BUPATI BANDUNG BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2004

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 83 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN BUOL

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINS DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. Nrurn 121 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 05 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 18 SERI E

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 14 TAHUN 2013 TENT ANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ZAKAT. BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 373 TAHUN 2003 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PADANG

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

.PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 9 Tahun 2012 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ZAKAT KOTA PONTIANAK

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

2014, No.38 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pengelolaan Zakat adalah kegiatan perencanaan, pela

BUPATI MERANGIN, Menimbang : a.

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA SERANG,

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 65 TAHUN 2017 SERI E.60 BUPATI CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG NOMOR 8 TAHUN 2005 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG MEKANISME PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHADAQAH DAN HARTA AGAMA LAINNYA

PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 3 TAHUN 2005 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2011 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH TENTANG LAZISMU

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 581 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA UNIT PENGUMPUL ZAKAT. BAB I KETENTUAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH (ZIS)

PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH WALIKOTA BANDA ACEH,

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

- 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PENGAWAS HAJI INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGELOLA DANA ABADI UMAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : / 258 / /2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

BAB III TINJAUAN UMUM KANTOR UPZ (UNIT PENGUMPUL ZAKAT) KECAMATAN TANGGEUNG CIANJUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGELOLA DANA ABADI UMAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA BAITUL MAL KABUPATEN BIREUEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH DAN WAKAF

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PENGAWAS HAJI INDONESIA

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2001 TENTANG BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

Transkripsi:

1 BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa pengelolaan potensi dana zakat, infaq dan shadaqah di Kabupaten Bandung Barat untuk pembangunan sosial dan pemberdayaan umat belum optimal, dengan demikian perlu peningkatan dan pembinaan untuk pengelolaannya yang lebih profesional dan akuntabel serta transparan; b. bahwa dalam rangka mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka diperlukan pengaturan mengenai pengelola zakat, infaq dan shadaqah yang akan menjalankan amanat untuk kemanfaatan dan kesejahteraan umat; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3885); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

2 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat di Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 14, Tambahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4688); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2009 tentang Bantuan atau Sumbangan Termasuk Zakat atau Sumbangan Kegamaan Yang Sifatnya Wajib Yang Dikecualikan Dari Objek Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 35, Tambahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4984); 6. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 373 Nomor 2003 tentang Pelaksana Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999, tentang Pengelolaan Zakat; 7. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 3 Tahun 2008 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 2); 8. Peraturan Kabupaten bandung Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Bandung Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008 Nomor 7; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PETUNJUK PELAKSANA PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQOH BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Daerah adalah Kabupaten Bandung Barat. 2. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut azaz otonomi daerah dan tugas Pembantuan dengan Prinsip Otonomi selua-luasnya dalam sistem dan Prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah. 4. Bupati adalah Bupati Bandung Barat. 5 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bandung Barat.

3 6. Zakat ialah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki orang muslim sesuai dengan ketentuan agama Islam untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. 7. Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqoh adalah Ketentuan Perencanaan, pengorganisasian, Pelaksanaan dan Pengawasan terhadap Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaan Zakat, Infaq dan Shadqoh. 8. Muzakki ialah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban menunaikan zakat. 9. Mustahiq adalah orang atau badan yang berhak menerima zakat. 10. Fakir ialah orang yang tidak memiliki harta dan tidak mempunyai penghasilan yang layak untuk memenuhi kebutuhan makan, pakaian, perumahan dan kebutuhan primer lainnya. 11. Miskin ialah orang yang memiliki harta dan mempunyai penghasilan, tetapi penghasilannya belum cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum bagi dirinya dan keluarganya yang menjadi tanggung jawabnya. 12. amil zakat ialah mereka yang melaksanakan kagiatan pengumpulan dan pendayagunaan zakat termasuk administrasi pengelolaannya. 13. Muallaf adalah golongan yang perlu dilunakkan hatinya kepada Isalm atau untuk lebih memantapkan keyakinan kepada Islam. 14. rikab ialah pembebasan budak dan usaha menghilangkan segala bentuk perbudakan. 15. Gharimin adalah orang yang mempunyai hutang untuk kemaslahatan dirinya maupun masyarakat dalam melaksanakan kataatan dan kebaikan. 16. Sabilillah ialah usaha dan kegiatan perorangan atau badan yang bertujuan untuk menegakkan kepentingan agama atau kemaslahatan umat. 17. Ibnusabil ialah orang yang kehabisan bekal dalam melakukan perjalanan melintas dari satu daerah ke daerah lain demi kemaslahatan umat dan agama Islam. 18. Infaq ialah pengeluaran harta yang diperintahkan agama untuk suatu kebaikan dan kemaslahatan, baik perorangan maupun kemaslahatan umum, yang bersifat materi diluar zakat. 19. Munfiq ialah orang atau badan yang memberi infaq. 20. Shadaqoh adalah pengeluaran harta atau perbuatan amal/jasa yang diperintahkan agama untuk suatu kebaikan dan kemaslahatan, baik perorangan maupun kemaslahatan umum, di luar zakat. 21. Mustashaddik adalah orang atau badan yang memberi shadaqoh. 22. Badan Amil Zakat yang selanjutnya disebut BAZ, yaitu organisasi Pengelola Zakat yang sepenuhnya dibentuk oleh Pemerintah Daerah dengan tugas mengoptimalkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat dengan ketentuan agama. 23. Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disebut LAZ, adalah institusi Pengelola Zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak dibidang dakwah, pendidikan, sosial dan kemaslahatn umat Islam. 24. Rikaz adalah segala harta yang diperoleh secara tiba-tiba diluar usaha dan perkiraan, kecuali perolehannya melalui cara yang haram menurut syari;ah.

4 25. Unit Pengumpul Zakat yang selanjutnya disebut UPZ yaitu satuan organisasi yang dibentuk badan amil zakat disemua tingkatan dengan tugas mengumpulkan zakat dari muzakki dimasyarakat umum, instansi, perusahaan dan lembaga lainnya. 26. Badan Pelaksana BAZ yang selanjutnya disebut Badan Pelaksana adalah Lembaga Pelaksana pengelola Zakat. 27. Dewan Pertimbangan BAZ yang selanjutnya disebut Dewan Pertimbangan adalah lembaga yang memberikan pertimbangan kepada Badan Pelaksana BAZ. 28. Komisi Pengawas BAZ adalah lembaga yang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas administrasi dan teknis pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan zakat serta penelitian dan pengembangan pengelolaan zakat. 29. Nisab adalah jumlah kekayaan minimal sebagai batas terkenanya beban zakat. 30. Haul adalah rentang waktu satu tahun pemilikan muzakki atas sejumlah kekayaan tertentu. Bagian Kedua Maksud dan Tujuan Paragraf 1 Maksud Pasal 2 Maksud ditetapkan Petunjuk Pelaksana Pengelolaan Zakat, Infak dan Shadaqoh adalah : a. Untuk peningkatan pembangunan sosial dan pembangunan umat; b. Untuk peningkatan pengelolaan potensi dana Zakat, Infak dan Shadaqoh yang lebih profesional, akuntabel serta transparan. Paragraf 2 Tujuan Pasal 3 Tujuan ditetapkannya Petunjuk Pelaksana Zakat, Infak dan Shadaqoh adalah : a. Untuk meningkatkan fungsi dan peranan pranata Islam dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan; b. Untuk meningkatkan mutu pelayana kepada masyarakat dalam menunaikan Zakat, Infak dan Shadaqoh; c. Untuk meningkatkan daya guna Zakat, Infak dan Shadaqoh.

5 BAB II UNSUR ORGANISASI KEPENGURUSAN BAZ KABUPATEN DAN KECAMATAN Bagian Pertama BAZ Kabupaten Pasal 4 (1) Kepengurusan BAZ Kabupaten terdiri dari : a. Dewan Pertimbangan, terdiri dari : 1. Ketua; 2. Wakil Ketua; 3. Sekretaris; 4. Wakil Sekretaris; 5. 5 (lima) orang Anggota. b. Badan Pelaksana, terdiri dari : 1. Ketua; 2. Wakil Ketua I dan II; 3. Sekretaris; 4. Wakil Sekretaris I dan II; 5. Bendahara; 6. Seksi Pengumpulan; 7. Seksi Pendistribusian; 8. Seksi Pendayagunaan; 9. Seksi Pengembangan; 10. Seksi Penyuluhan. c. Komisi Pengawasan, terdiri dari : 1. Ketua; 2. Wakil Ketua; 3. Sekretaris; 4. Wakil Sekretaris; 5. 5 (lima) orang Anggota. (2) Struktur Kepengurusan BAZ Kabupaten sebagaimana dimaksud ayat (1), tercantum dalam Lampiran Bupati.

6 Bagian Kedua Kepengurusan BAZ Kecamatan Pasal 5 (1) Kepengurusan BAZ Kecamatan terdiri dari : a. Dewan Pertimbangan, terdiri dari : 1. Ketua; 2. Wakil Ketua; 3. Sekretaris; 4. Wakil Sekretaris; 5. 5 (lima) orang Anggota. b. Badan Pelaksana, terdiri dari : 1. Ketua; 2. Wakil Ketua; 3. Sekretaris; 4. Wakil Sekretaris; 5. Bendahara; 6. Urusan Pengumpulan; 7. Urusan Pendistribusian; 8. Urusan Pendayagunaan; 9. Urusan Penyuluhan. c. Komisi Pengawasan, terdiri dari : 1. Ketua; 2. Wakil Ketua; 3. Sekretaris; 4. Wakil Sekretaris; 5. 5 (lima) orang Anggota. (2) Bagan Struktur Organisasi BAZ Kecamatan terlampir dalam Peraturan ini.

7 BAB III MEKANISME PENGANGKATAN KEPENGURUSAN BAZ KABUPATEN DAN KECAMATAN Bagian Pertama Kepengurusan BAZ Kabupaten Pasal 6 (1) Kantor Kementerian Agama Kabupaten membentuk Tim Seleksi para Calon Pengurs BAZ Kabupaten, yang keanggotaannya terdiri dari unsur-unsur : a. Ulama sebanyak 1 (satu) orang yang ditunjuk oleh Majelis Ulama Indonesia Tingkat Kabupaten Bandung Barat; b. Organisasi Masyarakat Islam sebanyak 5 (lima) orang, yang terdiri dari masingmasing 1(satu) orang yang mewakili/diajukan Nahdatul Ulama, Persatuan Islam, Muhammadiyah, Matia ul Anwar dan Syariat Islam; c. Pemerintah Daerah sebanyak 2 (dua) orang, yang terdiri dari masing-masing 1 (satu) orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ditunjuk oleh Bupati dan 1 (satu) orang unsur DPRD yang ditunjuk oleh Piminan DPRD Kabupaten Bandung Barat; d. Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bandung Barat sebanyak 1 (satu) orang PNS, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bandung Barat; e. Praktisi Pengelola Zakat, sebanyak 1 (satu) orang unsur Non Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki Basis Ilmu Keagamaan Islam dan/atau pengalaman dalam pengelolaan Zakat, Infak san Shadaqoh, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Kementerian agama Kabupaten Bandung Barat; f. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebanyak 1 (satu) orang, yang diajukan oleh Kantor Kebangpollinmas. (2) Kepengurusan Tim Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Sekretaris dan 9 (sembilan) orang Anggota, yang dibentuk berdasarkan hasil musyawarah internal Tim. (3) Hasil Keputusan tentang Kepengurusan Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, dilaksanakan secara musyawarah mufakat, dan apabila tidak mencapai kata sepakat, dilaksanakam dengan mekanisme voting. (4) Tugas dan wewenang Tim Seleksi, adalah sebagai berikut : a. Menyusun kriteria para Calon Pengurus BAZ Kabupaten: b. Mengumumkan dan menerima pendaftaran Nama-nama para Calon Pengurus BAZ Kabupaten, baik yang diajukan oleh Perorangan maupun Lembaga Ormas Islam, Perguruan Tinggi, Pesantren atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM); c. Melakukan seleksi kemampuan, pengetahuan dan integritas kepribadian para Calon Pengurus BAZ Kabupaten, yang terdiri dari : 1. 9 (sembilan) orang untuk Dewan Pertimbangan BAZ Kabupaten; 2. 12 (dua belas) orang untuk Badan Pelaksana BAZ Kabupaten;

8 3. 9 (sembilan) orang untuk Komisi Pengawasan BAZ Kabupaten; d. Calon pengurus yang berasal dan unsur Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bandung Barat maupun PNS dari unsur Pemerintah Daerah, dikecualikan dari seleksi sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf c; e. Mempublikasikan Susunan para Calon hasil seleksi untuk memperoleh masukan dari masyarakat. (5) Kepala Kantor Depatemen Agama Kabupaten Bandung Barat, mengusulkan susunan calon Kepengurusan BAZ Kabupaten, hasil kerja Tim Seleksi kepada Bupati untuk ditetapkan sebagai Pengurus BAZ Kabupaten. (6) Ketua Badan Pelaksana BAZ Kabupaten, mengangkat sejumlah petugas lapangan yang membantu pelaksanaan tugas Seksi-seksi pada Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b, Peraturan Bupati ini. (7) Masa jabatan kepengurusan BAZ Kabupaten, selama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali unuk 1 (satu) kali masa jabatan. Bagian Kedua Kepengurusan BAZ Kecamatan Pasal 7 (1) Kantor Urusan Agama Kecamatan membentuk Tim Seleksi para Calon Pengurus BAZ Kecamatan, yang keanggotaannya terdiri dari unsur-unsur : a. Ulama, sebanyak 1 (satu) orang Ulama yang ditunjuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tingkat Kecamatan; b. Organisasi Masyarakat Islam, yang terdiri dari masing-masing 1 (satu) orang yang mewakili/diajukan ormas Islam yang ada di Kecamatan tersebut; c. Pemerintah Daerah, sebanyak 1 (satu) orang unsur Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ditunjuk Camat; d. Kantor Urusan Agama Kecamatan, sebanyak 1 (satu) orang yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan; e. Praktisi Pengelola Zakat, sebanyak 1 (satu) orang unsur Non Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki Basis Ilmu Keagamaan Islam dan/atau pengalaman dalam pengelolaan Zakat, Infak dan Shadaqoh, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan; f. Lembaga Swadaya Masyarakat,sebanyak 1(satu) orang yang diajukan oleh LSM yang berkedudukan di Kecamatan tersebut. (2) Kepengurusan Tim Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota, 1 (satu) orang Sekretaris merangkap anggota dan beberapa orang anggota, yang dibentuk berdasarkan hasil musyawarah internal dengan jumlah ganjil. (3) Hasil keputusan tentang Kepengurusan Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan secara musyawarah mufakat dan apabila tidak mencapai kata sepakat, dilaksanakan dengan mekanisme voting. (4) Tugas dan wewenang Tim Seleksi, adalah sebagai berikut : a. Menyusun kriteria para Calon Pengurus BAZ Kecamatan;

9 b. Mengumumkan dan menerima pendaftaran Nama-nama para Calon Pengurus BAZ Kecamatan, baik ang diajukan oleh Perorangan maupun Lembaga Ormas Islam, Perguruan Tinggi, Pesantren atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM); c. Melakukan seleksi kemampuan, pengetahuan dan integritas kepribadian para Calon Pengurus BAZ Kabupaten, yang terdiri dari : 1. 9 (sembilan) orang untuk Dewan Pertimbangan BAZ Kecamatan; 2. 9 (sembilan) orang untuk Badan Pelaksana BAZ Kecamatan; 3. 9 (sembilan) orang untuk Komisi Pengawasan BAZ Kecamatan; d. Calon pengurus yang berasal dari unsur Kantor Urusan agama (KUA) Kecamatan maupun PNS dari unsur Pemerintah Kecamatan, dikecualikan dari seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c; e. Mempublikasikan Susunan para Calon hasil seleksi untuk memperoleh masukan dari masyarakat. (5) Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan, mengusulkan susunan calon Kepengurusan BAZ Kecamatan, hasil kerja Tim Seleksi kepada Camat untuk ditetapkan sebagai Pengurus BAZ Kecamatan, dengan tembusan disampaikan kepada DPRD Kabupaten Bandung Barat. (6) Ketua Badan Pelaksana BAZ Kecamatan, mengangkat sejumlah petugas lapangan yang membantu pelaksanaan tugas Seksi-seksi pada Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b. (7) Masa jabatan kepengurusan BAZ Kecamatan, selama 5 (lima) tahun, dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. BAB V TUGAS BADAN AMIL ZAKAT (BAZ) KABUPATEN DAN KECAMATAN Bagian Pertama BAZ Kabupaten dan Kecamatan Pasal 8 BAZ Kabupaten/Kecamatan, mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menyusun program kerja; b. Mengumpulkan segala macam Zakat, Infak dan Shadaqoh; c. Mendayagunakan Zakat, Infak dan Shadaqoh sesuai dengan ketentuan hukumnya; d. Melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat dalam upaya peningkatan kesadaran menunaikan ibadah Zakat, Infak dan Shadaqoh; e. Melaksanakan pembinaan pemanfaatan Zakat, Infak dan Shadaqoh agar lebih produktif dan terarah; f. Melaksanakan koordinasi, bimbingan dan pengawasan kegiatan pengumpulan Zakat, Infak dan Shadaqoh yang dilaksanakan oleh pengumpul BAZ; g. Menyelenggarakan kerjasama dengan Baz dan LAZ yang lain;

10 h. Mengendalikan atas pelaksanaan pengumpulan dan pendayagunaan Zakat, Infak dan Shadaqoh; i. Melaksanakan pengurusan ketatausahaan, perlengkapan, kerumahtanggan dan sumberdaya manusia. Bagian Kedua Unsur-unsur Organisasi BAZ Kabupaten/Kecamatan Paragraf 1 Dewan Pertimbangan Pasal 9 (1) Dewan Pertimbangan mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menetapkan garis-garis kebijakan umum BAZ Kabupaten/Kecamatan bersama Komisi Pengawas dan Badan Pelaksana; b. Mengeluarkan fatwa syari ah aepanjang belum diatur dalam Peraturan Bupati tentang Petunjuk Pelaksanaan Zakat, Infak dan Shadaqoh, baik diminta maupun tidak berkaitan dengan hukum zakat sesuai dengan pendapat mazhab fikih yang dianut oleh pemohon; c. Mengeluarkan fatwa syari ah atas permohonan muzakki berkaitan dengan hukum zakat sesuai dengan pendapat mazhab fikih yang dianut oleh pemohon; d. Memberikan saran, pertimbangan dan rekomendasi kepada Badan Pelaksana dan Komisi Pengawas; e. Menampung, mengolah dan menyampaikan pendapat umat Islam tentang pengelolaan zakat; f. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas secara transparan dan dipublikasikan kepada masyarakat melalui Media Cetak/Elektronik serta laporan secara tertilis kepada Bupati dengan Tembusan kepada Pimpinan DPRD setelah melalui Pemeriksaan oleh Akuntan Publik/Badan Pengawasan Daeerah Kabupaten serta unsur pemeriksa lainnya. (2) Rincian Tugas masing-masing unsur Dewan Pertimbangan, diatur dengan Keputusan Ketua Dewan pertimbangan Kabupaten/Kecamatan. Paragraf 2 Badan Pelaksanaan Pasal 10 (1) Badan pelaksana mempunyai tugas, sebagai berikut : a. Menyusun program kerja yang meliputi rencana penyaluran dan pendayagunaan zakat; b. Menganggarkan/menyiapkan biaya operasional tahunan;

11 c. Melaksanakan program kerja dengan sebaik-baiknya, transparan, efektif, efisien dan akuntabel; d. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban tahunan kepada Bupati dan pimpinan DPRD; e. Melakukan kerjasama dengan BAZ Tingkat Provinsi atau Nasional LAZ, lembaga dan lain-lain; f. Mengadakan rapat koordinasi BAZ sesuai dengan kebutuhan; g. Mengumpulkan/mengolah data untuk digunakan sebagai bahan kajian, perencanaan, bimbingan dan penyuluhan dilapangan; h. Membangun komunikasi external dengan baik demi dukungan seluas-luasnya dalam melaksanakan tugas; i. Menyelenggarakan bimbingan dibidang pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat; j. Menyelenggarakan tugas penelitian dan pengkajian terus menerus terhadap dinamika sosial, ekonomi dan kultural guna menetapkan arah kebijakan, program dan perilaku operasional yang aktual; k. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas secara transparan dan dipublikasikan kepada masyarakat melalui Media Cetak/Elektronik serta laporan secara tertulis kepada Bupati dengan tembusan kepada Pimpinan DPRD setelah melalui pemeriksaan oleh Akuntan Publik/Badan Pengawasan Daerah Kabupaten serta unsur Pemeriksa lainnya. (2) Rincian tugas masing-masing unsur Badan Pelaksana, diatur dengan Keputusan Ketua Badan Pelaksana Kabupaten/Kecamatan. Paragraf 3 Komisi Pengawas Pasal 11 (1) Komisi Pengawas mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menyusun rencana pelaksana pengawasan terhadap pengelolaan BAZ Kabupaten/Kecamatan; b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas administratif, pengumpulan, penyaluran, pendayagunaan, penelitian dan pengembangan pengelolaan zakat; c. Mengadakan pengawasan terhadap kebijakan dan pelaksanaan program kerja Badan Pelaksana BAZ; d. Melakukan pemeriksaan/auditing dana yang dikelola minimal 2 (dua) kali dalam setaun disesuaikan dengan kebutuhan; e. Menunjuk Akuntan Publik untuk mengaudit aliran keuangan BAZ; f. Melakukan pemerintah kinerja dari segi syari;ah dan perundang-undangan; g. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas secara transparan dan dipublikasikan kepada masyarakat melalui Media Cetak/Elektronik serta laporan secara tertulis kepada Bupati dengan tembusan kepada Pimpinan DPRD setelah melalui

12 pemeriksaan oleh Akuntan Publik/Badan Pengawas Daerah Kabupaten serta unsur Pemeriksa lainnya. (2) Rincian tugas masing-masing unsur Komisi Pengawas diatur dengan Keputusan Ketua Pengawas Kabupaten/Kecamatan. BAB VI ZAKAT FITRAH DAN ZAKAT MAAL Bagian Pertama Zakat Fitrah Pasal 12 (1) Zakat fitrah, Infak dan Shadaqoh, dikelola oleh Dewan Keluarga Mesjid (DKM)/Majelis Ulama Indonesia (MUI) Desa, habis dibagikan kepada fakir dan miskin pada tanggal 1 Syawal tahun berjalan kecuali untuk Sabilillah. (2) Bagian untuk Sabilillah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diteruskan kepada yang berhak melalui BAZ Kecamatan. (3) Dewan Keluarga Mesjid (DKM)/Majelis Ulama Indonesia (MUI) Desa, wajib melaporkan hasil pekerjaannya kepada BAZ Kecamatan, Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak tanggal 1 Syawal. Bagian Kedua Zakat Maal Pasal 13 (1) Muzaki, Munfiq dan Muthashodiq yang berkaitan dengan Zakat Maal, menyerahkan Zakat, Infak dan Shadaqoh kepada BAZ Kabupaten/Kecamatan, setelah menandatangani Surat Pernyataan Kerelaannya untuk secara teratur menunaikan kewajiban Zakat dihadapkan petugas BAZ yang ditunjuk. (2) Penandatanganan Surat Pernyataan Kerelaan sebagaimana dimaksud ayat 91), kepada mereka diserahkan Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ) yang dikeluarkan oleh BAZ sesuai dengan tingkatannya. (3) Surat Pernyataan Kerelaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran (1) Peraturan Bupati ini. Pasal 14 (1) Muzaki menghitung sendiri besarnya zakatnya yang dibantu oleh Petugas BAZ Kabupaten/Kecamatan, kecuali zakat penghasilan dari gaji. (2) Khusu dalam perhitungan besaran Zakat Profesi dari Gaji Plus penghasilan lainnya yang terkait dengan jabatan, dihitung oleh Bendahara yang karena jabatannya ditetapkan sebagai Petugas Pemungut Zakat oleh BAZ Kabupaten/Kecamatan. (3) Dalam hal besaran Gaji Bruto mencapai Nisab, akan tetapi setelah dipotong kewajiban termasuk utang, ternyata sisa gaji yang riil diterima menjadi kurang dari

13 Nisab, maka yang bersangkutan bebas untuk menentukan pilihannya, yakni tetap sebagai Muzaki dengan besaran zakat yang ditetapkan sendiri atau sebagai Munfiq atau sebagai Muthasodiq atau sebaliknya sebagai Mustahiq. Pasal 15 (1) Zakat Investasi, dibedakan atas 2 (dua) jenis, yaitu : zakat investasi yang ditanam pada barang bergerak dan zakat investasi yang ditanam pada barang yang tidak bergerak. (2) Zakat Investasi yang ditanam pada Barang Bergerak, dikategorikan sebagai Zakat Perdagangan dan Perindustrian sedangkan Zakat Investasi yang ditanam pada Barang tidak Bergerak dikategorikan sebagai Zakat Tumbuh-tumbuhan. BAB VII PEMBENTUKAN UPZ Pasal 16 (1) BAZ Kabupaten Bandung Barat dapat membentuk UPZ pada Instansi/Lembaga Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD, Perusahaan Swasta untuk mengumpulkan Zakat, Infak dan Shadaqoh dari muzaki, muffiq dan mutashadiq pada Instansi/Lembaga Pemerintahan Daerah, BUMN, BUMD, Perusahaan Swasta serta Calon Jemaah Haji Kabupaten. (2) BAZ Kecamatan dapat membentuk UPZpada pedagang pasar, toko, perusahaan swasta, pedagang pertanian, peternakan, dan lain-lain untuk mengumpulkan Zakat, Infak dan Shadaqoh dari nuzakki, munfiq dan mutashadiq pada pedagang pasar, toko, perusahaan swasta, pedagang, pertanian, peternakan dan lain-lain. (3) Khusu di Desa/Kelurahan, UPZ haris berasal dari unsur-unsur Ulama, tokoh masyarakat, RT/RW. Ormas, kelompok profesi, DKM, Majelis Ta lim, yang dokoordinir seksi pengumpulan pada Badan Pelaksana BAZ Kecamatan. (4) UPZ dibentuk dengan Keputusan Ketua Badan Pelaksana BAZ Kabupaten/Kecamatan, sesuai tingkatannya. BAB VIII PROSEDUR PEMBENTUKAN UPZ Pasal 18 Prosedur pembentukan UPZ, dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut : a. BAZ Kabupaten/Kecamatan sesuai tingkatannya mengadakan pendataan potensi Zakat, Infak dan Shadaqoh baik dimasyarakat, pengusaha, pedagang, Lembaga/Satuan kerja maupun Instnasi non-pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2); b. BAZ sesuai tingkatannya mengadakan kesepakatan dengan pengusaha, pedagang maupun Pimpinan lembaga/satuan kerja dan Instansi Non Pemerintah bagaimana dimaksud huruf a diatas, untuk membentuk UPZ;

14 c. Ketua Badan Pelaksana BAZ Kabupaten/Kecamatan, sesuai tingkatannya membentuk UPZ Kabupaten/Kecamatan. BAB IX PENGHASILAN DAN BIAYA OPERASIONAL PENGURUS BAZ KABUPATEN DAN KECAMATAN Pasal 19 (1) Pengurus BAZ Kabupaten/Kecamatan, mendapat penghasilan yang bersumber dari perolehan Hak Amil, Anngaran Pendapatn dan belanja Daerah serta pendapat lain yang sah. (2) Besaran penghasilan dan biaya Operasional Pengurus BAZ Kabupaten/Kecamatan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Badan Pelaksana setelah mendapat persetujuan Dewan Pertimbangan, dengan besaran tidak melebihi 10 % dari penghasilan BAZ Kabupaten/Kecamatan, dengan pembagian sebagai berikut : a. BAZ Kabupaten : 1. 2,5 % untuk petugas BAZ Kabupaten beseta jajarannya; 2. 2,5% untuk Pengurus UPZ Kabupaten yang mengumpulkan zakat dari muzakki, munfiq dan mutashadiq pada Instansi/Lembaga Pemerintah daerah, BUMN, BUMD, Perusahaan Swasta calon jemaah haji Kabupaten; 3. 5% untuk biaya operasional BAZ Kabupaten; 4. Dana Anngaran Pendapatan dan belanja Daerah sesuai kemampuan anggaran daerah serta pendapatan lain yang sah. b. BAZ Kecamatan : 1. 2,5% untuk petugas BAZ Kecamatan beserta jajarannya; 2. 2,5% untuk pengurus UPZ Kecamatan yang mengumpulkan Zakat, Infak dan Shadaqoh dari muzakki, munfiq dan mutashadiq pada pedagang pasar, toko, perusahaan swasta, pedagang, pertanian, peternk dan lainlain; 3. 5% untuk biaya operasional BAZ Kecamatan; 4. Dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai kemampuan anggaran Daerah serta pendapatan lain yang sah. BAB X KANTOR SEKRETARIAT Pasal 20 (1) Sekretariat BAZ Kabupaten Bandung Barat bertempat di Ibukota Kabupaten. (2) Sekretariat BAZ Kecamatan bertempat di ibukota Kecamatan.

15 BAB XI PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN Pasal 21 Pertanggungjawaban pengelola Zakat, Infak dan Shadaqoh dilaksanakan secara transparan dan dipublikasikan kepada masyarakat oleh BAZ Kabupaten/Kecamatan, melalui media Cetak/Elektronik dan mekaporkan secara tertulis kepada Bupati dengan Tembusan kepada Pimpinan DPRD setelah melalui pemeriksaan oleh Akuntan Publik, Badan Pengawas Daerah Kabupaten serta unsur pemeriksa lainnya minimal 2 (dua) kali dalam setahun. BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 22 (1) BAZ Kabupaten Bandung Barat/Kecamatan yang ada, tetap menjalankan tugas dan fungsinya sampai terbentuk BAZ Kabupaten/Kecamatan hasil tim seleksi tingkat Kabupaten/Kecamatan, berdasarkan Peraturan Bupati ini. (2) Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pengelola BAZ Kabupaten/Kecamatan, maka selambat-lambatnya pada tenggang waktu 1 (satu) tahun terhitung dari tanggal diundangkannya dalam Berita Daerah Peraturan Bupati ini, sudah terbentuk BAZ tingkat Kabupaten/Kecamatan. (3) Apabila BAZ Kabupaten/Kecamatan sudah terbentuk berdasarkan Peraturan Bupati ini, maka aset yang ada pada BAZ Kabupaten/Kecamatan, yang lama setelah diaudit akuntan publik, diserahkan sepenuhnya untuk dikelola oleh BAZ Kabupaten/Kecamatan yang baru. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 Hal-hal ang belum cukup diatur dalam Peraturan Bupati ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur kemudian oleh Pengurus BAZ sesuai dengan fungsi dan wewenangnya. Pasal 24 Peraturan Bupati ini berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan menempatkannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bandung Barat.

16 Ditetapkan di Bandung Barat Pada tanggal 28 Juni 2010 BUPATI BANDUNG BARAT, Ttd ABUBAKAR Diundangkan di Bandung Barat pada tanggal 28 Juni 2010 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT, Ttd MAS ABDUL KOHAR BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2010 NOMOR 21

17

18

19 LAMPIRAN III PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR : 21 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQOH SURAT PERNYATAAN Bismillahirrahmanirrahim Yang bertandatangan di bawah ini, Nama :... Alamat :... Tempat/Tgl. Lahir :... Pekerjaan :... Agama :... Dengan ini menyatakan bahwa saya, atas dasar niat yang tulus, ikhlas dan rela untuk mengeluarkan Zakat dan/atau Infak dan/atau Shadaqoh secara teratur dan benar melalui Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Bandung Barat/Badan Amil Zakat (BAZ) Kecamatan...*) Selanjutnya Zakat dan/atau Infak dan/atau Shadaqoh untuk dikelola dan disalurkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor... Tahun 2010 tentang Zakat, Infak dan Shadaqoh. Semoga Allah Subhanahu Wata ala memberkahinya. Amin. Bandung Barat,... 2010 Yang membuat Pernyataan, Ket. *) Coret yang tidak perlu. (... ) BUPATI BANDUNG BARAT Ttd ABUBAKAR