengandung nitrogen. Kecepatan penggojokan berpengaruh secara signifikan terhadap rendemen pada fermentasi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa nilai p untuk variabel ini di bawah 0.05. Sedangkan berdasarkan persamaan 1 dapat dilihat bahwa koefisien untuk variabel kecepatan penggojokan bernilai negatif, sehingga semakin tinggi kecepatan penggojokan pada saat fermentasi, maka semakin kecil rendemen yang terbentuk. Rendemen naik dari kecepatan penggojokan 0-50 rpm. Hal ini tertera pada Gambar 1 bahwa kurva kecepatan penggojokan naik sampai 50 rpm, sedangkan saat kecepatan penggojokan di atas 50 rpm rendemen justru mengalami penurunan. Penggojokan dapat meningkatkan transfer massa antar bahan pada proses fermentasi. Dengan penggojokan maka penggunaan gula oleh yeast pada fermentasi akan meningkat dan etanol yang diproduksi di dalam sel yeast akan keluar, namun jika kecepatan penggojokan terlalu tinggi metabolisme yeast akan terganggu sehingga produksi etanol akan menurun (Liu dan Shen, 2007). Penelitian Liu dan Shen (2007) menunjukkan bahwa rendemen optimum diperoleh dari fermentasi dengan kecepatan pengadukan 200 rpm. Tingkat pengadukan yang cepat tidak menganggu metabolisme yeast pada fermentasi karena pada penelitian tersebut yeast yang digunakan diimobilisasi terlebih dahulu dengan cara mengikat yeast Saccharomyces cereviciae dengan kalsium alginat, sehingga yeast lebih stabil. Pengaruh konsentrasi amonium sulfat dan waktu fermentasi terhadap rendemen Gambar 2 menunjukkan bahwa kontur variabel konsentrasi amonium sulfat tidak begitu curam. Hal ini dikarenakan nilai probabilitas untuk variabel ini di atas 0.05, sehingga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap rendemen. Konsentrasi amonium sulfat 0% dapat memberikan kontribusi rendemen yang tinggi. Hal ini di sebabkan media yang digunakan pada saat fermentasi memiliki kandungan unsur nitrogen dari senyawa organik, yakni protein atau asam amino yang di gunakan untuk nutrisi mikroba. Rendemen meningkat dari fermentasi 0 jam sampai 72 jam. Mengacu pada persamaan 2 bahwa koifisien untuk variabel waktu bernilai positif, yakni 6.15 yang menunjukkan hubungan linear antara waktu fermentasi Gambar 1. Surface plot pengaruh konsentrasi amonium sulfat dan kecepatan penggojokan terhadap rendemen pada waktu fermentasi 72 jam 217

Gambar 2. Surface plot pengaruh konsentrasi amonium sulfat dan waktu fermentasi terhadap rendemen pada kecepatan penggojokan 31.69 Gambar 3. Surface plot pengaruh kecepatan penggojokan dan waktu fermentasi terhadap rendemen pada konsentrasi amonium sulfat 0% dan rendemen. Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan rendemen dengan meningkatnya waktu fermentasi. Menurut Nadir et al. (2009), kenaikan rendemen ini disebabkan karena pada waktu 72 jam pertumbuhan yeast Saccharomyces cerevisiae berada pada fase log dan stasioner sehingga yeast masih melakukan proses metabolisme (Nadir et al., 2009). Oleh karena itu, komposisi kimia media berubah akibat dari konsumsi gula dan sintesis etanol meningkat (Fardiaz, 1992). Penelitian Nadir et al. (2009) menunjukkan bahwa rendemen optimal terbentuk pada waktu 64 jam sehingga dapat dilihat bahwa waktu optimal untuk produksi etanol berbeda dengan hasil penelitian. Perbedaan tersebut diduga disebabkan perbedaan suhu fermentasi dan komposisi nutrisi yang ada dalam media sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan yeast. Kenaikan rendemen secara nyata dapat dilihat pada Gambar 2. Hal ini dikarenakan nilai p untuk variabel waktu fermentasi adalah 0.0459 (<0.05) sehingga variabel waktu dapat dikatakan berpengaruh secara signifikan terhadap rendemen yang terbentuk pada proses fermentasi. Hal ini juga dapat dibuktikan melalui Gambar 2 bahwa area rendemen yang tinggi (high level) ada disekitar waktu fermentasi 72 jam dan konsentrasi amonium sulfat 0%. Konsentrasi amonium sulfat 0% dapat menghasilkan rendemen optimum pada penelitian ini karena media yang dibuat dari jus biji sorghum memiliki kandungan protein yang dapat didegredasi oleh yeast untuk diambil nitrogennya, sehingga dapat menopang pertumbhan yeast. Oleh karena itu, amonium sulfat yang diberikan ke dalam media tidak berpengaruh (Kundiyana et al., 2010). Pengaruh kecepatan penggojokan dan waktu fermentasi terhadap rendemen Kecepatan penggojokan berpengaruh secara signifikan terhadap rendemen yang terbentuk pada proses fermentasi. Pelakuan ini dapat menurunkan rendemen. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 3 bahwa nilai koefisien untuk kecepatan penggojokan bernilai negatif. Nilai p untuk kecepatan penggojokan lebih kecil dibandingkan dengan waktu 218

Tabel 4. Hasil solusi optimal berdasarkan uji desirability (NH 4 (%) Penggojokan (rpm) Waktu (jam) Rendemen (% v/w) Desirability 0 31.69 72.00 39.55 1.000 0 32.43 71.95 39.47 1.000 0 33.78 72.00 39.44 1.000 fermentasi, sehingga dari nilai tersebut dapat diindikasikan bahwa kecepatan penggojokan lebih berpengaruh terhadap rendemen dari pada lama fermentasi. Hal itu juga dapat dijelaskan dengan 3D Surface plot (Gambar 3) yaitu kurva kecepatan penggojokan lebih curam dari pada konsentrasi amonium sulfat. Waktu atau lama fermentasi berpengaruh signifikan terhadap rendemen yang terbentuk pada proses fermentasi, karena nilai p untuk variabel ini adalah 0.007 (<0.05). Gambar 3 menunjukkan bahwa rendemen meningkat sampai jam ke 72. Hal ini dapat menjawab penelitian Kundiyana et al. (2010) bahwa waktu fermentasi optimum pada produksi etanol dari sorghum adalah 72 jam. Penentuan nilai desirability berfungsi untuk menyatakan derajat ketepatan hasil solusi optimal, yaitu semakin mendekati angka satu maka semakin tinggi nilai ketepatan optimasi. Solusi optimum terpilih adalah pada konsentrasi amonium sulfat 0%, kecepatan penggojokan 31.69 rpm dan waktu fermentasi 72 jam dengan nilai desirability 1 (Gambar 4), sehingga rendemen yang diprediksi pada penelitian tersebut memiliki nilai ketepatan yang tinggi (Montgomery, 2001) Berdasarkan prediksi menggunakan analisis response surface methodology diperoleh titik optimal dari kombinasi perlakuan konsentrasi amonium sulfat 0%, kecepatan penggojokan 31.69 rpm dan waktu fermentasi 72 jam dengan rendemen sebesar 39.55%. Ketepatan prediksi solusi optimal dapat dilihat dengan uji desirability value, yaitu solusi yang dipilih adalah solusi yang memiliki nilai desirability 1.000 (100%) seperti pada Tabel 4. Penentuan nilai desirability berfungsi untuk menyatakan derajat ketepatan hasil solusi optimal, yaitu semakin mendekati angka satu maka semakin tinggi nilai ketepatan optimasi. Solusi optimum terpilih adalah pada konsentrasi amonium sulfat 0%, kecepatan penggojokan 33 rpm dan lama fermentasi 72 jam dengan nilai desirability 1, sehingga kadar etanol yang diprediksi pada penelitian tersebut memiliki nilai ketepatan yang tinggi (Montgomery, 2001). KESIMPULAN Kecepatan penggojokan dan waktu fermentasi berpengaruh secara signifikan terhadap kadar etanol pada proses fermentasi, sedangkan konsentrasi amonium sulfat yang ditambahkan ke dalam media tidak berpengaruh. Rendemen maksimum pada penelitian ini sebesar 39.55% yang diperoleh dari kombinasi perlakuan konsentrasi amonium sulfat 0%, kecepatan penggojokan 31.69 rpm dan waktu fermentasi 72 jam. DAFTAR PUSTAKA Adetuyi AO and Akpambang VOE. 2006. The nutritional value of sorghum bicolor stem flour used for infusion drinks in Nigeria. Pak. J. Sci. Ind. Res. 49(4):276-280 Adebiyi AO, Adebiyi AP, and Olaniyi EO. 2005. Nutritional of Sorghum bicolor starch hydrolyzed with amylase from Rhizopus sp. African J Biotechnol. 4(10):1089-1094 Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi Pengolahan Pangan Lanjut. Bogor. Dipdikbud Dirjen PT PAU Pangan dan Gizi IPB. Kundiyana DK, Bellmer DD, and Hunke RL. 2010. Influence of temperature, ph and yeast on in field production of ethanol from unsterilized sweet sorghum juice. Biomass and Bioenergy 34:1481-1486 Liu R and Shen F. 2007. Impacts of main factors of bioethanol fermentation from stalk juice of sweet sorghum by immobilized Saccharomyces cereviceae (CICC 1308). Bioresource Technology. 99: 847-854. Liu R, Li J, and Shen F. 2008. Refining bioethanol from stalk juice of sweet sorghum by immobilized yeast fermentation. Renewable Energy. 33: 1130-1135. Montgomery DC. 2001. Design and Analysis of Experiments Third Edition. John Willey and Son. New York. 219

Nadir N, Mel M, Karim MIA, and Yunus RM. 2009. Comparison of sweet sorghum and cassava for ethanol production by using Saccharomyces cereviceae. J. App. Sc. 9(17) : 3068-3073. Setyaningsih D. 2009. Kuliah Teknologi Bioenergi. TIP-IPB. Bogor. Sirappa MP. 2003. Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia sebagai Komoditas Alternatif Untuk Pangan, Pakan dan Industri. Jurnal Litbang Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Makassar. 220