BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAKAN MENGEMIS DI MUKA UMUM. A. Analisis terhadap Sanksi Hukum Bagi Pengemis Menurut Pasal 504

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENERAPAN SANKSI HUKUM BAGI PENGEMIS MENURUT PASAL 504 KUHP JUNCTO PERDA NO. 17 TAHUN 2009 DI SURABAYA

BAB IV. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri. Pidana Hacker. Negeri Purwokerto No: 133/Pid.B/2012/PN.

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG

BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN NASIONAL

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HUKUM DALAM HUKUM REKAYASA FOTO DENGAN UNSUR PENCEMARAN NAMA BAIK DI FACEBOOK, INSTAGRAM, TWETTER, BBM DAN WHATSAAP

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat, karena adanya pelanggaran atas ketentuan-ketentuan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengganggu ketenangan pemilik barang. Perbuatan merusak barang milik. sebagai orang yang dirugikan dalam tindak pidana tersebut.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP CYBERBULLYING TAHUN 2016 TENTANG ITE

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

BAB III PEMAAFAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM KEADAAN MABUK. A. Alasan Obyektif Pemaafan bagi Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PROBOLINGGO NO. 179/PID.B/PN.PBL TENTANG TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING

Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan. tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu:

BAB III ANALISIS. hukum positif dan hukum Islam, dalam bab ini akan dianalisis pandangan dari kedua

Assalamu alaikum wr. wb.

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENGEDARAN SEDIAAN FARMASI TANPA IZIN EDAR

BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN. mengalami suatu kegagalan dalam memperjuangkan kepentingannya sendiri,

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PN DEMAK No. 62/Pid.Sus/2014/PN Dmk DALAM KASUS TABRAKAN YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III TINJAUAN FIQH JINAYAH TERHADAPPERCOBAAN KEJAHATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI MEDAN NOMOR : 67/PID.SUS/2015/PT.MDN DALAM PERKARA

BAB IV. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Remisi Kepada Pelaku Tindak Pidana. Korupsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gambaran Peristiwa Tindak Pidana Pencurian Oleh Penderita

BAB IV. Hakim adalah organ pengadilan yang memegang kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan Negara yang merdeka untuk meyelenggarakan peradilan guna

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR

BAB IV. A. Analisis Terhadap Penambahan 1/3 Hukuman dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No. 21 Tahun 2007

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PEMALSUAN MEREK SEPATU DI KELURAHAN BLIMBINGSARI SOOKO MOJOKERTO

BAB II KETENTUAN TENTANG JARIMAH DAN MALPRAKTEK MEDIS. Jarimah (tindak pidana) berasal dari kata ( م ) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. berakibat pada melambungnya harga barang kebutuhan, sehingga banyak para

crime dalam bentuk phising yang pernah terjadi di Indonesia ini cukup

BAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF. Menyimpang itu sendiri menurut Robert M.Z. Lawang penyimpangan perilaku

BAB IV ANALISIS PEMIDANAAN ORANG TUA ATAU WALI DARI PECANDU NARKOTIKA DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM PIDANA DAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS ASPEK PIDANA DALAM PASAL 2 UU NO. 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG MENURUT UU NO. 12 TENTANG PEMASYARAKATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI DALAM BENTUK FUNDS WIRE

BAB III PENCURIAN DALAM HUKUM PIDANA. A. Pengertian Pidana, Hukum Pidana, dan Bentuk-bentuk Pidana

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 488/PID.B/2015/PN.SDA TENTANG PERCOBAAN PENCURIAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis

BAB IV. Perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa dipandang. sebagai tindak kejahatan yang melanggar norma hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataan sekarang ini di Indonesia banyak ditemukan kasus kecelakaan

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PEMBELAAN TERPAKSA YANG MELAMPAUI BATAS MENURUT PASAL 49 KUHP

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum ada tiga unsur seseorang dianggap telah melakukan

HUKUM PIDANA DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN PERBANDINGANNYA DENGAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah warga negara Indonesia yang

Pidana tanpa hak mentransmisikan Informasi Elektronik yang memiliki muatan. melakukan suatu tindak pidana pencemaran nama baik yang di media sosial

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT

BAB IV STUDI KOMPARASI ANTARA HUKUM PIDANA DAN FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAK KEJAHATAN PERDAGANGAN ORGAN TUBUH

A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Kekerasan seksual pada anak, yaitu dalam bentuk pencabulan

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DALAM PUTUSAN NOMOR 1/PID.SUS-ANAK/2016/PN.

ANALISIS TENTANG PENYATUAN PENAHANAN ANAK DENGAN DEWASA MENURUT FIKIH JINAYAH DAN UU NO. 23 TAHUN 2002

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA, PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu, fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Allah pada nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir. 1

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG

BAB IV ANALISIS YURIDIS PERATURAN KAPOLRI NOMOR 1 TAHUN 2009 TERKAIT PENGGUNAAN SENJATA API PADA TUGAS KEPOLISIAN PERSPEKTIF MAS}LAH}AH MURSALAH

PEMIDANAAN SERTA POLITIK HUKUM PIDANA DALAM KUHP/RKUHP DAN PERBANDINGAN DENGAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam itu menyangkut seluruh aspek kepentingan manusia. Aspekaspek

BAB IV KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF MENGENAI SANKSI PROSTITUSI ONLINE. A. Persamaan Sanksi Prostitusi Online Menurut Hukum Positif dan

BAB I PENDAHULUAN. lain, terpengaruh obat-obatan dan lain-lain. yang memiliki kekuasaan dan ekonomi yang tinggi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Penipuan yang. Berkedok Lowongan Pekerjaan (Studi Direktori Putusan Pengadilan Negeri

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

BAB IV. A. Analisis Hukum Pidana Islam tentang Kejahatan Korporasi Sebagaimana Diatur

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HUKUM HAKIM DAN FIQIH JINAYAH DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LAMONGAN NO:164/PID.B/ 2013/PN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI BANYUWANGI TERHADAP TINDAK PIDANA PENANGKAPAN IKAN DENGAN POTASIUM CIANIDA

BAB II KONSEP TINDAK PIDANA ISLAM

PENGHANCURAN GEDUNG SECARA MELAWAN HUKUM

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan Terhadap Barang Bukti

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PENGGELAPAN PAJAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

II. TINJAUAN PUSTAKA. umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility

Tindak pidana perampasan kemerdekaan orang lain atas dasar. keduanya, diantaranya persamaan-persamaan itu adalah sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS PERCOBAAN MELAKUKAN PELANGGARAN DAN KEJAHATAN YANG TIDAK DIKENAI SANKSI

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

PERJUDIAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

I. PENDAHULUAN. Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan adalah suatu lapangan pertumbuhan pohon-pohon yang secara

Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016. PENJATUHAN PIDANA TERHADAP PERBUATAN PERCOBAAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA 1 Oleh: Magelhaen Madile 2

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR

I. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pidana yang bersifat khusus ini akan menunjukan ciri-ciri dan sifatnya yang khas

BAB 1V ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI MEULABOH DALAM PUTUSAN NO.

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAKAN MENGEMIS DI MUKA UMUM A. Analisis terhadap Sanksi Hukum Bagi Pengemis Menurut Pasal 504 KUHP juncto Perda Surabaya Di berbagai kota besar pengemis muncul biasanya karena mereka tidak bisa terserap disektor perekonomian firma kota, dengan bekal keterampilan yang serba terbatas dan lebih banyak dari mereka yang tidak memiliki keterampilan dan juga pendidikan yang rendah, serta tidak memiliki aset produksi sendiri, maka salah satu pekerjaan yang bisa mereka lakukan adalah dengan meminta-minta belas kasihan dari orang lain. Di kota Surabaya, kehadiran pengemis memang dengan mudah bisa ditemui di jalan-jalan protokol. Mereka biasanya menengadahkan tangan pada setiap mobil dan kendaraan bermotor yang berhenti di lampu merah. Dalam kenyataan yang agak sulit membedakan antara pengemis dan pengamen, untuk menarik perhatian masyarakat agar berbelas kasihan kepada mereka, para pengemis memiliki berbagai macam cara yaitu sebagian pengemis memang mengemis dengan ala kadarnya, dengan menengadahkan tangan atau bergumam tak jelas. Sebagian ada yang mengemis sambil memainkan alat musik kempyeng yang terbuat dari tutup botol yang dipipihkan. Bagi pengemis yang agak kreatif, mereka tak segan-segan memakai pakaian kumal khusus, membedaki mukanya 51

52 dengan arang dan membalut kaki tangannya dengan perban dan obat merah untuk mengesankan bahwa disana ada luka borok serius. Yang memprihatinkan lagi adalah, sebagian pengemis terkadang memanfaatkan anak-anak untuk menarik perhatian orang. Melihat fakta sosial ini, maka dapat disimpulkan kegiatan mengemis bukanlah kegiatan yang terdesak, namun menjadi sebuah kegiatan rutinitas dan lapangan kerja. Pengemis menggunakan berbagai macam cara untuk menarik iba masyarakat. pengemis dapat dibedakan menjadi empat macam, sesuai dengan lokasi dan tempat mereka mangkal. Pengemis yang biasanya beroperasi dan mangkal di berbagai perempatan jalan atau sekitar kawasan lampu merah, pengemis yang mangkal ditempat-tempat umum tertentu, seperti misalnya di plaza, terminal, pesar, pengemis yang beroperasi di tempat-tempat yang mempunyai nilai religius,pengemis yang biasa berkeliling rumah-rumah, keluar masuk kampung. Dari empat macam pengemis diatas yang termasuk pengemis yang melanggar ketertiban umum adalah pengemis yang beroperasi dan mangkal di berbagai perempatan lampu merah, pemberhentian sementara sepeda motor dan mobil. Kegiatan mengemis dengan meminta-minta di perempatan jalan yang akhirnya dapat mengganggu ketertiban umum itulah yang dilarang oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Kota Surabaya dan pengemis yang dilarang dan terkena sanksi pidana yakni yang mengganggu ketertiban umum. Jika tidak mengganggu tidak ada hukum pidana. Hal ini sudah diatur dalam beberapa Undang-Undang antara lain Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) dalam pasal 504, sehingga ketentuan pidana

53 dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) jika pengemis tersebut mengganggu ketertiban umum. Suatu tindakan bisa dianggap sebagai delik atau perbuatan pidana dan bisa dikenai ketentuan pidana jika memenuhi unsure-unsur delik (perbuatan pidana) dan menurut doktrin, unsure-unsur delik sendiri atau unsure subjektif dan objektif. 56 1. Unsur Subjektif Unsur Subjektif adalah unsur-unsur yang berasal dari dalam diri pelaku. Asas hukum pidana menyatakan tidak ada hukuman jika tidak ada kesalahan. Kesalahan yang dimaksud disini adalah kesalahan yang diakibatkan oleh kesengajaan (intention, opzet, dolus) dan kealpaan. 2. Unsur Objektif Unsur objektif merupakan unsur dari luar diri pelaku, yang terdiri atas a. Perbuatan manusia, berupa : 1) Act, yakni perbuatan aktif atau perbuatan positif 2) Omission, yakni perbuatan posotif atau perbuatan negatif b. Akibat (result) pebuatan manusia. c. Keadaan-keadaan pada umumnya, keadaan tersebut dibedakan antara lain: 1) Keadaan pada saat perbuatan dilakukan 2) Keadaan setelah perbuatan dilakukan 56 Leden Marpaung, Asas teori praktik Hukum Pidana, (Jakarta Sinar Grafika 2003),13

54 d. Sifat dapat dihukum dan sifat melawan hukum. Pengemis dimuka umum dikatakan sebagai pelanggaran ketertiban umum jika memenuhi unsur-unsur di bawah ini: 1. Satu orang atau lebih 2. Sengaja dan sadar 3. Melakukan pengemisan dimuka umum 4. Mengganggu ketertiban umum Dalam kenyataan dilapangan, pengemis yang melanggar ketertiban umum adalah pengemis yang beroperasi dan mangkal diberbagai perempatan seperti Jalan Darmo, Jalan Diponegoro, Jalan gubeng, antara Jalan menuju Nginden dan Panjangjiwo, Jalan Raya Urip Sumoharjo, Taman Bungkul, jalan Tunjungan. Yang mana jalan tersebut adalah jalan diantara sepuluh titik yang harus bebas dari gangguan ketertiban umum (Dinas Ketertiban Surabaya). Jalan tersebut dilarang oleh pemerintah untuk ada gangguan terutama para pengemis dan pedagang. Dengan alasan dapat mengganggu ketertiban dan kelancaran orang berkendara dikarenakan mereka meminta dengan memaksa. Para pengemis tersebut akan diproses dan ditahan umumnya hanya satu hari saja dan setelah satu hari maka mereka akan dikembalikan kembali ke Dinas Sosial untuk mendapatkan pembinaan.

55 Unsur dalam doktrin 1. Unsur Subjektif 2. Unsur objektif a. Perbuatan manusia b. Akibat c. Sifat melawan hukum Kasus di Surabaya 1. Terjadinya kesengajaan, kesadaran dalam melakukan tindak pidana 2. Meminta dengan memaksa a. Membuat pengguna jalan merasa terganggu atas tindakan tersebut b. Melanggar UU berarti melawan hukum Dalam unsur-unsur di atas, penerapan tersebut masuk dalam katagori sanksi hukum bagi pengemis di Suarabaya dikarenakan proses tersebut tidak berjalan sampai ke Pengadilan namun hanya dalam proses penahanan dan telah memenuhi unsur pada pasal 504 KUHP yang sesuai dengan unsur delik menurut doktrin bisa dikenakan sanksi sebagaimana ketentuan di atas sesuai dengan ketetapan pemerintah daerah. B. Analsis Fiqh Jinayah Terhadap Sanksi Hukum bagi Pengemis di Surabaya Fiqh jinayah memang tidak mengenal kejahatan dalam hal mengemis, akan tetapi jika pengemisan yang menganggu ketertiban umum. Doktrin mengenal istilah pidana, dalam pasal 504 KUHP, harus ada unsur-unsur yang terpenuhi sehingga bisa dikatakan melanggar 504 KUHP dalam fiqh jinayah

56 juga terhadap unsur atau rukun pidana. Dimana kalau salah satu dari unsur ini tidak terpenuhi maka suatu perbuatan tidak dapat dikatagorikan sebagai perbuatan jinayah. Dalam fiqh jianayah terdapat tiga unsur umum yang harus dipenuhi sehingga bisa dikatakan sebagai perbuatan jinayah 57, yakni: pertama, unsur formal atau rukun syar i dimana harus ada ketentuan syara atau nash yang menyatakan bahwa perbuatan yang dilakukan merupakan perbuatan yang dapat dihukum. Kedua, unsur materiil atau rukun maddi dimana harus ada perilaku yang berbentuk jarimah baik berupa perbuatan atau tidak berbuat. Ketiga, unsur moril atau rukun adaby, dimana suatu perbuatan harus ada yang mempertanggung jawabkan perbuatannya. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dalam pasal 504 dengan berbunyi sebagai berikut: Ayat 1. Barangsiapa mengemmis dimuka umum, diancam karena melukan pengemisan dengan kurungan paling lama 6 minggu. Ayat 2. Pengemisan yang dilakukan oleh tiga orang atau lebih, yang umurnya diatas 16 tahun, diancam dengan kurungan paling lama 3 bulan Ketentuan pidana atau hukuman yang dimaksud untuk membuat si pelaku jera dengan tindakannya dan jika merupakan tindakan preventif bagi orang lain untuk tidak melakukan hal yang sama. Dalam fiqh jinayah tujuan pidana diklasifikasikan sebagai berikut: 57 Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), Bandung : Pustaka Setia, 2000, 52.

57 1. Memelihara masyarakat 2. Upaya pencegahan atau prevensi khusus bagi pelaku 3. Upaya pendidikan dan pengajaran 4. Balasan atas perbuatan Mengenai macam-macam hukuman, yaitu : 1. u u Jarimah hudud adalah suatu jarimah yang dibentuknya telah ditentukan oleh syara sehingga terbatas jumlahnya. Selain ditentukan bentuknya (jumlah), juga ditentukan hukumannya secara jelas, baik melalui Al-Quran dan As-Sunnah. Meliputi : perzinahan, a a (menuduh berzina), minum Khamr (meminum minuman keras), pencurian, perampokan, pemberontakan, dan murtad. 2. Qishas Qishas atau hukuman balas, dimana yang termasuk dalam jarimah Qishas ini hanya ada 2 macam yaitu pembunuhan dan penganiayaan. 3. Ta ir Ta ir adalah hukuman yang belum ditetapkan atas perbuatan maksiat atau jinayah dan tidak dikenakan hukuman had dan tidak kafarat. Melihat 3 macam hukuman dalam fiqh jinayah diatas, maka pelanggaran ketertiban umum denagan pengemis dimuka umum adalah perbuatan yang termasuk dalam dikategorikan jarimah ta ir. 58 Sesuai dengan kaidah syariah 58 Jaih Mubarok, Kaidah Fiqh Jinayah ( Asas-Asas Hukum Pidana Islam), Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004, 48

58 menerapkan kaidah Tidak ada tindak pidana dan tidak ada hukum tanpa ada aturan dengan penerapan yang longgar (fleksibel) pada jarimah-jarimah ta ir Untuk menentukan apakah syariat membenarkan penerapan sanksi hukum bagi pengemis menurut pasal 504 KUHP di Surabaya, kita harus mengevaluasi manfaat vis a vis mudharat dari praktek ini. Dengan metode maslahah al-mursalah (segala yang mendatangkan manfaat, baik melalui cara mengambil dan melakukan suatu tindakan maupun dengan menolak dan menghindarkan segala bentuk yang menimbulkan kemudharatan dan kesulitan) 59, penulis berpendapat bahwa penerapan sanksi hukum diperbolehkan dengan alasan dibawah ini: Hal ini didasarkan bahwa dalam hukum pidana Islam tidak ada ketentuan pidana mengenai pelanggaran ketertiban umum pengemis dimuka umum namun pada jarimah ta ir hakim memilih kewenangan yang luas untuk menetapkan suatu jarimah dan hukumannya sesuai dengan tuntutan kemaslahatan. Pada jarimah ta ir al-qur an dan Hadits tidak menetapkan secara terperinci baik bentuk jarimah maupun hukumannya. Oleh karena itu, hakim boleh memberikan hukuman terhadap pelaku kejahatan yang belum ada aturannya jika tuntutan kemaslahatan menghendakinya. Dari sini muncul yaitu hukum ta ir berlaku sesuai dengan tuntutan kemaslahatan. Adanya kaidah ini merupakan wujud dinamika hukum pidana Islam dalam menjawab bentukbentuk kejahatan baru yang belum ada aturannya sehingga setiap bentuk 59 Forum Karya Ilmiah 2004, Kilas Balik Teoritis Fiqh Islam,235

59 kejahatan baru yang dianggap telah merusak ketenangan dan ketertiban umum dapat dituntut dan dihukum. Dalam kenyataan dilapangan, pengemis yang melanggar ketertiban umum adalah pengemis yang beroperasi dan mangkal diberbagai perempatan jalan, mereka akan dimasukkan kedalam penjara untuk 1 hari saja dan setelah itu akan dikembalikan kembali ke dinas sosial untuk mendapatkan pembinaan dengan hukuman 1 hari tadi dapat menjadikan efek jera kepada para pengemis sehingga di kemudian hari tidak mereka ulangi kembali. Setelah diserahkan ke dinas sosial kota Surabaya kembali, tujuan untuk dibina yakni dikumpulkan di UPTD tempat penampungan. Mereka dibina dalam hal keterampilan agar kelak mereka dapat bermanfaat, apabila yang terkena razia tersebut berasal dari daerah Surabaya maka akan disuruh kembali ke tempat tinggal mereka masingmasing setelah oleh dinas sosial dianggap sudah mampu setelah melalui pembinaan tentunya, tetapi yang berasal dari luar kota Surabaya akan dikembalikan ke daerah asal mereka dengan bekerja sama dengan instansi daerah mereka yang terkait dengan mereka. Melihat hukuman yang didapat dari pengemis yang mengemis dimuka umum dengan melanggar ketertiban umum maka hukuman tersebut masuk dalam katgegori pemaaf dikarenakan salah satu sebab hapusnya hukuman ta ir yakni para pengemis hanya mendapat selama 1 hari, tetapi tidak menghapuskan seluruhnya. Ulama lain juga berpendapat bahwa pemaafan itu bisa saja diberikan bagi orang yang tidak biasa melaukukan kejahatan atau bagi

60 orang-orang ynag tampak menyesal dan bertaubat dari kejahatan yang dilakukannya. Jadi penerapan sanksi pidana mengemis di Surabaya dengan hukum pidana Islam dikarenakan sanksi tersebut memberikan tujuan untuk memelihara masyarakat agar tidak menjadikan pengemisan sebagai mata pencaharian, upaya pencegahan atau prevensi khusus bagi pelaku khusus agar tidak mengganggu ketertiban umum pada saat meminta belas kasihan, upaya pendidikan dan pengajaran dengan diberikan bekal pelatihan oleh dinas sosial dan balasan hukuman atas perbuatan dengan dipidana 1 hari bagi para pengemis yang melakukan pengemisan dimuka umum dengan mengganggu ketertiban umum para pengguna jalan dan penerapan sanksi kesadaran hukum bagi pengemis diperbolehkan sehingga setiap individu yang melakukan pengemisan tersebut sebagai pekerjaan tetap dengan memberikan dampak negatif bagi kemaslahatan umum maka hal tersebut haram hukumnya.