BAB 1 PENDAHULUAN. ILO menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata orang meninggal, setara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), APEC( Asia Pacific Economic

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

BAB 1 : PENDAHULUAN. pertumbuhan industry dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kerja yang meliputi pencegahan dan pengobatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang cukup lama. Dalam perkembangan pasar dunia bebas, Keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. biasanya kecelakaan menyebabkan kerugian material dan penderitaan dari yang

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia, alih fungsi lahan pertanian merupakan masalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB I PENDAHULUAN. maupun ekspor, yang berada di arus lalu lintas selat sunda dan sangat aktif dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bersangkutan.secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang. yang dapat mengakibatkan kecelakaan(simanjuntak,2000).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin,

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada daya kerja. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) DAN SUMBER DAYA MANUSIA DI PELABUHAN

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Industri Konstruksi Di Kalimantan Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB I PENDAHULUAN. seperti faktor modal, alam, dan tenaga kerja. Ketiga faktor tersebut merupakan hal yang

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN [LN 2008/64, TLN 4846]

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat

TESIS Endy Prihandono NRP

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

ANALISIS RISIKO KEGIATAN OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETIKEMAS DI DERMAGA NILAM TIMUR MULTIPURPOSE PELABUHAN CABANG TANJUNG PERAK SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam

Gambar 1.1 Terminal Peti Kemas (Steenken, 2004)

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG GANTI KERUGIAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN

Pesawat Polonia

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organisasi) dan. GATT (General Agremeent on Tariffs and Trade) yang akan berlaku tahun

BAB II STUDI PUSTAKA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. adalah Undang-Undang Keselamatan Kerja (UUKK) No. 1 tahun Undangundang

PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Penelitian

MEMPELAJARI PERAWATAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROSES BONGKAR MUAT PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA TANJUNG PRIOK

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PETUGAS PENANGANAN SAMPAH DI RUMAH SAKIT KOTA PALU

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penelitian menitik beratkan pada pemeliharaan kondisi fisik. menjadi karyawan pada perusahaan yang bersangkutan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan industri yang. membawa dampak terhadap keadaan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Asean Free Trade Area (AFTA). Kegiatan industri migas mulai produksi, pengolahan

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan Industri di Jawa Tengah telah meningkatkan nilai ekspor pada

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi dan globalisasi harus didukung dengan peralatan dan teknologi

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar.

R121. Rekomendasi Jaminan Kecelakaan Kerja, 1964 (No. 121)

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecelakaan dan sakit di tempat kerja membunuh dan memakan lebih banyak korban jika dibandingkan dengan perang dunia. Riset yang dilakukan badan dunia ILO menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata 6.000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik, atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Jumlah pria yang meninggal dua kali lebih banyak ketimbang wanita, karena mereka lebih mungkin melakukan pekerjaan berbahaya. Secara keseluruhan, kecelakaan di tempat kerja telah menewaskan 350.000 orang. Sisanya meninggal karena sakit yang diderita dalam pekerjaan seperti membongkar zat kimia beracun (ILO, 2003) dalam Suardi, (2005). Kecelakaan kerja tidak harus dilihat sebagai takdir, karena kecelakaan itu tidaklah terjadi begitu saja. Kecelakaan pasti ada penyebabnya. Kelalaian perusahaan yang semata-mata memusatkan diri pada keuntungan, dan kegagalan pemerintah untuk meratifikasi konvensi keselamatan internasional atau melakukan pemeriksaan buruh, merupakan dua penyebab besar kematian terhadap pekerja. Negara kaya sering mengekspor pekerjaan berbahaya ke negara miskin dengan upah buruh yang lebih murah dan standar keselamatan pekerja yang lebih rendah. Selain itu, di negaranegara berkembang seperti Indonesia, undang-undang keselamatan kerja yang berlaku tidak secara otomatis meningkatkan kondisi di tempat kerja, di samping

hukuman yang ringan bagi yang melanggar aturan. Padahal meningkatkan standar keselamatan kerja yang lebih baik akan menghasilkan keuangan yang baik. Pengeluaran biaya akibat kecelakaan dan sakit yang berkaitan dengan kerja merugikan ekonomi dunia lebih dari seribu miliar dolar (850 miliar euro) di seluruh dunia, atau 20 kali jumlah bantuan umum yang diberikan pada dunia berkembang. Di AS saja, kecelakaan kerja merugikan pekerja puluhan miliar dolar karena meningkatnya premi asuransi, kompensasi dan menggaji staf pengganti (Suardi, 2005). Angka keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum ternyata masih rendah. Berdasarkan data organisasi buruh internasional di bawah PBB (ILO), Indonesia menduduki peringkat ke-26 dari 27 negara (Suardi, 2005). Setiap tahun di seluruh dunia, terjadi jutaan kecelakan dari yang terenteng sampai kepada yang terberat. Kerugian-kerugian bukan main hebatnya. Dewasa ini, Jepang dan Amerika Serikat melaporkan lebih dari 2 juta kecelakaan akibat pekerjaan setiap tahunnya, sedangkan Perancis, Republik Federasi Jerman dan Italia melaporkan lebih dari sejuta kecelakaan setahunnya. Diduga bahwa terjadi lebih dari 15 juta kecelakaan di seluruh dunia setiap tahunnya. Bahaya setiap kecelakaan akibat kerja termasuk upah selama tak mampu kerja di Amerika Serikat adalah sekitar $ 1.800. Seluruh biaya kompensasi dan pengobatan kecelakaan di Negara itu adalah sebesar $ 665 juta ($ 535 juta untuk kompensasi dan $ 130 juta untuk biaya perawatan) untuk 1.950.000 kecelakaan dengan kehilangan hari kerja. Maka dari itu, biaya langsung setiap kecelakaan adalah $ 340, dan biaya tersembunyi

adalah $ 1.360,00 yaitu 4 kali biaya langsung. Jumlah seluruhnya adalah $ 1.828,00 per satu kecelakaan sebagaimana di bulatkan kira-kira $ 1.800,00. Angka-angka Indonesia mungkin relatif rendah, tetapi tidak berarti keadaan lebih baik, melainkan pelaporan masih perlu ditingkatkan (Suma mur, 1987). Dari penyelidikan-penyelidikan, ternyata faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan sangat penting. Selalu ditemui dari hasil-hasil penelitian, bahwa 80-85 % kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat, bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia. Kesalahan tersebut mungkin saja dibuat oleh perencana pabrik, oleh kontraktor yang membangunnya, pembuat mesin-mesin, pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli listrik, pimpinan kelompok, pelaksana atau petugas yang melakukan pemeliharaan mesin dan peralatan (Suma mur, 1997). Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia, memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Oleh karena itu peranan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kamampuan, keselamatan, maupun kesehatan kerja. Risiko bahaya yang di hadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, akibat kombinasi dari berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja (Suma mur, 1996). Belawan merupakan salah satu pelabuhan di Indonesia yang memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan arus barang baik itu impor maupun ekspor di wilayah pantai timur Indonesia yang berada di arus lalu lintas Selat Malaka yang sangat aktif dalam perdagangan internasional. Belawan juga merupakan pelabuhan

internasional yang merupakan pelabuhan utama sekunder yang berfungsi melayani kegiatan dan alih muat angkutan laut nasional dan internasional dalam jumlah besar dan jangkauan pelayanan yang luas serta merupakan simpul dalam jaringan transportasi laut internasional. Kondisi lingkungan kerja di pelabuhan laut Belawan adalah berbahaya, mengingat betapa besarnya kapal yang berlabuh di pinggiaran laut, kedalaman laut di pelabuhan lama dan ujung baru sekitar 8 meter, pelabuhan gabion 12 meter, pada saat pasang naik kedalaman akan bertambah sekitar 2-3 meter. Pada saat bongkar muat kapal bergerak kekanan dan kekiri atau kedepan atau kebelakang meskipun sudah dipasang tali tambang ke kade, hal ini terjadi karena pengurangan atau penambahan barang dan juga karena alur air yang bergelombang. Kecelakaan bisa terjadi apabila tenaga kerja kurang hati-hati dalam melakukan pekerjaan. Pekerjaan bongkar muat di Pelabuhan Belawan merupakan pekerjaan yang mengandalkan fisik pekerja, dan dalam kondisi situasi lingkungan pekerjaan yang dapat mengakibatkan kecelakaan ataupun gangguan kesehatan pekerja. Kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Belawan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan adalah pada saat kapal berada di dermaga atau sandar. Bahaya kecelakaan yang bisa terjadi adalah kapal menabrak dermaga, petugas pandu terpeleset dan terjatuh saat turun ke darat, haluan kapal menabrak container crane. Pekerja tenaga kerja bongkar muat naik ke kapal (bekerja di atas kapal), pekerja bisa terpeleset, tersandung, kejatuhan benda di deck kapal. Pada saat bongkar muat di dermaga risiko kecelakaan yang bisa terjadi adalah pekerja terjatuh dari ketinggian sewaktu berada di

atas peti kemas, pekerja tertimpa petikemas, pekerja terkena peti kemas, komponen kapal ditabrak spreader (pengangkat peti kemas), container crane roboh, container crane tertabrak trado, pencemaran udara (gas buang dari knalpot trado, engine container crane dan kapal. Bongkar muat pada saat di lapangan penumpukan (container yard), pekerja bisa tertimpa peti kemas, tertabrak trado, forklit, tertimbun barang dalam karung. Pada pengoperasian container crane, bisa terjatuh, tertimpa, terkena peti kemas. Pada saat perawatan dan perbaikan pekerja bisa jatuh dari ketinggian, terpeleset, terjepit, tersengat listrik, kejatuhan benda dan kena limbah oli bekas. Tenaga kerja bisa terjepit sewaktu memasang sling ke gancu, terjepit rip yang tiba-tiba menegang, terjepit sewaktu memasang sepatu container di kapal dan terkena spreader yang goyang. Proses bongkar muat dalam 1 kapal dilakukan oleh 2-3 regu, 1 regu diatas kapal (deck), 1 regu lagi di dermaga, dan masing-masing regu terdiri dari 12 orang. Dalam sehari kapal yang sandar di dermaga 4-5 kapal, jumlah regu ada 40 regu (sebanyak 480 orang). Proses bongkar muat berlangsung ketika membawa barang dari palka (ruang-ruang dalam kapal) dan membawa barang dari kapal ke dermaga (steverdoring). Tenaga kerja membawa barang dari palka kapal maupun sebaliknya secara manual ke geladak kapal, menyusun barang kedalam jala-jala barang, kemudian dengan menggunakan container crane diangkut dan disusun oleh tanaga kerja kedalam truk. Jenis barang yang diangkat semen in bags, pupuk in bags, inti sawit in bags, dan lain-lain. Proses mengangkut pupuk curah, pupuk yang belum

dikemas kedalam kantong, menggunakan grek (sendok) dari kapal ke dalam truk dan sebaliknya. Proses bongkar muat yang dilakukan di Pelabuhan Belawan memiliki koridor yang telah ditentukan melalui peraturan-peraturan yang mengikat antara Perusahaan Bongkar Muat dengan Tenaga Kerja Bongkar Muat serta Penyedia Jasa Bongkar Muat. Adapun ketentuan pelaksanaan bongkar muat, antara lain : 1. Peraturan Pemerintah No.61 Tahun 1954. 2. Peraturan Pemerintah No.5 Tahun 1964. 3. Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 1969. 4. INPRES No.4 Tahun 1985 tentang kebijakan pelaksanaan kelancaran arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Perhubungan No.88/AL 305/Phb.85 dan KM No13, 1989. 5. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2002 (Gunawan, 2007). Hasil survei pendahuluan yang dilakukan penulis di Pelabuhan Belawan didapati bahwa jumlah Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Sektor II Ujung Baru sebanyak 480 pekerja, berpotensi mengalami bahaya antara lain : terjatuh, tertimpa benda, tertumbuk atau terkena benda-benda, terjepit oleh benda, terpeleset saat musim hujan, gerakan-gerakan melebihi kemampuan, kontak bahan-bahan berbahaya dari semen dan pupuk curah. Potensi bahaya dapat berasal dari alat angkut, peralatan mesin dan lingkungan kerja. Kecelakaan dapat terjadi karena kesalahan tenaga kerja karena pengetahuan tentang lingkungan kurang, pendidikan yang rendah, tingkat kecakapan rendah, tidak mampu memahami prosedur kerja, ketrampilan

kurang karena kurang latihan, motivasi kurang karena gaji rendah, perbuatan salah karena kondisi bahaya misalnya secara fisik tidak memakai alat pengaman, mesin yang tidak ada pelindungnya. Kecelakaan akibat kerja pada tenaga kerja bongkar muat pelabuhan Belawan dapat dilihat dari data berita acara kecelakaan kerja pada Unit Usaha Jasa Bongkar Muat (UUJBM) pelabuhan Belawan tahun 2010. Pada tahun 2010 terdapat 50 kasus kecelakaan akibat kerja, yang terbagi dalam kecelakaan pada waktu melakukan pekerjaan dan dalam perjalanan menuju/pulang tempat kerja. Kecelakaan yang dialami sewaktu melakukan pekerjaan yang memerlukan perawatan dengan bantuan pihak luar/tingkat tiga sebanyak 29 kasus kecelakaan. Kecelakaan yang mengakibatkan cacat sebanyak dua kasus dan 19 kecelakaan dalam perjalanan menuju/pulang dari tempat kerja. Kegiatan bongkar muat mempunyai risiko untuk terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang bersumber dari faktor predisposisi yakni pengetahuan, sikap, kepercayaan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan. Faktor pendukung yaitu alat pelindung diri yang disediakan oleh Primkop Upaya Karya. Tingkat kecelakaan kerja dibagi dalam lima bagian yaitu : 1. Tingkat 1 dengan kriteria Insignificant/tidak signifikan, tidak ada cidera. 2. Tingkat 2 dengan kriteria Minor/Minor, memerlukan perawatan medis P3K, on site release langsung dapat ditangani. 3. Tingkat 3 dengan kriteria Moderate/sedang, memerlukan perawatan medis, on site Release dapat ditangani dengan bantuan pihak luar.

4. Tingkat 4 dengan kriteria Major/Mayor, cidera yang mengakibatkan cacat/hilang fungsi tubuh secara total, off site release tanpa efek merusak. 5. Tingkat 5 dengan kriteria Catastrophic/bencana, menyebabkan kematian, off site release bahan toksik dan efeknya merusak (Prihandono, 2010). Tingkat kecelakaan pada tenaga kerja bongkar muat di Sektor II Ujung Baru adalah tingkat tiga dan tingkat empat. Berdasarkan fenomena tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh faktor predisposisi dan faktor pendukung terhadap pencegahan kecelakaan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Primkop Upaya Karya Sektor II Ujung Baru pelabuhan Belawan. 1.2. Permasalahan Apakah faktor predisposisi dan faktor pendukung berpengaruh terhadap pencegahan kecelakaan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Primkop Upaya Karya Sektor II Ujung Baru pelabuhan Belawan. 1.3. Tujuan Penelitian Untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi dan faktor pendukung terhadap pencegahan kecelakaan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Primkop Upaya Karya Sektor II Ujung Baru pelabuhan Belawan. 1.4. Hipotesis Ada pengaruh faktor predisposisi dan faktor pendukung terhadap pencegahan

kecelakaan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Primkop Upaya Karya Sektor II Ujung Baru pelabuhan Belawan. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Diharapkan tenaga kerja bongkar muat dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja dengan perilaku sehat dan memakai alat pelindung diri setiap melakukan pekerjaan. 1.5.2. Secara teoritis, dapat menambah khasanah keilmuan Kesehatan Masyarakat K3 dan dapat sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya. 1.5.3. Bagi manajemen Primkop Upaya Karya pelabuhan Belawan sebagai bahan masukan dalam upaya melaksanakan peraturan perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan menyediakan alat pelindung diri yang cukup dan lengkap (helm, sarung tangan, masker, sepatu kerja, baju kerja).