POTENSI BUNGA KECOMBRANG SEBAGAI PENGAWET ALAMI PADA TAHU DAN IKAN 1. Rifda Naufalin dan Herastuti Sri Rukmini, Erminawati 2 ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

Pemanfaatan Bunga Kecombrang (Nicolaia Speciosa Horan) Sebagai Pengawet Alami Pada Tahu. (Usage Of Kecombrang Flower for Tofu Nature Preservatif) 1

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGOLAHAN PASTA LAOR (Eunice viridis) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI GARAM

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BUBUK KECOMBRANG (Nicolaia speciosa) SEBAGAI PENGAWET ALAMI PADA BAKSO IKAN TENGGIRI. Rifda Naufalin dan Herastuti Sri Rukmini *) ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Muhammadiyah Semarang Jl. Wonodri Sendang Raya No. 2A Semarang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

METODE. Waktu dan Tempat

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

PERAN TAWAS TERHADAP PERURAIAN PROTEIN IKAN TONGKOL. Nurrahman* dan Joko Teguh Isworo* ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAGING RAJUNGAN (Portunus pelagicus) REBUS PADA SUHU KAMAR

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. makanan yang halal dan baik, seperti makan daging, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan

PENGARUH LAMA PERENDAMAN KEDELAI DAN JENIS ZAT PENGGUMPAL TERHADAP MUTU TAHU ISMED SUHAIDI

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh berbagai kalangan. Menurut (Rusdi dkk, 2011) tahu memiliki

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

BAB III METODE PENELITIAN

APLIKASI PENGAWET ALAMI BUAH KECOMBRANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan pangan mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh bakteri

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam Air Perasan Jeruk

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber protein hewani. Ikan juga merupakan bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, karena jenis tersebut yang paling banyak di tangkap dan di

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran yang

5.1 Total Bakteri Probiotik

TELUR ASIN PENDAHULUAN

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

YUWIDA KUSUMAWATI A

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

PENDAHULUAN. Djoko Poernomo*, Sugeng Heri Suseno*, Agus Wijatmoko**

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

I. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi

HASIL DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB I PENDAHULUAN. Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia,yang

PENDAHULUAN. tradisional biasanya memanfaatkan bahan baku asli dari suatu daerah, alami,

BAB III METODE PENELITIAN

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

OPTIMATION OF THE INCUBATION TIME FOR ENZYMATIC PRODUCTION OF COCONUT OIL USING THE FRUIT S LATEX OF Carica papaya L

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

PENGARUH EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP MIKROBA PADA ISOLAT IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu. 3.2 Bahan dan Alat. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan dan

I. PENDAHULUAN. peternakan mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi pemenuhan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

III. METODE PENELITIAN. waktu penelitian ini dimulai pada bulan April 2016 sampai Desember 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

III. BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

POTENSI BUNGA KECOMBRANG SEBAGAI PENGAWET ALAMI PADA TAHU DAN IKAN 1 Rifda Naufalin dan Herastuti Sri Rukmini, Erminawati 2 ABSTRAK Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) yang kandungan kimianya antara lain alkaloid, flavonoid, polifenol, steroid, saponin, dan minyak atsiri, telah terbukti memiliki aktivitas antimikroba sehingga dimanfaatkan sebagai alternatif untuk mengawetkan makanan. Pada penelitian ini dikaji tentang penggunaan bunga sebagai pengawet tahu dan ikan. Penelitian ini bertujuan: 1) Membandingkan antara pengaruh bubur segar dan bubur bubuk terhadap kualitas tahu dan ikan dari aspek kimia dan mikrobiologi 2) Menetapkan konsentrasi bubur yang menghasilkan kualitas tahu dan ikan terbaik dari aspek kimia dan mikrobiologi, 3) Mengkaji pengaruh waktu simpan terhadap kualitas tahu dan ikan yang diawetkan dengan bubur dari aspek kimia dan mikrobiologi. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 24 kombinasi perlakuan dan dua kali ulangan. Faktor pertama adalah jenis produk pangan (tahu dan ikan), faktor kedua adalah jenis bubur bunga (bunga segar dan bubuk). Faktor ketiga adalah konsentrasi bubur bunga (3 persen, 4 persen, dan 5 persen b/v). Variabel yang diamati meliputi kadar air, nilai ph, total asam, nilai formol dan total mikroba tahu dan ikan. Pengamatan pada tahu dilakukan pada hari ke 0, 1, 2 dan 3 hari, sedangkan pada ikan dilakukan pada hari ke 0, 5, 10, dan 15 hari). Hasil penelitian menunjukkan bubur dari bubuk menghasilkan tahu dengan sifat kimia dan mikrobiologi lebih baik daripada bubur dari bunga segar, dengan nilai Formol 1,68 ml NaOH 0,1 N/g dan total mikroba 2,18 x 10 5 cfu/g; konsentrasi bubur 3 persen (b/v) sudah dapat memperpanjang masa simpan tahu menjadi 3 hari atau 72 jam. Sedangkan pada ikan perlakuan bubur dari bunga segar dengan konsentrasi r 5 persen dan waktu simpan 5 hari merupakan interaksi perlakuan terbaik dilihat dari sifat mikrobiologi ikan segar, yaitu. menghasilkan ikan dengan nilai total mikroba sebesar 1,41 x 10 5 cfu/g, jumlah ini masih dibawah ambang batas layak konsumsi Standar Nasional Indonesia (maksimal 5,0 x 10 5 cfu/g); serta memberikan nilai sensori ikan nila goreng dengan nilai bau amis 3,15 (agak amis-tidak amis); tekstur daging 2,45 (agak kompak-kompak); flavor 3,55 (agak terasa-tidak terasa) dan nilai kesukaan 2,40 (agak suka-suka). PENDAHULUAN merupakan makanan yang sangat dikenal dan disukai masyarakat Indonesia sejak dulu. Prinsip pembuatan tahu adalah koagulasi protein kedelai dengan menggunakan koagulan asam ataupun garam kalsium sulfat (batu tahu). sangat disukai karena sifatnya yang lunak, mudah diiris dan mempunyai rasa yang khas sehingga dapat diolah menjadi berbagai masakan. 1 Dipresentasikan pada Seminar Nasional Pusat Penelitian Pangan, Gizi dan Kesehatan, 8-9 Oktober 2010 2 Staf Pengajar Fakultas Pertanian Unsoed

Namun, adanya isu tahu berformalin, menyebabkan masyarakat khawatir akan keamanan produk tahu. Oleh karena itu, perlu alternatif pengawet tahu yang aman bagi konsumen. merupakan jenis bahan pangan yang mudah sekali rusak. Baik buruknya penanganan akan menentukan mutu ikan sebagai bahan makanan atau bahan mentah sehingga ikan tersebut tetap layak untuk dikonsumsi. Beberapa cara yang biasa digunakan untuk memperpanjang masa simpan ikan adalah dengan perlakuan fisik yaitu dengan penyimpanan dalam lemari pendingin serta dengan perlakuan kimiawi melalui penambahan bahan pengawet. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan keamanan pangan menyebabkan munculnya tuntutan yang menginginkan pangan yang lebih alami. Penggunaan beberapa pengawet sintetik masih dalam kontroversi, baik dalam jenis maupun dosis yang digunakan. Hal ini disebabkan karena pengawet sintetik pada dosis tertentu dapat menjadi komponen toksik ataupun bersifat karsinogenik pada manusia. Beberapa bahan pengawet sintetik dapat berpotensi meracuni tubuh secara akumulatif jika penggunaannya terus-menerus dalam jangka waktu yang lama. Dengan demikian dibutuhkan adanya alternatif penggunaan bahan pengawet yang relatif aman untuk dikonsumsi. Bunga (Nicolaia speciosa Horan) merupakan salah satu alternatif pengawet alami, karena kandungan komponen bioaktif yaitu alkaloid, polifenol, flavonoid dan minyak atsiri. Bunga sering digunakan sebagai bahan tambahan pada masakan sayuran. Bagian yang umum digunakan dari tanaman ini, yaitu bunga dan batangnya. Pemanfaatannya secara umum adalah sebagai pemberi cita rasa pada masakan, seperti urab (kluban) dan pecel, sedangkan batangnya dipakai sebagai pemberi cita rasa pada masakan daging ayam. Pada penelitian ini dipelajari cara pemanfaatan bunga secara sederhana sehingga dapat diterapkan dengan mudah oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) membandingkan pengaruh bubur bunga dari bunga segar dan bubuk terhadap mutu tahu dan ikan ditinjau dari sifat kimia, mikrobiologi dan organoleptiknya; 2) menetapkan konsentrasi bubur bunga yang menghasilkan tahu dan ikan dengan mutu terbaik ditinjau dari sifat kimia, mikrobiologi dan organoleptiknya; 3) mengetahui pengaruh lama simpan terhadap mutu tahu dan ikan ditinjau dari sifat kimia, mikrobiologi dan organoleptiknya. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang potensi bahan pengawet alami bunga dalam bentuk bunga segar atau bubuk kering, khususnya sebagai bahan pengawet tahu dan ikan.

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tahu putih, ikan nila segar; 1 kg isi 10 ekor ikan (Pasar Wage, Purwokerto), bunga dengan helaian bunga berwarna merah muda; bergagang panjang; bunga belum mekar sempurna (Desa Kutayasa Kecamatan Baturaden, Purwokerto), plastik pengemas, alumunium foil, dan bahan-bahan kimia untuk analisis meliputi: akuades, NaOH 0,1 N, larutan K-Oksalat, larutan formaldehid 40 persen, indikator PP 1 persen, larutan bufferr standar ph 4,00 dan ph 7,00, Natrium Klorida, Plate Count Agar (MERCK, Germany), Agar padat (Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, UNSOED). Peralatan yang dipakai dalam penelitian ini meliputi timbangan digital (Ohaus), timbangan analitik (AND, Germany), cabinet dryer, autoclave (All American), inkubator (Memmert, Japan), oven (WTB Binders), lemari pendingin, alat pengemas, shaker, blender, ph meter (Hanna, Mauritius), mikropipet (Gilson), kompor gas, pisau, gelas plastik, dan gelas untuk analisis kimia. Garis besar percobaan berturut-turut sebagai berikut: 1) Penanganan bunga (pemilihan bunga segar, pengirisan bunga, pengeringan bunga, pembuatan bubuk bunga ); 2) Pembuatan bubur dari bunga segar dan dari bubuk bunga ; 3) Aplikasi bubur bunga ; 4) Analisis tahu dan ikan nila segar mikrobiologi dan sensoris ikan nila goreng sensori. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK). Faktor yang dicoba ada 3 macam yaitu : Jenis produk pangan (tahu dan ikan); Jenis bubur yang digunakan : bubur dari bunga segar (B1), bubur dari bubuk bunga (B2); Konsentrasi bubur bunga, konsentrasi bubur 3 persen (K1), konsentrasi bubur 4 persen (K2), konsentrasi bubur 5 persen (K3). Dari perlakuan tersebut dibuat rancangan perlakuan faktorial, sehingga diperoleh 24 kombinasi perlakuan dan tiap perlakuan diulang sebanyak 2 kali sehingga diperoleh 48 unit percobaan. Pengamatan dilakukan pada Pengukuran dilakukan terhadap tahu yang disimpan selama 0, 1, 2 dan 3 hari yang direndam bubur bunga, sedangkan pada ikan dilakukan pengamatan pada 0, 5 10 dan 15 hari.. Variabel mikrobiologi yang diamati yaitu total mikroba.

Kadar air (% bb) Pengukuran variabel organoleptik dilakukan terhadap tahu dan iakn meliputi warna, flavor dan tingkat kesukaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis uji varian (uji F) dan apabila hasil analisis menunjukkan adanya keragaman, maka dilanjutkan dengan Duncan s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 persen. Data dari hasil uji organoleptik dianalisis dengan menggunakan uji FriedmanWaktu simpan ikan : waktu simpan ikan 0 hari (W0), waktu simpan ikan 5 hari (W1), waktu simpan ikan 10 hari (W2), waktu simpan ikan 15 hari (W3). HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air Gambar 1 menunjukkan bahwa perlakuan jenis bubur memberikan perbedaan kadar air tahu dan ikan. Perbedaan kadar air ikan nila pada kedua jenis bubur disebabkan oleh perbedaan sifat higroskopis dari kedua jenis bubur. Bubuk bersifat lebih higroskopis dari jenis segar, sehingga banyak air yang terserap ke dalam bubur dari bubuk. Hal itu menyebabkan kadar air ikan pada perlakuan jenis bubur dari bubuk menjadi lebih rendah dari bubur bunga segar. 90 Bubur bahan segar 85 80 75 Jenis produk pangan Gambar 1. Nilai rata-rata kadar air tahu dan ikan pada perlakuan jenis bubur bunga Peningkatan konsentrasi bubur bunga menyebabkan kadar air ikan nila semakin menurun (Gambar 2). Penambahan bubur menyebabkan terjadinya dehidrasi pada lapisan epidermis ikan ke lingkungan untuk mencapai keseimbangan kadar air dalam ikan dengan lingkungannya. Perbedaan tekanan osmotik pada ikan dan lingkungannya menyebabkan air mengalami proses perpindahan molekul-molekul air. Winarno (1988) dalam Rahayu (1999)

Kadar Air (% bb) menyatakan, dehidrasi terjadi karena tekanan parsial ikan lebih besar daripada lingkungannya sehingga air dalam ikan tertarik ke lingkungan. 88 86 84 82 80 78 76 1% 2% 3% Konsentrasi bubur (%) Gambar 2. Nilai rata-rata kadar air tahu dan ikan dengan perlakuan konsentrasi bubur bunga Semakin lama masa simpan tahu dalam bubur, kadar air tahu semakin meningkat. Hal ini disebabkan semakin lama masa simpan menyebabkan semakin banyak air yang masuk ke dalam tahu, sehingga kadar air tahu semakin meningkat. segar dalam penelitian mempunyai kadar air yang tinggi yaitu 84,10 persen bb. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Burnett (1951 dalam Masitoh, 1996), tahu segar mengandung air sekitar 84-90 persen bb. Kadar air ikan juga meningkat sampai pada waktu simpan ikan 5 hari, kemudian turun pada waktu simpan ikan 10 hari. Peningkatan kadar air saat waktu simpan ikan 5 hari karena masih terdapat kemungkinan molekul-molekul air di lingkungan sekitar bahan dapat masuk dalam ikan dan meningkatkan kadar air. Penurunan kadar air saat penyimpanan 10 hari diduga molekul-molekul air bebas, terikat pada hasil-hasil degradasi protein ikan yang semakin banyak terjadi selama penyimpanan. Nilai ph Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan bentuk bubur (B) tidak berpengaruh nyata terhadap nilai ph baik pada tahu maupun ikan, namun nilai ph ikan lebih tinggi daripada tahu. Nilai ph tahu dan ikan semakin menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi bubur bunga (Gambar 3). Hal ini diduga dengan peningkatan konsentrasi bubur, maka

Nilai ph semakin banyak ion H + yang dilepaskan oleh asam-asam organik dari bubur bunga, sehingga menurunkan nilai ph. 8 6 4 2 0 1% 2% 3% Konsentrasi bubur (%) Gambar 3. Nilai rata-rata ph tahu dan ikan dengan perlakuan konsentrasi bubur bunga Waktu simpan yang semakin lama menyebabkan nilai ph tahu dan ikan semakin meningkat. Rahmawati (2004) menyatakan bahwa kecenderungan peningkatan nilai ph dapat disebabkan oleh proses autolisis yang menyebabkan penguraian protein menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti peptida, asam amino dan amonia yang dapat menaikkan nilai ph tahu dan ikan. Pemecahan yang terjadi pada senyawa N non-protein dapat berupa reduksi trimethylamin oksida menjadi trimethylamin. Akibat langsung dari pemecahan protein oleh bakteri dalam tubuh ikan tersebut maka senyawa N non-protein di dalam tubuh ikan menjadi basis dan terjadi peningkatan nilai ph. Ilyas (1972) dalam Anggraini (2003) menyatakan, peningkatan kebusukan ikan biasanya diikuti dengan kenaikan nilai ph sebagai akibat proses autolisis dan aktivitas mikroba yang mengakibatkan pembusukan. Kadar Total Asam Perlakuan jenis bubur memberikan perbedaan kadar total asam tahu dan ikan. Perbedaan jenis bubur yaitu dari bunga segar dan bubuk ternyata memberikan perbedaan kadar total asam tahu dan ikan (Gambar 4). Diduga asam yang tertitrasi dari bubuk lebih banyak meskipun telah mengalami proses pengeringan. Bubuk mengandung senyawa asam yang lebih

Total Asam (% bb) Total asam (% bb) banyak dalam gram yang sama dengan bunga segar, karena bunga segar dengan kadar air tinggi akan mempengaruhi penetapan kadar total asam. 0,2 0,15 0,1 0,05 Bubur bahan segar Bubur dari bubuk 0 Jenis produk pangan Gambar 4. Nilai rata-rata total asam tahu dan ikan pada perlakuan jenis bubur bunga Kadar total asam tahu dan ikan semakin meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi bubur bunga (Gambar 5). Hal ini disebabkan peningkatan konsentrasi bubur bunga menyebabkan semakin banyak senyawa asam yang terabsorpsi ke dalam tahu dan ikan sehingga kadar total asam tahu meningkat. Peningkatan konsentrasi bubur diikuti dengan peningkatan kadar total asam dan penurunan nilai ph tahu dan ikan. kadar total asam tahu menurun seiring dengan semakin lama masa simpan tahu. Hal ini diduga penurunan kadar total asam tahu terkait dengan degradasi protein tahu yang disertai peningkatan nilai ph tahu. 0,2 0,15 0,1 0,05 0 1% 2% 3% Konsentrasi bubur (%) Gambar 5. Nilai rata-rata total asam tahu dan ikan dengan perlakuan konsentrasi bubur bunga

Nilai Formol (ml NaOH 0,1N/g) Nilai Formol (ml NaOH 0,1 N/g) Nilai Formol Gambar 6 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai Formol tahu dan ikan dari perlakuan jenis bubur. Perbedaan nilai Formol tahu dan ikan disebabkan dari bunga segar menghasilkan komponen senyawa antimikroba dalam jumlah lebih sedikit daripada bubuk, sehingga protein tahu dan ikan dari bubur dari bunga segar lebih banyak yang terhidrolisis oleh mikroba penghasil enzim proteolitik. 2 1,5 1 0,5 0 Jenis produk pangan Bubur bahan segar Gambar 6. Nilai rata-rata Nilai formol tahu dan ikan pada perlakuan jenis bubur bunga Gambar 7 menunjukkan bahwa nilai Formol tahu dan ikan semakin menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi bubur bunga. Hal ini diduga dengan peningkatan konsentrasi bubur hidrolisis protein oleh mikroba semakin terhambat, sehingga nilai Formol menurun. Waluyo (2004) menjelaskan bahwa mikroba dalam pertumbuhannya akan menghidrolisis protein menjadi senyawa-senyawa sederhana. 2 1,5 1 0,5 0 1% 2% 3% Konsentrasi bubur (%) Gambar 7. Nilai rata-rata nilai formol tahu dan ikan dengan perlakuan konsentrasi bubur bunga

Total mikroba (cfu/g) Total mikroba (Log cfu/g) Total mikroba Gambar 8 menunjukkan bahwa perlakuan jenis bubur memberikan perbedaan total mikroba tahu dan ikan. Perbedaan diduga dalam gram yang sama, bubuk bunga mengandung senyawa antimikroba lebih banyak dibanding bunga segar, karena bunga segar mempunyai kadar air tinggi. 5,8 5,6 5,4 5,2 5 Jenis produk pangan Bubur bahan segar Gambar 8. Nilai rata-rata total mikroba tahu dan ikan pada perlakuan jenis bubur bunga Gambar 9 mengindikasikan bahwa total mikroba tahu dan ikan menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi bubur bunga. Bunga mempunyai senyawa antimikroba. Menurut Tampubolon et al. (1983) senyawa kimia bunga antara lain alkaloid, flavonoid, polifenol, steroid, saponin, dan minyak atsiri. Fenol merupakan zat yang berpengaruh terhadap penghambatan bakteri, sehingga bunga bersifat antimikroba. Peningkatan konsentrasi bubur menyebabkan peningkatan senyawa antimikroba, sehingga menghambat pertumbuhan mikroba. 6 5,5 5 1% 2% 3% Konsentrasi bubur (%) Gambar 7. Nilai rata-rata total mikroba tahu dan ikan dengan perlakuan konsentrasi bubur bunga

Perlakuan jenis bubur dan konsentrasi bubur selama waktu simpan menunjukkan bahwa nilai rata-rata total mikroba tahu dari perlakuan lama simpan 1 hari (L1), 2 hari (L2) dan 3 hari (L3) adalah 4,96; 5,20 dan 6,01 log cfu/g, sedangkan nilai total mikroba terendah pada ikan yaitu 2,63 x 10 4 cfu/g diperoleh dari perlakuan jenis bubur dari bunga segar, konsentrasi bubur 25 persen dengan waktu simpan 0 hari, sedangkan nilai total mikroba tertinggi yaitu 1,48 x 10 7 cfu/g diperoleh dari jenis bubur dari bubuk dengan konsentrasi bubur 15 persen dan waktu simpan 15 hari. Semakin tinggi konsentrasi bubur bunga yang digunakan menyebabkan semakin banyak senyawa antimikroba yang dapat menekan pertumbuhan mikroba sehingga nilai total mikroba semakin rendah. Total mikroba meningkat seiring dengan bertambahnya waktu simpan tahu atau ikan. Makin lama waktu simpan, maka tingkat kesegaran ikan akan semakin rendah bahkan mengarah pembusukan. Hal ini disebabkan karena terjadi degradasi senyawa kompleks akibat proses autolisis. Kanoni (1991) menyatakan setelah ikan mati,enzim-enzim pemecah protein bekerja sehingga terjadi reaksi autolisis dari protein. Selanjutnya autolisis tersebut diikuti oleh proses perubahan struktur dari protein yang semula mempunyai berat molekul besar akan menjadi protein yang bersifat mikromolekul. Produk-produk hasil autolisis ini dimanfaatkan oleh mikroba untuk tumbuh dan berkembang sehingga terjadi peningkatan jumlah mikroba pada ikan (Afrianto dan Liviawati, 1991). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Bubur dari bunga segar menghasilkan tahu dan ikan dengan sifat kimia lebih baik dari jenis bubuk 2. Semakin lama waktu simpan ikan menyebabkan penurunan kadar air, serta peningkatan nilai ph, kadar total asam, nilai Formol dan total mikroba ikan nila. 3. perlakuan jenis bubur dari bunga segar, dengan konsentrasi bubur 5 persen dan waktu simpan ikan 5 hari (B1K3W1) merupakan interaksi perlakuan terbaik dilihat dari sifat mikrobiologi ikan segar yang dihasilkan pada penelitian ini. Interaksi perlakuan tersebut menghasilkan ikan nila dengan nilai total mikroba sebesar 1,41 x 10 5 cfu/g. Jumlah ini masih dibawah ambang batas layak konsumsi Standar Nasional Indonesia (maksimal 5,0 x 10 5 cfu/g). tersebut memiliki kadar air 81,25 persen (bb); nilai ph 6,35; kadar total asam 0,16 persen (bb) dan nilai Formol 0,70 ml NaOH 0,1 N/g.

Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek ekonomi tentang penggunaan bunga sebagai alternatif pengganti pengawet sintetis. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi di lapangan sehingga dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Afrianto dan Liviawaty. 1991. Pengawetan dan Pengolahan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 125 hal. Anggraini, T. 2003. Pengaruh Tingkat Kesegaran Dan Konsentrasi Garam Terhadap Mutu Mujair (Tilapia mossambica) Selama Penyimpanan Dingin. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. 74 hal. (Tidak Dipublikasikan) Anonim. 2006. Picung atawa Kluwak, dikenal sebagai bahan makanan populer di Indonesia dan Malaysia ternyata juga bisa jadi bahan pengawet (On-line). http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=231631&kat_id=13 diakses 3 Juli 2006. Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.L. Puspitasari, Sedarmawati, dan S. Budiyanto. 1989. Analisis Pangan. IPB Press, Bogor. 229 hal. Astawan, M. 2003. Air Tawar Kaya Protein Dan Vitamin (On-line). http://www.senior.co.id/kesehatan/news/senior/gizi/0307/04/gizi.htm. diakses 23 Juni 2006. Badan Pengembangan Ekspor Nasional. 2005. Pasar Nila Masih Menganga (On-line). http:/www.nafed. go. id/ indo/ berita/ indeks/. Php?artc=2560. diakses 3 Juli 2006. Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Bogor. 267 hal. Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. P.T Raja Grafindo Persada, Jakarta. 199 hal. Frazier, W.C. and D.C. Westhoff. 1979. Food Microbiology 3 rd Edition. Tata McGraw-Hil Publishing Company Ltd., New Delhi. 540 pp. Hadiwiyoto, S. 1983. Hasil-hasil Olahan Susu,, Daging, dan Telur (2). Liberty, Yogyakarta. 150 hal. Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Liberty, Yogyakarta. 275 hal. Hasnan, M. 1991. Pengaruh Penggunaan Enzim Papain Selama Proses Hidrolisis Kecap. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor. 84 hal. (Tidak dipublikasikan) Hidayat, S.S. dan Hutapea. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 56 hal. Ilyas, S. 1983. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan (I). Teknik Pendinginan. C.V. Paripurna, Jakarta. 233 hal. Kanoni. 1991. Kimia dan Teknologi Pengolahan. PAU Pangan dan Gizi. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 211 hal. Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak. U.I Press, Jakarta. 315 hal. Naufalin, R. 2005. Kajian Sifat Antimikroba Bunga Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) Terhadap Berbagai Mikroba Patogen dan Perusak Pangan. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 181 hal (Tidak Dipublikasikan).