BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bola voli di Indonesia merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak digemari masyarakat, karena dapat dilakukan oleh anak-anak hingga orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan, serta dapat dimainkan di lapangan terbuka atau lapangan tertutup. Selanjutnya olahraga bola voli tumbuh dan berkembang ke seluruh penjuru dunia sampai Indonesia. Fakta membuktikan bahwa saat ini bola voli menduduki peringkat kedua pada deretan olahraga-olahraga paling digemari, setelah sepak bola. Tak heran bila permainan yang terutama menggunakan tangan ini dimainkan hampir semua kalangan dari masyarakat pedesaan sampai perkotaan. Menyikapi perkembangan permainan bola voli dari masa ke masa semakin meningkat dikarenakan permainan bola voli memliki tujuan yang relatif beragam, selain untuk meningkatkan kebugaran jasmani bagi para pelakunya, permainan bola voli memiliki tujuan sebagai olahraga rekreasi, olahraga pendidikan dan olahraga bola voli dapat menjadi olahraga prestasi. Bola voli sebagai olahraga prestasi mendapat perhatian yang relatif besar dari masyarakat yang ditunjukkan dengan dukungan dan pembinaan melalui berbagai wadah yang salah satunya adalah klub-klub bola voli. Wadah pembinaan olahraga permainan bola voli yang bermunculan di daerah-daerah merupakan wujud kepedulian masyarakat terhadap perkembangan bola voli dan upaya pencapaian terhadap prestasi yang setinggitingginya. Seiring dengan pesatnya perkembangan olahraga bola voli di dunia dan di Indonesia, maka yang perlu diperhatikan oleh pelatih dan pembina olahraga bola voli dalam meningkatkan prestasi atlet secara maksimal adalah memberdayakan kemampuan fisik, kemampuan teknik, taktik dan psikis atau mental. Tentang hal tersebut Harsono (1988: 100) mengatakan bahwa: Untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin, ada empat aspek yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu latihan 1
2 fisik, teknik, taktik, dan mental. Maka, untuk dapat bermain bola voli dengan baik, seorang pemain harus berlatih secara teratur, terencana dan harus memperhatikan empat aspek latihan yang harus dikembangkan dan ditingkatkan dalam kualitasnya, yaitu aspek fisik, teknik, taktik dan mental. Keadaan ini tentu saja tidak terlepas dari banyaknya faktor kendala yang harus ditelusuri secara cermat dan menyentuh aspek-aspek keilmuan. Peranan IPTEK dan sistem berlatih yang terus-menerus berkembang serta penggunaan fasilitas yang modern akan berpengaruh terhadap pencapaian prestasi maksimal. Berkenaan dengan itu, maka fungsi dan peranan pelatih atau pembina, sarana dan prasarana olahraga adalah penting dalam proses dan pencapaian keberhasilan misi pembinaan dan pelatihan itu sendiri. Begitu pula dalam hal pembinaan prestasi cabang olahraga bola voli masih perlu ditingkatkan, misalnya; peningkatan kualitas kepelatihan, manajemen kepelatihan olahraga, peningkatan dalam pengadaan sarana dan prasarana latihan. Keberhasilan dalam penampilan olahraga terjadi apabila olahragawan terampil, berpengetahuan dan sehat jasmani maupun rohaninya dengan wawasan kejiwaan yang tepat. Dengan kata lain, bahwa setiap olahragawan atau atlet harus memiliki keterampilan, pengetahuan khususnya bidang olahraga yang digelutinya, memiliki kemampuan fisik yang baik dan kemampuan dalam mengendalikan dirinya yang berkaitan dengan mental. Penampilan olahraga banyak ditentukan oleh fakor mental atau psikologis dan biomekanis yang kompleks. Untuk meningkatkan prestasi atlet tersebut, pelatih memiliki peranan penting dalam membina atletnya. Berkenaan hal ini, Harsono (1988: 31) menjelaskan bahwa: Tugas pelatih sangat luas dan tidak terbatas pada tugas meningkatkan prestasi atlet saja, akan tetapi juga dalam memperkembangkan segi-segi moral atlet. Oleh karena itu, kecuali tugasnya sebagai pelatih, dia juga berperan sebagai seorang pendidik, seorang guru, bapak dan teman sejati. Atas dasar penjelasan di atas, maka pelatih bukan sekedar instruktur olahraga yang memberitahukan kepada atlet tentang cara-cara untuk melakukan gerakan tertentu dalam olahraga. Pelatih juga merupakan tokoh panutan, guru, pembimbing, pendidik, pemimpin bahkan tak jarang menjadi tokoh model bagi
3 atletnya. Dengan kata lain atlet cenderung untuk meniru hal-hal yang dilakukan atau dikerjakan oleh pelatihnya. Di dalam aktivitas olahraga, pelatih merupakan figur yang erat kaitannya dengan proses kepelatihan (coaching). Pelatih merupakan salah satu unsur penting di dalam mengungkap segenap potensi yang dimiliki oleh atletnya melalui proses latihan. Cermin kepribadian pelatih terlihat dari kemampuan dalam mengeluarkan ide-ide baru, memiliki karakter dalam memberikan penjelasan dan pemahaman ketika melatih dan perilakunya dalam melaksanakan tugas sebagai pelatih untuk membina dan mengembangkan potensi atletnya. Oleh karena itu, pelatih dituntut memiliki kreativitas dan interprestasi yang berlandaskan pada relevansi dan informasi baru ilmu kepelatihan olahraga. Banyak cara pendekatan dilakukan pelatih dalam merealisasikan program yang telah disusun, antara lain yaitu melalui gaya kepemimpinan yang merupakan cara kerja yang biasa dilakukan sebagai kekhasan dari seseorang pelatih. Dengan kata lain, gaya kepemimpinan merupakan pola tingkah laku atau strategi yang dilakukan oleh seorang pelatih dalam proses mengarahkan para atlet. Menurut Harsono (1988: 34) menjelaskan bahwa: Ada empat jenis gaya kepemimpinan yang standar dan yang dianut oleh para pelatih, yaitu: a) gaya authoritarian (otokratis, otoriter), b) gaya demokratis, c) gaya yang lebih memperhatikan anak buah/atlet (peoplecentered) dan d) gaya yang lebih menekankan pada tugas (task-oriented). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat digambarkan bahwa setiap pelatih mempunyai gaya kepemimpinan tersendiri, ini dikarenakan setiap pelatih mempunyai kepribadian yang berbeda dan strategi untuk mencapai tujuan yang berbeda pula. Gaya kepemimpinan tersebut akan tercermin dari cara pelatih membina dan melatih atletnya dalam meningkatkan prestasi. Keberhasilan dalam dunia olahraga banyak dipengaruhi oleh macam-macam gaya seorang pelatih dalam membina tim atau klubnya. Banyak pelatih yang berhasil dan sukses dalam membawa timnya sampai juara dengan mengunakan gayanya masing-masing. Dalam penelitian ini difokuskan pada gaya kepemimpinan pelatih yang authoritarian (otokratis atau otoriter).
4 Gaya kepemimpinan otoriter (authoritarian) merupakan gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh pelatih yang otoriter tersebut, sedangkan para atlet hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. Dengan kata lain, gaya kepemimpinan pelatih yang authoritarian, komunikasi antara pelatih dan atlet hanya satu arah. Gaya memerintah dimana pelatih sendiri yang membuat keputusan, peran atlet hanya merespon perintah pelatih. Dalam dunia olahraga banyak pelatih yang sukses dalam memimpin dan membina atletnya dengan berbagai macam gaya kepemimpinannya. Berkaitan dengan gaya kepemimpinan pelatih bola voli yang authoritarian terdapat aspekaspek sosial. Oleh karena itu, dalam kegiatan latihan olahraga bola voli atlet tidak saja dilatih tentang aspek kognitif dan psikomotorik, namun atlet dilatih juga mengenai aspek afektif, yaitu hal-hal yang berkenaan dengan perilaku dan sikap. Selain itu melalui kegiatan latihan olahraga bola voli terjadi interaksi di antara atlet, kepatuhan terhadap aturan, ikatan emosional antara atlet, tujuan bersama, dan lain sebagainya. Perilaku sosial individu akan terbentuk sejalan dengan proses pertumbuhan dan perkembangannya. Selain itu aspek pembawaan dan aspek lingkungan berperan sekali dalam proses pembentukan perilaku sosial individu. Mengenai definisi prilaku sosial, Mar at (1981: 171) menjelaskan bahwa: Perilaku merupakan tingkah laku yang bersifat umum. Perilaku sosial erat hubungannya dengan kebiasaan, pendapat umum, dan penilaian terhadap norma yang telah disepakati. Perilaku secara umum akan terbentuk dari beberapa komponen dasar. Mengenai komponen pembentuk perilaku sosial Mar at (1981: 13) menjelaskan sebagai berikut: a) Komponen kognisi yang berhubungan dengan belief, ide dan konsep, b) Komponen afeksi yang berhubungan dengan emosional seseorang, dan c) Komponen konatif merupakan kecenderungan bertingkah laku. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa komponen kognisi berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana orang mempersepsi objek sikap. Komponen afeksi
5 berhubungan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap yang terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama penilaian. Sedangkan komponen konatif berkaitan dengan kecenderungan untuk berperilaku terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. Mengenai penjelasan tersebut, bahwa komponen-komponen perilaku mengisyaratkan perilaku merupakan sesuatu totalitas sikap yang saling melengkapi dan tercermin dalam perilaku individu terhadap suatu objek tertentu. Hasil observasi penulis terhadap pelatih olahraga bola voli klub Bahana Bina Pakuan Bandung memakai gaya kepemimpinan pelatih yang authoritarian, oleh karena perilaku pelatih yang melibatkan ketergantungan dalam pengambilan keputusan dan yang menekankan pada kekuasaannya, segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh, menggunakan kekuasaan untuk mengendalikan orang lain, berusaha agar para atlet atau pemain dapat menjalankan tugas gerak yang diintruksikannya dan menghukum atlet atau pemain yang tidak menuruti perintahnya. Dari uraian di atas, maka kegiatan latihan olahraga bola voli dengan gaya kepemimpinan pelatih yang authoritarian diharapkan dapat membentuk perilaku sosial atlet yang positif. Dengan adanya kegiatan latihan tersebut, diharapkan terjadi proses sosialisasi, karena pada saat atlet mengikuti kegiatan latihan olahraga bola voli atlet berkumpul, atlet belajar/berlatih menilai kemampuan seseorang secara realistik, atlet belajar bergaul dan berusaha bekerjasama dengan atlet lain. Selain itu, indikasi lain atlet dapat menghargai orang lain, mempercayai orang lain, menghormati terhadap pelatih maupun atlet lain. Sehingga, pengaruh latihan olahraga bola voli diharapkan dapat merubah prilaku sosial ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, perlu adanya suatu penelitian yang dapat dijadikan suatu informasi bagi para pelatih dalam menerapkan keperibadiannya dalam cabang olahraga bola voli. Bertitik tolak pada permasalahan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang dampak gaya kepemimpinan pelatih terhadap perilaku sosial atlet cabang olahraga bola voli.
6 B. Masalah Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memfokuskan masalah dalam pertanyaan penelitian adalah Bagaimana dampak gaya kepemimpinan pelatih yang authoritarian terhadap perilaku sosial atlet bola voli klub Bahana Bina Pakuan Bandung? C. Tujuan Penelitian Bertitik tolak pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dampak gaya kepemimpinan pelatih yang authoritarian terhadap perilaku sosial atlet bola voli klub Bahana Bina Pakuan Bandung. D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan atau manfaat penelitian ini sebagai berikut: 1. Secara teoretis a. Dapat dijadikan sumbangan keilmuan bagi peneliti maupun para pembaca pada umumnya tentang dampak gaya kepemimpinan pelatih olahraga bola voli terhadap perilaku sosial atlet. b. Dapat dijadikan pedoman bagi para pelatih dan pembina olahraga khususnya cabang olahraga bola voli sebagai salah satu pertimbangan gaya kepemimpinan pelatih cabang olahraga bola voli dalam proses latihan dalam merubah perilaku sosial atlet yang positif dan prestasi atlet. c. Dapat dijadikan referensi ilmiah, pengembangan ilmu pengetahuan dan kepustakaan guna mengembangkan gaya kepemimpinan pelatih olahraga bola voli serta sebagai bahan pemikiran dan informasi bagi FPOK UPI berkaitan dengan mata kuliah ilmu kepelatihan olahraga (coaching). 2. Secara praktis a. Dapat dijadikan pedoman bagi peneliti maupun para pembaca pada umumnya dalam proses pelatihan mengenai dampak gaya kepemimpinan pelatih olahraga bola voli terhadap perilaku sosial atlet bola voli klub Bahana Bina Pakuan Bandung.
7 b. Dapat dijadikan pedoman bagi para pelatih dan pembina cabang olahraga bola voli dalam upaya meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia (atlet) terutama gaya kepemimpinan pelatih olahraga dalam memberikan program latihan yang lebih efektif dalam merubah perilaku sosial atlet ke arah yang lebih baik. c. Dapat dijadikan acuan bagi semua kalangan insan pecinta olahraga, baik pelatih, atlet ataupun lembaga terkait dan mahasiswa FPOK UPI dalam upaya pengembangan ilmu kepelatihan olahraga serta sebagai sumbangan pengetahuan bagi para pelatih cabang olahraga bola voli dalam merubah perilaku sosial atlet yang positif dan prestasi atlet bola voli. E. Batasan Penelitian Agar penelitian ini tidak terlalu luas, peneliti berupaya membuat batasan penelitian sebagai berikut: 1. Ruang lingkup penelitian ini mengarah pada dampak gaya kepemimpinan pelatih terhadap perilaku sosial atlet cabang olahraga bola voli. 2. Perilaku sosial atlet dibatasi pada komunikasi, kerjasama, saling menghargai dan disiplin. 3. Gaya kepemimpinan pelatih olahraga bola voli dibatasi pada gaya kepemimpinan otoriter (authoritarian). 4. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. 5. Populasi dalam penelitian ini adalah para atlet bola voli klub Bahana Bina Pakuan Bandung, sebanyak 15 orang. F. Pembatasan Istilah Untuk mendapat data yang diperlukan, maka penulis memberikan penjelasan mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Gaya kepemimpinan menurut Toha (2003: 167) adalah suatu pola perilaku yang konsisten yang ditunjukkan oleh pemimpin dan diketahui pihak lain ketika pemimpin berusaha mempengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain.
8 2. Pelatih menurut Pate, Rotella and McClenaghan yang diterjemahkan oleh Dwijowinoto (1993: 5) adalah seorang profesional yang tugasnya membantu olahragawan dan tim dalam memperbaiki penampilan olahraga. 3. Gaya otokratik menurut Harsono (1988: 35) yaitu sifatnya perintah dan menuntut agar perintah-perintahnya dipatuhi dan diselesaikan sesuai dengan kehendaknya. 4. Perilaku sosial menurut Mar at (1981: 171) adalah tingkah laku yang bersifat umum. Perilaku sosial erat hubungannya dengan kebiasaan, pendapat umum dan penilaian terhadap suatu norma yang telah disepakati. 5. Permainan bola voli menurut Kosasih (1993: 123) adalah permainan beregu, tetapi meskipun demikian kemampuan perorangan yang tinggi akan memudahkan menggalang kerjasama. G. Anggapan Dasar Penelitian Anggapan dasar adalah suatu pendapat yang telah diyakini kebenarannya dan telah dijadikan titik tolak penelitian dalam memecahkan masalah. Arikunto menjelaskan (2002: 17) bahwa: Anggapan dasar adalah suatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak pada penelitian dalam melaksanakan penelitian. Adapun anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Dalam setiap kegiatan pelatihan olahraga dibutuhkan seorang pelatih yang tidak saja berlatar belakang sebagai atlet tetapi juga memiliki atau menguasai disiplin ilmu keolahragaan. Bahkan dewasa ini dituntut seorang pelatih yang dapat mengaplikasikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses pelatihan atlet. Keberhasilan dalam dunia olahraga banyak dipengaruhi oleh macam-macam gaya seorang pelatih dalam membina tim atau klubnya. Banyak pelatih yang berhasil dan sukses dalam membawa timnya sampai juara dengan mengunakan gayanya masing-masing. Oleh karena itu, keberhasilan seorang pelatih meraih prestasi puncak dalam bidang olahraga ditentukan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor gaya kepemimpinannya dalam melatih.
9 Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang diperlukan oleh seorang pelatih untuk mencoba mempengaruhi perilaku atletnya. Pelatih memainkan banyak peran, gaya kepemimpinan yang konsisten diharapankan akan membawa atlet lebih percaya dan bersemangat dengan apa yang diterapkan dalam pertandingan. Oleh karena itu, kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting dalam keberhasilan atlet dan timnya, dengan demikian pemimpin merupakan kunci pembuka bagi suksesnya organisasi atau tim. Gaya kepemimpinan pelatih olahraga bola voli yang dimaksud dalam penelitian ini difokuskan pada gaya kepemimpinan otoriter (authoritarian). Gaya kepemimpinan otoriter (authoritarian) merupakan kepemimpinan yang memusatkan diri pada pelatih sebagai penentu segala-galanya dalam suatu tim. Menurut Siagian (1999: 208) menjelaskan bahwa: Otokrasi yaitu gaya kepemimpinan yang mengarah kepada pengambilan keputusan tergantung kepada pemimpinnya sendiri. Dari penjelasan tersebut, dapat dideskripsikan bahwa gaya kepemimpinan otoriter merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan diputuskan oleh pemimpin semata-mata. Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menunjukkan sikap yang menonjol keakuannya. Menurut Harsono (1988: 35) menjelaskan bahwa: Karakteristik pelatih dengan gaya authoritarian atau otoriter pada umumnya adalah: a) Lebih banyak menggunakan gaya otoriter dalam pembinaan atlit, b) Sifatnya perintah dan menuntut agar perintah-perintahnya dipatuhi dan diselesaikan sesuai dengan kehendaknya, c) Bertindak kurang manusiawi dan kurang acuh akan hubungan yang akrab dan hangat dengan pelatih, d) Menentukan sendiri tugas-tugas, dan bagaimana tugas-tugas itu harus dilaksanakan dan diselesaikan, e) Menghukum atlet yang tidak menuruti perintahnya. Sepintas gaya kepemimpinan otoriter terlihat efektif, karena dalam setiap intruksi dan perintah pelatih, atlet dituntut harus melakukannya secara terorganisasi. Gaya kepemimpinan otoriter dapat menjadi efektif bilamana pelatih
10 menjadikan kemenangan sebagai tujuan utama dan bilamana gaya otoriternya tidak mematahkan semangat atau motivasi para atletnya. Keuntungan yang didapat dalam penerapan gaya kepemimpinan ini adalah kecepatan dan ketegasan dalam pembuatan keputusan dan bertindak, sehingga untuk sementara mungkin produktivitasnya dapat meningkat. Meskipun demikian, penerapan gaya kepemimpinan otoriter dapat menimbulkan kerugian, antara lain suasana menjadi kaku, tegang, mencekam, menakutkan, sehingga berakibat lebih lanjut timbulnya ketidakpuasan. Selain itu juga pelatih yang otoriter bertindak sangat direktif dan tidak memberikan kesempatan timbulnya partisipasi. Dalam proses latihan cabang olahraga bola voli yang dilakukan oleh para atlet mempunyai nilai penting dalam proses perubahan dan pembentukan perilaku sosialnya, oleh karena proses sosialisasi merupakan proses yang mendasari terjadinya perubahan dan pembentukan perilaku sosial. Artinya bahwa terbentuknya prilaku sosial ditentukan oleh keberhasilan proses sosialisasi yang dilakukan seseorang yang ditunjang oleh lingkungan dimana proses sosialisai itu berlangsung. Oleh karena, melalui kegiatan latihan olahraga bola voli yang dilakukan dalam bentuk permainan mengandung nilai-nilai sosial di antaranya; persaingan, kerjasama, sportivitas, tanggung jawab, kedisiplinan, keberanian, sanksi terhadap suatu pelanggaran dan menghargai kemampuan orang lain. Kegiatan latihan olahraga bola voli yang dilakukan atlet dapat membentuk watak dan membina hubungan sosial dengan orang lain khususnya teman-teman sebaya di lingkungannya. Oleh karena itu, melalui kegiatan latihan olahraga bola voli dengan gaya kepemimpinan pelatih yang authoritarian memungkinkan atlet untuk dapat mengembangkan dirinya, termasuk perilaku sosialnya. Dengan memiliki perilaku sosial yang baik akan memberikan gambaran bahwa tingkah laku sosialnya akan baik pula. Hal ini akan memberikan kemudahan bagi individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dimana individu berada. Jadi perilaku sosial merupakan tindakan seseorang terhadap objek sosial yang mengacu kepada sistem sosial yang berlaku. Atas penjelasan tersebut, maka perilaku sosial sebagai landasan seseorang dalam melakukan aktivitas untuk bertindak terhadap objek sosial. Dengan demikian, kegiatan latihan olahraga bola
11 voli dengan gaya kepemimpinan pelatih yang authoritarian diharapkan dapat memberikan dampak yang baik terhadap pembentukan perilaku sosial atlet. Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan bahwa kepemimpinan otoriter dapat diterima dan dibenarkan bilamana manifestasinya berupa pemakaian kekuasaan dan kewenangan untuk memerintahkan patuh dan taat dalam melaksanakan setiap petunjuk dan intruksi pelatih. Artinya, hubungan pelatih dengan atlet berkaitan dengan derajat kualitas emosi dari hubungan tersebut, mencakup tingkat keakraban dan penerimaan atlet terhadap pelatihnya. Semakin yakin dan percaya atlet kepada pelatihnya, semakin efektif atlet dalam mencapai tujuannya. Dalam hal ini, pembentukan perilaku sosial dapat ditingkatkan ke arah yang lebih baik oleh para atlet bola voli.