MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI TENTANG

M E M U T U S K A N :

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 040 TAHUN 2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 040 TAHUN 2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 028 TAHUN 2006 TENTANG

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERT ENERGI DAN SUMBER DAYA UINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERT ENERGI DAN SUMBER DAYA UINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 44 Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (LN Tahun 1960 Nomor 133, TLN Nomor 2070); 2.

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1187 K/30/MEM/2002 TENTANG

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 1693 K/34/MEM/2001 TANGGAL 22 JUNI 2001 TENTANG PELAKSANAAN PABRIKASI PELUMAS DAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Panas Bumi. Survei. Penugasan. Pedoman.

TENTANG STANDARDISASI KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KHUSUS BIDANG GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran

PP 42/2002, BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI

bahwa untuk memberikan kepastian hukum terhadap

MENTERl ENERG! DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30TAHUN2017

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 267/PMK.011/2014

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Pre

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 2052 K/40/MEM/2001 TENTANG STANDARDISASI KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2002 TENTANG BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI

bahwa dalam rangka menjaga tingkat produksi minyak dan gas bumi serta memberikan kepastian dalam pelaksanaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJA SAMA KONTRAK, BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BERSAMA SUMBER DAYA ALAM MINYAK DAN GAS BUMI DI ACEH

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0044 TAHUN 2005.

MENTERI ENEREI BAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLlK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BERSAMA SUMBER DAYA ALAM MINYAK DAN GAS BUMI DI ACEH

2017, No (fee) kepada penjual minyak dan/atau gas bumi bagian negara yang dibebankan pada bagian negara dari penerimaan hasil penjualan minyak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114/PMK.02/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 001 TAHUN 2006 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 177 / PMK.011 / 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PER - 71/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI

2017, No perjanjian kontrak kerja sama bagi hasil minyak dan gas bumi antara satuan kerja khusus pelaksana kegiatan usaha hulu minyak dan gas

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kal

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA NOMOR :... TENTANG DIVESTASI SAHAM

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 05/P/BPH Migas/III/2005 TENTANG

MENTERl ENERGi DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBUK INDONESIA. PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR48 TAHUN 2017

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI DAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 1101 K/702/M.PE/1991 DAN 436/KPTS-II/1991 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI ESDM NO. 040/2006

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 195/PMK.02/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak

2014, No Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman.

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1273 K/30/MEM/2002 TENTANG KOMISI AKREDITASI KOMPETENSI KETENAGALISTRIKAN

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkand

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

*40950 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 35 TAHUN 2004 (35/2004) TENTANG KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PANAS BUMI UNTUK PEMANFAATAN TIDAK LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.02/2016 TENTANG

PERATURAW MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 005 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENUGASAN SURVEI PENDAHULLJAN PANAS BUM1

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 437 K/30/MEM/2003 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN, PEMERIKSAAN, DAN PENYELESAIAN BANDING MEREK

: 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 037 TAHUN 2006 TENTANG

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

257/PMK.011/2011 TATA CARA PEMOTONGAN DAN PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN LAIN KONTRAK

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 56/PMK.02/2006 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142/PMK.02/2013 TENTANG

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi (L

PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK BUM1 PADA SUMUR TUA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1094 K/30/MEM/2003 TENTANG STANDAR LATIH KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 78/PMK.011/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 226/PMK.07/2008 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM TAHUN ANGGARAN 2008

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 815 K/30/MEM/2003 TENTANG

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

BUPATI BANDUNG BARAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 78/PMK.011/2013 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN, PEMERIKSAAN, DAN PENYELESAIAN BANDING MEREK

1 of 11 7/26/17, 12:19 AM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN ENERGI BAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 135/PMK.06/2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian ESDM. Alokasi. Pemanfaatan. Gas Bumi.

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 512 /KMK.06/2002 TENTANG PEMERIKSAAN LANGSUNG DANA PENSIUN

Transkripsi:

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 1906 K/30/MEM/2001 TENTANG TATACARA PENETAPAN WILAYAH KUASA PERTAMBANGAN DAN WILAYAH KERJA MINYAK DAN GAS BUMI MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan iklim investasi yang kondusif perlu dilakukan penataan dan pengaturan kebijakan mengenai pemberian dan penawaran wilayah untuk kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dianggap perlu untuk menetapkan Tatacara Penetapan Wilayah Kuasa Pertambangan dan Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi dalam suatu Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 44 Prp. Tahun 1960 (LN Tahun 1960 Nomor 133, TLN Nomor 2070); 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 (LN Tahun 1971, Nomor 76, TLN Nomor 2971) sebagaimana telah diubah dengan Undang?undang Nomor 10 Tahun 1974 (LN Tahun 1974 Nomor 64, TLN Nomor 3045); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1969 (LN Tahun 1969 nomor 52, TLN Nomor 2910); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1994 (LN Tahun 1994 Nomor 64, TLN Nomor 3571); 5. Keputusan Presiden Nomor 234/M Tahun 2000 tanggal 23 Agustus 2000; 6. Keputusan Menteri Energi dan Surnber Daya Mineral Nornor 150 Tahun 2001 tanggal 2. Maret 2001; MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG TATACARA PENETAPAN WILAYAH KUASA PERTAMBANGAN DAN WILAYAH KERJA MINYAK DAN GAS BUMI. BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia adalah seluruh wilayah daratan, perairan, dan landas kontinen Indonesia. 2. Wilayah terbuka adalah Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia yang belum ditetapkan sebagai Wilayah Kuasa Pertambangan atau Wilayah Kerja. 3. Wilayah Kuasa Pertambangan adalah wilayah tertentu yang diberikan kepada Pertamina untuk melaksanakan kegiatan Eksplorasi dan atau Eksploitasi. 4. Wilayah Kerja adalah wilayah tertentu yang di berikan kepada Kontraktor untuk melaksanakan kegiatan Eksplorasi dan atau Eksploitasi. 5. Eksplorasi adalah usaha pertambangan yang dilakukan untuk mengetahui dan menemukan adanya cadangan minyak dan gas bumi melalui studi-studi dan penyelidikan. 6. Eksploitasi adalah usaha pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan minyak dari gas bumi dari cadangan yang ada. 7. Kontrak Bagi Hasil adalah bentuk kerjasama antara Pertamina dan kontraktor untuk melaksanakan usaha Eksplorasi dan Eksploitasi minyak dan gas bumi berdasarkan prinsip pembagian hasil produksi. 8. Data adalah semua fakta, petunjuk, indikasi, dan informasi baik dalam bentuk tulisan (karakter) angka (digital), gambar (analog), media magnetik, dokumen, perconto batuan, fluida, dan bentuk lain yang didapat dari hasil penyelidikan Eksplorasi dan Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi. 9. Akses Data adalah kegiatan yang dapat meliputi melihat dan atau mengambil Data dari suatu sistem pengelolaan Data secara elektronik dan atau cara lain yang lazim berlaku. 10. Dokumen Tender adalah dokumen resmi untuk keperluan tender penawaran Wilayah kerja yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal. 11. Dokumen Penawaran adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh calon Kontraktor untuk mengikuti tender penawaran Wilayah Kerja sesuai persyaratan yang ditetapkan dalarn Dokumen Tender. 12. Pertamina adalah Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara yang dibentuk dan didirikan berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971. 13. Badan Usaha adalah setiap badan hukum yang menjalankan jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus yang didirikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan bekerja, berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia. 14. Bentuk Usaha Tetap adalah Badan Usaha yang didirikan dan berbadan hukum di luar wilayah Negara Republik Indonesia dan melakukan kegiatan di wilayah Negara Republik Indonesia. 15. Kontraktor adalah Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap yang melakukan Eksplorasi dan atau eksploitasi pada suatu Wilayah Kerja berdasarkan Kontrak Bagi Hasil dengan Pertamina. 16. Menteri adalah Menteri yang bidang tugas dan tanggung jawabnya meliputi kegiatan usaha Minyak dan Gas bumi. 17. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang bidang tugas dan tanggung jawabnya meliputi kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi. 18. Departemen adalah Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

19. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Pasal 2 Presiden atas usul Menteri menetapkan Wilayah Terbuka sebagai Wilayah Kuasa Pertambangan atau Wilayah Kerja. BAB II PENETAPAN WILAYAH KUASA PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI Pasal 3 (1) Untuk mendapatkan Wilayah Kuasa Pertambangan pada Wilayah Terbuka, Pertamina wajib mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dilengkapi dengan rencana kerja dan dokumen teknis pendukungnya. Pasal 4 (1) Berdasarkan penilaian atas dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Menteri dapat menolak atau memberikan persetujuan prinsip kepada Pertamina. (2) Dalam hal Menteri memberikan persetujuan prinsip, Pertamina wajib mengajukan permohonan persetujuan kepada Dewan Komisaris Pemerintah untuk Pertamina. (3) Dalam hal Pertamina mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris pemerintah untuk Pertamina, Menteri memberikan wilayah tersebut sebagai Wilayah Kuasa Pertambangan setelah mendapat penetapan Presiden. Pasal 5 Wilayah Kuasa Pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) adalah untuk operasi sendiri. BAB III PENYIAPAN DAN PENAWARAN WILAYAH KERJA Pasal 6 (1) Direktorat Jenderal melakukan perencanaan dan penyiapan Wilayah Kerja dari Wilayah Terbuka. (2) Untuk menyiapkan Wilayah Kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Direktorat Jenderal mengkaji dan mengolah Data yang diperlukan. (3) Untuk membantu pelaksanaan perencanaan dan penyiapan Wilayah Kerja, pengakajian dan pengolahan Data sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), Direktur Jenderal dapat menunjuk pihak lain yang memiliki kemampuan dan keahlian.

Pasal 7 Direktur Jenderal atas nama Menteri menentukan Wilayah Kerja yang akan ditawarkan kepada calon investor. Pasal 8 (1) Direktorat Jenderal menawarkan Wilayah Kerja melalui tender. (2) Untuk melaksanakan tender Wilayah Kerja, Menteri membentuk Tim Tender Wilayah Kerja (Tim Tender) yang keanggotaannya terdiri wakil-wakil dari Departemen, Pertamina dan unit terkait lainnya. (3) Untuk melaksanakan penawaran tender Wilayah Kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Direktorat Jenderal menyiapkan dan menerbitkan Dokumen Tender. (4) Dokumen Tender sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) memuat antara lain: a. Tata waktu tender. b. Informasi geologi Wilayah Kerja. c. Akses Data. d. Konsep Kontrak Bagi Hasil. e. Persyaratan minimal yang harus dipenuhi calon investor dengan menyerahkan rencana kerja dan anggaran, laporan keuangan untuk 3 (tiga) tahun terakhir, dan dokumen teknis yang mendukung rencana kerja. Pasal 9 Konsep kontrak bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (4) huruf d disiapkan oleh Tim Tender. Pasal 10 Dalam rangka menarik calon investor, Direktorat Jenderal melaksanakan : a. Pengumuman Wilayah Kerja yang ditawarkan melalui media cetak, media elektronik, dan media lainnya ; b. Promosi Wilayah Kerja dalam forum-forum perminyakan baik nasional maupun internasional. BAB IV PENILAIAN DAN PENETAPAN PEMENANG TENDER Pasal 11 (1) Calon investor yang berminat mengikuti tender Wilayah Kerja wajib memasukan Dokumen Penawaran yang telah dilengkapi sesuai persyaratan dalam dokumen tender sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (4). (2) Dokumen Penawaran yang diserahkan peserta tender menjadi dokumen milik negara yang bersifat rahasia yang hanya dapat dibuka kepada pihak lain untuk keperluan yang dapat dibenarkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 12 (1) Pembukaan dan pemeriksaan administrasi Dokumen Penawaran dilakukan oleh Tim Tender yang disaksikan oleh sekurang-kurangnya 5 (lima) anggota. (2) Hasil pemeriksaan kelengkapan administrasi Dokumen Penawaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dibuat berita acara dan ditandatangani oleh Tim Tender yang memeriksa dan menyaksikan. Pasal 13 Tim Tender melaksanakan penilaian akhir yang akan digunakan pemenang tender Wilayah Kerja didasarkan atas criteria penawaran yang menguntung bagi negara meliputi: a. rencana kerja Eksplorasi; b. kemampuan finansial; c. kinerja perusahaan. Pasal 14 (1) Berdasarkan penilaian akhir Tim Tender, Direktur Jenderal menetapkan pemenang tender. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya pemberitahuan mengenai pemenang tender, pemenang tender wajib menyampaikan surat kesanggupan termasuk persetujuan terhadap persyaratan kontrak bagi hasil Direktur Jenderal. (3) Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja pemenang tender tidak menyampaikan surat kesanggupan atau mengundurkan diri, Direktur Jenderal menunjukan pemenang tender urutan berikutnya. (4) Apabila tidak terdapat pemenang tender urutan berikutnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (3); Wilayah Kerja dapat ditenderkan kembali. Pasal 15 (1) Keputusan Direktur Jenderal mengenai penetapan pemenang tender Wilayah Kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (1) tidak dapat diganggu gugat. (2) Pemenang tender sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (1) ditetapkan sebagai Kontraktor pada Wilayah Kerja dimaksud setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Presiden. BAB V PERSETUJUAN KONTRAK BAGI HASIL Pasal 16 (1) Direktur Jenderal atas nama Menteri memberitahukan secara tertulis kepada Pertamina mengenai pemenang tender dengan disertai konsep Kontrak Bagi Hasil. (2) Pertamina dan pemenang tender melakukan inisiasi atas konsep Kontrak Bagi Hasil. (3) Pertamina menyampaikan konsep Kontrak Bagi Hasil yang telah diinisiasi kepada Ketua

Dewan Komisaris Pemerintah untuk Pertamina untuk mendapat persetujuan, dan pada Menteri untuk mendapatkan persetujuan dari Presiden. Pasal 17 (1) Menteri menyampaikan konsep Kontrak Bagi Hasil kepada Presiden untuk mendapatkan persetujuan. (2) Atas persetujuan Presiden sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pertamina, Kontraktor, dan Menteri atas Nama Pemerintah menandatangani Kontrak Bagi Hasil. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 18 Penyiapan dan penawaran Wilayah Kerja yang telah dilaksanakan Direktorat Jenderal sebelum ditetapkannya Keputusan Menteri ini dinyatakan tetap berlaku berdasarkan Keputusan Menteri ini. Pasal 19 Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 20 Juli 2001 Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro