DATA, INFORMASI, KRITERIA, PERTIMBANGAN, PENENTUAN DAN DELIENASI ALOKASI RUANG UNTUK ZONA PERIKANAN TANGKAP DEMERSAL

dokumen-dokumen yang mirip
DATA, INFORMASI, KRITERIA, PERTIMBANGAN, PENENTUAN DAN DELIENASI ALOKASI RUANG UNTUK ZONA PERIKANAN TANGKAP PELAGIS

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI


92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN PESISIR DAN LAUT PENYUSUNAN STATUS MUTU LAUT KOTA BATAM DAN KABUPATEN BINTAN TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/2008 TENTANG

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

RENCANA STRATEGIK DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

Titiek Suparwati Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial. Disampaikan dalam Workshop Nasional Akselerasi RZWP3K

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR MALUKU KEPUTUSAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 387 TAHUN 2016 TENTANG

a. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam wilayah kewenangan kabupaten.

KONSULTASI PUBLIK RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL (RZWP3K) PROV. NTT DI KALABAHI- KAB. ALOR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.38/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN TERUMBU KARANG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BIG. Data Geospasial. Habitat Dasar. Laut Dangkal. Pengumpulan. Pengolahan. Pedoman Teknis.

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah.

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : /KEPMEN-KP/2017 TENTANG

RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU- PULAU KECIL WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TANJUNG JABUNG TIMUR

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

Ir. Agus Dermawan, MSi -DIREKTUR KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT-

Evaluasi Kesesuaian Tutupan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2009 Dengan Peta RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2012 TENTANG

IDENTIFIKASI ANCAMAN TERHADAP KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN TAMAN WISATA PERAIRAN LAUT BANDA, PULAU HATTA, DAN PULAU AY

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

CC. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OLEH : DIREKTUR KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN DITJEN KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN JAKARTA, SEPTEMBER

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

I. PENDAHULUAN. negara Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34/PERMEN-KP/2014 TENTANG

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.35/MEN/2011 TENTANG

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Terlaksananya kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan. Terlaksananya penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis

SAMBUTAN. Jakarta, Desember 2013 Sudirman Saad. Direktur Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN KEMAJUAN 1-1

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tim Peneliti KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2009 TENTANG

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 18/MEN/2007 TENTANG

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kompilasi Data Statistik Sumber Daya Laut dan Pesisir, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

Kata Kunci : Pengelolaan, Terumbu karang, Berkelanjutan, KKLD, Pulau Biawak

perlindungan bagi ikan-ikan ekonomis penting untuk memijah dan berkembang biak dengan baik.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

2 dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 54

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

DATA, INFORMASI, KRITERIA, PERTIMBANGAN, PENENTUAN DAN DELIENASI ALOKASI RUANG UNTUK ZONA PERIKANAN TANGKAP DEMERSAL S. Diposaptono*, Ramses* dan I.K Sudiarta** * Kementerian Kelautan dan Perikanan ** Universitas Warmadewa ABSTRAK Sumber daya ikan demersal merupakan salah satu sumber protein utama dengan nilai ekonomi tinggi. Di beberapa wilayah di Indonesia, sediaan sumberdaya ini mengalami penurunan yang nyata, sehingga perlu dilakukan upaya-upaya pengelolaan. Dari persepektif pengelolaan pesisir terpadu, pengelolaan sumberdaya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan melalui penetapan alokasi ruang yang menjamin keberlangsungan sumberdaya serta mendorong sinergisitas kepentingan para pemangku kepentingan di wilayah tersebut. Paper ini akan menjabarkan kebutuhan data dan informasi untuk menetapkan alokasi ruang untuk zona perikanan tangkap demersal, kriteria dan pertimbangan yang digunakan untuk menetapkannya, serta cara mendelienasinya. Penentuan zona perikanan tangkap demersal didasarkan pada keberadaan ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove. Keberadaan ekosistem ini selanjutnya divalidasi melalui pengamatan langsung di titik-titik sampling yang telah ditentukan. Hasil pengamatan dianalisis lebih lanjut disesuaikan berdasarkan kriteria dan pertimbangan dalam penetapan alokasi ruang untuk perikanan tangkap demersal dan analisis non spasial. Keluaran dari rangkaian aktivitas tersebut akan diperoleh peta alokasi ruang untuk zona perikanan tangkap demersal. Kata kunci: data, kriteria, zonasi, alokasi ruang, perikanan, demersal 1

1. PENGANTAR Sumber daya ikan demersal merupakan salah satu sumber protein utama dengan nilai ekonomi tinggi. Di beberapa wilayah di Indonesia, sediaan sumberdaya ini mengalami penurunan yang nyata (lihat Tabel 1), sehingga perlu dilakukan upaya-upaya pengelolaan. Dari persepektif pengelolaan pesisir terpadu, pengelolaan sumberdaya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan melalui penetapan alokasi ruang yang menjamin keberlangsungan sumberdaya serta mendorong sinergisitas kepentingan para pemangku kepentingan di wilayah tersebut (Dahuri, Rais, Ginting & Sitepu, 1996). Tabel 1. Status Tingkat Eksploitasi Sumberdaya Ikan Demersal Di Masing-Masing WPP-RI Sumber: Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.45/MEN/2011 Sebagai penjabaran dari perencanaan pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil, upaya pengelolaan sumber daya di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan melalui penetapan alokasi ruang ke dalam zona-zona dan salah satunya adalah perikanan tangkap dimana perikanan demersal menjadi bagian dari zona tersebut. Penetapan alokasi ruang ini ditetapkan berdasarkan kriteria kesesuaian dan disepakati bersama antara berbagai pemangku kepentingan dan telah ditetapkan status hukumnya untuk kegiatan penangkapan ikan. Selain memudahkan pengelolaan terhadap sumber daya ikan demersal, upaya ini dapat meminimalisasi konflik pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil. Sebagai sebuah konsep berpikir, penetapan zona perlu mempertimbangkan dan memanfaatkan berbagai pemahaman dan mengadopsi perkembangan keilmuan terkini. Tulisan ini akan mencoba menjabarkan kebutuhan data dan informasi untuk menetapkan alokasi ruang untuk zona perikanan tangkap demersal, kriteria dan pertimbangan yang digunakan untuk menetapkannya, serta cara mendelienasinya. 2

2. METODOLOGI Tulisan ini menggunakan metode riset kualitatif. Tahapan awal dari studi ini dilakukan desk study. Keluaran dari desk study adalah sejumlah informasi terkait dengan kebutuhan data dan informasi untuk menetapkan alokasi ruang untuk zona perikanan tangkap demersal, kriteria dan pertimbangan yang digunakan untuk menetapkannya, serta cara mendelienasinya. Untuk mengkonfirmasi temuan tersebut, dilaksanakan beberapa kali focus group discussion dan menghasilkan variabel-variabel yang menjelaskan data dan informasi yang dibutuhkan, kriteria dan pertimbangan untuk penetapan serta serta cara mendelienasi alokasi ruang untuk zona perikanan tangkap demersal. Keluaran dari focus group discussion selanjut diperdalam melalui in depth interview dengan sejumlah pakar terkait. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil desk study focus group discussion dan in-depth interview, metode penentuan zona perikanan tangkap demersal yang dapat digunakan untuk penyusunan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah memanfaatkan konsep biologi perikanan diintegrasikan dengan pemahaman mengenai pengembangan wilayah. Kebutuhan data dan informasi untuk menetapkan alokasi ruang untuk zona perikanan tangkap demersal, kriteria dan pertimbangan yang digunakan untuk menetapkannya, serta cara mendelienasinya akan dijabarkan lebih lanjut. 3.1. Kebutuhan Data dan Informasi Dalam menetapkan daerah potensi ikan demersal, dibutuhkan data dan informasi sebagaimana yang tertera pada Tabel 2. Data dan informasi tersebut mengadopsi pendekatan kesesuaian parameter biofisik menggunakan kriteria kesesuaian berdasarkan habitat sumberdaya ikan demersal. Habitat ikan demersal umumnya berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan keberadaan ekosistem pesisir seperti mangrove, padang lamun dan terumbu karang serta habitat yang menetap dan beruaya pada ekosistem tersebut. 3

Tabel 2. Kebutuhan Data dan Informasi Dalam Penentuan Daeah Potensi Ikan Demersal No Data Sumber Data Keterangan 1 Ekosistem pesisir (terumbu karang, Survey lapangan Kondisi ekosistem mangrove, padang lamun): mempengaruhi kelimpahan Kondisi ekosistem (buruk, ikan sedang, baik sangat baik) Kelimpahan ikan Keanekaragaman/kekayaan jenis ikan (ikan target) 2 Kedalaman perairan Peta batimetri Distribusi ikan demersal sangat dibatasi oleh kedalaman karena jenis ikan demersal hanya mampu bertoleransi terhadap kedalaman tertentu sebagai akibat perbedaan tekanan air. 3 Morfologi dasar laut Peta bathimetri Persebaran habitat ikan (analisis garis demersal di sekitar ekosistem isodepth) dengan morfologi dasar laut landai lebih jauh jangkauannya dibandingkan morfologi dasar laut curam karena faktor kedalaman 4 Kecerahan air Citra satelit atau Mempengaruhi feeding activity survey lapangan 5 Pencemaran Pengukuran lapangan Mempengaruhi distribusi/kehidupan ikan 6 Faktor pembatas: Habitat yang dilindungi (Kawasan Konservasi/ Reservat, habitat spesies dilindungi) Habitat dalam status rehabilitasi Daerah Lingkungan Kerja & Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Alur pelayaran Alur migrasi biota laut dilindungi Sumber: Direktur Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (2013) 4

3.2. Kriteria dan Pertimbangan dalam Menentukan Daerah Potensi Ikan Demersal Dalam menentukan daerah potensi ikan demersal, terdapat sejumlah kriteria untuk memastikan bahwa sebuah luasan merupakan daerah potensi ikan demersal. Tabel 3 berisi kriteria data dan informasi yang digunakan untuk penentuan daerah potensi ikan demersal berdasarkan pendekatan kesesuaian parameter biofisik. Tabel 3. Kriteria Penentuan Daerah Potensi Perikanan Tangkap Demersal No Parameter Skor 1 3 5 1 Kondisi ekosistem terumbu karang/ Buruk (<25%) Sedang Baik & sangat baik tutupan karang hidup (25-49,9%) ( 50%) 2 Kondisi ekosistem padang lamun/ penutupan lamun Buruk (<29,9%) Sedang (30 59,9%) Baik ( 50%) 3 Kondisi ekosistem mangrove/ Rusak Sedang Baik penutupan mangrove (<50%) (50-74,9%) ( 75%) 4 Kelimpahan ikan Rendah Sedang Tinggi 5 Kekayaan Jenis <10 jenis 10 30 jenis > 30 jenis 6 Kedalaman perairan (m) < 3 dan >100 3-5 dan 50-100 5-50 7 Morfologi dasar perairan landai Landai - curam curam 8 Kecerahan < 5 5-10 > 10 9 Pencemaran Ada Sedikit Tidak Ada Sumber: Direktur Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (2013) Setelah daerah potensi ikan demersal ditentukankan, diperlukan analisis lanjutan agar diperoleh zona perikanan tangkap demersal potensial. Analisis yang dilakukan adalah sejumlah analisis non spasial yang terkait dengan pengembangan wilayah seperti analisis kebijakan, infrastruktur, sosial & budaya, ekonomi wilayah, kedudukan regional, valuasi ekonomi. Analisis tersebut secara garis besar memberikan pertimbangan meliputi: 1) perlunya menyesuaikan kebijakan pusat dan daerah dalam pengembangan wilayah termasuk di dalamnya kebijakan geopolitik dan pertahanan keamanan, 2) memperhatikan kondisi infrastruktur pendukung, 3) memperhatikan kondisi ekonomi wilayah, 4) memperhatikan kondisi demografi dan sosial; dan 5) nilai ekonomi sumberdaya potensial (Direktur Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 2013) 5

3.3. Mendelineasi Zona Perikanan Tangkap Demersal Delineasi zona penangkapan ikan demersal dilakukan dalam sejumlah tahapan seperti yang ditampilkan dalam Gambar 1, dan terangkum pada rincian sebagai berikut: Penyiapan dataset dasar dan tematik yang dibutuhkan untuk penetapan daerah penangkapan ikan demersal (Tahap 1 dan 1A pada Gambar 1) Tumpang susun dataset dasar dan data set tematik sehingga menghasilkan peta paket sumberdaya mengenai lokasi studi (Tahap 2 pada Gambar 1) Analisis kesesuaian dengan memanfaatkan kriteria pada Tabel 3 (Tahap 3 pada Gambar 1) Analisis non-spasial terkait dengan pengembangan wilayah, merujuk pada hal-hal yang perlu dipertimbangan seperti yang telah dijabarkan di atas. Analisis ini harapannya dapat menghasilkan zona-zona yang ideal yang akan disepakati oleh seluruh pemangku kepentingan (Tahap 4 pada Gambar 1) Penetapan zona perikanan tangkap demersal potensial untuk selanjutnya dapat disepakati oleh seluruh pemangku kepentingan di daerah (Tahap 5 pada Gambar 1). Gambar 1. Tahapan Pendeliniasian Zona Perikanan Tangkap Demersal (Direktur Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 2013) 6

4. KESIMPULAN Perencanaan pengelolan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memerlukan asupan dari berbagai disiplin keilmuan untuk menghasilkan kebijakan yang mampu mensinergiskan aktivitas di wilayah ini. Hal ini terbukti dalam tulisan ini. Pendekatan biologi perikanan yang diintegrasikan dengan pengembangan wilayah dapat dimanfaatkan sebagai fondasi pemahaman dalam penetapan zona perikanan tangkap demersal. 5. DAFTAR PUSTAKA Dahuri,R.;J. Rais; S.P. Ginting & M.J.Sitepu (1996). Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita: Jakarta. Keputusan Direktur Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Nomor 44/KEP- DJKP3K/2013.Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil. 3 Desember 2013. Jakarta. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.45/MEN/2011. Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. 3 Agustus 2011. Jakarta. 7