HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA PEGAWAI DI BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL (BKKBN) PROVINSI SULAWESI UTARA Sri Ayu N. Karinda*, Febi K. Kolibu*, Chreisye K.F. Mandagi* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Pola pertumbuhan penduduk berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Utara memiliki tugas untuk melaksanakan pengendalian penduduk. Maka diperlukan kinerja yang baik dari pegawai untuk mencapai tujuan organisasi tersebut, faktor yang diduga dapat mempengaruhi kinerja pegawai antara lain budaya organisasi dan kepemimpinan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara budaya organisasi dan kepemimpinan dengan kinerja pegawai di BKKBN Provinsi Sulawesi Utara. Metode penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan rancangan survei potong lintang untuk mengetahui hubungan antara budaya organisasi dan kepemimpinan dengan kinerja pegawai. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan populasi penelitian ialah pegawai BKKBN Provinsi Sulawesi Utara dan jumlah sampel yang diperoleh yaitu 51 orang pegawai. Analisis data dilakukan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukan nilai p value yang diperoleh dari hasil analisis hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja pegawai sebesar 0,036 dan hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja pegawai menunjukan hasil nilai p value sebesar 0,034. Kesimpulannya adalah budaya organisasi dan kepemimpinan memiliki hubungan dengan kinerja pegawai di BKKBN Provinsi Sulawesi Utara. Sebagai saran agar budaya organisasi dan kepemimpinan di BKKBN Provinsi Sulawesi Utara perlu ditingkatkan agar kinerja pegawai meningkat. Kata Kunci: Budaya Organisasi, Kepemimpinan, dan Kinerja ABSTRACT A pattern of population growth affect on the degree of public health. National population agency and family planning (BKKBN) North Sulawesi has a duty to implement population control. Then required a good performance from the staff to achieve a purpose of these organisations, the suspected factors that can affect performance employees among others organization culture and leadership. The purpose of this study is to find the relationship between organization cultures and leadership with the employee performance of BKKBN North Sulawesi. This research method is analytic survey with cross sectional study design, to find the relationship between organization cultures and leadership with the employee performance. Research instruments using a questionnaire, population of this research is the employees at the BKKBN North Sulawesi with the total sample obtained namely employees 51 people. The analysis used is chi square test. The results showed the p value obtained from the result data analysis the relationship between organization cultures with the employee performance are 0,036 and the relationship between leadership with the employee performance are 0,034. The conclusion is organizations culture and leadership have a relation with the employee performance at the BKKBN North Sulawesi. The suggested that organization culture and leadership at the BKKBN North Sulawesi need to be enhance for increase performance of the employees. Keywords: Organization Cultures, Leadership, Performance
PENDAHULUAN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merupakan lembaga pemerintah yang dibentuk dalam rangka pengendalian penduduk dan pembangunan keluarga. Untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas, pemerintah menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui penyelenggaraan program keluarga berencana yang antara lain bertujuan untuk menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian bayi, ibu dan anak (UU 52 tahun 2009). BKKBN diberi mandat untuk mewujudkan Agenda Prioritas Pembangunan (Nawacita), terutama pada Agenda Prioritas nomor 5 (lima) yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia melalui Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana. BKKBN dalam Strategi Pembangunan Nasional 2015-2019 (Dimensi Pembangunan), berada pada Dimensi Pembangunan Manusia, yang didalamnya berperan serta pada upaya mensukseskan Dimensi Pembangunan Kesehatan serta Mental/Karakter (Revolusi Mental). BKKBN bertanggung jawab untuk meningkatkan peran keluarga dalam mewujudkan revolusi mental. Untuk mencapai agenda prioritas nomor lima dalam nawacita, maka diperlukan kinerja yang baik dari pegawai BKKBN (Rencana Strategis BKKBN, 2015). Penelitian yang dilakukan Latif (2015) tentang hubungan antara iklim organisasi, kepemimpinan dan disiplin kerja dengan kinerja di Dinas Kesehatan Kabupaten Pulau Morotai memberikan hasil bahwa terdapat hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja. Penelitian juga dilakukan oleh Umulu (2015) tentang pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai di BKKBN Provinsi Gorontalo, hasil penelitian menyatakan bahwa kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik, dengan menggunakan rancangan survei potong lintang (cross sectional). Penelitian dilaksanakan pada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Utara yang diadakan pada bulan juni hingga bulan juli 2016. Populasi pada penelitian ini adalah pegawai BKKBN Provinsi Sulawesi Utara yang berjumlah 80 pegawai. Sampel yaitu seluruh pegawai BKKBN yang memenuhi kriteria inklusi. Instrumen penelitian yang digunakan ialah kuesioner. Pengumpulan data primer diperoleh dari kuesioner yang dijawab langsung oleh responden, sedangkan data sekunder berupa gambaran umum BKKBN yang diperoleh dari BKKBN Provinsi Sulawesi Utara. Analisis data dilakukan dalam bentuk analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan
karakteristik responden serta variabel budaya organisasi, kepemimpinan dan kinerja. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja pegawai serta hubungan kepemimpinan dengan kinerja pegawai di BKKBN Provinsi Sulawesi Utara dengan menggunakan uji Chi- Square pada program SPSS dengan tingkat kepercayaan 95% dan nilai α = 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Penelitian dilakukan di BKKBN Provinsi Sulawesi Utara dengan jumlah responden yang diperoleh sebanyak 51 orang pegawai yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki jenis kelamin perempuan dengan jumlah 29 (56.9%) pegawai dan sebagian kecil memiliki jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 22 (42.1%) pegawai. Berdasarkan data distribusi responden menurut jenis kelamin dapat diketahui bahwa sebagian besar responden pada penelitian ialah yang memiliki jenis kelamin perempuan. Salah satu tugas BKKBN adalah mempromosikan program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KB-KR), pada umumnya kelompok yang menjadi sasaran program KB adalah kaum perempuan untuk itu peran pegawai perempuan sangat dibutuhkan dalam pendekatan dengan masyarakat ketika dilakukan promosi KB. Umur dan masa kerja pegawai dikatagorikan berdasarkan nilai tengah yang diperoleh yaitu 49 tahun untuk umur dan 24 tahun untuk masa kerja, maka menurut kelompok umur jumlah responden terbanyak yaitu yang berada pada kelompok umur 49-58 tahun sebanyak 27 (52.9%) pegawai dan responden paling sedikit adalah pada kelompok umur 26-48 tahun yang berjumlah 24 (47.1%) pegawai. Menurut katagori masa kerja diketahui bahwa jumlah responden terbanyak adalah yang bekerja selama 24-38 tahun yaitu sebanyak 26 (51.0%) pegawai, sedangkan yang telah bekerja selama 1-23 tahun adalah sebanyak 25 (49.0%) pegawai. Lama masa kerja berkaitan dengan pengalaman yang didapatkan pegawai karena semakin lama pegawai bekerja maka semakin banyak pengalaman yang telah pegawai peroleh, sehingga pegawai dapat semakin terampil dalam melakukan pekerjaan. Berdasarkan tingkat pendidikan diketahui bahwa distribusi responden menurut tingkat pendidikan yaitu paling banyak responden lulusan strata satu (S1) sebanyak 33 orang dengan persentase 64.7%, kemudian lulusan SMA sebanyak 10 orang (19.6%), Diploma sebanyak 2 orang (3.9%) dan S2 sebanyak 6 orang (11.8%). Berdasarkan data distribusi responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat bahwa jumlah responden terbanyak adalah responden dengan tingkat pendidikan S1, sedangkan responden paling sedikit adalah responden dengan tingkat
pendidikan Diploma. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki berarti pegawai mempunyai kesempatan untuk menerapkan ilmu yang diperoleh dalam menyelesaikan pekerjaan. Berdasarkan jabatan pekerjaan diketahui bahwa distribusi responden terbanyak yaitu dengan jabatan pekerjaan sebagai staff dengan jumlah 38 orang (74.5%), kemudian Kepala Sub Bidang serta Kepala Sub Bagian yang berjumlah 12 orang (23.5%) dan Kepala Bidang 1 orang (2.0%). Berdasarkan bidang kerja diketahui bahwa responden terbanyak yaitu yang bekerja pada bidang sekertariat sebanyak 16 orang (31.4%), kemudian bidang KB-KR sebanyak 6 orang (11.8%), KS-PK sebanyak 5 orang (9.8%), bidang ADPIN sebanyak 4 orang (7.8%), bidang DALDUK sebanyak 5 orang (9.8%), bidang LATBANG sebanyak 7 orang (13.7%) dan fungsional khusus sebanyak 8 orang (15.7%). 2. Variabel Budaya Organisasi Berdasarkan hasil penelitian terhadap 51orang pegawai di BKKBN Provinsi Sulawesi dengan menggunakan kuesioner berisi 13 pernyataan, variabel budaya organisasi dikelompokan kedalam dua kategori yaitu budaya organisasi baik dan budaya organisasi kurang baik. Penelitian yang dilakukan memberikan hasil bahwa dari 51 pegawai terdapat 29 (56.9%) pegawai yang berpendapat bahwa budaya organisasi di BKKBN baik, sedangkan 22 ( 43.1%) pegawai berpendapat bahwa budaya organisasi di BKKBN kurang baik. Gambaran budaya organisasi di BKKBN Provinsi Sulawesi Utara dapat diketahui dari pernyataan yang pegawai berikan dalam kuesioner penelitian. Sebagian besar pegawai dengan persentase 86,3 % menyatakan bahwa dalam bekerja pegawai didorong untuk meningkatkan kreativitas agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan aman, yang artinya dalam bekerja pegawai harus mengandalkan kerativitas yang dimiliki oleh masing-masing pegawai agar setiap tugas maupun program yang akan dijalankan dapat dikerjakan dengan cepat dan tanpa merugikan pihak manapun. Sebagian kecil pegawai dengan persentase 54,9% berpendapat bahwa manajemen dikantor lebih mengutamakan pada hasil kerja, hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa pihak manajemen menginformasikan dengan jelas ukuran keberhasilan dalam pekerjaan, sehingga pegawai dapat menargetkan sejauh mana pekerjaan yang dilakukan dikatakan berhasil. Budaya organisasi adalah suatu kebiasaan yang telah berlangsung lama dan dipakai serta diterapkan dalam aktivitas kerja sebagai salah satu pendorong untuk meningkatkan kualitas kerja setiap individu yang ada dalam lingkungan kerja. Budaya organisasi merupakan cara orang melakukan sesuatu dalam organisasi, dapat berupa satuan norma yang terdiri dari keyakinan, sikap dan
pola perilaku yang dilakukan orang dalam organisasi yang akan mempengaruhi kinerja setiap orang dalam organisasi tersebut (Fahmi 2014). Suatu organisasi dapat tumbuh dan berkembang jika budaya organisasi yang terdapat didalamnya mampu merangsang semangat kerja sumber daya manusia yang ada dalam organisasi tersebut sehingga kinerja organisasi dapat meningkat (Nawawi, 2013). 3. Variabel Kepemimpinan. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 51 orang pegawai dengan menggunakan kuesioner yang berisi 10 pernyataan, variabel kepemimpinan dikelompokan dalam dua kategori yaitu kepemimpinan baik dan kepemimpinan kurang baik. Penelitian yang dilakukan menunjukan hasil bahwa dari 51 pegawai terdapat 31 (60,8%) pegawai yang berpendapat bahwa kepemimpinan di BKKBN baik, sedangkan 20 (39,2%) pegawai berpendapat bahwa kepemimpinan di BKKBN kurang baik. Gambaran kepemimpinan di BKKBN Provinsi Sulawesi Utara dapat dilihat dari jawaban yang diberikan responden dalam pernyataan yang ada dalam kuesioner penelitian. Dari penelitian yang dilakukan memberikan hasil sebagian besar pegawai dengan persentase 94,1% menyatakan bahwa pemimpin sering menekankan pentingnya tugas, 82,4% menyatakan bahwa pemimpin menuntut pegawai memperioritaskan pelaksanaan tugas yang utama daripada urusan yang lain dan meminta pegawai melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, dengan demikian maka pegawai akan terdorong untuk melaksanakn tugas dengan sebaik-baiknya. Selain itu sebagian kecil pegawai dengan persentase 51% menyatakan pemimpin mempengaruhi cara pendang pegawai untuk menyelesaikan masalah pekerjaan, hal ini berarti bahwa sebagian pegawai berpendapat bahwa pemimpin mampu untuk mempengaruhi serta membantu pegawai dalam menyelesaikan masalah dalam pekerjaannya sehingga pegawai lebih mudah untuk mencari cara memecahkan masalah dalam pekerjaan. Berbagai macam faktor dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam upaya mencapai tujuannya, dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan, serta dalam upaya mempertahankan kelangsungan organisasi. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi, sebagian besar faktor tersebut dipengaruhi oleh pemimpin, baik sifat yang telah melekat pada pemimpin maupun gaya kepemimpinan yang digunakan dalam mengelola organisasi tersebut. Kemampuan seorang pemimpin dalam mempengaruhi pengikutnya merupakan faktor dominan yang menentukan keberhasilan suatu organisasi. Berhasil atau tidaknya suatu organisasi selalu dihubungkan dengan pemimpinannya karena pemimpin memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan arah dan tujuan organisasi (Sunyoto, 2015). Seorang pemimpin yang baik adalah yang mampu mengelola seluruh sumber daya
yang dimiliki, gambaran keberhasilan dari seorang pemimpin dapat dilihat dari kinerja yang dihasilakan oleh suatu organisasi (Fahmi, 2014). 4. Variabel Kinerja Berdasarkan hasil penelitian terhadap 51 orang pegawai di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Sulawesi Utara yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi sembilan belas pernyataan, variabel kinerja dikelompokan dalam dua kategori yaitu kinerja baik dan kinerja kurang baik. Penelitian yang dilakukan menunjukan hasil 26 (51%) pegawai termasuk dalam kategori kinerja baik, sedangkan 25 (49%) lainnya termasuk dalam kategori kinerja kurang baik. Gambaran kinerja pegawai di BKKBN Provinsi Sulawesi Utara ditunjukan dari pernyataan 92,2% pegawai yang menyatakan bahwa pegawai mengerjakan setiap tugas dengan komitmen kerja dan dedikasi dan pernyataan bahwa pegawai melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung. Sebagian kecil pegawai dengan persentase 68,6% menyatakan bahwa pegawai berusaha menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawab secara mandiri. Secara sederhana kinerja diartikan sebagai hasil kerja yang diperoleh oleh suatu organisasi. Kinerja pegawai dan kinerja organisasi mempunyai keterkaitan erat karena tercapainya tujuan organisasi tidak lepas dari sumber daya yang dimiliki organisasi tersebut yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organsasi tersebut Nawawi 2013). 5. Hubungan Antara Budaya Organisasi Dengan Kinerja Pegawai Budaya Organisasi Tabel 1. Hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja pegawai Kinerja Pegawai Total p value OR Kurang Baik Baik (CI= 95%) n % n % n % Kurang Baik 15 29.4 7 13.7 22 43.1 Baik 10 19.6 19 37.3 29 56.9 Total 25 49.0 26 51.0 51 100 0.036 4.071 (1.252-13.243) Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa nilai probabilitas (p value) yang didapatkan dari hasil uji statistik yaitu 0,036 atau lebih kecil dari 0,05, hal ini berarti bahwa H1 diterima dan H0 ditolak yang menunjukan bahwa terdapat hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja pegawai di BKKBN Provinsi Sulawesi Utara. Dari hasil analisis data juga diperoleh nilai odds ratio (OR) sebesar 4,071 yang berarti apabila budaya organisasi terus diperbaiki maka berpeluang 4,071 kali untuk dapat meningkatkan kinerja pegawai BKKBN Provinsi Sulawesi Utara.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Emilia Widiati tahun 2012 yang meneliti tentang pengaruh motivasi kerja, disiplin kerja dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai kesehatan pada Rumah Sakit Panti Secanti Gisting dengan jumlah sampel 75 orang memberikan hasil angka korelasi yang diperoleh yaitu R = 0,869 dan nilai signifikan 0,000 untuk uji satu sisi, hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara budaya organisasi dengan kinerja pegawai kesehatan di Rumah Sakit Panti SecantiGisting. Penelitian lain yang mendukung juga dilakukan oleh Dewi Trang pada tahun 2013 tentang pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan di perwakilan BPKP provinsi Sulawesi Utara, dengan hasil penelitian nilai signifikan yang diperoleh 0,000 yang berarti budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, dan nilai R = 0,631 yang berarti bahwa budaya organisasi memiliki hubungan yang kuat dengan kinerja karyawan (karena diatas 50%). Pendapat mengenai hubungan budaya organisasi dengan kinerja yang dikemukakan oleh Tan pada tahun 2002menjelaskan bahwa budaya organisasi mempunyai peran penting dalam pertumbuhan organisasi, karena budaya organisasi yang terdapat didalamnya mampu merangsang semangat kerja sumber daya manusia didalamnya sehingga kinerja organisasi meningkat (Nawawi, 2013) 6. Hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja pegawai Tabel 2. Hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja pegawai Kinerja Pegawai Kepemimpinan Total p value OR Kurang Baik Baik (CI= 95%) n % n % N % Kurang Baik 14 27.5 6 11.8 20 39.2 Baik 11 21.6 20 39.2 31 60.8 Total 25 49.0 26 51.0 51 100 0.034 4.242 (1.269-14.179) Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa nilai probabilitas (p value) yang didapatkan dari hasil uji statistik yaitu 0,034 atau lebih kecil dari 0,05, hal ini berarti bahwa H1 diterima dan H0 ditolak yang menunjukan bahwa terdapat hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja pegawai di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Sulawesi Utara. Dari hasil analisis data juga diperoleh nilai odds ratio (OR) sebesar 4,242 yang berarti bahwa apabila kepemimpinan terus diperbaiki maka berpeluang 4,242 kali untuk meningkatkan kinerja pegawai BKKBN Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Latif (2015) tentang hubungan antara iklim organisasi, kepemimpinan dan disiplin kerja dengan kinerja di Dinas Kesehatan Kabupaten Pulau Morotai, hasil uji statistik memberikan hasil nilai p sebesar 0,008 (p < 0,05) dan nilai OR = 5,750 yang berarti terdapat hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja di Dinas Kesehatan Kabupaten Pulau Morotai.
Penelitian lain dilakukan oleh Rahmafitri (2015) tentang analasis pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan di kedeputian keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga BKKBBN Pusat memberikan hasil bahwa gaya kepemimpinan dan budaya organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. Kinerja yang dihasilkan oleh suatu organisasi merupakan gambaran keberhasilan dari seorang pemimpin yang mengelola organisasi tersebut, dorongan dan semangat kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin mampu menggerakkan suatu organisasi beserta setiap sumber daya manusia yang ada dalam organisasi tersebut kearah yang diinginkan (Fahmi, 2014). KESIMPULAN 1. Terdapat hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja pegawai di BKKBN Provinsi Sulawesi utara. 2. Terdapat hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja pegawai di BKKBN Provinsi Sulawesi utara SARAN 1. Kepemimpinan di BKKBN Provinsi Sulawesi Utara perlu ditingkatkan dan diperbaiki agar dapat terus mempengaruhi para pegawai untuk meningkatkan kinerja dalam menjalankan tugas di BKKBN Provinsi Sulawesi Utara. 2. Budaya organisasi di BKKBN Provinsi Sulawesi Utara harus terus diperbaiki agar para pegawai selalu terpacu untuk meningkatkan kinerja. 3. Untuk peneliti selanjutnya kiranya dapat memperluas cakupan penelitian, antara lain dengan melakukan penelitian dalam jumlah sampel yang lebih banyak dan peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tentang variabel lain yang mungkin mempunyai hubungan dengan kinerja. DAFTAR PUSTAKA Fahmi I. 2014 a. Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta. Fahmi I. 2014 b. Perilaku Organisasi Teori, Aplikasi dan Kasus. Bandung: Alfabeta Latif JA. 2015. Hubungan Antara Iklim Organisasi, Kepemimpinan dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Di Dinas Kesehatan Kabupaten Pulau Morotai.(Online),(http://jkesmasfkm.unsrat.ac. id/wp-content/uploads/2015/06/10 Artikel- Jufal-For-Jurnal.pdf diakses 2 Oktober 2016) Nawawi I. 2013. Budaya Organisasi, Kepemimpinan dan Kinerja. Jakarta: Prenadamedia Group Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun 2015-2019 Sunyoto D, Burhanudin. 2015. Teori Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Umulu I. 2013. Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pada kantor badan kependudukan dan keluarga berencana provinsi gorontalo. (online) (http://eprints.ung.ac.id/4027/, daikses 20 Juli 2016) Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Widiati E. 2012. Pengaruh Motivasi Kerja, Disiplin Kerja dan Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Pegawai Kesehatan Pada Rumah Sakit Panti Secanti Gisting. (Online), Vol.1No.1,(http://ejurnal.asmi.ac.id/index.php/ JOMM/article/view/6, diakses 20 Juni 2016) Rahmafitri A. 2015. Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Di Kedeputian Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBBN Pusat. (Online), (http://eprints.binus.ac.id/31968/1/2014-2- 00986-MN%20Abstrak001.pdf diakses 3 Oktober 2016) Trang DS. 2013. Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Oengaruhnya Terhadap Kinerja Karyawan Di Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara. (Online), Vol.1No.3,(http://ejournal.unsrat.ac.id/index.p hp/emba/article/view/1995/1590 diakses 30 september 2016)