berkualitas adalah tenaga pendidik/guru yang sanggup dan terampil dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bercitarasa tinggi, serta teknik penyajiannya yang benar. Dan Sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha mengembangkan manusia berkualitas yang siap menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. materi pelajaran dapat diterima dengan mudah oleh siswa. Jika guru dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar, baik guru maupun siswa pasti

BAB I PENDAHULUAN. faktor mempengaruhi keberhasilan pendidikan tanpa diketahui faktor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha untuk membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

SETI YANINGSIH NIM : A

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Masalah ini sudah lama dicoba di atasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kualitas pendidikan, sebagai salah satu pilar pengembangan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. dapat tercapai sesuai yang diinginkan (Hamalik, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan pendidikan. Semua orang dikenai pendidikan dan akan melaksanakan

BAB I PENDAHULUHAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat

I. PENDAHULUAN. menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak suatu penciptaan dibatasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai tempat proses belajar mengajar mempunyai. sebagai wadah untuk menciptakan kehidupan manusia yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang masih bersifat teacher-centered karena tidak memerlukan alat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia,

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN CARA BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE CONTEXTUAL

BAB I PENDAHULUAN. untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah. menjadi kader-kader pembangun bangsa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru menjadi komponen yang sangat penting untuk menciptakan

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB I PENDAHULUAN. ini akan dicapai apabila semua terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan guru dalam mengembangkan kemampuan siswa SD khususnya. bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan yang berada di Salatiga. Sekolah ini memiliki 33 orang guru dan

Penerapan Contextual Teaching and Learning terhadap pembelajaran praktek konstruksi kayu bagi guru SMK di Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan selanjutnya, sehingga pembelajaran di SD haruslah

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka hadapi dalam sebuah teori common sense menyatakan bahwa,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Atik Sukmawati, 2013

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

BAB I PENDAHULUAN. menopang dan mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan. mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan kebutuhan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. ini adalah dengan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi belajar. Siswa atau mahasiswa

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sebagai generasi penerus demi kemajuan bangsa ini.

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, beberapa di. ini dapat dilihat dari rendahnya hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan perkembangan zaman di dunia mendorong pendidikan untuk. dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern.

SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 1

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

EFEKTIVITAS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIKELAS XI SMUN 3 WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. segala lingkungan dan sepanjang hidup (Faturrahman, 2012: 2). Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas/mutu kehidupan manusia. Pendidikan ini terjadi melalui serentetan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi siswa agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembelajaran yang sifatnya aktif, inovatif dan kreatif. Sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tulisan. Belajar itu dapat berbentuk menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, ada beberapa unsur penting

BAB I PENDAHULUAN. meliputi, tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Komputer dan Jaringan untuk kelas XI D memiliki kapasitas 36 orang siswa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dari beberapa hal yang diajarkan di sekolah, matematika adalah salah satu pelajaran yang sangat dekat

BAB I PENDAHULUAN. muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN CTL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. jaman. Oleh karena itu pendidikan sangat cepat perkembanganannya semua ini

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi dan komunikasi telah menjadikan penguasaan bahasa. asing (khususnya bahasa Inggris) sebagai syarat utama untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dalam arti luas merupakan segala kegiatan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan yang semakin pesat, menuntut lembaga pendidikan untuk bekerja lebih baik dalam menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dengan pendidikan yang ada dinegara kita. Kegiatan proses belajar mengajar merupakan kegiatan inti dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, baik buruknya suatu proses pembelajaran akan menentukan kualitas pendidikan dari sebuah bangsa, karena pendidikan memegang peranan penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkompetensi. Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, tenaga kependidikan yang meliputi, tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti, teknisi sumber belajar, sangat diharapkan berperan sebagaimana mestinya dan sebagai tenaga kependidikan yang berkualitas. Tenaga pendidik/ guru yang berkualitas adalah tenaga pendidik/guru yang sanggup dan terampil dalam melaksanakan tugasnya. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah Indonesia khususnya Kementrian Pendidikan Nasional telah melakukan berbagai usaha yaitu peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan, melakukan perubahan kurikulum yang 1

2 menekankan pada kompetensi serta peningkatan standar minimal nilai Ujian Nasional ( UN ) setiap tahunnya. Namun pada kenyataannya kualitas pendidikan di Indonesia cenderung masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari rendahnya hasil belajar siswa tampak pada tingginya jumlah siswa yang tinggal kelas yakni 12,5%. ( Teacher Employment and Equity Efficincy and Quality Improvement ) ( Kompas, 21/12/2007). Mata Pelajaran yang diteliti dalam penelitian ini adalah mata pelajaran Pengetahuan Bahan Makanan dengan materi pelajaran bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pengetahuan bahan makanan adalah mata pelajaran yang mempelajari mengenai berbagai jenis makanan, vitamin yang terkandung dalam setiap jenis makanan, manfaatnya bagi kehidupan kita dan hasil olahannya. Materi ini dipilih karena berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran pengetahuan bahan makanan, siswa cenderung menjadi pasif saat pelajaran teori dikarenakan kurangnya pengetahuan siswa mengenai jenis-jenis bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan baik nama maupun bentuknya. Guru yang mengajar menggunakan metode konvensional dan ceramah saat mengajar mata pelajaran pengetahuan bahan makanan membuat guru lebih aktif dari pada siswa karena guru yang menjelaskan tetapi siswa hanya diam, duduk dan mendengarkan sehingga hasil belajar siswa kurang baik. Sementara kita tahu bahwa mata pelajaran bahan makanan mempunyai penjabaran yang sangat luas pada setiap materinya. Sebaiknya siswa harus lebih aktif dari pada guru, siswa juga harus lebih semangat dalam belajar.

3 Sekolah SMK Negeri 8 Medan yang berada dijalan Dr. Mansyur Medan. Sekolah ini memiliki mata pelajaran Pengetahuan Bahan Makanan namun dipelajari hanya pada kelas X saja. Proses pembelajaran yang diterapkan di sekolah ini masih sangat monoton yaitu guru hanya memberikan metode konvensional (ceramah) dan mencatat dipapan tulis serta mendiktekan. Dalam proses belajar mengajar dikelas masih berpusat kepada guru dimana murid hanya menulis dan mendengarkan, guru menjelaskan berdasarkan buku panduan dan menjelaskan secara teori, dalam hal ini guru tidak menghubungkan pelajarannya dengan kehidupan sehari-hari yang sering dialami oleh siswa sehingga materi kurang dipahami oleh siswa. Penggunaan fasilitas media pembelajaran seperti infokus tidak digunakan oleh guru mata pelajaran pengetahuan bahan makanan. Hal ini sungguh disayangkan karena membuat siswa kurang mengerti dalam mengenal berbagai bahan makanan. Siswa hanya mengetahui materi dari penjelasan yang diberikan kepada siswa dengan metode ceramah, selebihnya siswa mencari tahu sendiri tentu hal ini tidak efektif karena tidak semua siswa mempunyai keinginan untuk mencari tahu jenis-jenis bahan makanan yang tidak pernah didengar maupun dilihatnya. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara langsung dengan guru mata pelajaran pengetahuan bahan makanan di SMK Negeri 8 Medan pada tanggal 20 februari 2015, diperoleh informasi bahwa nilai pada mata pelajaran ini masih tergolong rendah dan bervariasi, hasil data menunjukkan bahwa dengan melihat daftar nilai siswa 3 tahun terakhir yaitu pada Tahun Ajaran 2012/2013 semester I sebanyak 70,6% (24 orang) memperoleh nilai Cukup, sebanyak 29,4% (10 orang) memperoleh nilai Baik dan sebanyak 0% (0

4 orang) mendapat nilai Amat Baik dan semester II sebanyak 52,9% (18 orang) memperoleh nilai Cukup, sebanyak 47,1% (16 orang) memperoleh nilai Baik dan sebanyak 0% (0 orang) memperoleh nilai Amat Baik. Pada TAhun Ajaran 2013/2014 semester I sebanyak 61,7% (21 orang) memperoleh nilai Cukup, sebanyak 38,2% (13 orang) memperoleh nilai Baik dan sebanyak 0% (0 orang) memperoleh nilai Amat Baik dan semester II sebanyak 64,7% (22 orang) memperoleh nilai Cukup, sebanyak 35,3% (12 orang) memperoleh nilai Baik dan senayak 0% (0 orang) memperoleh nilai Amat Baik. Pada Tahun Ajaran 2014/2015 semester I sebanyak 65,7% (23 orang) memperoleh nilai Cukup, sebanyak 34,2% (12 orang) memperoleh nilai Baik dan sebanyak 0% (0 orang) yang memperoleh nilai Amat Baik dan semester II sebanyak 62,9% (22 orang) yang memperoleh nilai Cukup, sebanyak 37,1% (13 orang) memperoleh nilai Baik dan sebanyak 0% (0 orang) memperoleh nilai Amat Baik. Dari hasil data tiga tahun terakhir dapat diketahui masih banyak siswa yang berada pada nilai C (cukup) dengan jumlah rata-rata 22 siswa per kelas setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena kurangnnya pengetahuan siswa terhadap materi Pengetahuan Bahan Makanan dan membuat siswa kurang mampu menampilkan hasil akhir yang baik dalam mata pelajaran Pengetahuan Bahan Makanan, kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka

5 panjang, oleh karena itu peneliti melihat cara belajar yang kurang efektif dan ingin memberikan suatu model pembelajaran yang sesuai yaitu model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) agar proses belajar mengajar lebih efektif. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang digunakan oleh guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Hal ini dapat dilakukan oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, pengajaran yang kreatif dan pemeliharaan suasana belajar yang menyenangkan. Model pembelajaran yang tepat pada prinsipnya dapat membantu siswa untuk membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan masyrakat dan juga guru. Oleh karena itu, guru harus dapat memilih dan menentukan langkahlangkah yang tepat dalam memperbaiki pembelajaran khususnya memilih model pembelajaran yang digunakan agar siswa lebih mudah memahaminya serta lebih aktif dan kreatif. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL) merupakan konsep belajar yang membatu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.

6 Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru dikelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual. Hal tersebut dapat dicapai apabila dalam aktivitas belajar mengajar, guru senantiasa memanfaatkan teknologi pembelajaran yang mengacu pada metode pengajaran dan penyampaian materi dan mudah diserap peserta didik atau siswa berbeda. Khususnya dalam pembelajaran Pengetahuan Bahan Makanan, agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan guru dengan baik, maka strategi pembelajaran yang berorientasi standar proses pendidikan harus diterapkan oleh guru. Guru akan memulai membuka pelajaran dengan menyampaikan kata kunci, tujuan yang ingin dicapai, baru memaparkan isi kata kunci dan diakhiri dengan memberikan soal-soal kepada siswa. Sehinggga pembelajaran tidak bersifat monoton. Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk melihat pengaruh gabungan metode ceramah dengan metode sumbang saran terhadap hasil belajar siswa dengan mengambil judul Perbedaan Hasil Belajar Pengetahuan Bahan Makanan Menggunakan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Dengan Model Pembelajaran Konvensional Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 8 Medan.

7 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hasil belajar siswa? 2. Apakah proses pembelajaran pengetahuan bahan makanan masih dilakukan dengan metode konvensional? 3. Bagaimana upaya dalam meningkatkan hasil belajar pengetahuan bahan makanan siswa kelas X SMK Negeri 8 Medan? 4. Apakah yang menyebabkan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) harus ditingkatkan? 5. Bagaimana hasil belajar pengetahuan bahan makanan siswa kelas X SMK Negeri 8 Medan yang diajar dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)? 6. Bagaimana hasil belajar pengetahuan bahan makanan siswa kelas X SMK Negeri 8 Medan yang diajar dengan model pembelajaran konvensional (ceramah)? 7. Apakah hasil belajar menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan model pembelajaran Konvensional berbeda pada siswa kelas X SMK Negeri 8 Medan? 8. Apakah hasil belajar pengetahuan bahan makanan siswa kelas X SMK Negeri 8 Medan yang menggunakan model Contextual Teaching And Learning (CTL) lebih tinggi dari hasil belajar yang menggunakan metode pembelajaran Konvensional (ceramah)?

8 C. Pembatasan Masalah Untuk lebih memudahkan penelitian dan memperjelas ruang lingkup pembahasan maka penulis membatasi masalah yakni : 1. Model pembelajaran yang digunakan selama KBM adalah Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Model pembelajaran Konvensional. 2. Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi pokok bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. 3. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 8 Medan T. A 2015 / 2016 D. Rumusan Masalah 1. Bagaimana hasil belajar pengetahuan bahan makanan siswa kelas X SMK Negeri 8 Medan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 2. Bagaimana hasil belajar pengetahuan bahan makananan siswa kelas X SMK Negeri 8 Medan menggunakan model pembelajaran Konvensional? 3. Bagaimana perbedaan hasil belajar pengetahuan bahan makanan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan model pembelajaran Konvensional?

9 E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hasil belajar pengetahuan bahan makanan siswa kelas X SMK Negeri 8 medan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL). 2. Untuk mengetahui hasil belajar pengetahuan bahan makananan siswa kelas X SMK Negeri 8 Medan menggunakan model pembelajaran Konvensional. 3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pengetahuan bahan makanan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan model pembelajaran Konvensional. F. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis, dapat memberikan sumbangan dan pengembangan teori-teori yang relevan tentang perbedaan hasil belajar pengetahuan bahan makanan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan model pembelajaran Konvensional. 2. Sebagai bahan sumbangan pemikiran bagi guru bidang studi Pengetahuan Bahan Makanan tentang arti pentingnya penerapan model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar. 3. Diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pengetahuan bahan makanan dan untuk menambah pengetahuan peneliti tentang prosedur penyusunan dan pelaksanaan penelitian.