PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR : P.8/PDASHL-SET/2015 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BERSAMA ANTARA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG DAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

ISLAM NOMOR : P.7/PDASHL-SET/2015 NOMOR : DJ:II/555 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 24/Menhut-II/2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KEBUN BIBIT RAKYAT

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.46/Menhut-II/2010 TENTANG

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN PADA AREAL BENCANA ALAM

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RENCANA STRATEGIS. Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung. Tahun (Perubahan)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011

2017, No Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi Bidang Irigasi; Mengingat : 1.

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.23/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KEBUN BIBIT RAKYAT

2014, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 89 TAHUN 2007 TENTANG GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBUTUHAN BENIH (VOLUME) PER WILAYAH PER JENIS DALAM KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN. Oleh : Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan

K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 63/Dik-2/2012. t e n t a n g

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN MENANAM POHON BELITUNG TIMUR PELANGI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. UPT. Pembenihan. Tanaman. Klasifikasi. Kriteria.

BAB I PENDAHULUAN. bibit tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna Multi Purpose Tree Species

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.29/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

PEMBANGUNAN KEBUN BIBIT RAKYAT TH 2011

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2008

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.17/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KEBUN BIBIT RAKYAT BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 66/Menhut-II/2008 TENTANG KRITERIA DAN KLASIFIKASI UNIT PELAKSANA TEKNIS PERBENIHAN TANAMAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.51/Menhut-II/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAGIAN KEDUA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN REBOISASI HUTAN LINDUNG DAN HUTAN PRODUKSI GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA : P.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL. Nomor : P. 05 /V-PTH/2007 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI MUTU BIBIT TANAMAN HUTAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 85/Kpts-II/2001 Tentang : Perbenihan Tanaman Hutan

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Perlindungan. Pengelolaan. LHK. Peran. Masyarakat. Pelaku Usaha. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.17/Menhut-II/2012

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

BAGIAN KETUJUH PEDOMAN PENANAMAN TURUS (KANAN - KIRI) JALAN NASIONAL GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GERHAN) BAB I PENDAHULUAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2011 TENTANG HUTAN TANAMAN HASIL REHABILITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR : P. 06 /V-PTH/2007

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG / JASA MELALUI SWAKELOLA

2016, No. -2- Kehutanan, diperlukan penyempurnaan Peraturan Menteri Kehutanan sebagaimana dimaksud dalam huruf b; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2002 TENTANG DANA REBOISASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI KEHUTANAN DAN MENTERI PEKERJAAN UMUM,

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN KRITIS DI PROVINSI LAMPUNG

2016, No Kepada 34 Gubernur Pemerintah Provinsi Selaku Wakil Pemerintah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Su

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 39/Menhut-II/2010 TENTANG POLA UMUM, KRITERIA, DAN STANDAR REHABILITASI DAN REKLAMASI HUTAN

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 28/Menhut-II/2010 TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN BENIH TANAMAN HUTAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAGIAN KESEMBILAN PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN DENGAN SISTIM SILVIKULTUR INTENSIF GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

2016, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingku

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.12/Menhut-II/2013 TENTANG

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL Nomor : P. 07 /V-PTH/2007 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERUSAHAAN\ KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 3/Menhut-II/2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Kehutanan tentang Penyuluh Kehutanan Swasta dan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 199

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG REHABILITASI DAN REKLAMASI HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 58 TAHUN 2013 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

2016, No informasi geospasial dengan melibatkan seluruh unit yang mengelola informasi geospasial; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

Transkripsi:

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR : P.8/PDASHL-SET/2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN POHON OLEH PESERTA DIDIK, PENDIDIK, DAN TENAGA KEPENDIDIKAN TINGKAT TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengoptimalkan terlaksananya penghijauan dan pelestarian lingkungan hidup melalui partisipasi masyarakat, telah dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang ditindaklanjuti dengan Perjanjian Kerjasama antara Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung dan Sekretaris Jenderal Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi; b. bahwa dalam rangka mempermudah implementasi Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerjasama sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung tentang Petunjuk Pelaksanaan Penanaman dan Pemeliharaan Pohon oleh Peserta Didik, Pendidik, dan Tenaga Kependidikan Tingkat Tinggi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4947); Memperhatikan : 1. Nota Kesepahaman antara Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor NK.6/MenLHK-V/2015 dan Nomor 16/M/SKB/VI/2015;

2. Perjanjian Kerjasama antara Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung, dan Sekretaris Jenderal Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor PKS. 179/V-Set/2015 dan Nomor 3/PK/M/VI/2015; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN POHON OLEH PESERTA DIDIK, PENDIDIK, DAN TENAGA KEPENDIDIKAN TINGKAT TINGGI. PERTAMA KEDUA KETIGA : Petunjuk pelaksanaan penanaman dan pemeliharaan pohon oleh peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan tingkat tinggi adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan bersama Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung ini. : Petunjuk Pelaksanaan ini digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan penanaman dan pemeliharaan pohon oleh peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan tingkat tinggi. : Peraturan bersama ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 12 Oktober 2015 DIREKTUR JENDERAL, ttd. Dr. HILMAN NUGROHO NIP. 19590615 198603 1 004

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR : P.8/PDASHL-SET/2015 TANGGAL : 12 Oktober 2015 TENTANG : PETUNJUK PELAKSANAAN PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN POHON OLEH PESERTA DIDIK, PENDIDIK, DAN TENAGA KEPENDIDIKAN TINGKAT TINGGI. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka menyukseskan Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berupaya untuk menjalin kerjasama dengan berbagai pihak/instansi, terutama untuk berpartisipasi dalam kegiatan penanaman dan pemeliharaan pohon. Hal ini bertujuan untuk menanamkan budaya cinta lingkungan dari semua pihak, sehingga isu-isu lingkungan termasuk kelestarian hutan dan peningkatan kualitas lingkungan menjadi tanggung jawab bersama seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Budaya cinta lingkungan harus ditumbuhkan sejak dini kepada generasigenerasi penerus bangsa. Harapan ke depan budaya cinta lingkungan ini dapat mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari generasi muda Indonesia. B. MAKSUD DAN TUJUAN Petunjuk pelaksanaan penanaman dan pemeliharaan pohon ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pelaksanaan penanaman dan pemeliharaan pohon oleh peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan tingkat dasar dan menengah dan sebagai implementasi Nota Kesepahaman antara Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Tujuannya adalah : 1. Menumbuhkembangkan budaya cinta menanam dan memelihara pohon; 2. Membantu rehabilitasi lahan kritis; 3. Meningkatkan produktivitas lahan dan ekonomi masyarakat/rakyat; 4. Mengembangkan tanaman unggulan lokal; dan 5. Mendukung pelaksanaan mitigasi perubahan iklim. C. RUANG LINGKUP Ruang lingkup petunjuk pelaksanaan ini mencakup kegiatan penanaman dan pemeliharaan pohon, yang dimulai dari perencanaan, penanaman, pemeliharaan, pemanfaatan sampai dengan monitoring, evaluasi dan pelaporan.

D. PENGERTIAN 1. Benih adalah bahan tanaman yang berupa bahan generatif (biji) atau bahan vegetatif yang digunakan untuk mengembangbiakkan tanaman hutan. 2. Bibit adalah tumbuhan muda hasil pengembangbiakan secara generatif atau secara vegetatif. 3. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. 4. Desa binaan adalah desa yang menjadi sasaran program-program pemerintah terkait masalah sosial dan ekonomi. Pada desa binaan yang dibina oleh Balai Pengelolan DAS, maka desa binaan merupakan desa yang di dalamnya terdapat lahan kritis dan menjadi sasaran program-program pemerintah untuk rehabilitasi hutan dan lahan serta sosial ekonomi. 5. Lahan kritis adalah lahan yang berada di dalam dan di luar kawasan hutan yang telah menurun fungsinya sebagai unsur produksi dan media pengatur tata air DAS. 6. MPTS (Multi Purpose Trees Species) adalah jenis tanaman berkayu yang memiliki kegunaan baik dari hasil kayu maupun non kayu. 7. Pemeliharaan tanaman adalah perlakuan terhadap tanaman dan lingkungannya agar tanaman tumbuh sehat dan normal melalui pendangiran, penyiangan, penyulaman, pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit. 8. Polybag adalah plastik segi empat yang digunakan untuk menyemai tanaman dengan ukuran tertentu yang disesuaikan dengan jenis tanaman. 9. Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang selanjutnya disingkat (RHL) adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranan dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. 10. Tanaman berkayu adalah tanaman perennial/tahunan yang memiliki jaringan vaskuler yaitu, jaringan pengangkut berupa floem dan xilem yang mengalami pertumbuhan sekunder sehingga membentuk struktur kayu. 11. Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung yang selanjutnya disebut UPT Ditjen PDASHL adalah Unit Pelaksana Teknis yang melakukan kegiatan secara teknis di suatu wilayah kerja tertentu, sebagai perwakilan Pemerintah Pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung meliputi Balai Pengelolaan DAS (BPDAS), Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH), Balai Pengelolaan Hutan Mangrove (BPHM), dan Balai Persuteraan Alam (BPA).

BAB II PERENCANAAN A. PEMILIHAN LOKASI 1. Lokasi yang digunakan untuk kegiatan penanaman pohon meliputi : a. Lahan milik perguruan tinggi. b. Lahan pada fasilitas umum dan fasilitas sosial c. Lahan milik pribadi. d. Desa binaan. e. Lahan kritis termasuk kawasan mangrove/pantai. f. Lahan kosong/tidak produktif. g. Kawasan hutan yang tidak dibebani hak/izin. h. Daerah Tangkapan Air (danau/waduk/mata air). i. Sempadan sungai/pantai. j. Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK). k. Kanan kiri jalan (turus jalan). 2. Lokasi penanaman ditetapkan oleh UPT Ditjen PDASHL (BPDAS, BPTH, BPA, BPHM) dan perguruan tinggi yang bersangkutan. B. SOSIALISASI 1. Sosialisasi dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dan menyamakan persepsi terhadap pelaksanaan kegiatan penanaman dan pemeliharaan pohon kepada peserta didik, pendidik, atau tenaga kependidikan tingkat tinggi. 2. Sosialisasi dilakukan melalui pendampingan, penyuluhan, dan bimbingan teknis (bintek) oleh UPT Ditjen PDASHL (BPDAS, BPTH, BPA, BPHM) dan/atau perguruan tinggi. C. PEMILIHAN JENIS TANAMAN Jenis tanaman yang ditanam adalah : 1. Tanaman berkayu (tanaman kehutanan); 2. Tanaman penghasil buah, getah, biji, kulit; dan/atau 3. Tanaman Unggulan Lokal (TUL).

BAB III PERSIAPAN LAPANGAN A. PENYEDIAAN BENIH/BIBIT 1. Benih/bibit dapat diperoleh melalui : a. Persemaian milik pemerintah antara lain; UPT Ditjen PDASHL (BPDAS,BPTH,BPHM,BPA), UPTD, dan persemaian yang dikelola oleh sekolah; b. Bibit yang berasal dari swasta, baik dari CSR, kemitraan maupun persemaian milik swasta; dan/atau c. Bibit yang berasal dari Kebun Bibit Rakyat (KBR). 2. Mekanisme Mekanisme penyediaan benih/bibit melalui pengusulan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan ditujukan kepada Balai Pengelolaan DAS setempat. B. PERSYARATAN BENIH/BIBIT Benih/Bibit yang digunakan memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Semaksimal mungkin menggunakan benih yang bersertifikat, 2. Bibit sehat, dan siap tanam dengan tinggi minimal 30 cm, jumlah daun 5 helai, dan sudah berkayu. 3. Khusus untuk tanaman mangrove ditanam langsung melalui propagul/bibit. C. DISTRIBUSI BIBIT 1. Dilakukan oleh pihak UPT Ditjen PDASHL (BPDAS,BPTH,BPHM,BPA) atau dapat diambil langsung oleh pihak perguruan tinggi dari lokasi persemaian. 2. Untuk efisiensi dan kemudahan di dalam pendistribusian bibit, maka bibit dapat diproduksi di sekitar lokasi penanaman, dan UPT Ditjen PDASHL (BPDAS,BPTH,BPHM,BPA) dapat memberikan fasilitasi berupa pemberian benih. D. PERALATAN, SARANA DAN PRASARANA Peralatan, sarana, dan prasarana dapat disediakan oleh perguruan tinggi, peserta didik, pendidik, atau tenaga kependidikan yang bersangkutan antara lain berupa cangkul, parang, ember, dan lain-lain. E. PEMBUATAN LUBANG TANAM 1. Dibuat oleh peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan. 2. ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm utk tanaman berkayu, dan 50 cm x 50 cm x 50 cm untuk tanaman penghasil buah, getah, biji, kulit. 3. Khusus untuk jenis tanaman mangrove langsung ditanam 4. Jarak antar lubang tanam disesuaikan dengan luas lahan yang ada. F. Pembuatan dan pemasangan ajir dilaksanakan oleh peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.

BAB IV PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN A. PELAKSANA Penanaman dilaksanakan oleh peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan tingkat tinggi dengan jumlah masing-masing 5 (lima) batang. B. WAKTU PENANAMAN 1. Penanaman pohon dilakukan pada awal sampai pertengahan musim penghujan. 2. Diupayakan dilakukan pada acara-acara tertentu yang melibatkan peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan tingkat tinggi secara massal. C. PELAKSANAAN PENANAMAN 1. Penanaman dilaksanakan di lokasi yang telah ditetapkan. 2. Apabila diperlukan mobilisasi ke lokasi penanaman, maka kegiatan tersebut dapat diatur bersama antara UPT Ditjen PDASHL (BPDAS,BPTH,BPHM,BPA) dan pihak perguruan tinggi. 3. Tahapan pelaksanaan penanaman adalah sebagai berikut : a. Lubang tanam yang telah dibuat dapat ditambahkan dengan kompos; b. Polybag dilepas dari media tanaman dengan hati-hati sehingga tidak merusak sistem perakaran tanaman; c. Bibit tanaman ditanam pada lubang tanam yang telah disiapkan secara hati-hati sebatas leher akar dan tegak lurus kemudian diisi tanah gembur dan dipadatkan; 4. Penanaman dapat dilaksanakan secara bersama-sama dalam satu hamparan dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. Pada tanah datar, tanaman ditanam memanjang dari timur ke barat; dan/atau b. Pada lahan miring ditanam searah kontur 5. Penanaman mangrove dilakukan dengan mengikuti arah pasang surut dan tanaman paling depan diberi ajir yang kuat. D. PEMELIHARAAN Pemeliharaan pohon dilakukan sampai dengan tahun ketiga oleh peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan tingkat tinggi. BAB V MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 1. Dilaksanakan oleh UPT Ditjen PDASHL (BPDAS,BPTH,BPHM,BPA) bersama dengan pihak sekolah minimal 1 (satu) tahun sekali selama 3 (tiga) tahun. 2. Keberhasilan pelaksanaan penanaman di setiap perguruan tinggi dilaporkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan kepada UPT Ditjen PDASHL (BPDAS,BPTH,BPHM,BPA) dan diteruskan kepada Direktur Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung serta Sekretaris Jenderal Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi setiap tahun per tanggal 31 Desember.

BAB VI PEMANFAATAN 1. Pemanfaatan kayu dan hasil hutan bukan kayu (buah, biji, getah, bunga) dan hasil ikutan lainnya pada lahan milik diatur tersendiri oleh perguruan tinggi dan pemilik lahan. 2. Pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu di dalam kawasan hutan negara diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VII PENGHARGAAN 1. Hasil penanaman dilombakan dan diberikan penghargaan setiap tahun. 2. Penilaian dilakukan oleh Tim dari Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung. BAB VIII PENUTUP Petunjuk pelaksanaan ini digunakan sebagai acuan bagi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan tingkat tinggi untuk berpartisipasi dalam penanaman dan pemeliharaan pohon sehingga dapat mencapai keberhasilan sebagaimana diharapkan. DIREKTUR JENDERAL, ttd. Dr. HILMAN NUGROHO NIP. 19590615 198603 1 004