ASMA BRONKHIAL. inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar

dokumen-dokumen yang mirip
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

Asma sering diartikan sebagai alergi, idiopatik, nonalergi atau gabungan.

PENGARUH PEMBERIAN SENAM ASMA TERHADAP FREKWENSI KEKAMBUHAN ASMA BRONKIAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

BAB II TINJAUAN TEORI. Asma bronkiale adalah penyakit jalan napas abstruktif intermitten

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA BRONCHIALE

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini

LAPORAN PENDAHULUAN ASTHMA ATTACK

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB II TINJAUAN TEORI. disebabkan oleh virus, dan merupakan suatu peradangan yang menyebabkan. lumen pada bronkiolus (Suriadi & Rita, 2006).

kekambuhan asma di Ruang Poli Paru RSUD Jombang.

BAB I PENDAHULUAN. bronkus. 3 Global Initiative for Asthma (GINA) membagi asma menjadi asma

Prevalens Nasional : 5,0% 5 Kabupaten/Kota dengan prevalens tertinggi: 1.Aceh Barat 13,6% 2.Buol 13,5% 3.Pahwanto 13,0% 4.Sumba Barat 11,5% 5.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONCHIAL

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

Suradi, Dian Utami W, Jatu Aviani

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN

ASMA DAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) DI SEKOLAH. I Made Kusuma Wijaya

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

PATOGENESIS PENYAKIT ASMA

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007.

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :

FARMAKOTERAPI ASMA. H M. Bakhriansyah Bagian Farmakologi FK UNLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang besar di dunia luas dengan prevalensi, dan biaya yang tinggi. Penyakit ini

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

PENATALAKSANAAN ASMA MASA KINI

BAB II KONSEP DASAR. Ada beberapa pengertian menurut para ahli yaitu :

1. Batuk Efektif. 1.1 Pengertian. 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri

LATIHAN BATUK EFEKTIF DAN NAFAS DALAM PADA KLIEN DENGAN PNEMONIA. Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat

KELOMPOK III. Siti Rafidah K Sri Rezkiana andi L Nadia Intan tiara D Arsini Widya Setianingsih

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

D. Patofisiologi Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibutuhkan manusia dan tempat pengeluaran karbon dioksida sebagai hasil sekresi

BAB II TUJUAN TEORITIS. sesak dan batuk, terutama pada malam hari atau pagi hari (Wong, 2003).

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).


- Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS/ RS Dr M DJAMIL PADANG

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan

ASIDOSIS RESPIRATORIK

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut.

BAB II KONSEP TEORI. A. Pengertian. Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus menerus.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

INSUFISIENSI PERNAFASAN. Ikbal Gentar Alam ( )

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun Oleh: ARI PRABOWO J KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. maju maupun di negara-negara sedang berkembang. berbagai sel imun terutama sel mast, eosinofil, limposit T, makrofag, neutrofil

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit paru-paru obstriktif kronis ( Chronic Obstrictive Pulmonary

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA

Bab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada dasarnya penulis akan membicarakan tentang pelaksanaan asuhan

Transkripsi:

ASMA BRONKHIAL A. KONSEP DASAR MEDIS 1. Pengertian Asma atau RAD (Reactive Air-way Disease) adalah gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas dan gejala pernafasan (mengi dan gerak). Obstruksi jalan nafas umumnya bersifat reversible, namun dapat menjadi kurang reversible bahkan relatif non reversible tergantung berat dan lamanya penyakit. 2. Etiologi Penyakit asma selalu dihubungkan dengan bronkospasme yang reversibel sebagai faktor pencetusnya adalah: a. Faktor ekstrinsik Reaksi antigen-antibodi: karena inhalasi allergen seperti: debu, serbuk, bulu binatang, makanan b. Faktor intrinsik - Infeksi: para influenza virus, pneumonia - Fisik: cuaca dingin - Iritan: kimia - Latihan - Emosional 1

3. Patoflodiagram Faktor intrinsik Infeksi oleh kuman Menginfeksi saluran nafas Faktor ekstrinsik Alergen Pengaktifan sel mast sebagai respon imun (makrofag, eosinofil, limfosit) Pengaktifan mediator kimiawi (serotonim, bradikinin, histamine) Edema bronkus Sekresi mukus meningkat Bronkospasme inflamasi Hiperesponsive jalan nafas Hipersekresi mukus dalam Penyempitan jalan nafas Mukosa saluran rongga jalan nafas nafas menebal Kompensasi tubuh untuk Sesak nafas dan mendapatkan suplai O 2 yang Penyempitan lumen batuk bersputum cukup ke jaringan menurun Batuk bersputum Pemasukan O 2 Kontraksi otot-otot pernafasan inadekuat Peningkatan produksi Metabolisme tubuh meningkat sputum Pola nafas tidak efektif Pengeluaran energi berlebihan Jalan nafas tidak efektif Serangan Cadangan energi kurang Bersihan jalan paroksimal nafas inefektif Metabolisme ke jaringan terhambat Merangsang sistem saraf Kelemahan dan kelelahan otot simpatis Intoleransi aktivitas Mengaktifkan RAS dalam mengaktifkan Dispnea, wheezing, batuk, sputum Perubahan status kerja organ tubuh kesehatan klien Merangsang vomiting center Rapid Eye Movement Proses hospitalisasi (REM) menurun Mual/muntah Kurangnya informasi dan Susah tidur Anoreksia pengetahuan klien dan keluarga tentang Perubahan pola Asupan makanan berkurang penyakitnya Istirahat tidur Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan Stressor psikologis bagi klien dan keluarga Ansietas 2

4. Manifestasi Klinis Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain: a. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop b. Batuk produktif, sering pada malam hari c. Nafas atau dada seperti tertekan Gejalanya bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada malam hari. 5. Komplikasi Pneumotoraks, pneumomediastinum dan emfisema subkutis, atelektasis, aspergilosis bronkopulmonal alergik, gagal nafas, bronchitis dan faktor iga. 6. Penatalaksanaan Tujuan terapi asma adalah: a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma b. Mencegah kekambuhan c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise 3

e. Menghindari efek samping obat asma dan mencegah obstruksi jalan nafas yang irreversible. Penatalaksanaan non farmakologis a. Oksigen bila diperlukan b. Hindari faktor pencetus c. Fisioterapi bila perlu d. Penyuluhan pada klien dan keluarga Terapi obat a. Agonis β2: terbufalin, salbutamol, dan fenetol b. Metilxantin: teofilin, aminophilin c. Antikolinergik d. Kortikostereoid e. Natrium krondin f. Inhibitor sel mast 7. Prognosis Prognosis sesuai dengan tingkat keparahan penyakit dan pengobatan yang diberikan kepada klien. 4

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1. Data Dasar Pengkajian a. Aktivitas/istirahat Gejala : letih, lemah, tidak mampu melakukan aktivitas, susah tidur, dispnea. Tanda : keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan/kehilangan massa otot b. Integritas ego Gejala : perubahan pola hidup Tanda : ansietas, ketakutan, peka rangsang c. Makanan/cairan Gejala : tidak selera makan, berat badan menurun d. Hygiene Gejala : penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari. e. Pernafasan Gejala : sesak nafas, dada terasa tertekan, lapar udara (kronis), batuk Tanda : ekspirasi yang memanjang, penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas mengi, gelisah f. Keamanan Gejala : riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor lingkungan Tanda : kemerahan, berkeringat 5

g. Interaksi sosial Gejala : ketergantungan hubungan, kurang sistem pendukung Tanda : keterbatasan mobilitas fisik 2. Pemeriksaan Diagnostik a. Sediaan hapus darah tepi dan pemeriksaan sputum b. Uji prick tes c. Sinar X dada d. Uji fungsi paru e. Tes tantangan metakolin atau histamin f. Analisa gas darah: PaCO 2 > 40 mmhg PaO 2 > 70 mmhg 3. Rencana Tindakan Keperawatan a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan nafas - Auskultasi bunyi nafas Rasional : derajat spasme bronkus dengan obstruksi jalan nafas dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius, misal: tidak ada bunyi nafas mengi. - Kaji frekuensi nafas Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama adanya stress/ proses infeksi akut 6

- Berikan pada klien posisi yang nyaman Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi. - Pertahankan polusi udara minimum, misal: debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu. Rasional : merupakan faktor pencetus alergi, pernafasan dan dapat memperberat sesak. - Dorong atau bantu latihan nafas abdomen atau bibir Rasional : memberi pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara. - Penatalaksanaan pemberian O 2 Rasional : dapat memperbaiki/mencegah terjadinya hipoksia - Penatalaksanaan pemberian obat sesuai indikasi Bronchodilator Rasional : merilekskan otot pernafasan dan menurunkan kongesti lokal. Menurunkan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa. Metilxantin Rasional : menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos dengan peningkatan langsung siklus AMP. Dapat juga menurunkan kelemahan otot/kegagalan pernafasan dengan meningkatkan kontraktilitas diafragma. 7

b. Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukus - Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk: Nafas dalam dan perlahan sebelum duduk setegak mungkin Gunakan nafas diafragmatik Tahan nafas selama 3 5 detik kemudian dengan perlahan hembuskan sebanyak mungkin melalui mulut (sangkar iga bawah dan abdomen harus turun) Ambil nafas kedua, tahan dan batuk dari dada (bukan dari belakang mulut atau tenggorok) dengan menggunakan nafas pendek Demonstrasikan pernafasan pursed-up Rasional : batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif, dapat menimbulkan frustasi: Duduk tegak akan menggeser organ abdominal menjauhi paru, memungkinkan ekspansi lebih besar Pernafasan diafragma menurun, frekuensi pernafasan dan meningkatkan ventilasi alveolar Peningkatan volume udara dalam paru meningkatkan pengeluaran sekret Pernafasan pursed-up memanjangkan ekshalasi untuk melakukan penurunan udara yang terperangkap. 8

- Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekret Pertahankan hidrasi adekuat: meningkatkan masukan cairan 2-4 liter/hari. Bila tidak dikontraindikasikan oleh penurunan cardiac output viskositas sekresi. Pertahankan kelembaban adekuat udara inspirasi Hindari lingkungan yang mengandung stimulasi Rasional : sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus yang dapat menimbulkan atelektasis. - Auskultasi paru-paru sebelum dan sesudah tindakan Rasional : pengkajian ini membantu mengevaluasi keberhasilan tindakan - Dorong dan berikan perawatan mulut Rasional : hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah bau mulut. - Penatalaksanaan pemberian obat sesuai indikasi Expectorant Rasional : mengencerkan sputum sehingga mudah dikeluarkan c. Perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk - Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi Rasional : mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat 9

- Instruksikan tindakan relaksasi Rasional : membantu menginduksi tidur - Hindari mengganggu bila mungkin, misal: membangunkan untuk obat atau terapi. Rasional : tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan pasien mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangun - Penatalaksanaan pemberian sedatif sesuai indikasi Rasional : mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur/istirahat selama periode transisi dari rumah ke lingkungan baru. Hindari penggunaan kebiasaan, karena obat ini menurunkan waktu tidur REM. d. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia - Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini, catat derajat kesulitan makan, dan evaluasi berat badan dan ukuran tubuh. Rasional : pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum dan obat. Selain itu, banyak pasien dengan asma mempunyai kebiasaan makan buruk, meskipun kegagalan pernafasan membuat status hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan kalori. - Auskultasi bunyi usus Rasional : penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang 10

berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas. - Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tissue. Rasional : rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan dan membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan nafas. - Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan porsi kecil tapi sering Rasional : membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total. - Timbang berat badan sesuai indikasi jika memungkinkan Rasional : berguna untuk menentukan kebutuhan kalori. Penurunan berat badan dapat berlanjut meskipun masukan adekuat sesuai teratasinya edema. - Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi Rasional : menurunkan dispnea dan meningkatkan energi untuk makan meningkatkan masukan. e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan otot - Atur posisi yang nyaman bagi klien 11

Rasional : meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan. - Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda-tanda vital. Rasional : menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi - Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung selama waktu fase akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres dan pengalihan yang tepat. Rasional : menurunkan stres dan rangsang berlebihan, meningkatkan istirahat - Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat Rasional : pembatasan aktivitas ditentukan dengan respon individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernafasan - Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen 12

f. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya - Kaji perasaan klien dan keluarga, beri sikap empati dan dengarkan keluhan klien Rasional : mengurangi kecemasan klien dan keluarga sehingga dapat bekerjasama dalam proses perawatan - Berikan informasi/penjelasan pada klien dan keluarga mengenal kondisi, rencana perawatan dan prognosis pasien secara akurat dan memperingatkan kondisi dan situasi Rasional : pemberian informasi yang jelas sehingga menghindari kesalahan persepsi. - Kaji tingkat kecemasan klien Rasional : memungkinkan untuk menyampaikan bahwa yang didasarkan adalah kebutuhan dari individu dan kelancaran proses perawatan. - Diskusikan tentang tindakan keperawatan dan medis serta penggunaan obat-obat yang diberi. Rasional : penting untuk perkembangan pemulihan atau pencegahan terhadap komplikasi. 13