PROSEDUR TETAP MANAJEMEN KESELAMATAN TERBANG DAN KERJA DI SATHAR 15

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI

Kompetensi Dasar : Mengikuti prosedur lingkungan kerja tentang kesehatan, keselamatan dan keamanan

1. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai APD yang kurang tepatdan perawatannya yang tidak baik

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

PROSEDUR PERLENGKAPAN PEMADAM KEBAKARAN. A. Perlengkapan Pemadam Kebakaran 1. Sifat api Bahan bakar, panas dan oksigen harus ada untuk menyalakan api.

KEBAKARAN DAN ALAT PEMADAM API. Regina Tutik Padmaningrum Jurdik Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

Kata Pengantar. Daftar Isi

BAB IV HASIL DAN ANALISA

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

Keselamatan Kerja. Garis Besar Bab Bab ini menjelaskan dasar-dasar pengoperasian yang aman. Keselamatan Kerja

Definisi dan Tujuan keselamatan kerja

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR UNIT AIR BAKU

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH

PT. BINA KARYA KUSUMA

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3

Proteksi Bahaya Kebakaran Kebakaran Kuliah 11

BAB I KONSEP PENILAIAN

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

BAB I PENDAHULUAN. kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

Penggunaan APAR dan Kedaruratan

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROSEDUR TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PT. BINA KARYA KUSUMA

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

KPS DIR Instruksi Kerja Lab Teknik Elektro: Kesehatan dan Keselamatan Kerja di TFME

PENGELOLAAN OPERASI K3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

PT. FORTUNA STARS DIAGRAM ALIR KEADAAN DARURAT BAHAYA KEBAKARAN DI KANTOR PUSAT

BAB I KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

PT. BINA KARYA KUSUMA

Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga. ke Outlet

BAB IV HASIL PENELITIAN

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

ANALISIS KESELAMATAN KERJA (JOB SAFETY ANALYSIS)/PROSEDUR JSA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

Keselamatan Kerja di Laboratorium

MODUL 3 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PENGAMAN RUANG DAN KEBAKARAN) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

4. Pencegahan Dan Perlindungan Kebakaran SUBSTANSI MATERI

Created by: Esa Rahmanda H Click to edit Master title style

Koordinator:Dr. Ardiyan Harimawan

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

189. Setiap kuantitas yang lebih besar dari 50 liter harus dihapus dari ruang ketika tidak digunakan dan disimpan di toko yang dirancang dengan baik

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

PEMBELAJARAN VIII PEMADAMAN KEBAKARAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

PERALATAN PERLINDUNGAN DIRI

FORMULIR PROSEDUR OPERASI STANDAR RISIKO TINGGI

STANDARD OPERATING PROCEDURS (SOP) PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN SERTA PENYELAMATAN DIRI

Secara sederhana yang dimaksud dengan APD adalah :

RENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

PENYELESAIAN MASALAH MESIN CUCI DUA TABUNG TROUBLE SHOOTING WASHING MACHINE TWIN TUBE

MODUL 3 KESELAMATAN KERJA (Kebijakan dan Prosedur K3)

PENYELESAIAN MASALAH MESIN CUCI DUA TABUNG QW-870XT QW-871XT TROUBLE SHOOTING WASHING MACHINE TWIN TUBE

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

MENERAPKAN PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT KOMATSU INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Petunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di

Standard Operating Procedure PENGOPERASIAN CHAINSAW (CHAINSAW OPERATION)

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PEKERJA TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI SEBUAH PABRIK KIMIA DI TANGERANG.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

PENYELESAIAN MASALAH MESIN CUCI OTOMATIS DUO DRUM TROUBLE SHOOTING AUTOMATIC WASHING MACHINE DUO DRUM

PROSEDUR PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA. Pengertian. Tujuan. 1. Bahan Beracun dan Berbahaya

Hirarki Pengendalian Potensi Bahaya K3

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KUISIONER PENELITIAN

Transkripsi:

DEPO PEMELIHARAAN 10 SATUAN PEMELIHARAAN 15 PROSEDUR TETAP MANAJEMEN KESELAMATAN TERBANG DAN KERJA DI SATHAR 15 PENDAHULUAN 1. Sathar 15 Depohar 10 sebagai satuan pelaksana pemeliharaan dibawah Komando Pemeliharaan Materiil TNI AU bertugas menyelenggarakan dan melaksanakan pemeliharaan tingkat sedang/berat pesawat C-130 Hercules type B, type KC-130 (tanker), type H/HS dan type L-100. Pada pelaksanaan tugas pokoknya, khususnya Sathar 15 diharapkan mampu mendukung kesiapan operasional sebagai angkutan udara di lingkungan TNI Angkatan Udara secara maksimal dan berkesinambungan. Untuk mendukung kegiatan tersebut diperlukan suatu komitmen bersama dalam menciptakan kinerja yang lebih baik dan optimal di Sathar 15 Depohar 10 dengan mengutamakan keselamatan dalam bekerja. 2. Faktor keselamatan dalam bekerja telah menjadi komitmen Sathar 15 Depohar 10, sehingga kerugian baik di bidang peralatan /materiil maupun personel serta biaya dapat di minimalisir. Oleh karena itulah, budaya safety (keselamatan) bagi Sathar 15 menjadi isu yang sangat penting, terkait pemeliharaan alutsista TNI Angkatan Udara berupa pesawat C-130 Hercules yang sarat tekhnologi dan sangat mahal, termasuk di dalamnya personel yang mengawakinya yang pembinaannya memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit pula. Oleh karena itu, pucuk pimpinan Sathar 15 selalu menekankan arti pentingnya safety guna mewujudkan zero accident, karena safety merupakan hal yang tak terpisahkan dalam pola kehidupan setiap insan udara (airmanship) di dalam melaksanakan tugasnya. 3. Keselamatan Kerja adalah bagian dari sistem manajemen Sathar 15, secara keseluruhan meliputi struktur organisasi, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, 1

pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan efektif. 4. Sebagai respon terhadap safety dilingkungan kerja TNI AU, Sathar 15 telah membuat suatu pengembangan berupa upaya-upaya untuk pencegahan atau paling tidak mengurangi peluang terjadinya accident maupun incident melalui penerapan manajemen keselamatan kerja. Hal ini bertujuan melaksanakan pembinaan terhadap personel, pemeliharaan pesawat, peralatan dan perlengkapan safety, mensosialisasikan informasi tentang Lamja melalui brosur dan poster dan evaluasi. 5. Maksud dan tujuan. Maksud dari pembuatan naskah manajemen keselamatan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang prosedur pelaksanaan safety di Sathar 15 dalam rangka mengoptimalkan keselamatan kerja di lingkungan Sathar 15. Dengan tujuan Menciptakan suatu sistim keselamatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur Pimpinan, seluruh personel, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan efektif, sehingga terwujud zero accident dalam pelaksanaan tugas. 6. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang lingkup naskah Manajemen keselamatan kerja ini dibatasi pada masalah Keselamatan dan Kerja di lingkungan Sathar 15 pada aspek organisasi personel (manusia), sarana dan prasarana (materiil) serta piranti lunak (manajemen) dengan tata urut sebagai berikut : a. Pendahuluan. b. Dasar c. Organisasi d. Fasilitas Sarana dan Prasarana e. Pembinaan dan pelatihan f. Protap-Protap Safety g. Penanganan Tanggap Darurat h. Inspeksi dan Audit 2

i. Kesimpulan dan Saran. j. Penutup. 7. Pengertian-pengertian. Untuk mendapatkan kesamaan bahasa dan persepsi dalam naskah ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang digunakan antara lain : a. Keselamatan kerja. Adalah segala usaha, tindakan dan kegiatan yang bersifat preventif dan represif untuk mencapai kondisi yang memungkinkan terlaksananya tugas pokok secara aman dan selamat diluar faktor musuh dan kesengajaan. b. Accident (kecelakaan kerja). Kecelakaan Kerja adalah kejadian yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan kerugian harta benda yang besar dan atau korban manusia yang berakibat meninggal. c. Incident (kecelakaan kerja) Incident kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan kerugian harta benda/kerusakan dan atau korban manusia yang mengalami luka ringan/berat. d. Zero accident. Suatu tingkat Keselamatan Terbang dan Kerja yang sempurna sehingga dapat menekan tingkat kecelakaan atau bahkan tidak terjadi kecelakaan. e. Airmanship. Airmanship adalah suatu sikap mental dan kemampuan yang mendasari perilaku awak pesawat dalam menjalankan tugasnya. f. Budaya Safety. Menghendaki adanya kesediaan setiap individu untuk melaksanakan prilaku dan aturan safety sebagai suatu kewajiban melekat tanpa adanya instruksi atau komando. 3

DASAR 8. Dasar pemikiran yang digunakan dalam pembahasan naskah ini adalah sebagai berikut : a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 1 Tahun 1970 tanggal 12 Januari 1970 tentang Keselamatan Kerja. b. Undang-Undang No 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Bahwa Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah, dan melindungi keselamatan bangsa, menjalankan operasi militer untuk perang dan operasi militer selain perang, serta ikut secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional. Sementara pasal 10 menyebutkan tentang tugas TNI Angkatan Udara yang salah satunya adalah melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra udara yang implementasinya antara lain dalam mewujudkan kesiapan operasi faktor keselamatan terbang dan kerja merupakan hal utama yang dapat mendukung terciptanya kesiapan operasi baik alutsista maupun personel. c. Buku Petunjuk Pelaksanaan TNI-AU No. Skep/168/XII/2000 tanggal 11 Desember 2000 tentang Pedoman Pembinaan Pencegahan Kecelakaan Penerbangan dan Kerja dan Pedoman Penyelidikan Kecelakaan Pesawat Terbang dan Kecelakaan Kerja d. Naskah Sementara Buku Petunjuk Teknis TNI-AU Tentang program Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan di Satuan Pemeliharaan No. Skep/155/VIII/1999 tanggal 11 Agustus 1999. 4

e. Doktrin TNI AU Swa Bhuwana Paksa Kep Kasau Nomor Kep/3/IV/ 2007 tanggal 9 April 2007. Di dalam Doktrin Swa Bhuwana Paksa tentang karakteristik kekuatan udara di sebutkan bahwa salah satu keterbatasan kekuatan udara adalah ketergantungan kepada tehnologi dan kerawanan yang membuka peluang terjadinya accident maupun incident. Doktrin TNI AU Swa Bhuwana Paksa dijadikan landasan dalam penulisan Karangan Militer ini, karena Doktrin TNI AU Swa Bhuwana Paksa merupakan doktrin pada tataran strategis yang berkedudukan sebagai sumb er bagi perumusan buku-buku petunjuk pada tataran dibawahnya. f. Peraturan Kepala Staf TNI AU Nomor : Perkasau/46/IX/2007 tanggal 28 September 2007 mengenai Buku Petunjuk Pelaksanaan TNI Angkatan Udara tentang Pembinaan Pencegahan Kecelakaan Penerbangan dan Kerja di dalam Bab I pasal 1 dijelaskan bahwa kecelakaan penerbangan dan kerja telah menimbulkan kerugian yang tidak sedikit di bidang peralatan/materiil maupun personel serta menelan biaya besar yang sukar tergantikan dalam waktu yang relatif singkat. Keselamatan terbang dan kerja bagi TNI Angkatan Udara mengandung pengertian pembinaan kemampuan tempur (combat readiness). Oleh karena itu sasaran terakhir keselamatan penerbangan dan kerja adalah terpeliharanya dan meningkatnya potensi tempur TNI AU melalui pembinaan terhadap unsurunsur personel, materiil, media, misi dan manajemen. g. Protap intern Sathar 15 No. Protap/09/XII/2007 tanggal 27 Desember 2007 tentang penanggulangan bahaya kebakaran di Sathar 15 Depohar 10. h. Protap intern Sathar 15 No. Protap/11/XII/2007 tanggal 27 Desember 2007 tentang penggulangan bahaya banjir di Satuan Pemeliharaaan 15 Depohar 10. 5

9. Pihak yang berwenang dan bertanggung jawab dalam pembinaan mengenai keselamatan kerja adalah Dislambangjaau yang dalam hal ini juga bertanggung jawab dalam membentuk tim PPKPT jika terjadi incident maupun eccident pesawat terbang. Dasar hukum yang mengatur tentang ini adalah Buku Petunjuk Pelaksanaan TNI-AU tentang Pedoman Pembinaan Pencegahan Kecelakaan Penerbangan dan Kerja dan Pedoman Penyelidikan Kecelakaan Pesawat Terbang dan Kecelakaan Kerja No. Skep/168/XII/2000 tanggal 11 Desember 2000. 10. Hal-hal yang menyangkut tentang rehabilitasi dan kompensasi bagi personil Sathar 15 yang mengalami incident dan eccident yang berkaitan dengan dinas militer diatur didalam Naskah Sementara Buku Petunjuk Teknis TNI-AU Tentang program Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan di Satuan Pemeliharaan No. Skep/155/VIII/1999 tanggal 11 Agustus 1999. 11. Buku petunjuk Safety dikeluarkan oleh Sathar 15 yang mengacu dari bujuknis yang dikeluarkan oleh Dislambangjaau. Mengenai penyusunan renprogja lamja, penyusunan rencana kebutuhan obat-obatan dan peralatan lamja, memberikan bimbingan teknis di bidang lamja kepada personel Sathar 15, menganalisa dan mengevaluasi upaya peningkatan lamja serta melaksanakan koordinasi dengan satuan-satuan samping dalam ranngka pelaksanaan lamja untuk mendukung kegiatan di Sathar 15. Dalam pelaksanaan dan pengawasan kegiatan ini dilakukan oleh seksi lambangja Sathar 15 yang bertanggung jawab kepada Komandan Sathar 15 sebagai supervisi. 6

ORGANISASI 12. Satuan Pemeliharaan 15 memiliki struktur organisasi sebagai berikut : STRUKTUR ORGANISASI DAN SATHAR 15 KAURDAL KASIHAR KA TUT KASUBSI KAL KASIINS KASUBSI INKUALHAR KASUBSI LAMBANGJA KA TB KA DOCK A KA DOCK C KA DOCK B KAUNIT STR REP KAUNIT CORR CNTRL KAUNIT PWR PLANT KAUNIT AVIONIC KAUNIT STR REP KAUNIT CORR CNTRL KAUNIT PNEUDRAULIC KAUNIT FUEL SYST KAUNIT LISMENT KAUNIT GSE KAUNIT EXT/INT 7

13. Dalam pelaksanaan dan pengawasan serta yang bertanggung jawab atas safety dilingkungan Sathar 15 dan juga untuk memudahkan dalam manajemen kegiatan, maka dibentuk organisasi komando Safety seperti berikut ini: STRUKTUR ORGANISASI SAFETY SATHAR 15 DAN SATHAR 15 KASIHAR KASUBSI LAMBANGJA DUTY SAFETY KA DOCK A KA DOCK C KA DOCK B KAUNIT STR REP KAUNIT CORR CNTRL KAUNIT PWR PLANT KAUNIT AVIONIC KAUNIT STR REP KAUNIT CORR CNTRL KAUNIT PNEUDRAULIC KAUNIT FUEL SYST KAUNIT LISMENT KAUNIT GSE KAUNIT EXT/INT Fasilitas Sarana dan Prasarana 14. Keselamatan kerja di Sathar 15 adalah membuat kondisi kerja yang aman dengan dilengkapi alat-alat serta perlengkapan pengamanan perorangan, 8

penerangan yang baik, menjaga lantai dan tangga bebas dari air, minyak, dan oli dan juga memelihara fasilitas air yang baik dengan tujuan mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera terkait dengan pekerjaan. 15. Untuk mencapai zero accident dalam pelaksanaan kerja di Sathar 15 harus di dukung dengan fasilitas alat peralatan yang lengkap. Perlengkapan dan Peralatan Lamja di Sathar 15 beberapa telah dilengkapi sesuai dengan kebutuhan, perlengkapan dan perelatan tersebut digunakan untuk melindungi personel dari kontak langsung dengan bahan kimia atau perantaranya dan mencegah terjadinya kecelakaan yang dapat membahayakan. Perlengkapan dan Peralatan Lamja yang ada di Sathar 15, sebagai berikut : a.pelindung telinga : Pelindung telinga atau sumbat melindungi pendengaran dari bahaya tingkat kebisingan. Bentuk pelindung pendengaran, sesuai untuk tempat kerja dan pekerjaan. b.pelindung mata : Kaca mata, kaca pengaman, perisai muka dan helm dapat melindungi sensitif area mata dari kerusakan. Kaca plastik yang tahan tumbukan dan perisai muka akan melindungi dari pecahan yang beterbangan serta perisai tahan zat kimia diperlukan ketika menangani bahan kimia. Masker las dipakai dengan benar untuk pengelasan. c.pelindung kulit : Sarung tangan pengaman dan krim pelapis melindungi kulit dari kerusakan dan menahan peresapan bahan kimia kedalam tubuh. Pakaian kerja dari kulit atau metalik cocok melindungi seluruh tubuh dan jas kerja digunakan untuk melindungi badan. d.pelindung pernafasan : Penutup muka, saringan udara dan alat pernafasan pembersih udara digunakan untuk melindungi paru-paru dan sistim pernafasan. Alat pernafasan harus dipaskan secara perorangan dan dipilih sesuai kondisi tempat kerja. Penyaring yang benar diperlukan pada alat pernafasan, tergantung apakah pekerja kontak dengan bahan kimia, debu, serat atau jenis kotoran lainnya. Alat pernafasan harus diperiksa setiap waktu 9

sebelum digunakan. Alat pernafasan harus diperiksa secara tetap untuk kebersihan umumnya dan khususnya kerusakan katup, lembaran penutup, seal, peluru, tali pengikat dan penjepit. Alat harus dibersihkan sesudah digunakan untuk menghindari penularan. e.pelindung kaki : Sepatu boot (safety boots), Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb f.pelindung kepala : Jaring rambut dan penutup, menjaga rambut pada tempat kerja sehingga tidak membahayakan. g.tempat / lemari peralatan safety tempat menyimpan Alat Pelindung Diri (APD) yaitu : 1)Pelindung Kepala 2)Pelindung mata dan wajah 3)Pelindung tangan 4)Pelindung badan 5)Pelindung telinga 6)Alat Bantu pernapasan 7)Sabuk Pengaman 8)Pelindung kaki h.pancuran air untuk keselamatan (safety showers) dan pencuci mata darurat (emergency eye wash) juga disediakan sebagai pertolongan pertama dalam kasus kegagalan pelindung. Pakaian pelindung, perlengkapan i. Tali Keselamatan (safety belt). Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil,pesawat, alat berat, dan lain-lain). 10

j.tali Pengaman (Safety Harness). Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter. k.penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff). Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising. Seperti saat run up pesawat, riveting, drilling dan sebagainya. l.kaca Mata Pengaman (Safety Glasses). Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas, riveting, drilling, cleaning dan sebagainya). m.sarung Tangan. Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan atau bahan kimia yang berbaya bagi kulit. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan. n.masker (Respirator). Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb). Atau digunakan saat repainting, painting dan sendding pesawat o.jas Hujan (Rain Coat). Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja ( tanda bekerja pada waktu hujan atau sedang mencuci alat ). Dan digunakan juga saat paint remover pesawat. p. Sepatu Karet (sepatu boot). Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb. q.fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) r.alat Pemadam Kebakaran yang digunakan jika terjadi kebakaran. 11

s.rambu-rambu atau tanda-tanda peringatan, perintah, larangan dan juga pemberitahuan. 16. Fasilitas lain yang perlu diperhatikan dan penting di Sathar 15 adalah Bahaya listrik merupakan segala sesuatu yang dapat meningkatkan atau menimbulkan kecelakaan, bencana, kerugian, dan sejenisnya yang diakibatkan oleh adanya arus listrik. Penggunaan listrik untuk menghindari over/under voltage harus sesuai dengan kebutuhan (tidak berlebihan) hal ini untuk menghindari terjadinya hubungan pendek dan kelebihan beban. Pengaturan tata letak jaringan instalasi listrik termasuk kabel yang sesuai dengan keselamatan kerja. Perlindungan terhadap kabel dengan menggunakan pipa atau kayu pelindung dengan warna yang mencolok agar tidak terinjak ataupun tertabrak tangga yang melintas, untuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan alat-alat listrik di laksanakan oleh unit GSE. Pembinaan dan Pelatihan 17. Personel Sathar 15 merupakan faktor utama yang menjadi penentu mengenai susksesnya pelaksanaan Lamja yang telah dibuat dalam Safety manajemen plan. Untuk itu diperlukan adanya suatu upaya-upaya dengan tetap memperhatikan potensi-potensi yang ada. Upaya-upaya peningkatan kearah tersebut dapat dimulai dari pembinaan dan pelatihan personel Sathar 15 itu sendiri. 18. Setiap personel yang melaksanakan tugas sangat berpengaruh terhadap kemampuannya untuk itu basis pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang didapat menjadi suatu kebutuhan agar kompetensi personel menjadi lebih baik dalam pelaksanaan tugas terutama terhadap safety. 19. Tujuan pembinaan dn pelatihan keselamatan kerja adalah mencegah terjadinya kecelakaan. Cara efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan, harus diambil tindakan yang tepat terhadap personel dan perlengkapan, agar setiap personel memiliki konsep keselamatan kerja demi mencegah terjadinya kecelakaan 12

20. Pembinaan. Untuk meningkatkan kesadaran personel di Sathar 15 akan arti penting safety perlu diupayakan kegiatan-kegiatan pembinaan personel diantaranya: a. Pemberian santiaji dan penyegaran masalah safety dalam setiap kesempatan apel pagi maupun siang serta jam komandan. Dalam hal ini keteladanan dan kepedulian perwira Sathar 15 terhadap para anggota tentang penekanan budaya keselamatan kerja ini amat dibutuhkan. Tanpa leadership yang kuat, upaya optimalisasi budaya safety di lingkungan satuan kerja akan terhambat dan menjadi sia-sia. b.mengikutsertakan personel Sathar 15 dalam program penyegaran safety yang dilaksanakan Dinas Lambangjaau dan satuan atas atau satuan samping, guna memperoleh informasi yang aktual seputar upaya-upaya pencegahan kecelakaan kerja. c. Menerapkan reward and punishment terhadap seluruh personel Sathar 15 terkait persoalan keselamatan kerja. Dengan demikian, para personel Sathar 15 termotivasi untuk benar-benar peduli akan arti pentingnya budaya safety dalam melaksanakan setiap kegiatan. Komandan Sathar 15 dalam hal ini harus tegas. 21. Pelatihan. Agar seluruh personel memiliki pengetahuan dan kemampuan mencegah kecelakaan kerja, mengembangkan konsep dan kebiasaan pentingnya keselamatan kerja, memahami ancaman bahaya yang ada di tempat kerja dan menggunakan langkah pencegahan kecelakaan kerja. 22. Dalam mensukseskan dan menunjang tugas-tugas satuan yang berkaitan dengan safety, Sathar 15 selalu mengusulkan atau mengikutsertakan personel dalam pendidikan atau kursus-kursus keselamatan terbang dan kerja yang telah diprogramkan oleh TNI AU. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka mewujudkan 13

profesionalisme personel khususnya para Perwira yang menempati jabatan struktural sebagai leader Lamja di kesatuan. Pelatihan yang di lakukan antara lain: a. Mengusulkan atau mengikutsertakan personel Sathar 15 dalam pendidikan atau kursus-kursus keselamatan terbang dan kerja yang telah diprogramkan. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka mewujudkan profesionalisme personel Sathar 15 khususnya yang menempati jabatan struktural sebagai Kasi Lambangja/Lamja di kesatuan. b.mengadakan pelatihan-pelatihan secara internal terhadap seluruh personel Sathar 15 tentang penggunaan peralatan-peralatan terbaru yang baru diadakan, guna menghindari kesalahan prosedur dalam penggunaan sehingga menimbulkan kerusakan bahkan melukai pemakainya. 23. Prosedur pembinaan dan pelatihan safety pada personel Sathar 15 harus mempertimbangkan perbedaan tingkatan yang meliputi tanggung jawab, kecakapan, kemampuan bahasa dan baca tulis serta risiko. Adapun kondisi personel yang diharapkan setelah mendapat pembinaan dan pelatihan tentang safety adalah sebagai berikut : a. Personel memiliki kesadaran dan kepedulian pribadi yang tinggi terhadap masalah safety baik yang menyangkut dirinya sendiri, orang lain dan masyarakat sekitarnya juga berkaitan dengan alat peralatan yang digunakannya. Sebagai contoh dalam penggunaan helm ketika bekerja diatas pesawat seharusnya digunakan dengan kesadaran sendiri tanpa adanya perintah. b. Memiliki kesadaran dan kepedulian pribadi yang tinggi terhadap masalah safety baik yang menyangkut dirinya sendiri, orang-orang di sekitarnya, maupun alat peralatan yang digunakannya. Sebagai contoh : berdisiplin dalam bekerja dan melengkapi alat perlindungan keselamatan pribadi seperti safety belt atau helm. 14

c.mawas diri terhadap perasaan berlebihan dalam menilai kemampuan diri sendiri (over confidence) yang cenderung mengabaikan / menganggap remeh kemungkinan adanya resiko kecelakaan (potential accident). d. Mempunyai pengetahuan tentang arti dan makna keselamatan kerja serta penerapannya dalam pelaksanaan tugas rutin, sehingga tumbuh kesadaran pribadi untuk senantiasa mengutamakan faktor safety dalam setiap aktivitas. e. Terbuka menyatakan dirinya kurang fit dan tidak memaksakan diri untuk tetap bekerja jika kondisi tubuhnya kurang mendukung guna menghindari accident/incident potential. f. Terisinya jabatan struktural dalam bidang Lambangja dengan orang-orang yang mempunyai kapabilitas di bidang tersebut karena telah mendapatkan pendidikan yang berhubungan dengan tugas-tugasnya selaku pembina keselamatan terbang dan kerja di kesatuan TNI Angkatan Udara. Prosedur Tetap Safety 24. Prosedur Tetap (Protap) keselamatan kerja di Sathar 15 merupakan suatu tata cara yang disusun secara sistematis dan jelas sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan. Prosedur keselamatan kerja sangat erat kaitannya dengan hal hal keamanan personil, kelayakan fasilitas dan peralatan kerja dan keamanan pada pemeliharaan pesawat yang menjadi obyek pekerjaan sehingga dapat terciptanya zero accident dan safety condition pada setiap tugas yang diemban. 25. Posedur Tetap Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran. Dalam pelaksanaan tugas pokoknya Sathar 15 didukung dengan fasilitas pemeliharaan yang berupa hanggar dan segala kelengkapannya yaitu ruang kerja, alutsista 15

pesawat dan ground support equipment ( GSE ) yang kesemuanya itu sangat rentan terhadap terjadinya bahaya kebakaran. 26. Dengan cukup kompleknya fasilitas yang ada serta luasnya bangunan hanggar di Sathar 15 perlu adanya prosedur tetap (Protap) penanggulangan bahaya kebakaran. Bahaya kebakaran kemungkinan dapat terjadi dimana saja, didalam/ diluar hanggar, kebakaran diruang perkantoran, serta kebakaran pada alutsista itu sendiri. 27. Banyaknya sumber-sumber yang memungkinkan memicu kebakaran seperti bahan bakar minyak (BBM), cairan kimia, sumber tenaga listrik dan bahan/materiil yang mudah menyala, sedini mungkin perlu diantisipasi untuk mencegahnya serta upaya-upaya penanggulangannya apabila kemungkinan kebakaran tersebut terjadi.dengan adanya protap pencegahan dan penanggulangan diharapkan dapat mengurangi tingkat kerusakan atau kerugian yang lebih besar baik dari segi personel maupun materiil. Selain itu akan memudahkan personel untuk melakukan tindakan dan pengendalian setiap terjadinya kebakaran. 28. Klasifikasi Kebakaran. Untuk mengambil tindakan yang efektif dan efisien maka selain pemilihan yang tepat pada alat kebakaran dan juga harus sesuai dengan klasifikasi atau jenis kebakaranya, yang terbagi dalam 4 katagori yaitu : a. Kebakaran kelas A adalah kebakaran yang berasal dari bahan-bahan seperti : kayu, kertas, rumput dll. Jenis kebakaran ini dapat dipadamkan dengan pemadam kebakaran air atau larutan yang mengandung air, foam. b. Kebakaran kelas B adalah kebakaran yang berasal dari semua hasil prodak minyak bumi, alkohol, terpentin, gas alam dan gas tekan seperti propane, buton, hydrogen dsb. Dapat dipadamkan dengan CO2, BCF. c. Kebakaran kelas C adalah kebakaran yang terjadi pada alat peralatan yang mengandung listrik, bilamana kebakaran karena listrik ini terjadi 16

berlanjut membakar bahan-bahan lain, maka alat pemadam api yang digunakan.co2. d. Kebakaran kelas D kebakaran kelas ini menyangkut kebakaran pada logam-logam seperti magnesium, titanium, allumunium dsb. Untuk memadamkannya menggunakan bahan pemadam khusus yang mengandung dasar: powder clorat, powder graphit dan graphit phosphor. 29. Peralatan Pemadam Kebakaran. Peralatan pemadam kebakaran (Alpeka) yang ada di Satuan Pemeliharaan 15 baik tradisional (seperti penggunaan karung basah,pasir/tanah dll) maupun modern yang tersedia serta cara-cara penggunaan dan perawatannya sbb : a. Alpeka Chemical Foam. Penggunaan : Cara menggunakan alat ini sama saja dengan alpeka soda acid. 1) Cabut tutup pengaman. 2) Pecahkan sekat dengan cara menekan tombol (penusuk) 3) Balikan alpeka dan sambil dikocok. 4) Arahkan slang pemancar kedasar kebakaran. Pemeriksaan : Pemeriksaan dilaksanakan 6 bulan sekali, dengan cara mengambil sedikit ( kurang lebih 1 cc) tiap-tiap obat, kemudian campurkan. Apabila masih berbentuk busa maka alpeka tersebut masih dapat dipakai. b. Alpeka Carbon Dioksida (CO2). Penggunaan : 1) Putuskan kawat segel. 2) Cabut pin pengaman. 3) Arahkan corong kedasar kebakaran. 4) Tekan handle/putar kran pembuka. 5) Jangan melawan arah angin. 17

Pemeriksaan : Pemeriksaan dilaksanaan secara periodik tiap 3 bulan dan 6 bulan sekali. Pemeriksaan 3 bulan perlu diperiksa bagian-bagian slang, corong, kawat segel dan penempatannya. Pemeriksaan 6 bulan tabung perlu ditimbang ulang, apabila berat timbangannya kurang dari 90 % maka CO2 tersebut harus diisi kembali. c. Alpeka Red Comet. Alpeka ini dibagi menjadi dua jenis : 1) Red Comet Granat (RCG). Alat pemadam kebakaran ini adalah efektif apabila digunakan untuk memadamkan kebakaran di dalam ruangan. Penggunaan : a) Ambil RCG dari kotaknya. b) Lemparkan pada sumber kebakaran. c) Pintu dan jendela tutup rapat-rapat kemudian segera lari keluar. 2) Red Comet Gantung. Penggunaan : Model ini bekerja secara otomatis, bila bola kwarsa pecah kerena mendapat pemanasan tertentu atau kurang lebih 70 derajat celcius, maka lubang pemancar akan terbuka dan cairan pemadam akan menyambur keluar. Model ini dipasang pada langit-langit ruangan seperti ruang pusat control listrik, ruang gudang TB dll. Pemeriksaan : Pemeriksaan dilaksanakan secara bulanan, 3 bulan dan 6 bulan. Bagian-bagin yang harus diperiksa adalah kondisi tabung jangan ada yang korosi, manometer tekanan harus tetap pada kondisi penuh. 18

3)Alpeka DCP (Dry Chemical Powder). Penggunaan : 1)Tarik pin pengaman. 2)Arahkan nozzle kearah sumber api. 3)Tekan pengatup. 4)Perhatikan arah angin. Pemeriksaan : Bagian-bagian yang harus diperiksa adalah slang karet jangan ada yang retak/pecah, manometer tekanan harus tetep pada kondisi penuh ( jarum penunjuk pada posisi hijau ). 30. Penyebab Kebakaran. Secara umum faktor-faktor penyebab terjadinya kebakaran dapat diuraikan yaitu : a. Faktor Manusia. Manusia sebagai penyebab terjadinya kebakaran merupakan faktor yang paling dominan (75%), karena manusia sebagai pengendali dari kedua faktor lainnya yaitu materiil dan alam. Meskipun manusia sudah cukup penerangan atau pendidikan ada kalanya manusia itu lalai, ceroboh bahkan ada yang bersifat masa bodoh. Misalnya : 1) Pemasangan steker T yang bertumpuk. 2) Penyimpanan bahan bakar minyak/bahan kimia sembarangan. 3) Membuang puntung rokok sembarangan. 4) Meninggalkan pemanas air dalam keadaan menyala. 5) Merokok di tempat yang berbahaya (mudah terbakar). 6) Meninggalkan ruang kerja tanpa mematikan sakelar listrik. 7) Pengisian bahan bakar (bensin) tanpa mematikan mesin dulu. 8) Menyimpan motor dalam kondisi bensin menetes dalam ruangan. b. Faktor Alat/Mesin. Faktor alat/mesin ini sebagai penyebab kebakaran dapat terjadi karena : 19

1) Terjadinya Short circuit dua buah kabel kerena kondisinya sudah tua (kerang pemeliharaan). 2) Percikan api karena gesekan alat. 3) Menyalakan engine tanpa prosedur yang benar. c. Faktor Alam. Bencana alam dapat menimbulkan ancaman kebakaran, seperti : 1) Gempa bumi 2) Gunung meletus 3) Petir 4) Angin kencang 31. PENCEGAHAN. Untuk meminimalisir dibuat aturan-aturan sebagai berikut: a. Buang puntung rokok pada tempatnya dan yakinkan puntung tersebut benar-benar sudah mati. b. Simpanlah bahan-bahan yang mengandung zat kimia atau BBM pada tempat yang aman, termasuk tidak meletakkan zat-zat kapur (cacl) yang dekat dengan tetesan air. c. Pada saat merokok jangan sambil berjalan dan bekerja. d. Matikan switch listrik pada saat meninggalkan ruangan kerja. e. Matikan televisi dan alat electronik lainnya bila sudah tidak dipakai lagi. f. Hindari pemakaian steker T bertumpuk-tumpuk. g. Gunakan listrik seperlunya jangan melebihi beban. h. Lakukan pemeriksaan/penggantian kabel yang sudah tua usianya. i. Jangan meninggalkan pemanas air (Heater) pada saat digunakan. j. Ikuti prosedur penggunaan GSE yang menggunakan listrik atau yang menghasilkan listrik. k. Matikan mesin pada saat pengisian bahan bakar. 20

l. Periksa kendaraan yang disimpan didalam ruangan jangan ada yang menetes fuelnya, kalau terdapat kendaraan yang fuelnya bocor segera diperbaiki. 32. Pelaksanaan Penanggulangan. Tindakan yang paling mudah dan cepat dilakukan oleh anggota apabila terjadi kebakaran adalah : a. Didalam Hanggar. 1 ) Anggota yang mengetahui lebih dulu terjadinya kebakaran segera mengambil alat pemadam kebakaran terdekat untuk memadamkan api. (Jangan panik). 2 ) Matikan switch pusat aliran listrik yang berada diruang panel didalam hanggar bagian kiri lantai bawah. 3 ) Anggota jaga membunyikan tanda kebakaran ( pukul lonceng yang berada dipos jaga ) secara terus menerus, Contoh : 000-000-000-000-000-000-000- dst. 4 ) Anggota GSE segera menjauhkan pesawat yang berada didekat lokasi kejadian kebakaran.( bila memungkinkan ). 5 ) Jauhkan barang barang yang mudah terbakar. 6 ) Apabila api semakin membesar segera meminta bantuan pemadam kebakaran Lanud Husein Sastranegara Tlp. 266. 7 ) Lakukan tindakan evakuasi setelah terjadinya kebakaran. 8 ) Laporkan kepada Komandan Satuan Pemeliharaan 15 bahwa terjadi kebakaran. b. Pada pesawat didalam maupun diluar hanggar. 1)Ambil alat pemadam kebakaran yang ada didalam dan diluar pesawat yang telah disediakan untuk memadamkan api. 2) Matikan sumber listrik pesawat dari internal dan external, yaitu melepas battery maupun sumber listrik dari ground power GSE. 3) Bunyikan tanda kebakaran (pukul lonceng yang berada dipos jaga) secara terus menerus, Contoh : 000-000-000-000-000-000 dst. 21

4)Anggota GSE segera menjauhkan Pesawat yang berada didekat dengan kejadian kebakaran.( bila memungkinkan ). 5) Apabila api semakin membesar segera meminta bantuan pemadam kebakaran Lanud Husein Sastranegara Tlp. 266. 6) Lakukan tindakan evakuasi setelah terjadinya kebakaran. 7) Laporkan kepada Komandan Satuan Pemeliharaan 15 bahwa terjadi kebakaran. 33. Demikian prosedur tetap ini dibuat sebagai pedoman dalam melaksanakan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran di Satuan Pemeliharaan 15 dan apa bila ada hal-hal yang dianggap perlu serta ada masukan yang terakomodasi akan ditambahkan kemudian agar prosedur tetap ini menjadi lebih sempurna. 34. Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana Alam. Dalam upaya mengurangi kerugian materiil maupun korban jiwa akibat terjadinya bencana alam berupa gempa bumi atau angin ribut. Kegiatan penanggulangan merupakan tugas dan tanggung jawab seluruh personel Satuan Pemeliharaan 15, adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut : a. Penanggulangan Bencana Pada Saat Jam Dinas. Kegiatannya meliputi: 1) Bagi siapa saja diantara anggota yang pertama kali melihat kejadian bencana gempa atau angin ribut disekitar Satuan Pemeliharaan 15 dapat mengambil inisiatif membunyikan lonceng yang berada di Pos Jaga lalu dipukul secara terus menerus sebagai tanda adanya bencana. 2) Apabila terjadi bencana gempa bumi seluruh personel segera menyelamatkan diri keluar dari Hanggar dan menjauh dari bangunan yang tinggi. 3) Apabila terjadi bencana angin ribut, hindari daerah-daerah yang berbahaya disekitar kejadian /berlindung ditempat yang aman. 22

4) Seluruh anggota berusaha menyelamatkan Alutsista dan barangbarang lainnya yang masih dapat diselamatkan serta disimpan pada tempat yang lebih aman. 5) Menghubungi satuan yang mempunyai wewenang untuk menangani masalah bencana tersebut. 6) Melaksanakan pencarian personel atau barang yang hilang/evakuasi apabila bencana sudah reda. 7) Memberikan pertolongan kepada personel yang terjebak dibencana tersebut. 8) Setiap personel dapat bertindak cepat dan tepat didalam menghadapi bencana gempa dan angin rebut. b. Penanggulangan Bencana Diluar Jam Dinas. 1) Petugas jaga melaporkan kepada Komandan Satuan Pemeliharaan15 sesegera mungkin. 2) Bunyikan lonceng yang ada di Pos Jaga sebagai tanda bencana, secara terus menerus. 3) Hubungi Satuan terkait, seperti Fasint Lanud Husein Sastranegara, Bantek Depohar 10. 4) Laporkan ke Perwira Piket Depohar 10 sebagai Pos Induk Depohar 10. 5) Selamatkan Alutsista yang masih dapat diselamatkan. 23

6) Memberikan pertolongan pertama kepada personel yang terkena bencana. 7) Melaksanakan tindakan-tindakan evakuasi. 35. Prosedur Tetap Ground Run Up Pesawat C-130 Hercules. Pelaksanaan Ground run up pada pesawat C-130 Hercules di Satuan Pemeliharaan 15 Depohar 10 adalah merupakan bagian dari pada proses pemeliharaan tingkat berat yang terjadwal maupun tidak terjadwal (banharlap). Hal tersebut harus mutlak dilaksanakan karena sesuai dengan prosedur pemeliharaan Pesawat terbang sebelum dan sesudah melaksanakan pemeliharaan harus dilaksanakan ground run up yang bertujuan untuk mengetahui kekurangan (trouble shooting) pada system yang ada pada tiap-tiap bagian yang di check sesuai dengan check list. 36. Kegiatan ground run up pesawat terbang mengandung resiko yang sangat besar, karena selain menyangkut pengamanan materiil juga personel yang melaksanakan kegiatan tersebut di samping lingkungan sekitar Sathar 15 sendiri. Oleh karena itu agar pelaksanaan Ground Run Up dapat berjalan dengan tertib, aman dan lancar, maka perlu dibuat prosedur tetap tentang pelaksanaan kegiatan Ground Run Up pesawat terbang C-130 Hercules di Sathar 15 Depohar 10. 37. Ketentuan dan Persyaratan Personel Pelaksana. Ketentuan dan persyaratan personel pelaksana Ground run up pada pesawat C-130 Hercules di Sathar 15 Depohar 10 adalah : a. Personel Pelaksana. Personel pelaksana ground run up terdiri dari : 1) Juru Mesin Udara (JMU) : 3 (tiga) orang 2) Pembantu JMU : 2 (dua) orang 3) Mekanik ground control : 1 (satu) orang 4) Mekanik GSE : 1 (satu) orang 5) Petugas pemadam kebakaran : 1 (satu) orang 24

b. Persyaratan personel pelaksana Ground Run Up. Persyaratan yang harus dimiliki oleh personel pelaksana adalah sebagai berikut : 1) Juru mesin udara adalah seorang mekanik yang telah dididik menjadi operator pesawat terbang C-130 Hercules melalui pendidikan khusus yang dilaksanakan oleh Skadron Udara dan dinyatakan lulus serta mempunyai otorisasi sebagai operator. 2) Pembantu Juru Mesin Udara adalah seorang mekanik senior yang memiliki pengetahuan tentang tata cara pengoperasian system pesawat terbang. 3) Mekanik ground control adalah seoarang mekanik yang ditunjuk dan sekurang-kurangnya berkualifikasi T-2. 4) Mekanik GSE adalah seorang operator GSE yang mempunyai kualifikasi khusus tentang GSE. 5) Petugas Pemadam Kebakaran adalah seorang mekanik yang ditunjuk dan mengetahui tentang tata cara pengunaan alat pemadam kebakaran. 38. Tugas dan Tanggung Jawab Personel Pelaksana.. Tugas dan tanggung jawab personel pelaksana Ground Run Up adalah sebagai berikut : a.juru Mesin Udara bertugas melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan ground run up sesuai dengan check list engine ground run up. b. Pembantu Juru Mesin Udara bertugas mencatat hasil penunjukan instrument selama pelaksanaan ground run up sesuai dengan check list ground run up dan memonitor cargo compartment apabila terjadi kelainan pada penunjukan Hydroulik system. c. Mekanik ground control adalah seoarang mekanik yang bertugas membantu JMU diluar pesawat terbang dan melaporkan apabila terjadi kelainan pada engine dan sistem lainya pada pesawat terbang. 25

d. Mekanik GSE adalah seorang operator GSE yang bertugas membantu dan menyiapkan peralatan GSE untuk mendukung pelaksanaan Ground run up. e. Petugas Pemadam Kebakaran bertugas menyiapkan alat pemadam kebakaran yang selalu stand by dan memonitor engine pesawat terbang mana yang diputar lebih dahulu. 39. Peralatan yang dipergunakan. Peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan ground run up adalah sebagai berikut : a. Kalkulator Performance Check b. Grease pensil c. Blangko engine run up d. Thermometer e. Screw driver f. Check list engine dan propeller run up 40. Pelaksanaan dan Ketentuan Kegiatan Ground Run Up. Pelaksanaan dan ketentuan Ground Run Up terbagi menjadi tiga tahap yaitu : a. Tahap Persiapan : 1). Pesawat diparkir/diposisikan di area Engine Ground Run Up 2)Pasang Wheel Chock pada keempat MLG Wheel 3). Tempatkan Alat Pemadam Kebakaran diluar dan didalam Pesawat 4). Tempatkan External Electrical Ground Power Unit sesuai dengan ketentuan 5). Siapkan Ground Control Head Set untuk diluar dan dalam Cargo Compartment 6). Siapkan buku Checklist dan Blanko Engine Ground Run Up 7). Siapkan Engine Performance Calculator, lembar pencatatan kerusakan / Squawk Sheet 26

8). Laksanakan Walk Around Inspection baik diluar maupun didalam pesawat 9). Siapkan / pastikan System Komunikasi berfungsi dengan baik 10). Pastikan GTC/APU berfungsi dengan baik b. Tahap Pelaksanaan : 1). Tempatkan Personil Operator sesuai dengan tugasnya (Pilot, Co-Pilot, Engineer, Cock-pit & C/C Observer, Ground Control dan GSE) 2). Laksanakan Crew Briefing tentang rencana System Functional Check 3). Pastikan GTC/APU Operasional dengan baik 4). Pelaksanaan Functional Check meliputi : a). Engine and Propeller System Functional Check b). Aircraft System Functional Check. 5). Bila terjadi kondisi Emergency agar dilaksanakan langkahlangkah Emergency Prosedure / Bold Face c. Tahap Penyelesaian : 1). Periksa seluruh kondisi Switch pada posisi OFF atau Closed sesuai dengan Check List 2). Inspeksi seluruh bagian pesawat diluar maupun didalam pesawat dari kondisi kebocoran, kerusakan dan perubahan setelah dilaksanakan Eng Ground Run Up 3). Hasil kegiatan Engine Ground Run Up and Aircraft Functional Check ditulis pada Format / blangko yang ada 4). Laporkan bila ada kelainan / kerusakan dari Engine / Aircraft System / Structure pesawat 5). Laksanakan Crew Briefing untuk menentukan hasil pelaksanaan Engine Ground Run Up serta kegiatan Trouble Shoting. 27

41. Demikian prosedur tetap tentang Ground Run Up pada pesawat terbang C-130 Hercules di Sathar 15 Depohar 10 ini dibuat, untuk dapat digunakan sebagai pedoman bagi para mekanik dalam melaksanakan tugas sebagai operator pesawat terbang C-130 Hercules di Sathar 15 Depohar 10. 42. Prosedur Tetap Paint Striping Pesawat C-130 Hercules. Pelaksanaan Paint Stripping pada pesawat C-130 Hercules di Satuan Pemeliharaan 15 Depohar 10 adalah merupakan bagian dari pada proses pemeliharaan tingkat berat yang terjadwal. Hal tersebut harus dilaksanakan karena sesuai dengan kartu kerja SIP yang bertujuan untuk mengetahui kondisi dari exterior surface (permukaan luar) dari skin pesawat terbang sehingga kondisi dan kemampuan skin dapat dipertahankan. 43. Kegiatan paint stripping pesawat terbang mengandung resiko yang sangat besar, karena selain menyangkut pengamanan materiel juga personel yang melaksanakan kegiatan tersebut di samping limbah dari bekas paint stripping dapat mencemari lingkungan sekitar Sathar 15 sendiri. Oleh karena itu agar pelaksanaan paint stripping dapat berjalan dengan aman dan lancar, maka perlu dibuat prosedur tetap tentang pelaksanaan kegiatan paint stripping pesawat terbang C-130 Hercules di Sathar 15 Depohar 10. 44. Ketentuan dan Persyaratan Personel Pelaksana. Ketentuan dan persyaratan personel pelaksana paint stripping pada pesawat C-130 Hercules di Sathar 15 Depohar 10 adalah : a. Personel Pelaksana. Personel pelaksana paint stripping terdiri dari: 1) Pa Dock : 1 (satu) orang Perwira 2) Inspector : 1 (satu) orang 3) Mekanik : 10 (sepuluh) orang 4) Mekanik GSE : 2 (dua) orang b. Persyaratan personel pelaksana Paint Stripping. Persyaratan yang harus dimiliki oleh personel pelaksana adalah sebagai berikut : 28

1) Perwira Dock adalah seorang Perwira yang ditunjuk oleh Komandan Satuan yang telah berdinas disatuan minimal 4 tahun. 2) Inspector adalah seorang mekanik senior yang memiliki kualifikasi sebagai inspector dalam bidangnya. 3) Mekanik adalah seoarang mekanik yang ditunjuk dan sekurangkurangnya berkualifikasi T-1 dan T-2.. 4) Mekanik GSE adalah seorang operator GSE yang mempunyai kualifikasi khusus tentang GSE. 45. Tugas dan Tanggung Jawab Personel Pelaksana. Tugas dan tanggung jawab personel pelaksana Paint Stripping adalah sebagai berikut : a. Perwira Dock bertugas melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan paint stripping mulai dari persiapan sampai pelaksanaan dan penyelesaian sesuai dengan procedure paint stripping. b. Inspector bertugas menentukan area mana yang harus dilaksanakan paint stripping dan tidak dilaksanakan paint stripping serta menentukan hasil kondisi dari pelaksanaan paint stripping. c. Mekanik bertugas melaksanakan kegiatan paint stripping. d. Mekanik GSE adalah seorang operator GSE yang bertugas membantu dan menyiapkan peralatan GSE untuk mendukung pelaksanaan paint stripping. 46. Pelaksanaan dan Ketentuan Kegiatan Paint Stripping. Peralatan yang digunakan untuk melaksanakan paint stripping adalah sebagai berikut : 29

a. Peralatan Stripping sprayer unit b. Rain coat c. Rubber boot d. Sarung tangan e. Face Protector f. T long stick brush g. Round brush h. Safety Roope i. Work Stand j. Hose assy k. Safety belt 47. Pelaksanaan dan Ketentuan Kegiatan Paint Stripping. Pelaksanaan dan ketentuan paint stripping terbagi menjadi tiga tahap yaitu : a. Tahap Persiapan : 1). Pesawat diparkir/diposisikan di area Wash Ramp/Stripping 3)Pasang Wheel Chock pada keempat MLG Wheel 3). Tempatkan Alat Paint Stripping pada area yang akan dikerjakan 4). Siapkan Selang air dan selang angin pada alat Paint Stripping 5). Siapkan Peralatan Pengamanan Kerja yang diperlukan untuk pelaksanaan Paint Stripping 6). Pastikan Pembuangan limbah berfungsi secara baik 7). Laksanakan Walk Around Inspection diluar Pesawat dan pastikan kondisi Pesawat sudah siap untuk dilaksanakan Paint Stripping 9). Posisikan Tangga kerja sesuai dengan area yang akan dikerjakan 10). Setiap mekanik yang akan melaksanakan sudah memakai peralatan / pelindung/keselamatan Kerja b. Tahap Pelaksanaan : 1). Tentukan area yang akan dilaksanakan Paint stripping 30

2). Pelaksanaan penyemprotan Paint Remover harus searah dengan angin bertiup 3). Laksanakan segera penggosokan paint remover yang telah bereaksi dan terlihat seluruh permukaan Cat mengelupas 4). Laksanakan penyemprotan terhadap permukaan Cat yang sudah digosok dengan menggunakan air secukupnya c. Tahap Penyelesaian : 1). Periksa seluruh permukaan dari cat yang terkelupas 2). Inspeksi seluruh bagian pesawat yang distripping telah benar benar terkelupas. 3). Hasil kegiatan pain remover sudah disahkan oleh Inspektor. 4). Laporkan bila ada kelainan / kerusakan dari frame Pesawat secara dini. 48. Demikian prosedur tetap tentang paint stripping pada pesawat terbang C-130 Hercules di Sathar 15 Depohar 10 ini dibuat, untuk dapat digunakan sebagai pedoman bagi para mekanik dalam melaksanakan tugas di Sathar 15 Depohar 10. 49. Prosedur Tetap Terhadap Pengunjung dan Mitra Kerja. Sathar 15 sebagai pelaksana pemeliharaan tingkat berat pesawat C-130 Hercules merupakan satuan yang memiliki beban kerja yang cukup tinggi. Baik personel Sathar 15 maupun pengunjung dan mitra kerja mempunyai resiko yang tinggi terhadap incident maupun accident selama berada dilingkungan kerja Sathar 15. Untuk itu demi keselamatan setiap pengunjung dan mitra kerja yang berada di Sathar 15 harus mematuhi aturan-aturan yang telah dibuat. 50. Pengunjung. Setiap personel diluar personel tetap Sathar 15 yang berada dilingkungan Sathar 15 adalah merupakan pengunjung, untuk itu diberlakukan aturan Barang siapa akan memasuki lingkungan kerja Sathar 15, diwajibkan menaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan. Pengunjung yang datang ke Sathar 15 di bedakan sebagai berikut : 31

a. Anggota TNI. adalah terdiri dari seluruh anggota TNI diluar anggota tetap Sathar 15 baik itu TNI AU, TNI AD dan TNI AL, jika berkunjung ke sathar 15 harus didampingi oleh minimal seorang Perwira Sathar 15, serta Perwira safety yang bertugas saat itu guna menyampaikan informasi tentang prosedur keselamatan ketika berada dilingkungan Sathar 15. b. Warga negara asing. Warga negara asing yang datang berkunjung ke Sathar 15 harus dilengkapi dengan Security clearence (SC) dan di dampingi oleh instansi pengaman (Intelijen) dari Lanud Husein. Serta Didampingi oleh setingkat Kasihar ataupun Komandan dan juga perwira Safety yang bertugas guna menyampaikan prosedur keselamatan ketika berada di lingkungan kerja Sathar 15. c. Keluarga dan anak-anak. Setiap keluarga dan anak-anak yang berkunjung ke Sathar 15 harus didampingi dan dijaga oleh orang tua, pengasuh dan Perwira safety yang bertugas saat itu guna menyampaikan serta mengingatkan tentang prosedur ataupun perihal keselamatan di Sathar 15. 51. Mitra Kerja. Segala kegiatan pekerjaan yang dilaksanakan mitra kerja baik langsung maupun tidak langsung dilingkungan kerja satahar 15 harus mentaati dan melaksanakan segala bentuk aturan keselamatan yang ada di Sathar 15. Mitra kerja harus memiliki security clearence dari instansi yang terkait yakni Dispamsan Mabesau, dan Lanud HuseinSastranegara. Perwira safety Sathar 15 yang bertugas saat itu harus selalu mengawasi dan memberikan instruksi-instruksi serta melaporkan kepada Komandan Sathar 15, Kasihar Sathar 15 dan Kasubsi Lambangja Sathar 15 terhadap pelaksanaan safety mitra kerja selama berada dilingkungan Sathar 15. 52. Peraturan Tetap Terhadap Penggunaan Bahan Kimia. Bahan kimia yang keras, bau yang tajam atau mempunyai warna tersendiri dan pemberian label yang jelas dapat menjadi peringatan kepada personel tentang apa zatnya. Sebagai 32

contoh bahan kimia yang berbahaya adal Alkaline, MEK, Britner, Alodine, Cat, Tiner, Alipatik, Naftah dan sebagainya. Untuk mendeteksi zat kimia yang berbahaya tidak terlalu mudah Tetapi hal tersebut dapat di antisipasi lebih dini. 53. Bahaya kimia dapat menyerang secara perlahan pada Personel : a.gas yang tidak berwarna atau tidak berbau dapat terbentuk pada ruang terbatas dan biasanya menyebabkan mati lemas. b.uap dengan bau yang enak dapat membuat mabuk, sehingga berefek mematikan dalam beberapa menit. c.serbuk kimia yang ditangani bertahun-tahun dapat berefek jelek dikemudian hari, seperti kanker atau sakit liver kronis. 54. Maka dari itu jangan sembarangan jika menggunakan bahan kimia dalam proses kerja atau menanganinya. Jangan mengira tidak membahayakan; sebab bahan kimia tidak berbau, atau karena telah bekerja bertahun-tahun menggunakan bahan kimia dan belum pernah mencelakakan. Setiap personel seharusnya mengetahui aturan yang berhubungan dengan risiko bahan kimia yang digunakan, dengan mengikuti semua petunjuk yang dibolehkan untuk penggunaan bahan kimia. Peranan lembaran data keamanan bahan (Material Safety Data Sheet / MSDS) cukup penting. Adanya ahli Kimia ditempat kerja yang dapat membantu untuk membaca dan memahami informasi ada MSDS, sangat bermanfaat melindungi diri para personel. 55. Langkah pencegahan dan pengontrolan polusi kimia : a. Bila mungkin, kurangi atau batasi penggunaan bahan kimia berbahaya ditempat kerja. Ganti bahan kimia dengan yang aman kandungan zatnya. b. Menutupi proses kerja atau penyimpanan kontainer untuk kandungan bahan kimia (yaitu menutupi wadah, penanganan dari jauh/ pakai sarung tangan dan pelindung diri). 33

c. Sistim ventilasi yang dirancang dengan baik, agar dapat menghilangkan asap dan uap. d. Udara ditempat kerja/ hanggar harus terus dimonitor dan semua udara kotor dinetralkan. e. Pakaian dan perlengkapan pelindung seperti masker muka, alat pernafasan dan pelindung kepala (helm) dipakai hingga tempat kerja aman. f. Secara berkala kesehatan seluruh personel dimonitor. 56. Tumpahan, Bocoran dan sisa pembuangan. Tumpahan dan bocoran kandungan bahan kimia yang berbahaya harus selalu diperlakukan dengan cara yang tepat, sesuai penjelasan pada Material Safety Data Sheet (MSDS). Beberapa alasan mengapa bocoran dan tumpahan bahan kimia harus diperlakukan dengan tepat : a. Jika kandungan bahan kimia tumpah atau bocor, mengalir kedalam drainase, hal itu akan mengotori saluran air masyarakat. b. Gas toxic secara ceroboh tertumpah keudara, dapat berefek pada kesehatan banyak orang di masyarakat. c. Gas toxic dihasilkan dari bahan kimia yang terbakar, dapat menyebabkan kerusakan kulit dan gangguan pernafasan. Untuk waktu lama dapat terjadi gangguan kesehatan. d. Ledakan cairan yang mudah terbakar pada pabrik yang terbakar dapat dengan serius membahayakan pemadam kebakaran dan wilayah hunian terdekat. 34

e. Pembuangan bahan kimia bekas harus dikontrol secara tepat. Pada MSDS diberikan petunjuk cara pembuangan yang harus diikuti sesuai peraturan AMDAL. Harus dipahami bahwa personel dengan bahan kimia meliputi tanggung jawab untuk melindungi semua masyarakat dari timbulnya bahaya. Potensi risiko untuk masyarakat biasanya dari sumber alami yang penting, seperti udara dan air. f. Polusi harus dipertanggungjawabkan pada semua tempat kerja untuk memastikan bahwa standar keselamatan sesuai peraturan untuk melindungi pekerja dan masyarakat luas. 57. Peraturan Tetap Laporan Keselamatan Kerja. Semua pelaksanaan kegiatan kerja yang berkaitan dengan safety, kecelakaan personel, kerusakan fasilitas dan peralatan, dan masalah yang berkaitan dengan safety di Sathar 15 wajib untuk dicatat, dilaporkan, kemudian ditindak lanjuti sesuai dengan aturan dan hirarky yang berlaku untuk mencegah atau mengurangi serta mengantisipasi kejadian yang sama di masa yang akan datang. Prosedur dan tanggung jawab laporan kejadian tersebut, dilaksanakan secara bertahap dan berjenjang sesuai hirarkis komando. Kemudian, setiap laporan kegiatan tersbeut akan diteruskan kepada satuan atas, yaitu Depo Pemeliharaan 10, dalam hal ini kepada pejabat yang bersangkutan langsung, yaitu Kasi Lamja Depohar 10 pada kesempatan pertama agar dapat segera ditindak lanjuti. 58. Laporan Keselamatan Kerja. Dalam hal laporan keselamatan kerja, maka Sathar 15 melalui Kasubsi Lamja Sathar 15 memberikan laporan rutin periodik setiap minggu, bulan, triwulan, semester dan tahunan dalam pelaksanaan program kerja yang telah dibuat. Laporan tertulis ditujukan kepada Komandan Depohar 10 dengan tembusan Kasilamja Depohar 10, yang berisi : a. Pencapaian program Keselamatan Kerja; b. Peningkatan Keselamatan Kerja; c. Kegiatan Safety Mingguan; d. Temuan Safety yang berpotensi menimbulkan kecelakaan; 35