BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. A. Karakteristik Tanah Lempung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Panjang Mini Kolom T-Shape Terhadap Beban dan Deformasi Pelat Fleksiglass di atas Tanah Lempung Ekspansif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH KARBIT UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH LEMPUNG DESA COT SEUNONG (172G)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

Kata kunci: pelat fleksibel, teknik kolom Eko-SiCC, defleksi, tanah ekpansif

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan konstruksi dengan sifat-sifat yang ada di dalamnya seperti. plastisitas serta kekuatan geser dari tanah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau tanpa

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dari bebatuan yang sudah mengalami pelapukan oleh gaya gaya alam.

BAB III LANDASAN TEORI

STABILISASI TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN ABU-SEKAM DAN KAPUR

STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN PASIR DAN SEMEN UNTUK LAPIS PONDASI JALAN RAYA. Anwar Muda

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tanah merupakan bagian penting dalam suatu konstruksi yang mempunyai fungsi menyangga konstruksi di

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

PENGARUH PENGGUNAAN ABU CANGKANG KELAPA SAWIT GUNA MENINGKATKAN STABILITAS TANAH LEMPUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN KUAT TEKAN BEBAS DAN PERMEABILITAS TANAH LEMPUNG TANON YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR DAN FLY ASH. Tugas Akhir

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Siklus Basah Kering Terhadap Kuat Tekan Bebas Campuran Kapur Karbit Dan Abu Sekam Padi Dengan Dan Tanpa Serat Plastik

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Penambahan Semen, Abu Sekam Padi dan Abu Ampas Tebu pada Tanah Lempung Ekspansif di Bojonegoro terhadap Nilai CBR, Swelling, dan Durabilitas

TINJAUAN PUSTAKA. didukung oleh hasil pengujian laboratorium.

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

PENGARUH CAMPURAN ABU SABUT KELAPA DENGAN TANAH LEMPUNG TERHADAP NILAI CBR TERENDAM (SOAKED) DAN CBR TIDAK TERENDAM (UNSOAKED)

Seminar Nasional : Peran Teknologi di Era Globalisasi ISBN No. :

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN (DENGAN SLAG BAJA DAN FLY ASH) PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo,

Pengaruh Variasi Jarak dan Panjang Kolom Stabilisasi Tanah Ekspansif Di Bojonegoro dengan Metode Deep Soil Mix Tipe Single Square

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sukolilo Surabaya, Telp , ABSTRAK

1 Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung lunak (soft cly) 2 Abu sekam padi diperoleh dari pembakaran sekam padi.

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii. PERNYATAAN... iv. PERSEMBAHAN... v. MOTTO...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PANJANG MINI COLUMN T-SHAPE TERHADAP BEBAN DAN DEFORMASI PELAT FLEKSIGLASS DI ATAS TANAH LEMPUNG EKSPANSIF

TINJAUAN SIFAT PLASTISITAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR ABSTRAKSI

BAB II STUDI PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan infrastruktur di tiap-tiap wilayah semakin meningkat, seiring dengan

PEMANFAATAN KAPUR DAN FLY ASH UNTUK PENINGKATAN NILAI PARAMETER GESER TANAH LEMPUNG DENGAN VARIASAI LAMA PERAWATAN

TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

BAB III DASAR TEORI Semen. Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Stabilisasi Tanah 3.2. Analisis Ukuran Butiran 3.3. Batas-batas Atterberg

Yanuar Eko Widagdo, Yulvi Zaika, Eko Andi Suryo ABSTRAK Kata-kata kunci: Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. mencampurkan semen portland, air, pasir, kerikil, dan untuk kondisi tertentu

PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Untuk Pembuatan Bata Beton Berlobang

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (ABU AMPAS TEBU) UNTUK MEMPERBAIKI KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG SEBAGAI SUBGRADE JALAN (059G)

Brick's Power Dimension Study Using Fly Ash Additive (Fly Ash) Based on SNI. Wenny Dwi Tiara Ayu Syaputri 1) Idharmahadi Adha 2) Setyanto 3)

I. PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada

DAFTAR ISI. Agus Saputra,2014 PENGARUH ABU SEKAM PADI TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LUNAK

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

Semen (Portland) padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. satunya pada konstruksi jalan raya. Stabilitas konstruksi perkerasan secara. baik yang mampu berfungsi sebagai daya dukung.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Irigasi didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanah untuk keperluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUJIAN PARAMETER KUAT GESER TANAH MELALUI PROSES STABILISASI TANAH PASIR MENGGUNAKAN CLEAN SET CEMENT (CS-10)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membangun suatu jalan, tanah dasar merupakan bagian yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN ABU GERGAJI KAYU TERHADAP KEKUATAN DAN PENGEMBANGAN (SWELLING) PADA SUBGRADE DARI TANAH LEMPUNG BERPLASTISITAS TINGGI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia konstruksi, tanah menduduki peran yang sangat vital dalam

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah berbutir halus yang. diambil dari Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro.

Pengaruh Penambahan Kapur Padam Dan Abu Sekam Padi Pada Tanah Lempung Ekspansif Terhadap Nilai Pemadatan

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN DENGAN KOMPOSISI 75% FLY ASH DAN 25% SLAG BAJA PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU SEBAGAI BAHAN CAMPURAN UNTUK MEMPERBAIKI SIFAT FISIK DAN MEKANIS BATA

PENGARUH PEMBESARAN KEPALA KOLOM BENTUK T-SHAPE PADA SISTEM FONDASI JALAN RAYA TERHADAP DEFORMASI AKIBAT PENGEMBANGAN TANAH EKSPANSIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kriteria Agregat Berdasarkan PUBI Construction s Materials Technology

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Karakteristik Tanah Lempung Tanah selalu mempunyai peranan yang sangat penting pada suatu lokasi pekerjaan konstruksi. Kebanyakan problem tanah dalam keteknikan adalah tanah lempung ekspansif yang merupakan tanah kohesif (Hardiyati, 2003). Tanah lempung adalah partikel tanah yang tersusun dari mineral berbentuk serpih berukuran mikroskopis dan semimikroskopis (Nugroho, 2014). Tanah lempung ekspansif ini memiliki sifat kembang susut yang ekstrim, kembang susut tersebut bergantung pada perubahan kadar airnya. Semakin bertambah kadar airnya maka volumenya akan bertambah (mengembang), begitu juga dengan sebaliknya. Tanah lempung lunak mempunyai karakteristik yang khusus diantaranya daya dukung yang rendah, kemampatan yang tinggi, indeks plastisitas yang tinggi, kadar air yang relatif tinggi, dan mempunyai gaya geser yang kecil. Klasifikasi tanah menurut Unified Soil Classification System (USCS), seperti ditunjukan pada Gambar 2.1 Gambar 2.1 Grafik Plastisitas Untuk Klasifikasi Tanah menurut USCS 5

6 Tanah lempung dikelompokkan kedalam tanah butir halus, yaitu tanah dimana lebih dari 50% berat total lolos saringan no. 200. Menurut Bowles (1991) tanah lempung merupakan partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm, partikelnya merupakan sumber utama dari kohesif. Akan tetapi jika dari segi mineralnya yang disebut tanah lempung adalah tanah yang mempunyai sifat-sifat plastis pada tanah tersebut apabila bercampur dengan air (Grim, 1953). Menurut Craig, (1986) sifat plastis adalah kemampuan tanah untuk berdeformasi pada volume tetap tanpa terjadi retakan. Jadi apabila dari segi mineral tanah, meski memiliki ukuran butir yang kecil belum tentu termasuk kedalam tanah lempung. Mineral utama dari tanah lempung adalah Silika Tetrahedron dan Alumina Oktahedron (Holtz dan Kovacs, 1981). Oktahedron adalah struktur dengan satu atom aluminium dilingkupi oleh enam hidroksil yang membentuk bangunan oktahedron (Das, 1994). Gambar 2.2 Mineral-mineral lempung (Das, 1994) B. Stabilisasi Tanah dengan Teknik kolom Salah satu perkuatan tanah lempung atau stabilisasi adalah dengan cara teknik kolom, dengan menambahkan kolom ke dalam tanah lempung ekspansif, yang bertujuan agar dapat menambah daya dukung tanah. Sehingga tanah dapat digunakan sebagai tanah dasar dalam suatu konstruksi. Kolom tersebut bisa terbuat dari campuran kapur-semen, kapur-karbit atau kapur-abu sekam padi, teknik dengan pencampuran ini sudah banyak dilakukan. Biasanya dengan cara menyemprotkan (injection) kapur kering ke dalam tanah sehingga terbentuk

7 kolom-kolom tegak (Rogers dan Glendinning, 1997). Penambahan kolom tunggal kapur-karbit ini dapat meningkatkan kekuatan tanah ekspansif di sekitarnya, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penyebaran kekuatan tanah ekspansif akibat penambahan kapur karbit memiliki pola yang unik (Sulistio, 2002). Kajian tentang penggunaan kolom-kapur atau kolom kapur/semen untuk memperkuat tanah ekspansif telah diteliti oleh Swamy (2002), Tonoz dkk. (2003), Rao dan Thyagaraj (2003), Hewayde dkk (2005) menjelaskan bahwa teknik kolom ini dapat juga dianggap seperti fondasi tiang mini (mini pile) yang berfungsi untuk mengendalikan gaya angkat dan deformasi. Muntohar (2014) melakukan simulasi numerik terhadap penggunanan teknik kolom untuk sistem fondasi perkerasan lentur pada tanah ekspansif. Hasil kajiannya menyebutkan bahwa penggunaan teknik kolom dengan pembesaran di bagian kepala kolom dapat mengurangi deformasi vertikal akibat pengembangan, juga mampu mengurangi arching effect pada sistem tanah yang didukung oleh kolom-kolom atau tiang-tiang. Muntohar dan Rahmadika (2015) melakukan simulasi numerik untuk mengetahui pengaruh dimensi pembesarn kepala kolom terhadap deformasi sistem fondasi perkerasan lentur jalan. Diameter kolom (Dc) yang digunakan adalah 0,15 m dengan panjang 1 m. Diameter kepala kolom (Dch) divariasikan 2Dc, 3Dc, dan 4Dc. Jarak antar kolom ke kolom atau spasi (s) diatur 4Dc, 5Dc, 6Dc dan 8Dc. Penampang badan jalan yang dimodelkan berukuran 15 m panjang dan kedalaman 10 m, dengan struktur perkerasan jalan setebal 0,2 m untuk lapis fondasi dan 0,2 m subbase serta lapis aspal setebal 0,1 m. Lapisan tanah lempung setebal 4,5 m berada di atas lapisan pasir jenuh air setebal 5 m. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum deformasi vertikal tanah akibat tekanan pengembangan berkurang dengan bertambahnya dimensi kepala kolom dan berkurangnya spasi kolom. Perbesaran kepala kolom hingga mencapai 3 kali diameter kolom menghasilkan pengurangan deformasi hingga mencapai 10% jika dibandingkan deformasi tanpa perkuatan kolom. Dengan demikian, semakin besar ukuran kepala kolom cenderung menghasilkan deformasi yang semakin kecil.

8 Muntohar (2009) melakukan uji laboratorium untuk mengatahui kuat tekan dan karakteristik beban-penuruan tanah lunak menggunakan teknik kolom kapur. Kolom kapur dirancang sebagai kolom tunggal dengan diameter 50 mm dan kedalam 200 mm yang dimasukkan dalam kotak uji dengan ukuran 1,2 m x 1,2 m dan tinggi 1 m. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pemasangan kolom kapur meningkatkaan kuat dukung tanah di sekitarnya baik arah radikal maupun vertikal hingga mencpai jarak 3D dari pusat-pusat kolom kapur. Kadar kapur yang digunakan berbanding lurus dengan perkuatan tanah, semakin banyak kadar kapur yang digunakan maka kekuatan tananh cenderung meningkat. Stabilisasi tanah lunak menggunkan teknik kolom kapur ini dapat meningkatkan daya dukung tanah dari 0,23 kn menjadi 5,2 kn. Muntohar dan Agrina (2015) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh kadar air dan umur pada perilaku tanah lempung yang diperkuat dengan kolom SiCC menggunakan pengujian tekan bebas. Pada penelitian ini digunakan 3 jenis benda uji, yaitu benda uji tanah yang dipadatkan, benda uji tanah yang diperkuat kolom SiCC, serta benda uji kolom SiCC. Kolom SiCC dibuat dari mortar SiCC yang merupakan campuran pasir, abu sekam padi, kapur karbit dan air. Kapur karbit dan abu sekam padi berfungsi sebaga bahan ikat. Perbandingan air terhadap bahan ikat (water binder ratio, wbr) sebesar 0,6. Perbandingan antara berat pasir, abu sekam padi dan kapur karbit adalah 2 : 1 : 1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kuat tekan bebas menurun dengan meningkatnya kadar air tanah untuk benda uji tanah yang diperkuat dengan kolom SiCC. Kuat tekan terbesar didapatkan pada benda uji tanah yang diperkuat kolom SiCC dengan kadar air 30,5% pada umur 28 hari yaitu sebesar 282 kpa. Untuk pengujian benda uji kolom SiCC, didapatkan kontribusi terbesar adalah pada keadaan tanah dengan kadar air basah optimum yaitu sebesar 47%. Kekuatan tekan bebas meningkat seiring dengan bertambahnya umur benda uji semua kadar air pada tanah. Kekakuan tanah meningkat seiring dengan bertambahnya umur karena dibuktikan dari nilai E 50 yang semakin tinggi.

9 C. Kapur Limbah Karbit dan Abu Sekam Padi 1. Kapur Limbah Karbit Limbah karbit adalah pembuangan sisa-sisa dari proses penyambungan logam dengan logam (pengelasan) yang menggunakan gas karbit (gas aseteline = C 2 H 2 ) sebagai bahan bakar (Agrina, 2016). Gas ini digunakan di seluruh dunia untuk penerangan, pengelasan, pemotongan besi. Kalsium Oksida (CaO) merupakan senyawa yang mendominasi dalam komposisi kimia limbah karbit, senyawa CaO ini yang dapat bereaksi dengan tanah lempung secara kimiawi karena dapat menghasilkan ion kalsium yang tinggi untuk mengikat dan mengurangi tarian terhadap air yang ada di dalam tanah lempung. Tabel 2.1 Kandungan limbah karbit (Makarat, 2010) Komposisi kimia Kandungan % SiO 2 4.3 Fe 2 O 3 0.9 Al 2 O 3 0.4 CaO 56.5 MgO 1.7 SO 3 0.06 LOl 36.1 2. Abu Sekam Padi Abu sekam padi adalah salah satu bahan untuk stabilisator tanah, bahan ini adalah produk sampingan dari pertanian, abu sekam merupakan material yang banyak mengandung silika dan material pozzolan karena mengandung unsur kapur bebas yang dapat mengeras dengan sendirinya, disamping mengandung unsur aluminium dioksides yang keduanya merupakan unsur-unsur yang mudah bereaksi dengan kapur. Pozzolan ini mempunyai sifat mengikat seperti semen, karena bahan utama dari pozzolan adalah bahan yang mengandung secara sendiri, tidak atau sedikit silika atau alumino silika. Karena bentuknya yang halus dan

10 bercampur dengan air, maka senyawa ini akan bereaksi secara kimiawi dengan unsur-unsur yang ada di dalam tanah dengan temperatur ruang tertentu, sehingga membantu terbentuknya sifat seperti semen (SNI 06-6867-2002). Pada pembakaran sekam menjadi abu sekam padi akan terjadi kehilangan banyak zat-zat organik, dan menghasilkan banyak sisa silika. Silika termasuk unsur yang paling dominan dan menguntungkan dari abu sekam padi. Silika yang terkadung dalam abu sekam padi mencapai 93% (Swamy, 1986). Pengaruh panas terhadap silika dalam sekam dapat menghasilkan perubahan struktural terhadap aktifitas pozzolan dan kehalusan butirnya. Menurut Swamy (1986) temperatur pembakaran untuk kulit gabah adalah sekitar 350 o C dan kehilangan berat terjadi pada suhu 500 o C. Pada temperatur yang lebih tinggi pembakaran padi menghasilkan abu sekam padi yang lebih cerah. Komposisi kimia abu sekam padi dapat dilihat pada Tabel 2.2. berikut. Tabel 2.2 Kandungan kimia abu sekam padi (Joel dalam Agrina, 2015) Senyawa Kimia Presentase (%) SiO 2 1,54 Al 2 O 3 0,50 Fe 2 O 3 0,03 TiO 0,32 MnO 0,05 MgO 1.26 CaO 67,08 Na2O 0,02 K2O 0,05 LOI 26,85 LOI (Loss on Ignition) adalah berat yang hilang (dalam %) dari sampel pada waktu dipijarkan pada suhu dan waktu tertentu D. Modulus Reaksi Tanah Dasar (Subgrade) Modulus reaksi tanah didefinisikan sebagai perbandingan antara tekanan (q) pada suatu pelat kaku terhadap lendutan, seperti yang dinyatakan dalam persamaan 2.1.

Tekanan, P (N/mm 2 ) 11 (2.1) Dengan: = modulus reaksi tanah dasar (N/mm 3 ) = lendutan (mm) Q/A = tekanan pada pelat (N/mm 2 )\ Q = beban titik (N) A = luas pelat beban (mm 2 ) Berdasarkan ASTM D1196 modulus reaksi tanah dasar didefinisikan sebagai perbandingan antara tekanan (q) terhadap penurunan dengan syarat penurunan yang ditentukana adalah sebesar 1,25 mm (0,05 inc), seperti yang dijalaskan pada Gambar 2.3. K = P/ = 1,25 mm (0,05 inc) Penurunan, (mm) Gambar 2.3 Grafik hubungan tekanan dan penurunan ASTM D1196