FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG Dessy Yunita Dewi Program Studi DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Email : dessy.yunita74@gmail.com ABSTRAK Latar Belakang: Data pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan alat kontrasepsi tahun 2015 di Desa Karangjati yaitu 684 dari 1.409 jiwa. Pengetahuan, status ekonomi dan dukungan pasangan akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB, dan sangat berpengaruh terhadap perilaku positif pasangan usia subur (PUS) untuk menggunakan alat kontrasepsi. Tujuan Penelitian: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS). Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Responden adalah pasangan usia subur (PUS). Teknik pengambilan sampel simple random sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji chi square. Hasil Penelitian: Menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemakaian alat kontrasepsi (p-value = 0,001), ada hubungan yang signifikan anatara status ekonomi dengan pemakaian alat kontrasepsi (pvalue = 0,029), ada hubungan signifikan anatara dukungan pasangan dengan pemakaian alat kontrasepsi (p-value = 0,006). Simpulan: Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, status ekonomi, dan dukungan pasangan dengan pemakaian alat kontrasepsi. Saran: Bagi bidan dan petugas kesehatan lebih meningkatkan perannya dalam memberikan informasi serta menumbuhkan motivasi, untuk meningkatkan pemakaian alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS). Kata kunci Dukungan Pasangan : Pasangan Usia Subur, Pengetahuan, Status Ekonomi, 1
ABSTRACT Background: The data on Reproductive Age Couples that used contraception in 2015 in Karangjati Village was 684 people (48,5%) from 1.409 people. The knowledge, economic status and couples support will influence the development and the progress of Family Planning program and influence on positive behavior of Reproductive Age Couples to use the contraception. Objective: to know the factors related to the use contraception on Couples of Reproductive Age. Method: this research used analitical correlation with cross sectional approach. The respondent were Reproductive Age Couples. The sample were selected by simple random sampling technique. Data analysis was performed by chi square test. Result: the study indicate that there is a significant correlation between the knowledge with the use of contraception (p-value = 0,001), there is significant correlation between economic status with the use of contraception (p-value = 0,029), there is a significant correlation between couples support with the use of contraception (p-value = 0,006). Conclusion: there is a significant correlation between knowledge, economic status, it couples support with the use of contraception. Suggestion: it is expected to the midwife and health officers to increase the role in giving information and motivation to increase the use of contraception on Reproductive Age Couples. Keywords : Reproductive Age Couples, Knowledge, Economic Status, Couples Support, Contraception PENDAHULUAN Program KB Nasional sebenarnya sudah memenuhi sasaran MDGs, karena dalam ketentuan MDGs hanya menyebutkan kesertaan KB meningkat, secara presentase kesertaan KB meningkat 0,5%, tetapi ini tidak memberi dampak yang cepat untuk pengendalian jumlah penduduk. Saat ini pertumbuhan penduduk sekitar 4 juta per tahun, target sesungguhnya harusnya 0, untuk mencapai target 0 ini kita harus mencapai target penduduk tumbuh seimbang pada tahun 2015 (MDGs, 2015). Secara umum alasan utama tidak ber-kb yang paling dominan dikemukakan wanita adalah merasa tak subur (28,5%), alas an berikutnya yang cukup menonjol adalah alas an yang telah mengalami menopause (16,8%), alas an berkaitan dengan kesehatan (16,6%), alasan efek samping (9,6%), puasa kumpul (7,3%), merasa tidak nyaman dalam ber-kb (5,2%), alasan berkaitan dengan askes pelayanan seperti jarak jauh, tidak tersedia provider (0,1-1,6%). Selain itu masih dijumpai alasan mengenai larangan suami dan budaya atau agama (2,6% dan 0,9%) (BKKBN, 2011). Berdasarkan data dari BKKBN Kabupaten Semarang, jumlah pasangan usia subur (PUS) dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yaitu sebesar 2
2.185.183 jiwa pada tahun 2014 menjadi 2.269.075 jiwa pada tahun 2015. Dari jumlah tersebut terdapat 1.167.142 jiwa (51,4%) pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan alat kontrasepsi dan 1.101.933 jiwa (48,6%) yang tidak menggunakan alat kontrasepsi. Tiga Kecamatan terendah untuk pencapaian target terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) di Kabupaten Semarang pada tahun 2015 yaitu di Kecamatan Bergas dengan jumlah pasangan usia subur (PUS) 14.998 jiwa yang menggunakan alat kontrasepsi hanya sebanyak 10.421 jiwa (72,8%), Kecamatan Ungaran Timur dengan jumlah pasangan usia subur sebanyak 14.614 jiwa dan yang menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 12.073 jiwa (77,8%), dan Kecamatan Ungaran Barat dengan jumlah pasangan usia subur (PUS) 12.654 jiwa yang menggunakan alat kontrasepsi hanya sebanyak 10.059 jiwa (79,5%) (BKKBN, Kabupaten Semarang 2015). Data dari Kecamatan Bergas tahun 2015 menunjukan jumlah pasangan usia subur (PUS) sejumlah 14.998 jiwa dan desa dengan presentasi terendah untuk pemakaian alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) yaitu Desa Karangjati sebanyak 684 dari 1.409 jiwa (48,5%), Desa Gondoriyo sebanyak 735 dari 1.257 jiwa (58,4%), dan Desa Wringinputih sebanyak 679 dari 1.106 jiwa (61,3%). Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Karangjati Kabupaten Semarang. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 20-27 Juli2016 di desa Karangjati Kabupaten Semarang. Penelitian ini adalah penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Informasi diperoleh melalui kuesioner. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Karangjati Kabupaten Semarang pada tanggal 20-27 Juli 2016 Populasi Dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini sebanyak 1.409. Besar sampel yang digunakan 100 pasangan usia subur (PUS) dengan tingkat ketepatan atau kepercayaan yang digunakan sebesar 10 % atau 0,1. Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan simple random sampling. Instrumen penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner yang dibuat peneliti sendiri. 3
Analisis Univariat Pengetahuan HASIL PENELITIAN Pengetahuan Jumlah Persentase (%) Kurang Cukup Baik 58 28 14 58,0 28,0 14,0 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan pasangan usia subur (PUS) tentang alat kontrasepsi di Desa Karangjati Kabupaten Semarang dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 58 responden (58,0%) Status ekonomi Status Ekonomi Jumlah Persentase (%) Rendah Tinggi 80 20 80,0 20,0 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar pasangan usia subur (PUS) di Desa Karangjati Kabupaten Semarang mempunyai penghasilan yang rendah (< Rp. 1.909.000 per bulan) yaitu sejumlah 80 responden (80,0%). Dukungan Pasangan Dukungan Pasangan Jumlah Persentase (%) Tidak Mendukung 47 53 47,0 53,0 Mendukung Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar dukungan pasangan terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) di Desa Karangjati Kabupaten Semarang dalam kategori mendukung sejumlah 53 responden (53,0%). 4
Pemakaian Alat Kontrasepsi Pemakaian Alat Kontrasepsi Tidak Ya Jumlah Persentase (%) 59 59,0 41 41,0 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar pasangan usia subur (PUS) di Desa Karangjati Kabupaten Semarang yang tidak menggunakan alat kontrasepsi yaitu sejumlah 59 responden (59,0%). Analisis Bivariat Hubungan antara pengetahuan dengan pemakaian alat kontrasepsi Pengetahuan Kurang Cukup Baik Pemakaian Alat Kontrasepsi Tidak Ya Total f % f % F % 40 69,0 18 31,0 58 100 17 60,7 11 39,3 28 100 2 14,3 12 85,7 14 100 Total 59 59,0 41 41,0 100 100 p-value 0,001 Responden yang tidak memakai alat kontrasepsi lebih banyak terjadi pada responden dengan pengetahuan kategori kurang (69,0%) Hubungan antara status ekonomi dengan pemakaian alat kontrasepsi Pemakaian Alat Kontrasepsi Status Ekonomi Tidak Ya Total f % f % F % Rendah 52 65,0 28 35,0 80 100 Tinggi 7 35,0 13 65,0 20 100 Total 59 59,0 41 41,0 100 100 p-value 0,029 Responden yang tidak memakai alat kontrasepsi lebih banyak terjadi pada responden dengan status ekonomi kategori rendah (65,0%) 5
Hubungan antara dukungan pasangan dengan pemakaian alat kontrasepsi Pemakaian Alat Kontrasepsi Dukungan Total Tidak Ya Pasangan f % f % F % Tidak mendukung 39 73,6 14 26,4 53 100 Mendukung 20 42,6 27 57,4 47 100 Total 59 59,0 41 41,0 100 100 p-value 0,003 Responden yang tidak memakai alat kontrasepsi lebih banyak terjadi pada responden dengan dukungan pasangan kategori tidak mendukung (73,6%). PEMBAHASAN Analisis Univariat Gambaran pengetahuan tentang pemakaian alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari 100 responden didapatkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 58 responden (58,0%). Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang, dimana pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pengalaman, hubungan sosial, status ekonomi, dan keterpaparan dengan media massa. Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo diatas, pengetahuan pasangan usia subur (PUS) di Desa Karangjati Kabupaten Semarang yang sebagian besar adalah kurang dipengaruhi oleh status pekerjaan mereka yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga dan buruh pabrik. Lebih lanjut lagi Notoatmodjo (2007) menerangkan bahwa pengetahuan merupakan salah satu komponen pertama untuk terbentuknya perilaku seseorang. Gambaran status ekonomi pada pasangan usia subur (PUS) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa sebagian besar pasangan usia subur (PUS) mempunyai penghasilan yang rendah yaitu sejumlah 80 responden (80,0%). Jika dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ternyata hampir seluruh responden yang mempunyai penghasilan rendah. Pemakaian alat kontrasepsi terjadi pada kelompok status ekonomi tinggi karena pada kelompok ekonomi yang tinggi mereka lebih cenderung untuk dapat menggunakan/membeli alat kontrasepsi yang efektif dan tidak menimbulkan efek samping yang besar (Handayani, 2010). Gambaran dukungan pasangan terhadap pemakaian alat kontrasepsi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa sebagian besar dukungan pasangan terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) dalam kategori mendukung, yaitu sejumlah 53 responden (53,0%). 6
Jika dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ternyata sebagian besar dukungan pasangan terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada pasangan usia subur dalam kategori mendukung. Dukungan pasangan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap perilaku positif, dukungan pasangan akan sangat mempengaruhi psikologi pasangan usia subur (PUS) untuk menggunakan alat kontrasepsi (Setiadi, 2008). Gambaran pasangan usia subur (PUS) tentang pemakaian alat kontrasepsi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan sebagian besar responden tidak menggunakan alat kontrasepsi yaitu sebanyak 59 responden (59,0%). Jika dilihat dari hasil penelitian di atas, ternyata sebagian besar responden tidak menggunakan alat kontrasepsi. Rendahnya pemakaian alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah adanya larangan dari pasangannya sendiri dan merasa tidak cocok terhadap kontrasepsi yang digunakan karena efek samping yang timbul seperti peningkatan berat badan dan haid yang tidak teratur, sehingga mengganggu ibadahnya (Handayani, 2010). Persetujuan pasangan merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan apakan pasangan akan menggunakan alat kontrasepsi atau tidak, karena pasangan dipandang sebagai pelindung dan pembuat keputusan yang baik. Banyaknya jumlah pasangan usia subur (PUS) yang tidak menggunakan alat kontrasepsi yaitu sebanyak 59,0%. Analisis Bivariat Hubungan antara pengetahuan dengan pemakaian alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemakaian alat kontrasepsi. Pada hasil uji statistik didapatkan nilai p-value = 0,001 < α (0,05) maka ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan pemakaian alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS). Pada hasil penelitian didapatkan bahwa ada beberapa responden yang berpengetahuan cukup maupun kurang tetapi menggunakan alat kontrasepsi, hal ini dapat disebabkan karena ketakutan responden tersebut jika terjadi kehamilan yang tidak diinginkan juga karena hanya sekedar ikut-ikutan menggunakan alat kontrasepsi, tanpa mengetahui secara pasti tujuan dan manfaat dari pemakaian alat kontrasepsi tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pasangan usia subur (PUS) dengan pengetahuan baik lebih banyak yang menggunakan alat kontrasepsi, ternyata sesuai dengan teori Handayani (2010) yang menyatakan bahwa pengetahuan masyarakat terhadap alat kontrasepsi sangatlah menentukan tingkat keberhasilan dan kegagalan pasangan usia subur (PUS) dalam pemakaian alat kontrasepsi. Tingkat pengetahuan seseorang mempengaruhi sikap dan perilaku mereka dalam menghadapi segala hal termasuk dalam pelaksanaan pemakaian kontrasepsi. 7
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Stephenson et al (2008), bahwa pengetahuan sangat mempengaruhi keberadaan kelompok masyarakat sehingga menjadi media untuk mentransfer pengetahuan tentang kontrasepsi serta saling bertukar pengalaman tentang dampak positif penggunaan kontrasepsi. Hubungan antara status ekonomi dengan pemakaian alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa pasangan usia subur (PUS) dengan status ekonomi tinggi yang menggunakan alat kontrasepsi sejumlah 65,0%. Pada hasil uji statistik didapatkan nilai p-value = 0,029 < α (0,05) maka ada hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan pemakaian alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS). Penelitian ini sejalan dengan pendapat Schoemaker (2005), bahwa penggunaan kontrasepsi lebih tinggi pada masyarakat dengan status ekonomi yang lebih tinggi, penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan tingkat ekonomi keluarga. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adhyani (2011), didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikasn antara status ekonomi dengan pemakaian alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS). Hal ini disebabkan karena mereka beranggapan bahwa didalam pemilihan alat kontrasepsi sebaiknya memang harus dilihat dari kapasitas kemampuan mereka untuk membeli kontrasepsi tersebut. Sehingga pemakaian kontrasepsi tidak dirasa memberatkan bagi si penggunanya. Hal ini dapat disebabkan karena kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi tersebut. Hubungan antara dukungan pasangan dengan pemakaian alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa pasangan usia subur (PUS) dengan dukungan pasangan baik yang menggunakan alat kontrasepsi sejumlah 54,7%. Pada hasil uji statistik didapatkan nilai p-value = 0,006 < α (0,05) maka ada hubungan yang signifikan antara dukungan pasangan dengan pemakaian alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS). Menurut hasil penelitian bahwa dukungan pasangan mempunyai hubungan dalam pengambilan keputusan pemakaian alat kontrasepsi, tetapi pasangan belum berkontribusi dalam pemilihan metode atau jenis alat kontrasepsi. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor misalnya kurangnya pengetahuan pasangan akan alat kontrasepsi dan pentingnya pemberian dukungan dalam pemilihan alat kontrasepsi, kesibukan pasangan dalam merealisasikan perannya untuk memenuhi keperluan keluarga. Hal ini sejalan dengan teori Friedman (2010), faktor yang mempengaruhi adanya dukungan pasangan yaitu tahap perkembangan, tingkat pengetahuan, faktor emosi, faktor spiritual, tingkat sosial ekonomi dan faktor latar belakang budaya. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori Handayani (2010), yang menyatakan bahwa persetujuan pasangan merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan apakah pasangan akan menggunakan alat kontrasepsi atau tidak. Beberapa pasangan mungkin tidak mengetahui dengan jelas cara kerja 8
seperti menekan ovulasi, membuat lender serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu. Pasangan mungkin akan khawatir tentang keadaan pasangannya. PENUTUP Kesimpulan Penelitian yang berjudul Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Karangjati Kabupaten Semarang pada bulan Juli 2016 dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Responden yang tidak menggunakan alat kontrasepsi yaitu sejumlah 59 responden (59,0%). 2. Responden yang memiliki pengetahuan kurang yaitu sejumlah 58 responden (58,0%). 3. Responden yang mempunyai penghasilan rendah yaitu sejumlah 80 responden (80,0%). 4. Responden yang memiliki dukungan pasangan yang mendukung yaitu sejumlah (53,0%). 5. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemakaian alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) di Desa Karangjati Kabupaten Semarang (p-value = 0,001 < α (0,05)). 6. Ada hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan pemakaian alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) di Desa Karangjati Kabupaten Semarang (p-value = 0,029 < α (0,05)). 7. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan pasangan dengan pemakaian alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) di Desa Karangjati Kabupaten Semarang (p-value = 0,006 < α (0,05)). DAFTAR PUSAKA BKKBN. 2011. Profil Penduduk dan KB Jawa Tengah tahun 2011. http://jateng.bkkbn.co.id (diakses tanggal 24 Maret 2016) BKKBN. 2015. Visi dan Misi Program Keluarga Berencana Tahun 2015. http://www.kulonprogokab.go.id/v21/files/visi_misi_baru_bkkbn.pdf (diakses pada tanggal 24 Maret 2016) Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihana MDGs. 2015. Menggapai Target MDGs Dalam Program Kb Nasional. http://www.kulonprogokab.go.id/v21/files/menggapai-target- MDGs-DALAM-PROGRAM-KB-NASIONAL.pdf (diakses pada tanggal 24 Maret 2016). Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Renika Cipta. 9
Saifuddin, A. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: EGC Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Graha Ilmu Setiawan, A. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Yogyakarta: Nuhamedika Soetjiningsih. 2004. Pengertian Status Sosial Ekonomi. Diakses tanggal 20 Juli 2016 (http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/05/pengertian-statussosial-ekonomi.html) Sulistyaningsih. 2004. Pengertian Status Sosial Ekonomi. Diakses tanggal 20 Mei 2016 (http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/05/pengertian-statussosial-ekonomi.html) 10