BAB 4 PENGUKURAN ANTENA, HASIL dan ANALISA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 PERANCANGAN, SIMULASI dan PABRIKASI ANTENA

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN

BAB IV PENGUKURAN ANTENA

Gambar 4.1 Konfigurasi pengukuran port tunggal

BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA

BAB 3 PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY

BAB 4 PENERAPAN DGS PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

: Widi Pramudito NPM :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI PERANCANGAN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2.4 GHz dan 3.3 GHz)

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL-BAND UNTUK APLIKASI WLAN (2,45 GHZ) DAN WiMAX (3,35 GHZ)

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGI EMPAT TRIPLE BAND PADA FREKUENSI 2,3, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN SIMULASI

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

TUGAS AKHIR TE Desain Antena Log Periodik Mikrostrip untuk Aplikasi Pengukuran EMC pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz.

LAMPIRAN 1 GRAFIK PENGUKURAN PORT TUNGGAL

Bab IV Pemodelan, Simulasi dan Realisasi

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH COPLANAR DIPOLE DUAL BAND UNTUK APLIKASI WIMAX

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TEKNIK PLANAR ARRAY

BAB IV DATA DAN ANALISA

PERBANDINGAN KINERJA ANTENA MIKROSTRIP SUSUN DUA ELEMEN PATCH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini, dirancang antena mikrostrip patch segi empat (AMPSE)

BAB IV HASIL SIMULASI, PENGUKURAN DAN ANALISA Simulasi Parameter Antena Mikrostrip Patch Circular Ring

BAB II DASAR TEORI. Antena adalah sebuah komponen yang dirancang untuk bisa memancarkan

BAB 3 ANTENA MIKROSTRIP SLOT SATU DAN DUA ELEMEN DENGAN BENTUK RADIATOR SEGIEMPAT

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN ANTENA ARRAY FRACTAL MIKROSTRIP

BAB II DASAR TEORI. (transmitting antenna) adalah sebuah transduser (pengubah) elektromagnetis,

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH STACKED DUAL-BAND PADA FREKUENSI WiMAX (3,3 GHZ DAN 5,8 GHZ)

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik

BAB 3 PERANCANGAN ANTENA SEGITIGA

BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS PENGUKURAN

BAB I PENDAHULUAN. wireless dimana transmisi sinyal tanpa menggunakan perantara konduktor / wire.

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2,3 GHz dan 3,3 GHz) DENGAN PENCATUAN PROXIMITY COUPLED

BAB III PERANCANGAN, PEMBUATAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SIRKULAR UNTUK APLIKASI WIRELESS LOCAL AREA NETWORK

Desain Antena Log Periodik Mikrostrip Untuk Aplikasi Pengukuran EMC Pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA ANTENA MIKROSTRIP. mejelaskan secara tepat mengingat sangat banyaknya faktor yang

BAB III PERHITUNGAN, SIMULASI DAN PERANCANGAN

DESAIN ANTENA MIKROSTRIP RECTANGULAR GERIGI UNTUK RADAR ALTIMETER

RANCANG BANGUN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL BAND (2,3 GHz DAN 3,3 GHz) DENGAN PENGGUNAAN STUB

Lower Frequency (MHz) Center Frequency (MHz)

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP TRIANGULAR UNTUK APLIKASI WiMAX PADA FREKUENSI 2300 MHz dan 3300 MHz

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 PENERAPAN DGS PADA ANTENA SUSUN SINGLE BAND

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP TRIANGULAR UNTUK APLIKASI WiMAX PADA FREKUENSI MHz dan MHz

PENINGKATAN LEBAR PITA DENGAN METODE SUSUN DAN STAGGER BEBAN SALURAN MIKROSTRIP PADA ANTENA MIKROSTRIP SEGIEMPAT BEKERJA PADA FREKUENSI 2,3GHz TESIS

ANALISA PENENTUAN UKURAN SLOT PADA KARATERISTIK ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN PENCATU APERTURE COUPLED

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP SLOT RECTANGULAR DUAL-BAND (2,3 GHz DAN 3,3 GHz) DENGAN PENCATUAN PROXIMITY COUPLED

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA ULTRAWIDEBAND

Perancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Telur (Egg) Dengan Slot Lingkaran Pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB)

Bab II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI. Gbr. 2.1 Grafik Faktor Refleksi Terhadap. Faktor Refleksi

BAB II ANTENA MIKROSTRIP BIQUAD

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

Desain Antena Array Mikrostrip Tapered Peripheral Slits Pada Frekuensi 2,4 Ghz Untuk Satelit Nano

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT PADA FREKUENSI 2,4 GHz DENGAN METODE PENCATUAN INSET

Unjuk Kerja Antena UWB Egg Berdasarkan Dimensinya

BAB II ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT

BAB 2 DASAR PERANCANGAN COUPLER. Gambar 2.1 Skema rangkaian directional coupler S S S S. ij ji

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP TRIPLE-BAND LINEAR ARRAY 4 ELEMEN UNTUK APLIKASI WIMAX TESIS

3 BAB III PERANCANGAN PABRIKASI DAN PENGUKURAN

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI ANTENA MIKROSTRIP. bahan substrat yang digunakan. Kemudian, menentukan bentuk patch yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyesuaian impedansi (matching impedance) adalah suatu upaya untuk

DAFTAR PUSTAKA. 1. Balanis Constatantine, A John Wiley - Sons Analysis And Design Antena Theory Third Edition.

BAB II ANTENA MIKROSTRIP

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER

BAB III METODE PENELITIAN. perancangan sampai merealisasikan antenna UWB mikrostrip dengan

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Antena Mikrostrip Slot Double Bowtie Satu Larik Dengan Pandu Gelombang Coplanar Untuk Komunikasi Wireless Pada Frekuensi 2.4 GHz

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL- BAND ( 2,4 GHz dan 3,3 GHz) DENGAN STUB PADA SALURAN PENCATU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP SUSUN 2 ELEMEN PATCH SEGIEMPAT DENGAN DEFECTED GROUND STRUCTURE BERBENTUK SEGIEMPAT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGIEMPAT TRIPLE-BAND (2,3 GHz, 3,3 GHz dan 5,8GHz) Disusun Oleh : RAMLI QADAR NIM :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Antena mikrostrip..., Slamet Purwo Santosa, FT UI., 2008.

ANTENA MIKROSTRIP PANEL BERISI 5 LARIK DIPOLE DENGAN FEEDLINE KOAKSIAL WAVEGUIDE UNTUK KOMUNIKASI 2,4 GHz

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II ANTENA MIKROSTRIP

[Type the document title]

PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT KOPLING APERTURE DENGAN FREKUENSI 2,45 GHz MENGGUNAKAN ANSOFT HFSS 11

Kata Kunci: Antena, CCTV, Crown Patch, Slot Lingkaran II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN. 2.1 Antena Mikrostrip

BAB I PENDAHULUAN. Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan sistem yang saat ini marak

BAB II LANDASAN TEORI

SKRIPSI. PERANCANGAN ANTENA BOW-TIE MIKROSTRIP PADA FREKUENSI 1.6 GHz UNTUK SISTEM GROUND PENETRATING RADAR (GPR) ALFIN HIDAYAT

PERANCANGAN PEMBANGKITAN FREKUENSI GANDA ANTENA MIKROSTRIP SEGITIGA SAMA SISI MENGGUNAKAN TEKNIK SAMBATAN ELEKTROMAGNETIK

SKRIPSI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP UNTUK SPEKTRUM. ULTRA WIDEBAND PADA WLAN 5,2 GHz

BAB III PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH RECTANGULAR SLOT DUAL BAND 2,4 GHz - 5,8 GHz

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP UNTUK APLIKASI LONG TERM EVOLUTION (LTE) TESIS OLEH : EMILIA ROZA NIM:

KARAKTERISASI ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGITIGA SAMASISI DENGAN FREKUENSI KERJA 2,4 GHz UNTUK KOMUNIKASI WIRELESS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rancang Bangun Antena Mikrostrip Dua Elemen Patch Persegi Untuk Aplikasi Wireless Fidelity

BAB I PENDAHULUAN. Wireless Local Area Network (WLAN) merupakan salah satu aplikasi

Transkripsi:

BAB 4 PENGUKURAN ANTENA, HASIL dan ANALISA 4.1 Alat-alat Pengukuran Berikut ini adalah peralatan utama yang digunakan pada proses pengukuran: 1. Network Analyzer Hewlett Packard 8719C (50 MHz 13,5 GHz) Alat ini digunakan untuk mengukur frekuensi resonansi, VSWR, impedansi masukan, return loss, bandwidth, dan pola radiasi. 2. Spectrum Analyzer Advantest U3751 (9 KHz 8 GHz) Alat ini digunakan untuk mengukur daya keluaran. Digunakan dalam pengukuran pola radiasi dan gain. Dalam pengukuran gain antena alat ini digunakan untuk mengukur daya keluaran dari antena pemancar dan penerima. 3. Dua buah tiang dan satu buah Rotator Alat ini digunakan untuk mengatur sudut antena penerima (dari 0 o 360 o ) selama pengukuran pola radiasi serta untuk menempatkan antena pemancar dan penerima pada posisi tertentu selama pengukuran gain antena. 4.2 Prosedur Pengukuran Parameter Antena Semua pengukuran antena dilakukan di dalam ruangan biasa, yang dindingdindingnya tidak bersifat menyerap gelombang elektromagnet, namun pengukuran diupayakan sesedikit mungkin terganggu oleh pantulan dan interferensi terhadap hasil pengukuran antena. 4.2.1 Pengukuran Port Tunggal Pengukuran port tunggal adalah pengukuran tanpa melibatkan antena lain sebagai pemancar. Hal ini meliputi pengukuran frekuensi resonansi, return loss, VSWR, bandwidth, dan impedansi masukan. Return loss menunjukkan besarnya koefisien refleksi yang dipantulkan kembali oleh antena. Return loss dinyatakan dengan scattering parameter S 11 [8]. VSWR (Voltage Standing Wave Ratio) merupakan perbandingan nilai maksimum dan minimum dari pola gelombang sepanjang saluran transmisi dimana beban dihubungkan dengannya [16]. Kondisi match dicapai pada saat VSWR bernilai 1. 40

Parameter bandwidth dalam hal ini merupakan rentang frekuensi kerja antena dimana pada rentang tersebut VSWR yang dihasilkan 2, nilai ambang VSWR yang masih dapat ditoleransi. Selanjutnya bandwidth dalam tulisan ini dinyatakan dalam bentuk persentase bandwidth. Karena persentase bandwidth bersifat relatif lebih konstan terhadap frekuensi. Persentase bandwidth dinyatakan sebagai: f h f l BW 100% (4.1) f c dimana f h : frekuensi tertinggi dalam band (GHz) f l : frekuensi terendah dalam band (GHz) f c : frekuensi tengah dalam band (GHz) Impedansi masukan merupakan impedansi yang timbul pada terminal antena [10]. Pengukuran port tunggal dilakukan dengan menggunakan network analyzer. Antena objek dipasang pada salah satu port sesuai dengan hasil setting kalibrasi. Konfigurasi pengukuran seperti Gambar 4.1, digunakan port S 11, kemudian prosedur pengukurannya dilakukan sesuai dengan menu pada layar monitor network analyzer. Network Analyzer Antena mikrostrip, terpasang pada port-1 port-2 Gambar 4.1 Konfigurasi pengukuran port tunggal 4.2.2 Pengukuran Pola Radiasi Pola radiasi antena merupakan fungsi matematis atau visualisasi grafis dari radiasi antena sebagai fungsi dari koordinat sumbu [10]. Secara umum pola radiasi antena diukur dalam daerah medan jauh dan direpresentasikan sebagai fungsi koordinat arah. Hal ini karena pada daerah medan jauh, distribusi medan angular tidak tergantung dari jarak antena. 41

Untuk pengukuran pola radiasi diperlukan jarak minimum medan jauh antara pengirim dan penerima, besarnya jarak minimum ini dirumuskan oleh Persamaan (4.2) [10] 2 2D rmin (4.2) r min = jarak minimum pemancar dengan penerima (cm) D = dimensi terbesar dari antena (cm) = panjang gelombang (cm) Dalam tesis ini, perancangan antena memiliki D = 29,155cm, = 13,043cm, (pada f = 2,3 GHz) maka diperoleh jarak minimum sebesar 130,338cm. Pada pengukuran pola radiasi dilakukan dengan jarak pisah antara antena pemancar dan penerima sebesar 200cm. Jarak pisah ini merupakan jarak yang masih lebih jauh dari r min untuk mengukur medan jauh pada pengukuran pola radiasi antena. Pada pengukuran pola radiasi ini dilakukan variasi sudut penerimaan antena penerima dari 0 0 hingga 360 0 untuk bidang-e dan bidang-h antena, lihat Gambar 4.2. Alat ukur network analyzer digunakan sebagai generator sinyal antena pengirim, dan spectrum analyzer digunakan sebagai pendeteksi besarnya daya yang diterima oleh antena penerima. Konfigurasi peralatan selama proses pengukuran adalah seperti Gambar 4.3. Gambar 4.2 Orientasi Bidang-E dan bidang-h pada antena 42

Gambar 4.3 Konfigurasi pengukuran pola radiasi dan gain 4.2.3 Pengukuran Gain Metode pengukuran yang digunakan adalah metode dua buah antena [10]. Dalam metode ini untuk mempermudah digunakan dua buah antena yang identik, dan gain dari antena tersebut ditentukan dengan rumus berikut: ( G ) t db ( G ) r db 1 2 4 R Pr 20log 10log Pt (4.3) dimana: G t = gain antena pengirim (db) G r = gain antena penerima (db) P t = daya yang dikirim antena pemancar (W) P r = daya yang diterima antena penerima (W) R = jarak antara kedua antena (m) = panjang gelombang (m) Pengukuran gain antena dilakukan dengan jarak pisah antara antena pemancar dan penerima sebesar 200 cm. Konfigurasi peralatan selama proses pengukuran dapat dilihat pada Gambar 4.3. 43

4.3 Hasil Pengukuran Antena Mikrostrip Segiempat 4.3.1 Hasil Pengukuran Port Tunggal Antena Mikrostrip Segiempat Elemen Tunggal Antena yang telah dipabrikasi dengan menggunakan spesifikasi substrat untuk pembuatan antena mikrostrip pada Tabel 3.1 dan beberapa optimasi yang terangkum dalam Tabel 3.2, dan Tabel 3.3, diperoleh hasil pengukuran pada network analyzer untuk antena mikrostrip segiempat elemen tunggal pada port tunggal (S 11 ) sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil pengukuran port tunggal antena mikrostrip segiempat elemen tunggal Parameter Frekuensi resonansi (f r ) Nilai 2,2875 GHz VSWR pada saat f r 1,0448 Impedansi pada saat f r 51,773- j0,764 Ω Return loss (pada saat f r ) Bandwidth f bawah f tengah f atas 33,193 db 54,70 MHz 2,2573 GHz 2,2875 GHz 2,3120 GHz Berdasarkan data pada Tabel 4.1 dapat dilakukan perhitungan persentase bandwidth, yaitu: f atas - f bawah % bandwidth 100 % f tengah 2.3120-2.2573 100% 2.2875 2,3913% Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 menunjukkan hasil plot pengukuran return loss dan Smith chart dari antena tersebut. 44

Gambar 4.4 Plot return loss antena mikrostrip segiempat elemen tunggal Gambar 4.5 Plot Smith chart antena mikrostrip segiempat elemen tunggal 45

4.3.2 Hasil Pengukuran Port Tunggal Antena Mikrostrip Segiempat Susun Empat Elemen Dengan menggunakan spesifikasi substrat untuk pembuatan antena mikrostrip pada Tabel 3.1 dan beberapa optimasi yang terangkum dalam Tabel 3.2, Tabel 3.3, dan Tabel 3.4. Dimana dimensi antena sesudah dipabrikasi terangkum dalam Tabel 3.6, diperoleh hasil pengukuran pada network analyzer untuk rancangan antena mikrostrip segiempat susun empat elemen pada port tunggal (S 11 ) sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil pengukuran port tunggal antena mikrostrip segiempat susun empat elemen Parameter Nilai Frekuensi resonansi (f r ) 2,3 GHz VSWR pada saat f r 1,0932 Impedansi pada saat f r 53,875+ j0,293 Ω Return loss minimum (pada saat f r ) Bandwidth f bawah f tengah f atas 27,025 db 71,70 MHz 2,2656 GHz 2,3 GHz 2,3373 GHz Berdasarkan data pada Tabel 4.2 dapat dilakukan perhitungan persentase bandwidth, yaitu: f atas - f bawah % bandwidth 100 % f tengah 2.3373-2.2656 100% 2.3 3,117% Gambar 4.6 dan Gambar 4.7 menunjukkan hasil plot pengukuran return loss dan Smith chart dari antena tersebut. 46

Gambar 4.6 Plot return loss antena mikrostrip segiempat susun empat elemen Gambar 4.7 Plot Smith chart antena mikrostrip segiempat susun empat elemen 47

Perbedaan antara semua hasil simulasi dan pengukuran direpresentasikan dalam persentase error. Pada Tabel 4.3, dapat kita lihat perbedaan frekuensi resonansi antara simulasi dan pengukuran hasil pabrikasi antena mikrostrip segiempat elemen tunggal dan susun empat elemen. Tabel 4.3 Perbandingan perolehan frekuensi resonansi hasil simulasi dan pengukuran antena mikrostrip segiempat susun empat elemen tanpa beban stub No Rancangan Antena Mikrostrip Segiempat Frekuensi Resonansi (GHz) Error Hasil Hasil Simulasi Pengukuran (%) 1 Elemen Tunggal 2,3 2,2875 0,54 2 Susun Empat Elemen 2,3 2,3 0 Untuk perbedaan frekuensi resonansi, rata-rata nilainya relatif kecil yaitu kurang dari 1%. Perbedaan perolehan frekuensi resonansi pada antena mikrostrip segiempat yang dicatu dengan saluran mikrostrip dalam satu layer yang sama dengan patch peradiasi disebabkan karena perubahan/diskontinuitas pada lebar dari saluran mikrostrip yang menyentuh patch. Perubahan lebar secara tiba-tiba dapat mengakibatkan adanya medan listrik tepi/fringing field tambahan dari sisi open-circuit patch yang lebih lebar. Penjelasan secara grafis dapat dilihat pada Gambar 4.8. Gambar 4.8 Medan listrik tepi/fringing field pada daerah perubahan lebar dari saluran mikrostrip Efek dari medan tepi tambahan ini menimbulkan capacitance pada daerah sambungan tersebut, sehingga disebut junction capacitance. Diketahui bahwa junction capacitance yang timbul dari penggunaan saluran mikrostrip dengan inset dapat mempengaruhi perolehan nilai frekuensi resonansi, yang pada umumnya mengalami pergeseran sekitar ± 1% [13]. Dengan toleransi pergeseran ± 1%, maka pada penelitian ini memungkinkan frekuensi resonansi akan berada pada rentang 2,3GHz ± 0,023GHz (2,277-2,323GHz), maka kemungkinan kemunculan frekuensi resonansi kurang lebih di antara kedua nilai itu masih dapat ditoleransi. Dalam penelitian ini frekuensi resonansi antena mikrostip elemen tunggal adalah 2,2875GHz, dimana nilainya masih berada dalam range frekuensi resonansi tersebut. 48

Pada grafik return loss hasil pengukuran antena mikrostrip segiempat susun empat elemen tanpa beban stub dapat kita lihat munculnya ripple, hal ini juga terjadi pada hasil simulasi, dapat kita lihat pada Gambar 4.9. 0 Graph 1-10 -20 2.2156 GHz -10 db 2.3841 GHz -10 db -30-40 2.3 GHz -39.219 db DB( S[1,1] ) KF_1 1 1.5 2 2.5 3 3.5 Frequency (GHz) Gambar 4.9 Grafik return loss hasil simulasi antena mikrostrip segiempat susun empat elemen tanpa beban stub, ripple yang muncul di sekitar frekuensi operasi Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa dalam tesis ini metode yang digunakan untuk peningkatan bandwidth dan gain adalah dengan menambahkan beban stub pada patch peradiasi antena mikrostip segiempat yang disusun empat elemen. Untuk sistem pencatuan dalam rancangan ini digunakan saluran mikrostrip teknik inset dan transformer λ/4. Penggunaan saluran mikrostrip ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan penggunaan saluran mikrostrip, baik dengan teknik tuning stubs atau transformer λ/4 atau active devices untuk matching network, adalah [6]: a. Dapat dengan mudah dipabrikasi, selama ada ruang/tempat di atas substrat. b. Lebih murah dan lebih mudah untuk match, c. Lebih reliable, karena antena bersifat monolithic. Namun penggunaanya juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu [6]: a. Jika tidak ada ruang/tempat tersedia, hal ini menjadi sulit. b. Seiring dengan ketebalan substrat meningkat atau nilai permitivitas substrat yang tinggi, surface wave dan spurious radiation loss juga semakin meningkat. Sinyal spurious muncul dikarenakan adanya diskontinuitas, bengkokan-bengkokan (bends), atau komponen-komponen lain yang 49

digunakan pada matching network. Spurious radiation adalah radiasi yang tidak diinginkan yang mampu meningkatkan side lobe level c. Feed Line dapat meradiasi atau menerima sinyal dan konsumsi daya juga bisa melalui ohmic loss di sepanjang feed line. Dari penjelasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebab kemunculan ripple yang merupakan spurious radiation/sinyal spurious adalah salah satu konsekuensi dari penggunaan saluran mikrostrip sebagai pencatu. 4.4 Hasil Pengukuran Antena Mikrostrip Segiempat dengan Beban Stub Pengukuran pada antena mikrostrip dengan beban stub akan memiliki satu ukuran, yaitu panjang 0,5λd dan lebar 2mm. Posisi beban tegak lurus dan tepat di tengah-tengah patch. Berdasarkan Tabel 3.5, dilakukan beberapa variasi titik penempatan dan posisi beban. 4.4.1 Pengukuran Port Tunggal Antena Mikrostrip Segiempat Susun Empat Elemen dengan Beban Saluran Mikrostrip dengan Penempatan pada Titik 1 Hasil pengukuran port tunggal pada antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban stub ukuran 0,5 d x 2 mm, dengan penempatan pada titik 1, terdapat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil pengukuran port tunggal antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban stub ukuran 0,5 d x 2 mm, dengan penempatan pada titik 1 Return Posisi Frekuensi Resonansi No Loss Bandwidth (mm) fn fl; fc; fh (GHz) (db) % MHz 1 0 f1 2,2607; 2,2875; 2,3257 22,39 2,84 65,00 2 4 f1 1,995; 2,0315; 2,0221 14,81 1,35 27,10 f2 2,2817; 2,3125; 2,4061 21,81 5,38 124,40 BW Total 6,73 151,50 3 8 f1 1,9636; 1,9875; 2,0059 30,59 2,13 42,30 f2 2,2886; 2,3121; 2,3571 20,85 2,96 68,50 f3 2,4579; 2,4879; 2,5188 14,30 2,38 59,10 BW Total 7,47 169,90 4 12 f1 1,988; 2,0125; 2,0267 24,38 1,92 38,70 f2 2,2978; 2,3233; 2,3437 13,23 1,98 45,90 f3 2,5129; 2,5382; 2,5622 14,18 1,94 49,30 BW Total 5,84 133,90 5 16 f1 2,03; 2,05; 2,07 14,12 1,95 40,00 6 20 f1 2,2675; 2,275; 2,294 11,27 1,17 26,50 7 22 f1 2,2524; 2,2875; 2,3195 22,31 2,93 67,10 50

Dari tujuh variasi posisi beban tersebut, yang menghasilkan peningkatan bandwidth dan memberikan nilai return loss/vswr cukup optimal, yaitu pada posisi beban stub +4. Hasil plot pengukuran return loss dan Smith chart seperti pada Gambar 4.10 (a) dan (b). (a) (b) Gambar 4.10 Plot hasil pengukuran antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan ukuran beban 0,5 d x 2 mm, penempatan titik 1 dan posisi + 4, (a) plot return loss untuk pita frekuensi kedua, (b) plot Smith chart untuk pita frekuensi kedua 51

4.4.2 Pengukuran Port Tunggal Antena Mikrostrip Segiempat Susun Empat Elemen dengan Beban Saluran Mikrostrip dengan Penempatan pada Titik 2 Hasil pengukuran port tunggal pada antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban stub ukuran 0,5 d x 2 mm, dengan penempatan pada titik 2, terdapat pada Tabel 4.5. Dari tujuh variasi posisi beban tersebut, yang menghasilkan peningkatan bandwidth dan memberikan nilai return loss/vswr cukup optimal, salah satunya yaitu pada posisi beban stub +22. Hasil plot pengukuran return loss dan Smith chart seperti pada Gambar 4.9 (a) dan (b). Konfigurasi lain yang menghasilkan peningkatan bandwidth adalah posisi 0 dan +16. Tabel 4.5 Hasil pengukuran port tunggal antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban stub ukuran 0,5 d x 2 mm, dengan penempatan pada titik 2 No Posisi Frekuensi Resonansi Return Loss Bandwidth (mm) fn fl; fc; fh (GHz) (db) % MHz 1 0 f1 2,2635; 2,3; 2,3429 20,45 3,45 79,40 2 4 f1 1,879; 1,888; 1,8997 12,00 1,10 20,70 f2 2,2785; 2,3185; 2,3497 26,52 3,08 71,20 BW Total 4,18 91,90 3 8 f1 2,281; 2,3125; 2,3479 20,36 2,90 67,10 4 12 f1 1,8927; 1,9004; 1,9113 11,59 0,98 18,60 f2 2,2902; 2,325; 2,3535 22,08 2,72 63,30 BW Total 3,70 81,90 5 16 f1 2,281; 2,325; 2,36 39,21 3,40 79,10 6 20 f1 2,2897; 2,325; 2,3567 16,50 2,88 67,00 7 22 f1 2,2587; 2,325; 2,3593 16,53 4,33 100,60 52

(a) (b) Gambar 4.11 Plot hasil pengukuran antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan ukuran beban 0,5 d x 2 mm, penempatan titik 2 dan posisi + 22, (a) plot return loss, (b) plot Smith chart 53

4.4.3 Pengukuran Port Tunggal Antena Mikrostrip Segiempat Susun Empat Elemen dengan Beban Saluran Mikrostrip dengan Penempatan pada Titik 3 Hasil pengukuran port tunggal pada antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban stub ukuran 0,5 d x 2 mm, dengan penempatan pada titik 3, terdapat pada Tabel 4.6. Dari tujuh variasi posisi beban tersebut, yang menghasilkan peningkatan bandwidth dan memberikan nilai return loss/vswr cukup optimal, yaitu pada posisi beban stub +22. Hasil plot pengukuran return loss dan Smith chart seperti pada Gambar 4.10 (a) dan (b). Konfigurasi lain yang menghasilkan peningkatan bandwidth adalah posisi 0 dan +20. Tabel 4.6 Hasil pengukuran port tunggal antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban stub ukuran 0,5 d mm x 2 mm, dengan penempatan pada titik 3 No Posisi Frekuensi Resonansi Return Loss Bandwidth (mm) fn fl; fc; fh (GHz) (db) % MHz 1 0 f1 2,26; 2,3; 2,335 22,26 3,26 75,00 2 4 f1 2,2766; 2,3125; 2,3488 20,12 3,12 72,20 3 8 f1 2,2782; 2,3125; 2,3462 21,19 2,94 68,00 f2 2,3918; 2,4088; 2,4224 11,38 1,27 30,60 BW Total 4,21 98,60 4 12 f1 1,8849; 1,925; 1,9523 17,45 3,50 67,40 f2 2,2824; 2,3134; 2,3445 17,06 2,68 62,10 f3 2,4289; 2,4448; 2,463 11,57 1,39 34,10 BW Total 6,18 163,60 5 16 f1 2,271; 2,3125; 2,3414 13,40 3,04 70,40 6 20 f1 2,2529; 2,275; 2,3345 14,75 3,59 81,60 7 22 f1 2,2524; 2,275; 2,3296 17,29 3,39 77,20 54

(a) (b) Gambar 4.12 Plot hasil pengukuran antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan ukuran beban 0,5 d x 2 mm, penempatan titik 3 dan posisi + 22, (a) plot return loss, (b) plot Smith chart 55

4.4.4 Pengukuran Port Tunggal Antena Mikrostrip Segiempat Susun Empat Elemen dengan Beban Saluran Mikrostrip dengan Penempatan pada Titik 4 Hasil pengukuran port tunggal pada antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban stub ukuran 0,5 d x 2 mm, dengan penempatan pada titik 4, terdapat pada Tabel 4.7. Dari tujuh variasi posisi beban tersebut, yang menghasilkan peningkatan bandwidth dan memberikan nilai return loss/vswr cukup optimal yaitu pada posisi beban stub +4 dan +8, karena hasilnya hampir serupa. Hasil plot pengukuran return loss dan Smith chart seperti pada Gambar 4.11 (a) dan (b). Konfigurasi lain yang menghasilkan peningkatan bandwidth adalah posisi +20. Tabel 4.7 Hasil pengukuran port tunggal antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban stub ukuran 0,5 d x 2 mm, dengan penempatan pada titik 4 No Posisi Frekuensi Resonansi Return Loss Bandwidth (mm) fn fl; fc; fh (GHz) (db) % MHz 1 0 f1 2,2633; 2,2875; 2,3319 22,17 3,00 68,60 2 4 f1 2,2807; 2,3125; 2,3581 18,10 3,35 77,40 3 8 f1 2,2795; 2,3125; 2,3582 20,29 3,40 78,70 f2 2,3921; 2,4051; 2,4172 10,75 1,04 25,10 BW Total 4,45 103,80 4 12 f1 2,2845; 2,3125; 2,3531 17,08 2,97 68,60 f2 2,4217; 2,4434; 2,4653 12,19 1,78 43,60 BW Total 4,75 112,20 5 16 f1 2,2887; 2,325; 2,3463 12,33 2,48 57,60 6 20 f1 2,2599; 2,325; 2,3437 11,76 3,60 83,80 7 22 f1 2,2525; 2,275; 2,3229 17,51 3,09 70,40 56

(a) (b) Gambar 4.13 Plot hasil pengukuran antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan ukuran beban 0,5 d x 2 mm, penempatan titik 4 dan posisi + 8, (a) plot return loss, (b) plot Smith chart 57

Dari keseluruhan hasil pengukuran pada konfigurasi beban satu titik, secara garis besar terdapat dua kondisi untuk setiap konfigurasi antena dengan beban yang diletakkan di salah satu titik, yaitu posisi beban tepat menyentuh dan kondisi bertumpuk/overlapping dengan patch peradiasi, sehingga seolah-olah panjang beban berkurang. Berikut adalah analisa untuk beberapa konfigurasi tersebut. Untuk kondisi tepat menyentuh patch peradiasi pada setiap titik menunjukkan kondisi yang berbeda. Bisa kita lihat perbandingannya pada Tabel 4.8. Dari Tabel 4.8 dapat kita ketahui, bahwa titik 1 memiliki kecenderungan yang sama dengan titik 4, yaitu perolehan frekuensi resonansi sedikit bergeser dari nilai awal 2,3GHz. Begitu juga dengan perolehan bandwidth yang mengalami penurunan. Pada hasil di titik 2 memiliki kecenderungan yang sama dengan titik 3, dimana perolehan frekuensi resonansi tetap dengan bandwidth yang mengalami peningkatan walau sedikit. Untuk hasil simulasi menunjukkan adanya perbedaan, pada setiap konfigurasi titik penempatan, beban yang berada pada posisi tepat menyentuh patch peradiasi memberikan dampak pengurangan bandwidth, namun frekuensi tengahnya tidak mengalami pergeseran nilai. Tabel 4.8 Perbandingan perubahan hasil pengukuran port tunggal antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban stub posisi 0 Hasil Pengukuran Titik No Frekuensi Resonansi (GHz) Return Loss Bandwidth Penempatan fn fl fc fh (db) % MHz 1 1 f1 2,2607 2,2875 2,3257-22,391 2,84 65 2 f1 2,2635 2,3 2,3429-20,451 3,45 79,4 3 f1 2,26 2,3 2,335-22,256 3,26 75 4 f1 2,2633 2,2875 2,3319-22,169 2,998 68,6 Pada kondisi beban stub positip/overlapping dengan patch peradiasi, untuk berbagai konfigurasi titik dan posisi yang ada, hasil yang optimal dalam hal peningkatan bandwidth (bandwidth hasil pengukuran antena mikrostrip segiempat susun empat elemen tanpa beban, 3,12% / 71,70MHz), untuk setiap titik berbeda, namun ada kecenderungan yang juga serupa untuk titik-titik tertentu, yaitu titik 1 dengan 4, dan titik 2 dengan 3. Hasil pengukuran pada titik 1 atau 4, posisi beban yang dapat menghasilkan peningkatan bandwidth adalah pada saat +4 untuk titik 1, +4 dan +8 untuk titik 4. Dapat dilihat kecenderungan konfigurasi beban stub yang mampu menghasilkan peningkatan 58

bandwidth pada kedua titik ini adalah di area 4mm sampai 8mm, ke arah positip patch peradiasi. Sedangkan pada titik 2 atau 3, posisi beban yang dapat menghasilkan peningkatan bandwidth adalah pada saat 0, +16 dan +22 untuk titik 2, dan 0, +20, +22 untuk titik 3. Dapat dilihat kecenderungan konfigurasi beban stub yang mampu menghasilkan peningkatan bandwidth pada kedua titik ini adalah di area 0mm atau mulai 16mm sampai dengan 22mm ke arah positip patch peradiasi. Begitu juga jika kita lihat pada hasil simulasi, walau ada perbedaan hasil dengan pengukuran namun kecenderungannya tetap serupa. Konfigurasi yang menghasilkan peningkatan bandwidth (bandwidth hasil simulasi antena mikrostrip segiempat susun empat elemen tanpa beban, 7,33% / 168,5MHz), memiliki pola yang serupa untuk titiktitik tertentu, yaitu titik 1 dengan 4, dan titik 2 dengan 3. Hasil simulasi pada titik 1 atau 4, posisi beban yang dapat menghasilkan peningkatan bandwidth adalah pada saat +12, +16 dan +20. Sedangkan pada titik 2 atau 3, posisi beban yang dapat menghasilkan peningkatan bandwidth adalah sangat sedikit sekali, yaitu tidak satupun posisi beban stub untuk titik 2 dan hanya satu posisi beban stub untuk titik 3, yaitu pada +12mm. Merujuk pada hasil pengukuran konfigurasi satu titik ini, maka ditentukan konfigurasi dua dan empat titik dengan posisi beban yang diprediksikan mampu meningkatkan bandwidth. 4.4.5 Pengukuran Port Tunggal Antena Mikrostrip Segiempat Susun Empat Elemen dengan Beban Saluran Mikrostrip dengan Penempatan pada Titik 1 dan 2 Hasil pengukuran port tunggal pada antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban stub ukuran 0,5 d x 2 mm, dengan penempatan pada lebih dari satu titik dilakukan untuk beberapa konfigurasi posisi. Berikut pada Tabel 4.9, adalah hasil pengukuran untuk penempatan pada titik 1 dan 2. 59

Tabel 4.9 Hasil pengukuran port tunggal antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban stub ukuran 0,5 d x 2 mm, dengan penempatan pada titik 1 dan 2 Posisi Frekuensi Resonansi Return Loss Bandwidth No (mm) fn fl; fc; fh (GHz) (db) % MHz 1 4 & 4 f1 2,3563; 2,375; 2,4163 17,72 2,53 60,00 f2 2,4521; 2,4889; 2,517 14,49 2,61 64,90 BW Total 5,14 124,90 2 4 & 22 f1 2,268; 2,2871; 2,2999 12,08 1,40 31,90 f2 2,383; 2,4; 2,4252 13,41 1,76 42,20 f3 2,4537; 2,4813; 2,5049; 12,84 2,06 51,20 BW Total 5,21 125,30 3 22 & 4 f1 2,266; 2,2875; 2,3162 20,61 2,20 50,20 4 22 & 22 f1 2,2549; 2,2875; 2,3162 15,89 2,68 61,30 Dari empat variasi posisi beban tersebut, tidak ada yang menghasilkan peningkatan bandwidth dan memberikan nilai return loss/vswr cukup optimal. 4.4.6 Pengukuran Port Tunggal Antena Mikrostrip Segiempat Susun Empat Elemen dengan Beban Saluran Mikrostrip dengan Penempatan pada Titik 1 dan 4 Hasil pengukuran port tunggal pada antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban stub ukuran 0,5 d x 2 mm, dengan penempatan pada titik 1 dan 4, terdapat pada Tabel 4.10. Dari dua variasi posisi beban tersebut, yang menghasilkan peningkatan bandwidth dan memberikan nilai return loss/vswr cukup optimal yaitu pada posisi beban stub +4, +4. Hasil plot pengukuran return loss dan Smith chart seperti pada Gambar 4.14 (a) dan (b). Tabel 4.10 Hasil pengukuran port tunggal antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban stub ukuran 0,5 d x 2 mm, dengan penempatan pada titik 1 dan 4 Posisi Frekuensi Resonansi Return Loss Bandwidth No (mm) fn fl; fc; fu (GHz) (db) % MHz 1 4 & 4 f1 2,0146; 2,0257; 2,0398 14,15 1,58 25,20 f2 2,3048; 2,323; 2,3532 13,18 1,12 48,40 f3 2,4084; 2,45; 2,497 24,23 3,62 88,60 BW Total 2,70 73,60 2 22 & 22 f1 2,2257; 2,25; 2,2772 19,82 2,29 51,50 60

(a) (b) Gambar 4.14 Plot hasil pengukuran antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan ukuran beban 0,5 d x 2 mm, penempatan titik 1 dan 4, posisi + 4, +4, (a) plot return loss, (b) plot Smith chart 61

4.4.7 Pengukuran Port Tunggal Antena Mikrostrip Segiempat Susun Empat Elemen dengan Beban Saluran Mikrostrip dengan Penempatan pada Titik 2 dan 3 Hasil pengukuran port tunggal pada antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban stub ukuran 0,5 d x 2 mm, dengan penempatan pada titik 2 dan 3, terdapat pada Tabel 4.11. Tabel 4.11 Hasil pengukuran port tunggal antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban stub ukuran 0,5 d x 2 mm, dengan penempatan pada titik 2 dan 3 No Posisi Frekuensi Resonansi Return Loss Bandwidth (mm) fn fl; fc; fh (GHz) (db) % MHz 1 4 & 4 f1 2,299; 2,325; 2,3942 23,23 4,10 95,20 2 22 & 22 f1 2,2249; 2,2375; 2,2626 12,27 1,69 37,70 f2 2,3221; 2,3354; 2,3507 11,75 1,23 28,60 BW Total 2,91 66,30 Dari dua variasi posisi beban tersebut, yang menghasilkan peningkatan bandwidth dan memberikan nilai return loss/vswr cukup optimal yaitu pada posisi beban stub +4, +4. Hasil plot pengukuran return loss dan Smith chart seperti pada Gambar 4.15 (a) dan (b). 62

(a) (b) Gambar 4.15 Plot hasil pengukuran antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan ukuran beban 0,5 d x 2 mm, penempatan titik 2 dan 3, posisi + 4, +4, (a) plot return loss, (b) plot Smith chart 63

4.4.8 Pengukuran Port Tunggal Antena Mikrostrip Segiempat Susun Empat Elemen dengan Beban Saluran Mikrostrip dengan Penempatan pada Titik 3 dan 4 Hasil pengukuran port tunggal pada antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban stub ukuran 0,5 d mm x 2 mm, dengan penempatan pada titik 3 dan 4, terdapat pada Tabel 4.12. Dari empat variasi posisi beban tersebut, yang menunjukkan peningkatan bandwidth dan memberikan nilai return loss/vswr cukup optimal tidak ada. Tabel 4.12 Hasil pengukuran port tunggal antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban stub ukuran 0,5 d x 2 mm, dengan penempatan pada titik 3 dan 4 No Posisi Frekuensi Resonansi Return Loss Bandwidth (mm) fn fl; fc; fh (GHz) (db) % MHz 1 4 & 4 f1 2,3462; 2,375; 2,4104 22,69 2,70 64,20 2 4 & 22 f1 2,2526; 2,275; 2,3019 16,21 2,17 49,30 f2 2,3674; 2,3862; 2,406 13,45 1,62 38,60 BW Total 3,79 87,90 3 22 & 4 f1 2,2558; 2,2769; 2,2999 13,91 1,94 44,10 f2 2,4189; 2,4375; 2,4659 14,40 1,93 47,00 BW Total 3,87 91,10 4 22 & 22 f1 2,25; 2,275; 2,3029 16,36 2,33 52,90 Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa pada penentuan konfigurasi dua titik penempatan dan posisi beban, dipilih beberapa konfigurasi titik dan posisi beban yang diprediksikan dapat memberikan hasil peningkatan bandwidth. Hal ini merujuk dari hasil pengukuran pada konfigurasi satu titik, sehingga dipilihlah konfigurasi dua titik, yaitu titik 1 dan 2, 1 dan 4, 2 dan 3, 3 dan 4, sedangkan untuk penentuan posisi beban dilakukan pengukuran hanya untuk beberapa posisi beban saja. Pada konfigurasi titik 1 dan 2, posisi yang menghasilkan peningkatan bandwidth diharapkan sama dengan konfigurasi titik 3 dan 4. Hal ini memang tidak terjadi sepenuhnya, bisa dibandingkan antara Tabel 4.7 dan Tabel 4.9. Pada konfigurasi titik 1 dan 2, posisi beban yang menghasilkan peningkatan bandwidth tidak ada, begitu juga untuk konfigurasi titik 3 dan 4. Namun kecenderungan perolehan frekuensi resonansi untuk masing-masing posisi beban tetap sama/dekat. Berikut pada Tabel 4.13 dirangkum perbandingan antara keduanya. Pada konfigurasi titik 1 dan 4, dilakukan pengukuran untuk dua posisi beban saja, yaitu +4, +4 dan +22, +22. Posisi yang menghasilkan peningkatan bandwidth 64

adalah posisi +4, +4. Hal ini sudah bisa diprediksi, karena pada saat pengukuran konfigurasi satu titik, yaitu titik 1 atau 4, posisi beban yang dapat menghasilkan peningkatan bandwidth adalah +4. Pada konfigurasi titik 2 dan 3, juga dilakukan pengukuran untuk dua posisi beban saja, yaitu +4, +4 dan +22, +22. Posisi yang menghasilkan peningkatan bandwidth adalah posisi beban +4, +4. Tabel 4.13 Perbandingan hasil pengukuran port tunggal antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban stub konfigurasi dua titik, 1 dan 2 dengan 3 dan 4 No Titik 1 dan 2 Posisi (mm) Frekuensi Resonansi (GHz) Return Loss fn fl fc fh (db) Titik 3 dan 4 Posisi (mm) Frekuensi Resonansi (GHz) Return Loss ERROR (%) fn fl fc fh (db) fl fc fh 1 4 & 4 f1 2,3563 2,375 2,416 17,72 4 & 4 f1 2,3462 2,375 2,4104 22,69 0,43 0,00 0,24 f2 2,4521 2,4889 2,517 14,49 f2 2 4 & 22 f1 2,268 2,2871 2,2999 12,09 4 & 22 f1 2,2526 2,275 2,3019 16,21 0,68 0,53 0,09 f2 2,383 2,4 2,4252 13,41 f2 2,3674 2,3862 2,406 13,45 0,66 0,58 0,80 f3 2,4537 2,4813 2,5049 12,84 f3 3 22 & 4 f1 2,266 2,2875 2,3162 20,61 22 & 4 f1 2,2558 2,2769 2,2999 13,91 0,45 0,47 0,71 f2 f2 2,4189 2,4375 2,4659 14,4 4 22 & 22 f1 2,2549 2,2875 2,3162 15,89 22 & 22 f1 2,25 2,275 2,3029 16,36 0,22 0,55 0,58 Untuk hasil simulasi memang ada perbedaan dengan hasil pengukuran, namun pola kecenderungannya hampir sama. Hasil simulasi pada konfigurasi titik 1 dan 2 cenderung sama dengan hasil simulasi pada konfigurasi titik 3 dan 4, dimana konfigurasi posisi beban yang dapat menghasilkan peningkatan bandwidth adalah pada posisi +22 +4 untuk titik 1 dan 2, dan +4 +22 untuk titik 3 dan 4. Sedangkan untuk titik 1 dan 4 serta titik 2 dan 3, tidak ada konfigurasi posisi beban yang mampu menghasilkan peningkatan bandwidth. 65

4.4.9 Pengukuran Port Tunggal Antena Mikrostrip Segiempat Susun Empat Elemen dengan Beban Saluran Mikrostrip dengan Penempatan pada Titik 1, 2, 3, dan 4 Hasil pengukuran port tunggal pada antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban stub ukuran 0,5 d x 2 mm, dengan penempatan pada titik 1, 2, 3 dan 4, terdapat pada Tabel 4.14. Dari empat variasi posisi beban tersebut, yang menghasilkan peningkatan bandwidth dan memberikan nilai return loss/vswr cukup optimal yaitu pada posisi beban stub +4, +4, +4, +4. Hasil plot pengukuran return loss dan Smith chart seperti pada Gambar 4.16 (a) dan (b). Konfigurasi lain yang menghasilkan peningkatan bandwidth adalah posisi +4, +22, +22, +4. Tabel 4.14 Hasil pengukuran port tunggal antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban stub ukuran 0,5 d x 2 mm, dengan penempatan pada titik 1,2, 3, dan 4 No Posisi Frekuensi Resonansi Return Loss Bandwidth (mm) fn fl; fc; fh (GHz) (db) % MHz 1 4, 4, 4, 4 f1 2,0067; 2,0248; 2,0437 19,51 1,83 37,00 f2 2,3568; 2,3875; 2,506 31,47 6,14 149,20 BW Total 7,96 186,20 2 4, 22, 22, 4 f1 2,0158; 2,0263; 2,0424 13,60 1,31 26,60 f2 2,4238; 2,4625; 2,5 27,44 3,12 76,90 BW Total 4,44 103,50 3 22, 4, 4, 22 f1 1,8914; 1,9019; 1,9164 11,70 1,31 25,00 f2 1,965; 1,975; 1,9903 13,67 1,28 25,30 f3 2,26; 2,2867; 2,3 12,81 1,75 40,00 BW Total 4,34 90,30 4 22, 22, 22, 22 f1 2,2171; 2,2375; 2,273 17,64 2,50 55,90 66

(a) (b) Gambar 4.16 Plot hasil pengukuran antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan ukuran beban 0,5 d x 2 mm, penempatan titik 1,2, 3 dan 4, posisi + 4, +4, +4, +4, (a) plot return loss, (b) plot Smith chart 67

Pada penentuan konfigurasi empat titik penempatan dan posisi beban, juga dipilih beberapa konfigurasi titik dan posisi beban yang diprediksikan dapat memberikan hasil peningkatan bandwidth. Hal ini juga merujuk dari hasil pengukuran pada konfigurasi satu titik, sehingga dipilihlah konfigurasi empat titik dengan variasi posisi +4, +4, +4, +4, dan +4, +22, +22, +4, dan +22, +4, +4, +22 dan +22, +22, +22, +22. Dari keempat variasi posisi beban tersebut yang dapat memberikan hasil peningkatan bandwidth adalah +4, +4, +4, +4, dan +4, +22, +22, +4. Pada Tabel 4.14 dapat kita lihat peningkatan bandwidth yang cukup optimal adalah saat posisi beban +4, +4, +4, +4. Kecenderungan ini juga dapat diprediksi dari hasil pengukuran konfigurasi dua titik, bahwa posisi beban +4, +4 memberikan hasil yang cukup optimal. Untuk hasil simulasi terdapat perbedaan, dimana pada konfigurasi empat titik ini, tidak ada satupun variasi posisi beban yang dapat menghasilkan peningkatan bandwidth. 4.4.10 Respon setiap Patch Peradiasi terhadap penambahan Beban Stub Dari keseluruhan hasil pengukuran yang telah dianalisa, dapat kita ketahui beberapa hal, antara lain: 1. Hasil pengukuran untuk penambahan beban stub pada antena mikrostrip segiempat susun empat elemen konfigurasi satu titik dan dua titik memiliki pola tertentu, yaitu: a. Kecenderungan respon patch peradiasi di titik 1 terhadap penambahan beban, serupa dengan patch peradiasi di titik 4. b. Kecenderungan respon patch peradiasi di titik 2 terhadap penambahan beban, serupa dengan patch peradiasi di titik 3. c. Kecenderungan respon patch peradiasi di titik 1 dan 2 terhadap penambahan beban, serupa dengan patch peradiasi di titik 3 dan 4. 2. Hasil pengukuran untuk penambahan beban stub pada antena mikrostrip segiempat susun empat elemen, konfigurasi dua titik yaitu pada titik 1 dan 4 dengan titik 2 dan 3, pada posisi beban tertentu, keduanya mampu menghasilkan peningkatan bandwidth. 3. Hasil pengukuran untuk penambahan beban stub pada antena mikrostrip segiempat susun empat elemen konfigurasi empat titik memberikan peningkatan bandwidth terbesar pada posisi +4, +4, +4, +4, yaitu dua kali bandwidth antena 68

mikrostrip segiempat susun empat elemen tanpa beban. Namun ada juga yang menghasilkan peningkatan bandwidth tidak lebih besar dari konfigurasi beban pada satu atau dua titik, yaitu pada posisi +4, +22, +22, +4. Beberapa kondisi di atas menunjukkan adanya ketidakseragaman respon tiap-tiap elemen patch peradiasi terhadap penambahan beban. Jika kita mengharapkan respon yang sama dari setiap patch peradiasi seperti respon saat bekerja sebagai elemen tunggal (tidak terangkai dalam antena susun), hal ini tidak terwujud. Kondisi yang terjadi adalah munculnya ketidakseragaman namun bersifat simetris. Hal ini terjadi karena patch peradiasi sudah terangkai dalam antena susun, dimana mutual coupling antar elemen terjadi. Seperti yang telah kita pahami bersama bahwa antena mikrostrip merubah daya menjadi surface wave dan space wave. Eksitasi surface wave pada substrat dengan ketebalan atau nilai permitivitas yang relatif tinggi akan semakin kuat. Dalam antena susun/array, surface wave inilah yang menyebabkan coupling antar elemen. Selain itu, dari keseluruhan analisa yang telah dilakukan, terdapat suatu kondisi yang berulang dan pada bagian ini akan dibahas sekaligus. Kondisi tersebut adalah mengenai perbedaan-perbedaan antara hasil simulasi dengan hasil pengukuran terhadap rancangan antena yang telah dibuat, tabel perbandingannya dapat di lihat pada Lampiran A.2. Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain meliputi: 1. Perbedaan/persentase error yang relatif besar antara bandwidth hasil simulasi dengan hasil pengukuran untuk antena mikrostrip segiempat elemen tunggal tanpa beban maupun antena mikrostrip segiempat susun empat elemen tanpa beban. 2. Perbedaan/persentase error yang relatif kecil antara frekuensi resonansi hasil simulasi dengan hasil pengukuran untuk antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban, dalam berbagai konfigurasi titik penempatan dan posisi beban. 3. Perbedaan/persentase error yang relatif besar antara bandwidth hasil simulasi dengan hasil pengukuran untuk antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban, dalam berbagai konfigurasi titik penempatan dan posisi beban. 4. Tidak munculnya hasil perolehan beberapa frekuensi resonansi pertama/kedua/ketiga, baik pada hasil simulasi atau pada hasil pengukuran pada 69

antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban, karena pita frekuensi yang memiliki nilai VSWR > 2 / bandwidth yang sangat kecil bukan kategori pita frekuensi sehingga datanya tidak dimasukkan. Beberapa faktor yang dianggap menjadi penyebab adanya perbedaan tersebut di atas, adalah: 1. Ketidak homogenan material substrat yang dapat menimbulkan variasi loss tangent dan permitivitas pada substrat. 2. Keterbatasan akurasi pada proses produksi sehingga menyebabkan beberapa hal, yaitu ketidakrataan tepi-tepi patch peradiasi, tepi-tepi saluran mikrostrip sebagai pencatu, lebar celah dan kedalaman inset, tepi-tepi beban stub sehingga dapat menimbulkan mekanisme refleksi dan difraksi di sekitar permukaan tersebut. Selain itu hal tersebut juga dapat menimbulkan ketidakseragaman ketelitian yang menggangu kesempurnaan dari keidentikan tiap komponen patch peradiasi dan pencatunya, sehingga simetrisitas tidak terwujud 100%. 3. Keterbatasan akurasi simulator, terutama untuk antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dengan beban stub, yang terjadi akibat adanya pembatasan salah satu parameter simulasi (dimensi grid untuk proses komputasi) karena keterbatasan memori komputer untuk simulasi. 4. Keterbatasan fasilitas pengukuran karena tidak dilakukan di anechoic chamber. Hal ini dapat menyebabkan kemungkinan adanya gelombang pantul yang dihasilkan oleh dinding atau benda-benda di sekitar objek pengukuran. Faktor pertama adalah sesuatu yang sulit untuk dihindari, namun untuk faktor kedua sampai dengan keempat, sudah diminimalkan melalui pengerjaan dan pengukuran yang cermat dan hati-hati. Selain itu dari hasil pengukuran dapat dilihat bahwa perbandingan untuk perolehan bandwidth untuk konfigurasi satu titik, dua titik dan empat titik tidak menunjukkan pola tertentu. Untuk peningkatan bandwidth juga tidak selalu tergantung pada banyaknya jumlah beban yang diletakkan pada lebih dari satu atau dua atau empat titik. 70

4.5 Pengukuran Pola Radiasi dan Gain Antena Mikrostrip Segiempat Susun Empat Elemen 4.5.1 Pengukuran Pola Radiasi Antena Mikrostrip Segiempat Susun Empat Elemen Pengukuran pola radiasi pada tesis ini hanya dilakukan pada antena mikrostrip segiempat susun empat elemen tanpa beban stub. Hasil numerik pengukuran pola radiasi pada frekuensi tersebut dapat dilihat pada Lampiran A.3. Bentuk pola radiasi dalam dua dimensi dapat dilihat pada Gambar 4.17. Pada Gambar 4.17, kita dapat melihat hasil plot pengukuran pola radiasi antenna mikrostrip segiempat susun empat elemen tanpa beban. Gambar tersebut menunjukkan antena bersifat unidirectional. Garis menunjukkan plot radiasi bidang E, dimana nilai ±3dB beamwidth ada di antara 10-15 dan antara 350-355. Garis menunjukkan plot radiasi bidang H, dimana nilai ±3dB beamwidth ada di antara 45-50 dan antara 340-345. Gambar 4.17 Pola radiasi antena mikrostrip segiempat susun empat elemen Pada bidang E, terdapat adanya side lobe dan back lobe, dimana nilai keduanya maksimal mencapai nilai -43,94dBm. Kemunculan side lobe dan back lobe juga diakibatkan oleh adanya feeding network di layer yang sama dengan patch peradiasi, dimana hal ini telah dijabarkan pada bagian 4.3 71

No 4.5.2 Pengukuran Gain Antena Mikrostrip Segiempat Susun Empat Elemen Pengukuran gain pada tesis ini hanya dilakukan pada antena mikrostrip segiempat susun empat elemen tanpa beban stub. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada frekuensi bawah, frekuensi tengah dan frekuensi atas dari antena. Hasil pengukuran untuk ketiga frekuensi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.15, dan grafik gain sebagai fungsi frekuensi dapat dilihat pada Gambar 4.18. Tabel 4.15 Hasil pengukuran gain antena mikrostrip segiempat susun empat elemen Frekuensi (GHz) Jarak Pengukuran (m) Pt (dbm) Pr (dbm) Gain (db) Asumsi Loss di 2 kabel & konektor (db) Gain+ Loss kabel & konektor (db) 1 2,2695 2 0-31,64 6,968 1 7,968 2 2,3 2 0-32,22 6,7364 1 7,7364 3 2,3452 2 0-35,99 4,936 1 5,936 Gambar 4.18 Grafik gain antena mikrostrip segiempat susun empat elemen Pengukuran gain dilakukan dengan menggunakan metode dua antena identik seperti dijelaskan pada bagian 4.2.3. Contoh perhitungan gain diberikan sebagai berikut: Gain pada antena mikrostrip segiempat susun empat elemen tanpa beban stub. Antena bekerja pada frekuensi 2,3GHz, Maka panjang gelombang, = 0,13043m, Jarak pisah, R = 2m, Asumsi loss pada dua kabel yang digunakan ± 1dB, Data Pengukuran: Pemancar: Antena mikrostrip segiempat susun empat elemen tanpa beban stub. 72

Penerima: Antena mikrostrip segiempat susun empat elemen tanpa beban stub. Daya yang dikirim rata-rata, P t = 0 db/m = 1mW Daya yang diterima rata-rata, P r = -32,22dBm = 0,00059979 mw 1 4 2 0,00059979 ( Gt ) db ( Gr ) db 20.log 10.log 6, 7364dB 2 0,13043 1 maka diperoleh nilai gain dari antena mikrostrip segiempat susun empat elemen tanpa beban stub adalah 6,7364dB + 1 db = 7,7364dB. Sedangkan gain antena pada frekuensi bawah dan frekuensi atas diperoleh dengan proses perhitungan yang sama, di mana nilainya dapat dilihat pada Tabel 4.15. Perolehan gain dari hasil simulasi untuk antena mikrostrip segiempat susun empat elemen dapat dilihat pada Gambar 3.10, yaitu berkisar pada nilai 10,244dB untuk frekuensi 2,2156GHz, 10,087dB untuk frekuensi 2,304GHz dan 9,7681dB untuk frekuensi 2,3841GHz. Namun dapat kita lihat bahwa hasil pengukuran mengalami perbedaan, perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 4.16. Tabel 4.16 Perbandingan perolehan gain hasil simulasi dan pengukuran antena mikrostrip segiempat susun empat elemen tanpa beban stub Hasil Simulasi Hasil Pengukuran Perbedaan No Frekuensi Gain No Frekuensi Gain (GHz) (db) (GHz) (db) (%) 1 2,2156 10,244 1 2,2695 7,968 22,22 2 2,3 10,087 2 2,3 7,7364 23,30 3 2,3841 9,7681 3 2,3452 5,936 39,23 Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya di dalam Bab 2, bahwa pencatuan antena susun menggunakan susunan paralel dengan ukuran path yang seimbang memberikan bandwidth yang lebih besar dibanding susunan seri, namun di sisi lain dapat memunculkan rugi-rugi yang lebih besar dan hal ini dapat membatasi gain yang dicapai. Selain itu, berkaitan dengan apa yang sudah di bahas pada sub bab sebelumnya mengenai kelebihan dan kekurangan penggunaan saluran mikrostrip sebagai pencatu, terutama yang berkaitan dengan konsumsi daya yang dapat menurunkan efisiensi pada antena sehingga nilai gain menjadi terbatas. Kemungkinan lain adalah bahwa karakteristik FR4 tidak sepenuhnya ideal, jika digunakan dalam frekuensi tinggi. Pada penelitian [17] telah dilakukan evaluasi karakteristik dari FR4 untuk aplikasi pada frekuensi microwave, yaitu antara 1-15GHz. Telah disimpulkan pada penelitian tersebut bahwa FR4 tidak dianjurkan digunakan 73

sebagai struktur pencatu dari antena karena sifat high loss, namun demikian FR4 bisa digunakan untuk microwave circuit dengan densitas tinggi dimana panjang path/jalur yang ada pendek dan juga bisa untuk element antena broadband, dimana rugi-rugi dan nilai konstanta dielektrik yang bersifat absolut/tetap tidak terlalu penting. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan FR4, karena yang diutamakan adalah peningkatan bandwidth. Selain itu diharapkan juga dengan penggunaan FR4 dapat memberikan alternatif rancangan antena dengan bandwidth lebar yang murah. 74