memiliki satu persamaan yaitu hakekat kerusakan struktural yang terjadi disebabkan deformasi. Dan, dalam hal suatu struktur bangunan bawah tanah berdi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu di kepulauan Alor (11 Nov, skala 7.5), gempa Papua (26 Nov, skala 7.1),

BAB III METODE ANALISA STATIK NON LINIER

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah kolom. Kolom termasuk struktur utama yang bertujuan menyalurkan beban tekan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISA PORTAL DENGAN DINDING TEMBOK PADA RUMAH TINGGAL SEDERHANA AKIBAT GEMPA

PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Core terhadap Kinerja Seismik Gedung Bertingkat

KINERJA STRUKTUR AKIBAT BEBAN GEMPA DENGAN METODE RESPON SPEKTRUM DAN TIME HISTORY

EVALUASI METODE FBD DAN DDBD PADA SRPM DI WILAYAH 2 DAN 6 PETA GEMPA INDONESIA

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DI WILAYAH GEMPA INDONESIA INTENSITAS TINGGI DENGAN KONDISI TANAH LUNAK

BAB III METODE ANALISIS

PEMODELAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT BETON BERTULANG RANGKA TERBUKA SIMETRIS DI DAERAH RAWAN GEMPA DENGAN METODA ANALISIS PUSHOVER

EVALUASI KEMAMPUAN STRUKTUR RUMAH TINGGAL SEDERHANA AKIBAT GEMPA

KINERJA STRUKTUR PILAR JEMBATAN BERDASARKAN PERENCANAAN BERBASIS PERPINDAHAN LANGSUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. gempa yang mengguncang di beberapa bagian wilayah Indonesia. Hal ini

ANALISIS KINERJA BANGUNAN BETON BERTULANG DENGAN LAYOUT BERBENTUK YANG MENGALAMI BEBAN GEMPA TERHADAP EFEK SOFT-STOREY SKRIPSI

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Secara keseluruhan, kesimpulan dari studi yang dilakukan adalah :

STUDI KINERJA SENDI PLASTIS PADA GEDUNG DAKTAIL PARSIAL DENGAN ANALISIS BEBAN DORONG

ANALISIS KINERJA GEDUNG BERTINGKAT BERDASARKAN EKSENTRISITAS LAY OUT DINDING GESER TERHADAP PUSAT MASSA DENGAN METODE PUSHOVER


EVALUASI KINERJA BANGUNAN YANG DIDESAIN SECARA DDBD TERHADAP GEMPA RENCANA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilewati oleh pertemuan

ANALISA PENGARUH DINDING GESER PADA STRUKTUR BANGUNAN HOTEL BUMI MINANG AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

KATA KUNCI: direct displacement-based design, performance based design, sistem rangka pemikul momen, analisis dinamis riwayat waktu nonlinier.

EVALUASI BALOK DAN KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA

KATA KUNCI: sistem rangka baja dan beton komposit, struktur komposit.

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa

EVALUASI KINERJA SEISMIK GEDUNG TERHADAP ANALISIS BEBAN DORONG

KATA KUNCI : direct displacement based design, time history analysis, kinerja struktur.

PRESENTASI TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN Umum

Analisis Kapasitas Struktur dengan Incremental Dynamic Analysis (IDA) & Pendekatan Modal Pushover Analysis (MPA) Struktur Beton Bertulang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah daerah rawan gempa, untuk mengurangi resiko korban

STUDI MENENTUKAN PARAMETER DAKTILITAS STRUKTUR GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN ANALISIS PUSHOVER

EVALUASI KINERJA BANGUNAN GEDUNG DPU WILAYAH KABUPATEN WONOGIRI DENGAN ANALISIS PUSHOVER

PERENCANAAN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN KEKAKUAN DAN KEKUATAN SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBE BENTUK DIAGONAL MENURUT SNI 1726:2012 PASAL

Kajian Perilaku Struktur Portal Beton Bertulang Tipe SRPMK dan Tipe SRPMM

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

EVALUASI KINERJA GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM GANDA DENGAN VARIASI GEOMETRI DINDING GESER PADA WILAYAH GEMPA KUAT

KAJIAN PENGGUNAAN NONLINIEAR STATIC PUSHOVER ANALYSIS DENGAN METODA ATC-40, FEMA 356, FEMA 440 DAN PERILAKU SEISMIK INELASTIC TIME HISTORY ANALYSIS

PENDAHULUAN Perencanaan gedung tahan gempa telah menjadi perhatian khusus mengingat telah banyak terjadi gempa cukup besar akhir-akhir ini. Perencanaa

UNTUK PERFORMANCE BASED DESIGN (STUDI KASUS GEDUNG B PROGRAM TEKNOLOGI INFORMASI DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BRAWIJAYA)

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

EVALUASI SENDI PLASTIS DENGAN ANALISIS PUSHOVER PADA GEDUNG TIDAK BERATURAN

BAB II STUDI PUSTAKA

KINERJA STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING BAJA TIPE X

Peraturan Gempa Indonesia SNI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas sekilas tentang konsep Strength Based Design dan

Pengaruh Bentuk Bracing terhadap Kinerja Seismik Struktur Beton Bertulang

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

PENELITIAN MENGENAI SNI 1726:2012 PASAL TENTANG DISTRIBUSI GAYA LATERAL TERHADAP KEKAKUAN, KEKUATAN, DAN PENGECEKAN TERHADAP SISTEM TUNGGAL

Dampak Persyaratan Geser Dasar Seismik Minimum pada RSNI X terhadap Gedung Tinggi Terbangun

BAB I PENDAHULUAN. Keandalan Struktur Gedung Tinggi Tidak Beraturan Menggunakan Pushover Analysis

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Perencanaan letak sendi plastis dengan menggunakan reduced beam

EVALUASI KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT DENGAN ANALISIS DINAMIK TIME HISTORY MENGGUNAKAN ETABS STUDI KASUS : HOTEL DI KARANGANYAR SKRIPSI

ANALISIS PUSHOVER PADA BANGUNAN DENGAN SOFT FIRST STORY

EVALUASI GESER DASAR MINIMUM PADA SNI

STUDI PENENTUAN DIMENSI ELEMEN STRUKTUR PADA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN BERATURAN YANG DIDESAIN DENGAN METODE DIRECT DISPLACEMENT BASED DESIGN

ANALISIS KINERJA STRUKTUR PADA BANGUNAN BERTINGKAT BERATURAN DAN KETIDAK BERATURAN HORIZONTAL SESUAI SNI

BAB 1 PENDAHULUAN. gempa di kepulauan Alor (11 November, skala 7,5), gempa Aceh (26 Desember, skala

( STUDI KASUS : HOTEL DI DAERAH KARANGANYAR )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KINERJA METODEDIRECT DISPLACEMENT BASED DESIGN DAN FORCE BASED DESIGNPADA BANGUNAN VERTICAL SETBACK 6 LANTAI

Evaluasi Kinerja Gedung Beton Bertulang Dengan Pushover Analysis Akibat Beban Gempa Padang

PERFORMANCE BASED DESIGN ANALYSIS PADA PERILAKU NON LINEAR STRUKTUR PILAR JEMBATAN LAYANG AKIBAT BEBAN STATIK DAN DINAMIK GEMPA KUAT TESIS

Perilaku Struktur Bangunan dengan Ketidakberaturan Vertikal Tingkat Lunak Berlebihan dan Massa Terhadap Beban Gempa

ANALISIS PERILAKU DAN KINERJA RANGKA BETON BERTULANG DENGAN DAN TANPA BREISING KABEL CFC

BAB III METODE ANALISIS

Pengaruh Penambahan Dinding Geser (Shear Wall) pada Waktu Getar Alami Fundamental Struktur Gedung

Evaluasi Kinerja Struktur Jembatan akibat Beban Gempa dengan Analisis Riwayat Waktu

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

STUDI KOMPARASI SIMPANGAN BANGUNAN BAJA BERTINGKAT BANYAK YANG MENGGUNAKAN BRACING-X DAN BRACING-K AKIBAT BEBAN GEMPA

BAB I PENDAHULUAN. Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik yang sering disebut juga Ring of Fire, karena sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

PENGARUH PENETAPAN SNI GEMPA 2012 PADA DESAIN STRUKTUR RANGKA MOMEN BETON BERTULANG DI BEBERAPA KOTA DI INDONESIA

Performance Based Design, Sebaiknya Menggunakan Modal Pushover Analysis atau Capacity Spectrum Method?

EVALUASI KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT DENGAN ANALISIS DINAMIK TIME HISTORY MENGGUNAKAN ETABS (STUDI KASUS: HOTEL DI DAERAH KARANGANYAR)

Studi Perbandingan Dinding Geser dan Bracing Tunggal Konsentris sebagai Pengaku pada Gedung Bertingkat Tinggi

KAJIAN PEMBATASAN WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL TERHADAP STRUKTUR BANGUNAN BERTINGKAT.

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Perencanaan Struktur Tahan Gempa. digunakan untuk perencanaan struktur terhadap pengaruh gempa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH DILATASI PADA BANGUNAN DENGAN KETIDAKBERATURAN SUDUT DALAM YANG DIDESAIN SECARA DIRECT DISPLACEMENT-BASED

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KEANDALAN STRUKTUR TABUNG DALAM TABUNG TERHADAP GAYA GEMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN PUSHOVER ANALYSIS

ASESMEN DAN PERKUATAN STRUKTUR GEDUNG TERHADAP GEMPA PADA BANGUNAN RUSUNAWA I UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN. adalah struktur portal beton bertulang dengan dinding bata. Pada umumnya

PERBANDINGAN SPEKTRA DESAIN BEBERAPA KOTA BESAR DI INDONESIA DALAM SNI GEMPA 2012 DAN SNI GEMPA 2002 (233S)

BAB I PENDAHULUAN. beberapa detik sampai puluhan detik saja, walaupun kadang-kadang dapat terjadi lebih dari

Transkripsi:

Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang A.1. Umum Statistik bangunan-bangunan yang mengalami kerusakan dan yang tidak mengalami kerusakan dibawah pengaruh beban gempa merupakan masukan penting untuk penilaian dan pengembangan prosedur desain tahan gempa (seismic/earthquake resistant design). Fokus pemikirannya terletak pada jawaban terhadap pertanyaan ini: Apakah standar peraturan bangunan yang diterapkan (di banyak negara) dapat mengakomodasi kebutuhan mitigasi bencana gempa?. Beberapa pemeriksaan (reconnaisance report) akan diberikan disini. Berdasar observasi yang termuat dalam jurnal elektronik JSCE (Japan Society for Civil Engineers), jurnal EERI (Earthquake Engineering Research Institute), dan beberapa laporan (36, 19, 13, 22) : 1. Gempa Northridge, California, 17 Januari 1994 (Jangkauan PGA (30) : 0.34g 1.78g). Struktur beton bertulang yang didirikan setelah 1976, yang didesain menggunakan metoda analisis gaya (Force-Based Design) mampu mencegah terjadinya kerusakan berat (heavy damage) dan keruntuhan (collapse), akan tetapi tidak adekuat dalam pencegahan lateral. bahaya kerusakan potensial akibat deformasi 2. Gempa Kobe, 17 Januari 1995 (Jangkauan PGA (30) : 0.63g 1.09g). Struktur Jembatan, struktur bawah tanah, pier dan konstruksi beton bertulang yang didirikan setelah pemberlakuan standar 1980-an dengan konsep kekuatan (Ultimate Strength-Based Design) mengalami tingkat kerusakan yang kurang parah dibanding struktur-struktur yang dibangun pada era sebelumnya. Observasi yang memeriksa sampel 3900 (bangunan) tersebut menemukan bahwa sementara kerusakan struktur atas bangunan (above/upper-structures) didominasi oleh efek akselerasi gempa bumi atau gaya inersia, kerusakan struktur bawah tanah (below/under-ground structures) benar-benar merupakan akibat langsung pergeseran tanah (ground-displacement). Konsep yang kelihatannya terpisah ini 1

memiliki satu persamaan yaitu hakekat kerusakan struktural yang terjadi disebabkan deformasi. Dan, dalam hal suatu struktur bangunan bawah tanah berdiri di atas fondasi dangkal (shallow underground structures), perilaku struktural bangunan mungkin merespons secara berbeda dari lingkungannya dan menyerupai struktur di atas permukaan. Laporan-laporan observasi pasca gempa menegaskan kekurangmampuan metodametoda tradisional, yaitu metoda gaya-kekuatan (Force/Strength-Based Design) dalam efektivitas struktur tahan gempa, khususnya pada wilayah dengan percepatan maksimum tanah dasar yang tinggi (PGA > 0.30g). Bercermin pada statistik dampak gempa-gempa besar yang terkenal (Tabel 1.1.) untuk membuktikan kebenaran pernyataan diatas. Tabel 1.1. Korban jiwa dan statistik kerusakan struktur (moderate-severe-collapse) akibat gempa Loma Prieta, Northridge dan Kobe [DIS. Earthquake Facts and Statistics] E v e n G e m p a Korban JIwa Struktur Bangunan Gedung/ Kantor/ RS/Pusat Bisnis Bangunan rumah tinggal biasa (ord. people buildings) Loma Prieta, 17-10-89 62 100 518 Northridge,17-1-94 58 18 29000 Kobe, 17-1-95 5502 3700 167833 Infrastruktur Transportasi (Jalan/Jembatan/ Pelabuhan) 3 jembatan, 2 ruas jalan 9 jembatan, 11 ruas jalan 2 pelabuhan, jembatan Est. Biaya Kerusakan Langsung (Direct Damage Cost) 8.3 milyar US$ 44 milyar US$ 200 milyar US$ Fakta-fakta yang telah dikemukakan diatas mendasari suatu arah baru dalam penelitian teoretik dan eksperimental rekayasa struktur tahan gempa. Sehingga, dalam dekade terakhir konsep desain tahan gempa telah bergeser dari konsep desain berdasarkan kekuatan struktural (force-strength-based design) menjadi konsep desain yang ditentukan berdasarkan keadaan batas (limit states design), yang disebut Performance- Based Engineering (PBE). Perubahan filosofi desain dalam standar/kode bangunan ini pertama kali dimuat dalam tinjauan Structural Engineering Association of California (SEAOC Bluebook) dan Applied Technology Council (ATC-40) 1996. Kemudian konsep baru tersebut didokumentasikan dalam NEHRP 1997, FEMA 302 dan UBC 1997. Dan, yang terakhir dimuat dalam SEAOC Vision 2000. 2

Desain berdasarkan kinerja (Performance-Based Design, atau DBK=Desain Berdasarkan Kinerja) didefinisikan sebagai (1,31) proses desain struktur/jaringan infrastruktur untuk menjamin terpenuhinya kriteria perilaku tertentu dari komponenkomponen struktural/non-struktural dibawah skenario pembebanan simultan dengan probabilitas yang berbeda-beda. Dalam Vision 2000 [Vision 2000 Report, SEAOC], telah didiskusikan sejumlah 6 pendekatan untuk pengembangan desain berdasarkan kinerja, namun demikian hanya 3 pendekatan yang dianggap telah mencapai tahapan yang matang untuk implementasi PBD (31), yaitu: (1) metoda spektra kapasitas (capacity spectrum method, CSM), (2) metoda N2, dan, (3) metoda deformasi langsung (directdisplacement-based method, DDBD). Semua teknik yang disebutkan ini mengandung satu hal mendasar yang sama, yaitu menggunakan perpindahan (displacement) maksimum sebagai parameter kunci, dan oleh sebab itu kesemuanya digolongkan sebagai Metoda Perpindahan (Displacement-Based Design Method). Dengan demikian, displacement-based design, didefinisikan sebagai prosedur desain yang menggunakan (estimasi) displasemen lateral struktur tertentu sebagai parameter kunci respons struktur sehubungan terjadinya gempa bumi atau getaran tanah dasar. A.2. Spesifik Dampak kegagalan desain dalam peristiwa gempa Northridge dan Kobe segera menarik minat banyak peneliti untuk mengembangkan prosedur baru analisis dan desain tahan gempa. Sedikitnya ada 8 prosedur/metoda yang sudah diusulkan oleh beberapa peneliti dalam beberapa tahun belakangan ini (Timothy Sullivan, The Current Limitations of Displacement Based Design, 2003). Implementasi metoda-metoda perpindahan yang berbeda pada suatu kasus tertentu segera menggambarkan bahwa metoda ini dikembangkan secara terpisah oleh para peneliti, dan karena itu menghasilkan perbedaan yang signifikan dalam hasil-hasil desain. Pada (Gambar 1.1) diberikan model suatu portal simetrik beton bertulang bertingkat tujuh (7 storeys) yang hasil desainnya diberikan dalam (Tabel 1.2). Adalah suatu hal yang menarik untuk mengetahui mengapa metoda-metoda itu memberikan hasil-hasil yang berbeda cukup signifikan. 3

6 lantai @ 3.66 m Gambar 1.1. Struktur portal simetrik beton bertulang 7 lantai Lantai dasar 4.27 m Tabel 1.2. Gaya geser dasar total bangunan untuk 8 prosedur Metoda Perpindahan (34) Metoda Gaya Geser Dasar Deviasi* Total (kn) (%) Panagiotakos 13406 273 Ascheim 3732 4 Chopra 3077-14 Freeman 4499 25 SEAOC 3596 0 Priestly 6136 71 Kappos 9627 168 Browning 13369 272 * Ditentukan terhadap metoda SEAOC 1997. B. Rumusan Masalah Metoda displasemen didefinisikan sebagai suatu prosedur analisis yang didasarkan atas parameter deformasi elastik dan inelastik yang tertentu ( y, y, maks, maks ) ataupun spektra perpindahan (S D ) sebagai dasar analisis. Pendekatan sedemikian ini bertitik tolak dari fakta yang diobservasi bahwa kerusakan-kerusakan (baik struktural maupun non-struktural) selama terjadinya gempa bumi terutama berhubungan dengan terlampauinya limit operasional deformasi lateral. 4

Dalam implementasi analisis dan desain struktur yang menggunakan metoda-metoda berbasis perpindahan, batas-batas displasemen lateral maksimum diberikan pada Tabel (1.3) dan (1.4). Tabel 1.3. Limit Deformasi yang Direkomendasikan dalam SEAOC Bluebook 1999 Struktur Beton Bertulang Simpangan sistem struktur sehubungan Intensitas Gempa EQ-I (PGA=0.16g) EQ-II (PGA=0.33g) EQ-III (PGA=0.40g) EQ-IV (PGA=0.66g) Dinding geser H/L=1 0.003 0.0055 0.008 0.010 Dinding geser H/L=2 0.004 0.008 0.012 0.015 Dinding geser H/L=3 0.010 0.019 0.028 0.035 Dinding geser kopel 0.005 0.015 0.030 0.040 Portal tahan momen 0.005 0.015 0.030 0.040 Tabel 1.4. Limit Deformasi untuk Evaluasi Tahan Gempa dan Perkuatan Struktur Beton Bertulang (ATC-40, 1996) Tingkat Kinerja Struktural Simpangan antar Immediate Damage Structural Life Safety lantai Occupancy Control Stability Simpangan total maksimum 0.01 0.01 0.02 0.02 0.33Vi/Pi Simpangan inelastik maksimum 0.005 0.005 0.015 No limit No limit Karakteristik lainnya yang penting dari metoda berbasis displasemen (dan yang membedakannya dengan metoda berbasis gaya) adalah penggunaan sifat-sifat inelastik respons struktur (kekakuan dan redaman) di bawah pembebanan gempa, terutama yang dinyatakan secara eksplisit dalam prosedur DDBD (MJN Priestley). Digunakannya parameter deformasi maksimum (secara realistik dan aktual) sebagai landasan untuk kelompok metoda-metoda berbasis perpindahan (Displacement-Based Design) dipandang sebagai sesuatu yang lebih rasional, relevan dan mengandung level akurasi yang lebih baik dalam pendesainan struktur tahan gempa dibanding metoda tradisional desain berdasarkan kekuatan (strength-based design method). Akan tetapi, meskipun semua prosedur menggunakan konsep paramater desain yang sama terdapat variasi signifikan dalam hasil desain diantara prosedur/metoda yang dikembangkan para peneliti (lihat Tabel 1.2). Karena itu akan dikaji perbedaan fundamental apa atau perbedaan konseptual apa yang menyebabkannya. 5

C. Tujuan Penelitian Dalam studi literatur ini, penulis ingin merealisasikan tiga tujuan penelitian, sbb: 1. Memahami parameter-parameter dasar yang digunakan para peneliti dalam penyusunan metodanya (etiologi). 2. Memverifikasi metoda desain gempa mana yang tepat (dan mana yang tidak tepat) untuk suatu kasus tertentu. 3. Menemukan bilamana terdapat kontradiksi yang fundamental, konseptual, atau empirikal diantara berbagai prosedur/metoda. D. Manfaat Kajian Kehandalan suatu teknik (baru) dalam rekayasa sipil memerlukan bukti terapan atau uji laboratorium. Beberapa model percobaan (simulasi dan tes) yang canggih telah dibuat di New Zealand dan USA, sehingga meyakinkan penulis bahwa secara fundamental pendekatan metoda perpindahan adalah tepat (correct). Maka, apabila problem yang diturunkan disini telah dipecahkan dan hasil-hasil pengkajian literatur ini memiliki validitas ilmiah, tulisan ini akan bisa dimanfaatkan untuk hal-hal sbb: 1. Memilih teknik-teknik atau pendekatan-pendekatan mana yang relevan (atau mana yang tidak relevan) dalam analisis kasus tertentu. 2. Penyusunan konsep peraturan gempa baru, dengan kata lain memutakhirkan teknik analisis dan desain struktur tahan gempa. 3. Perluasan literatur rekayasa gempa. E. Batasan Masalah dan Istilah Penggunaan kata parameter dalam tulisan ini (judul thesis: Kajian Parameter dalam Beberapa Prosedur Desain Metoda Perpindahan ), menerangkan bahwa fokus pengkajian thesis adalah problem tentang parameter-parameter. Kata itu sendiri berarti konstanta yang melukiskan sifat sistem. Dalam peninjauan (review) terhadap garis besar metoda-metoda perpindahan, paling tidak harus diasumsikan (untuk hipotesis kerja) bahwa satu atau beberapa dari metoda-metoda itu kurang valid, dan dengan demikian menyebabkan bias-bias perhitungan yang cukup signifikan. Mengambil konsep metoda ilmiah maka bias-bias itu dapat disebabkan oleh faktor-faktor empirik 6

(sistem pengujian, teori, logika hipotesis-deduktif) maupun faktor-faktor konseptual (simplifikasi model, preferensi, struktur teori, keterbatasan data observasi). Maka, berdasar pertimbangan ketersediaan literatur, kompleksitas masalah dan derajat prakiraan yang diperlukan, penulis membatasi ruang lingkup penulisan sebagai: 1. Evaluasi empat teknik, masing-masing, (a) Direct Displacement-Based Design Method, DDBD (J.M.N. Priestly) (b) Proportioning Method for Reinforced Concrete Structures, PM (J.P. Browning) (c) Displacement Based Design using Inelastic Design Spectra, IDS (A.K. Chopra) (d) Capacity Spectrum Method, CSM (S.A. Freeman, ATC-40 CSSC) 2. Aplikasi desain pada dua studi kasus, sbb, (a) Struktur portal beton bertulang tahan momen (medium-rise building Ductile Moment Resistant Frame/DMRF, 8 lantai) simetrik (b) Struktur portal beton bertulang tahan momen (medium-rise building DMRF, 8 lantai) non-simetrik vertikal 3. Peninjauan satu arah dalam sudut datang gempa bumi (non-orthogonal/tak dikombinasikan) 7