LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PRAKTEK TENAGA KESEHATAN DAN SARANA KESEHATAN SWASTA. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab diperlukan peningkatan Penyelenggaraan Pemerintahan, Pelaksanaan Pembangunan dan Pelayanan Masyarakat yang berdaya guna dan berhasil guna; b. bahwa salah satu pelayanan kemasyarakatan yang perlu ditingkatkan adalah perbaikan kesehatan masyarakat dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang merupakan modal utama dalam membangun manusia sebagai sumber daya pembangunan; c. bahwa pelayanan kesehatan masyarakat merupakan kewenangan dari Pemerintah Kota yang diserahkan pengaturan dan pembinaanya agar pelayanan kesehatan kepada masyarakat dapat lebih merata dan terjangkau; d. bahwa untuk memenuhi maksud pada huruf a, b dan c diatas maka perlu diatur dengan Peraturan Daerah Kota Palu; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); 2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1994 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Palu, (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 38 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3555); 3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 1
4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 5. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); 6. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang -undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1988 tentang Bhakti dan Praktek Dokter/Dokter Gigi (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3366); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor3637); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139); 12. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan dan Bentuk Rancangan Undang- Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70); 13. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Palu Nomor 23 Tahun 1998 tentang Penyidik Pengawai Negeri di Lingkungan Pemerintah Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Palu (Lembaran Daerah Kota Palu Nomor 1 Tahun 2000 Seri D Nomor 1); 2
Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PALU MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA PALU TENTANG RETRIBUSI IZIN PRAKTEK TENAGA KESEHATAN DAN SARANA KESEHATAN SWASTA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Palu; 2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan eksekutif Daerah; 3. Kepala Daerah adalah Walikota Palu; 4. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Otonom oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas Desentralisasi; 5. Pejabat adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas tertentu dibidang Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; 6. Rumah Sakit Umum Swasta adalah tempat pelayanan yang menyelenggakan pelayanan medik dasar dan spesialistik, pelayanan penunjang medik, pelayanan instalasi dan pelayanan perawatan secara rawat jalan dan rawat inap yang dikelola oleh yayasan atau badan tertentu; 7. Rumah Sakit Bersalin / Rumah Bersalin Swasta adalah tempat yang menyelenggarakan Pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, persalinan dan masa nifas fisiologis termasuk pelayanan keluarga berencana serta perawatan bayi baru lahir yang dikelola oleh yayasan atau badan tertentu; 8. Klinik adalah tempat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar; 9. Laboratorium adalah tempat pelayanan yang menyelenggarakan/ pemeriksaan penunjang diagnostik; 10. Apotik adalah suatu tempat tertentu tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat; 11. Toko Obat atau pedagang eceran obat adalah orang atau badan Hukum Indonesia yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas (daftar W) untuk dijual secara eceran ditempat tertentu sebagaimana tercantum dalam surat izin; 3
12. Optikal adalah suatu tempat dimana diselenggarakan pelayanan kacamata baik melalui resep dokter maupun dengan melakukan pemeriksaan refraksi sendiri; 13. Praktek tenaga kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan medik oleh seseorang dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi dokter gigi spesialis, bidan dengan atau tanpa mengunakan penunjang medis; 14. Retribusi Jasa Umum adalah Retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemamfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan; 15. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundangundangan, retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pemungutan atau pemotongan retribusi tertentu; 16. Masa retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dan Pemerintah Daerah; 17. Surat Setoran Retribusi Daerah yang dapat disingkat SSRD, adalah surat yang oleh wajib retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke kas Daerah atau ke tempat Pembayaran lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah; 18. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang disingkat SKRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda; 19. Pemeriksaan adalah serangkaian kegaiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan / atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan Pertauran Perundang-undangan Retribusi; 20. Tenaga Medis adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi didalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia; 21. Surat Izin Praktek adalah bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga medis atau bidan yang menjalankan praktik setelah memenuhi persyaratan sebagai pengakuan kewenagan untuk melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan profesi; 22. Surat Izin Rumah sakit adalah bukti tertulis yang diberikan kepada yayasan atau badan hukum lainnya untuk mendirikan dan menyelenggarakn rumah sakit setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan; 23. Surat Izin Laboratorium adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perorangan, yayasan, atau badan hukum lainnya untuk menyelenggarakan pelayanan laboratorium setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan; 24. Surat Izin Apotik adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perorangan, yayasan, atau badan hukum lainnya untuk menyelenggarakan pelayanan resep dokter dan penyerahan perbekalan farmasi setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan; 4
25. Surat Izin Toko Obat adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perorangan, yayasan, atau badan hukum lainnya untuk menyelenggarakan penjualan obat-obat sesuai dengan ketentuan; 26. Surat Izin optikal adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perorangan, yayasan, atau badan hukum lainnya untuk menyelenggarakan pelayanan kacamata sesuai ketentuan yang berlaku; BAB II KEWAJIBAN DAN LARANGAN Pasal 2 (1) Setiap sarana kesehatan swasta perorangan atau berbadan hukum diwajibkan memiliki izin yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk; (2) Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan untuk jangka waktu selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang setiap tahunnya dengan mengajukan permohonan perpanjangan kepada Kepala Daerah melalui Dinas Kesehatan Kota Palu. Pasal 3 Izin sarana kesehatan swasta perorangan atau berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1) wajib memiliki persyaratan : a. Memiliki Kelayakan Lingkungan (AMDAL/UKL/ UPL); b. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); c. Memiliki akte pendirian perusahaan bagi pemohon yang berbentuk badan hukum / usaha; d. Memiliki surat keterangan domisili perusahan bagi yang berbadan hukum; e. Memiliki surat izin tempat usaha (SITU); f. Memiliki sarana kesehatan yang lengkap. Pasal 4 (1) Setiap Praktik tenaga kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan medis wajib memiliki izin praktek dari Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk; (2) Izin praktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang setelah mengajukan permohonan perpanjangan kepada Kepala daerah melalui Dinas Kesehatan Kota Palu; (3) Tata cara dan Prosedure pengajuan permohonan izin praktek dan izin sarana kesehatan swasta diatur dengan Keputusan Kepala Daerah. Pasal 5 Setiap praktik Tenaga Kesehatan dan usaha sarana kesehatan swasta dilarang menyelenggarakan pelayanan medis tanpa izin dari Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk. 5
Pasal 6 (1) Setiap praktik tenaga kesehatan dan usaha sarana kesehatan swasta yang menyelenggarakan pelayanan medik dilarang memberikan pelayanan yang dapat mengakibatkan gugurnya janin atau kandungan seseorang atau pasien; (2) Pelayanan Medik yang dapat mengakibatkan gugurnya kandungan sebagaimana pada ayat (1), hanya dapat diberikan kepada seseorang atau pasien yang karena penyakitnya dapat mengancam jiwa yang berakibat pada kematian; (3) Pelayanan medik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan setelah mengadakan konsultasi dengan dokter ahli (Spesialis) lainnya dan mendapatkan persetujuan; (4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalam berita acara dan ditandatangani oleh dokter tersebut beserta keluarga pasien. BAB III NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 7 Dengan nama Retribusi Izin Praktik tenaga Kesehatan dan Sarana Kesehatan Swasta dipungut retribusi sebagai pembayaran jasa atas pemberian izin penyelenggaraan praktik tenaga kesehatan dan sarana kesehatan swasta. Pasal 8 Obyek retribusi perizinan adalah pemberian izin terhadap penyelenggaraan tenaga kesehatan dan sarana kesehatan swasta yang terdiri dari: a. Praktik Perorangan Dokter Umum; b. Praktik Perorangan Dokter Gigi; c. Praktik Perorangan Dokter Spesialis; d. Praktik Perorangan Dokter Gigi Spesialis; e. Praktik Perorangan Dokter Sub Spesialis; f. Praktik Bidan; g. Rumah sakit umum Swasta; h. Rumah Bersalin/Rumah sakit bersalin swasta; i. Klinik Swasta; j. Laboratorium swasta; k. Apotik; l. Toko Obat; m. Optikal. Pasal 9 Subyek retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh sarana pelayanan izin praktek tenaga kesehatan dan izin sarana kesehatan swasta. 6
BAB IV GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 10 Retribusi izin praktik tenaga kesehatan dan sarana kesehatan swasta digolongkan sebagai retribusi jasa umum. BAB V CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 11 Tingkat penggunaan jasa praktik tenaga kesehatan dan sarana kesehatan swasta diukur berdasarkan jenis keahliannya/klasifikasi usaha. BAB VI PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 12 Didasarkan pada kebijaksanaan Daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. BAB VII STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 13 (1) Struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan berdasarkan keahliannya dan Klasifikasi usaha. (2) Besarnya retribusi sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut: a. Praktik dokter umum Rp. 400.000,-/Tahun; b. Praktik dokter gigi Rp. 200.000,-/Tahun; c. Praktik dokter Spesialis Rp. 400.000,-/Tahun; d. Praktik dokter gigi spesialis Rp. 200.000,-/Tahun; e. Praktik dokter sub spesialis Rp. 400.000,-/Tahun; f. Praktik bidan Rp. 100.000,-/Tahun; g. Rumah sakit umum swasta - Kelas Utama Rp. 1.500.000,-/ Tahun; - Kelas Madya Rp. 1.000.000,-/ Tahun; - Kelas Pratama Rp. 750.000,-/ Tahun; 7
h. Rumah sakit bersalin / rumah bersalin swasta Rp. 500.000,-/ Tahun; i. Klinik Swasta Rp. 250.000,-/ Tahun; j. Laboratorium swasta - Utama Rp. 500.000,-/ Tahun; - Pratama Rp. 250.000,-/ Tahun; k. Apotik Rp. 350.000,-/ Tahun; l. Toko Obat Rp. 100.000,-/ Tahun; m. Optikal Rp. 350.000,-/ Tahun; (3) Penentuan Standar Klasifikasi Usaha dan persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf g, h, i dan j diatur dengan Keputusan Kepala Daerah. BAB VIII WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 14 Retribusi yang terutang di pungut di Wilayah Daerah. BAB IX TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 15 (1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD dan atau dokumen yang telah ditetapkan; (2) Hasil pemungutan retribusi disetor ke Kas Daerah melalui bendaharawan khusus penerima yang di tetapkan oleh Kepala Daerah. BAB X TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 16 (1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus pada saat pengambilan surat izin kesehatan; (2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 hari sejak dokumen dilengkapi; (3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan Kepala Daerah. 8
BAB XI SANKSI ADMINISTRASI Pasal 17 Dalam hal wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar dikenakan sanksi admnistrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen ) setiap bulan keterlambatan dari Retribusi yang terutang atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD. BAB XII TATA CARA PENAGIHAN RETRIBUSI Pasal 18 (1) Surat teguran / surat peringatan / surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan Retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran; (2) Sejak jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran / surat peringatan / surat lain yang sejenis disampaikan, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang; (3) Surat teguran / surat peringatan / surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk. BAB XIII PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 19 (1) Kepala Daerah berdasarkan permohonan wajib retribusi dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi; (2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini ditetapkan oleh Kepala Daerah. 9
BAB XIV KADALUWARSA PENAGIHAN Pasal 20 (1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi; (2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila: a. Diterbitkan Surat Teguran atau; b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung. BAB XV PENGAWASAN Pasal 21 Pengawasan untuk pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk. BAB XVI KETENTUAN PIDANA Pasal 22 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2,3,4,5 dan 6 Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp.5000.000,- (lima juta rupiah); (2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XVII PENYIDIKAN Pasal 23 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenag khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku; 0
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana, dibidang Pajak Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah; c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah; g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan / atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan indak pidana perpajakan Daerah; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan untuk tindak pidana dibidang perpajakan daerah menurut hukum yang bertanggung jawab. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. BAB XVIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah. 1
Pasal 25 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah kota Palu Ditetapkan di Palu pada tanggal 25 Oktober 2003 WALIKOTA PALU, Ttd H. BASO LAMAKARATE Diundangkan di Palu pada tanggal 1 Nopember 2003 SEKRETARIS DAERAH KOTA PALU, Ttd Ir.MAULIDIN LABALO, S.Sos, M.Si PEMBINA UTAMA MUDA NIP. 010 110 453 LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 15 Disalin Sesuai Dengan Aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KOTA PALU Ttd R. NOLLY MUA, SH PEMBINA NIP. 570 006 277 2
PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PRAKTEK TENAGA KESEHATAN DAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN SWASTA. I. PENJELASAN UMUM Bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kwalitas hidup masyarakat yang mendiami Wilayah Daerah Kota Palu dan semua golongan masyarakat adalah perlu adanya pelayanan kesehatan yang baik dan sarana kesehatan yang memadai. Dalam pencapaian pelaksanaan Otonomi daerah sebagaimana Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dapat terlaksana apabila Daerah memiliki masyarakat yang memiliki Tingkat Kesehatan dan Kwalitas Hidup yang baik. Sehubungan dengan hal tersebut diatas bahwa pelayanan kesehatan masyarakat merupakan kewenangan dari Pemerintah Kota Palu yang diserahkan pengaturan dan pembinaannya agar pelayanan kesehatan kepada masyarakat dapat lebih merata dan terjangkau,karena itu Retribusi Izin Praktik Tenaga Kesehatan dan Sarana Kesehatan Swasta perlu diatur dengan Peraturan Daerah Kota Palu II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 S/d Pasal 25 cukup jelas. 3