Bab I Pendahuluan - 1 -

dokumen-dokumen yang mirip
DINAMIKA PROSES PERAMBATAN PANAS [DPP]

DINAMIKA PROSES PERAMBATAN PANAS [DPP]

PEMODELAN DAN SIMULASI REAKTOR ALIRAN BOLAK-BALIK UNTUK MENGKONVERSI TAR DALAM GAS PRODUSER

MAKALAH PENYEDIAAN ENERGI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 GASIFIKASI BATU BARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam

BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

BAB 1 PENDAHULUAN ANALISA KARAKTERISTIK ALIRAN DINGIN (COLD FLOW) DI GAS BURNER SITEM GASIFIKASI DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD)

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan energi merupakan salah satu sumber kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Cellulose Nano Crystallines (CNC) yang merupakan salah satu biomaterial maju yang mempunyai

Kajian Tekno Ekonomi Pabrik Konversi Biomassa menjadi Bahan Bakar Fischer-Tropsch melalui Proses Gasifikasi. Latar Belakang

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

SISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Metanol merupakan cairan polar yang dapat bercampur dengan air, alkohol alkohol

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat, Peningkatan kebutuhan energi yang tidak diimbangi. pengurangan sumber energy yang tersedia di dunia.

Prarancangan Pabrik Metanol dari Low Rank Coal Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi. dalam proses pembakaran limbah biomassa adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pemenuhan energi semakin meningkat seiring dengan

Peningkatan Kadar Karbon Monoksida dalam Gas Mempan Bakar Hasil Gasifikasi Arang Sekam Padi

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai Kecepatan Minimun Fluidisasi (U mf ), Kecepatan Terminal (U t ) dan Kecepatan Operasi (U o ) pada Temperatur 25 o C

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan iklim global akibat efek rumah kaca merupakan permasalahan lingkungan serius yang saat ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. Sampah menjadi masalah bagi sebagian besar masyarakat. indonesia, di daerah perdesaan banyak sekali sampah organik kebun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGANTAR TEKNIK KIMIA JOULIE

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Gasifikasi - Pirolisis Pembakaran

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

BAB I PENDAHULUAN. dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer bahan pangan, pakan

6/23/2011 GASIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GASIFIKASI LIMBAH BIOMASSA. Muhammad Syukri Nur, Kamaruddin A. dan Suhendro Saputro Sekolah Pascasarjana, Energi Terbarukan,Universitas Darma Persada

Potensi Pengembangan Bio-Compressed Methane Gases (Bio-CMG) dari Biomassa sebagai Pengganti LPG dan BBG

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melimpah dan dapat diolah sebagai bahan bakar padat atau

Harry Rachmadi (12/329784/TK/39050) ` 1 Zulfikar Pangestu (12/333834/TK/40176) Asia/Pasific North America Wesern Europe Other Regions 23% 33% 16% 28%

MODIFIED PROSES CLAUSE PADA BERBAGAI UMPAN GAS REKAYASA PROSES APRILIANA DWIJAYANTI NIM

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

UJI KINERJA REAKTOR GASIFIKASI SEKAM PADI TIPE DOWNDRAFT PADA BERBAGAI VARIASI DEBIT UDARA

PENGARUH DISTRIBUTOR UDARA PADA TUNGKU GASIFIKASI UPDRAFT

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

(in CATALYST TECHNOLOGY Lecture ) Instructor: Dr. Istadi.

BAB I PENDAHULUAN. Sementara produksi energi khususnya bahan bakar minyak yang berasal dari

PENGARUH LAJU ALIRAN AGENT GAS PADA PROSES GASIFIKASI KOTORAN KUDA TERHADAP KARAKTERISTIK SYNGAS YANG DIHASILKAN

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Karbon Aktif dari BFA dengan Aktifasi Kimia Menggunakan KOH Kapasitas Ton/Tahun. A.

pemanfaatannya di Indonesia ialah energi biomassa. Indonesia memiliki sumber

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ketika ketergantungan manusia terhadap bahan bakar tak terbarukan

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

ANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI KECEPATAN UDARA TERHADAP KINERJA TUNGKU GASIFIKASI SEKAM PADI TIPE DOWNDRAFT KONTINU

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OPTIMASI UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER DENGAN MEVARIASI TEMPERATURE UDARA AWAL

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini besarnya jumlah konsumsi energi di Indonesia terus mengalami

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat

ABSTRAK LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... v. DAFTAR TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN...

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 %

Prarancangan Pabrik Metil Merkaptan dari Metanol dan Hidrogen Sulfida dengan Kapasitas ton /tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diperoleh dari proses ekstraksi minyak sawit pada mesin screw press seluruhnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus akan mengakibatkan menipisnya ketersediaan bahan. konsumsi energi 7 % per tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengimpor bahan baku atau produk industri kimia dari luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik

SKRIPSI VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN BAHAN BAKAR BATUBARA DAN JERAMI PADI PADA TEKNOLOGI CO-GASIFIKASI FLUIDIZED BED TERHADAP GAS HASIL GASIFIKASI

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia saat ini, dimana hampir semua aktivitas manusia berhubungan

PENGARUH PEMANASAN AWAL UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sampah pada Reaktor Downdraft Sistem Batch dengan Variasi Air Fuel Ratio

II. DESKRIPSI PROSES

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Oleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

Transkripsi:

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pada saat ini, pengoperasian reaktor unggun diam secara tak tunak telah membuka cara baru dalam intensifikasi proses (Budhi, 2005). Dalam mode operasi ini, reaktor unggun diam dipertahankan secara sengaja dalam kondisi tak tunak untuk mencapai kinerja reaktor yang lebih baik. Teknik ini dapat memberikan keuntungan terhadap kinerja proses jika sebuah prosedur operasi yang tepat dapat dikembangkan. Sebaliknya, pengoperasian reaktor unggun diam secara tunak yang telah digunakan secara luas di industri proses dapat mengalami beberapa kendala dalam meningkatkan unjuk kerja yang optimal. Kendala tersebut berkaitan dengan tingginya konsumsi energi, terjadinya deaktivasi katalis, dan distribusi produk yang tidak fleksibel. Melalui intensifikasi proses, khususnya dengan metode operasi reaktor tak tunak, kinerja proses seperti konversi, selektivitas, konsumsi energi, nilai panas suatu aliran gas, dll dapat ditingkatkan. Berdasarkan kajian Silveston (Silveston dkk., 1995; Silveston, 1998) distribusi produk yang dihasilkan pada reaktor tak tunak dapat lebih baik daripada kondisi tunak dalam kasus-kasus tertentu. Reaktor tak tunak memiliki variabel proses yang bervariasi terhadap waktu. Variabel proses reaktor dapat berupa temperatur, tekanan, laju alir, dan konsentrasi. Kondisi tak tunak dapat diperoleh dengan cara modulasi komposisi atau pembalikan arah aliran (Reshetnikov dkk., 2003). Di samping itu, kombinasi reaktor aliran bolak-balik dengan modulasi komposisi atau reaktor aliran bolak-balik dengan umpan samping dapat digunakan sebagai piranti teknik ( engineering tool ) untuk mengendalikan distribusi produk dan memperbaiki produktivitas (Budhi dkk., 2004a; 2004b). Reaktor aliran bolak-balik (reverse flow reactor) atau disingkat RABB adalah reaktor unggun diam yang arah alirannya diubah secara periodik. RABB dapat meningkatkan konversi reaktor, memperbaiki distribusi produk, dan menurunkan kebutuhan energi. RABB merupakan salah satu metode dalam intensifikasi proses yang sedang digalakkan di industri proses pada saat ini. - 1 -

Katalis dan inert yang berada di dalam reaktor dapat berfungsi sebagai penyimpan panas dalam reaksi eksotermik karena kapasitas panasnya lebih besar dibandingkan dengan gas yang diumpankan maupun yang dihasilkan. Jika aliran dibalik arahnya secara periodik, maka aliran umpan tidak lagi memerlukan pemanas awal untuk mencapai temperatur mula reaksi (reaction ignition temperature). RABB berperan dalam menurunkan kebutuhan panas serta efisiensi energi. Unjuk kerja RABB bergantung pada parameter desain, seperti panjang reaktor, porositas unggun, dan juga parameter operasi seperti konsentrasi umpan, laju alir gas, dan frekuensi ubah aliran (Salinger dan Eigenberger, 1996). Peningkatan konversi atau selektivitas dalam reaktor tak tunak dapat terjadi akibat adanya perubahan konsentrasi pada permukaan aktif katalis (Silveston, 1998). Pada reaksi parallel, dinamika konsentrasi pada permukaan katalis ini akan mempengaruhi distribusi produk. Situasi yang sangat diharapkan adalah dinamika konsentrasi pada permukaan katalis sesuai dengan stokiometri reaksi yang diinginkan ketika reaksi berlangsung (Budhi, 2005). Pada percobaan reduksi katalitik NO x secara tak tunak, konversi NO x yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi tunak (Lietti dan Forzatti, 1994). Konsep RABB berkatalis ditemukan oleh Frank dan Kamenetski (1955) untuk reaksi eksotermik heterogen dan telah diaplikasikan pada proses oksidasi sulfur oleh Boreskov dan Matros (1983), karbon monoksida oleh Boreskov dkk. (1984), oksidasi komponen organik mudah menguap oleh Froment (1990), Thullie dan Bughardt (1990), lalu Neophytides dan Froment (1992), dan oksidasi amoniak oleh Matros (1985), lalu Budhi (2005). Pada reaksi endotermis, RABB dapat digunakan dengan membakar sebagian gas untuk memasok kebutuhan panas reaksi. Pada dekade terakhir, proses gasifikasi kembali mendapatkan perhatian para peneliti di seluruh dunia, terutama untuk mengolah biomassa sebagai sumber energi alternatif yang terbaharukan dan bahan kimia (misal metanol). Pengembangan teknologi gasifikasi biomassa di Indonesia sangat relevan - 2 -

untuk diterapkan dengan pertimbangan konsumsi energi (minyak bumi) makin meningkat, sedangkan sumber dayanya terbatas, dan ketersediaan beragam biomassa sebagai bahan baku sumber kimia dan energi. Dengan demikian, penerapan gasifikasi biomassa dapat mendorong penganekaragaman sumber energi, usaha swasembada energi, dan bahan kimia di suatu daerah. Implementasi gas produser yang nir-masalah baik dalam mesin gas maupun turbin gas mensyaratkan kandungan kontaminan yang rendah (tar, gas asam, HCl, sulfur, NH 3, partikel debu padat, dll). Tar dapat menyebabkan pembatasan penggunaan gas produser karena tar dapat menimbulkan kerak atau masalah lain pada peralatan proses di bagian hilir. Sejauh ini, penyingkiran tar secara fisik selalu menimbulkan masalah baru atau hanya memindahkan masalah ke sistem lain. Karena itu, implementasi yang berhasil dari teknologi gasifikasi sangat bergantung pada keefektifan dan efisiensi pengkonversian tar dalam gas produser. Di dalam penelitian ini, teknologi pengkonversi tar dalam gas produser menjadi gas-gas yang mampu meningkatkan kualitas gas produser akan ditelaah melalui kajian pemodelan dan simulasi. Keberhasilan konversi tar di dalam RABB sangat dipengaruhi oleh tercapainya kondisi dan metode operasi. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada pemenuhan kebutuhan panas untuk melangsungkan reaksi tar dengan membuat prosedur operasi RABB yang tepat dan pengembangan strategi yang meliputi switching time untuk penentuan daerah operasi. I.2 Perumusan Masalah Gas produser hasil gasifikasi biomassa mengandung sejumlah tar dan kontaminan yang perlu disingkirkan sebelum penggunaan lebih lanjut. Penyingkiran tar umumnya dilaksanakan secara fisik yang hanya memindahkan tar dari unit/proses satu ke unit/proses yang lain. Alternatif yang digagas dalam penelitian ini adalah melakukan konversi tar dengan menggunakan reaktor aliran bolak-balik untuk menghasilkan gas-gas yang berguna (CO, H 2 ) dalam meningkatkan kualitas gas produser. Reaktor aliran bolak-balik merupakan jenis reaktor yang tepat untuk - 3 -

melangsungkan reaksi pengkonversian tar yang bersifat endotermik ini karena kemampuannya dalam menyimpan energi di dalam reaktor. Kapabilitas penyimpanan energi tersebut dapat dicapai jika prosedur operasi reaktor yang tepat dapat diimplementasikan. Beberapa masalah-masalah yang berkaitan dan perlu dicari solusinya melalui penelitian adalah: a. Konfigurasi dan dimensi reaktor Konfigurasi reaktor dan dimensinya mempengaruhi konversi tar. Konfigurasi reaktor meliputi susunan material inert dan katalis. Dimensi reaktor meliputi diameter dan panjang material inert dan katalis. b. Prosedur operasi untuk reaksi yang bersifat endotermik Konversi tar merupakan reaksi yang endotermik. Oleh karena itu, teknik pemasokan energi perlu dikaji apakah dengan teknik membakar bahan bakar secara parsial dan pada posisi mana umpan zat pembakar masuk ke dalam reaktor? c. Skala waktu switching time yang tepat Karekteristik utama RABB terletak pada skala waktu switching time. Oleh karena itu, analisis skala waktu perlu dilakukan untuk menghasilkan konversi atau selektivitas terbaik. I.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan prosedur operasi RABB dalam mengkonversikan tar secara hemat energi dengan tetap menjaga nilai kalor gas produser yang tinggi. Sekalipun konversi tar ini bersifat endotermik, energi yang diperlukan cukup dipasok dari dalam sistem (reaktor) melalui pembakaran parsial gas produser. Banyaknya gas produser yang dibakar ini akan dikompensasi dari hasil reaksi tar yang menghasilkan CO dan H 2. Jumlah gas CO dan H 2 yang dihasilkan dari reaksi steam reforming tar diharapkan lebih banyak daripada yang dibakar, sehingga nilai kalor gas produser yang keluar dari RABB menjadi lebih besar. Selain itu, pengembangan prosedur operasi RABB dikatakan berhasil jika nilai kalor gas produser yang keluar dari RABB lebih tinggi daripada dioperasikan secara konvensional (steady state operasional). - 4 -

I.4 Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, ada 2 tahap utama yang akan dilakukan, yaitu pemodelan dan simulasi RABB, yang meliputi pemodelan dan simulasi propagasi panas dan konversi tar dalam gas produser. 1. Pemodelan dan Simulasi Propagasi Panas Parameter desain, yang meliputi konfigurasi dan dimensi reaktor (inertunggun-inert) diperoleh berdasarkan hasil terbaik dalam penghematan energi di reaktor fixed bed aliran bolak-balik yang telah dilakukan di laboratorium 1. Sumber panas diperoleh dari pemanas listrik yang diletakkan di unggun. Pengembangan model dan simulasi propagasi panas dilakukan untuk memvalidasi model dengan parameter desain reaktor yang ada di laboratorium dan menggunakan parameter operasi yang terbaik. Pengembangan model terutama ditujukan untuk mengamati efisiensi termal reaktor dalam menyimpan panas. Model menggunakan persamaan neraca panas dan tidak ada reaksi kimia. 2. Pemodelan dan Simulasi Konversi Tar dalam Gas Produser Model propagasi panas yang telah divalidasi dengan parameter desain reaktor yang telah sesuai dengan percobaan di laboratorium dikembangkan untuk pemodelan dan simulasi konversi tar dalam gas produser. Parameter operasi yang akan dianalisis yaitu, skala waktu switching time, teknik membakar gas produser, dan pada posisi mana umpan zat pembakar masuk ke dalam reaktor. 1 Bersama Rizaldi dan Patria (2007) - 5 -