STRATEGI OPERASIONALISASIPERWUJUDAN KAWASAN BUDI DAYA YANG MEMILIKI NILAI STRATEGIS NASIONAL DI KEPULAUAN MALUKU STRATEGI OPERASIONALISASI

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGIOPERASIONALISASIPERWUJUDANKAWASANANDALAN DI KEPULAUAN MALUKU

NO. STRATEGI OPERASIONALISASI. Jalur Distribusi Ambon. Jaringan Pipa Transmisi dan Distribusi Minyak dan Gas Bumi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG KEPULAUAN MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.177, 2014 PEMERINTAHAN. Wilayah. Rencana Tata Ruang. Kepulauan Maluku.

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG KEPULAUAN MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STRUKTUR RUANG DAN POLA RUANG RTR KEPULAUAN MALUKU DAN RTR PULAU PAPUA

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN

LAMPIRAN III PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TANGGAL.. INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN (KONSEPSI) ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAPET SERAM

ARAHAN PENGEMBANGAN WILAYAH NASIONAL KSN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR MALUKU UTARA PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tantangan Implementasi Peraturan Presiden No. 13/2012 tentang. RTR Pulau Sumatera dalam Upaya Penyelamatan Ekosistem Sumatera

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERBATASAN NEGARA DI PROVINSI MALUKU

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

BAB I PENDAHAULUAN. 1.1 Latar Belakang

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG PULAU JAWA-BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Titiek Suparwati Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial. Disampaikan dalam Workshop Nasional Akselerasi RZWP3K

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG PULAU JAWA-BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2012, No Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 N

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Contoh Tabel Pemeriksaan Mandiri Materi Muatan Rancangan Perda Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERBATASAN NEGARA DI PROVINSI MALUKU

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PUPR KEPULAUAN MALUKU

KORIDOR EKONOMI INDONESIA DALAM PENATAAN RUANG SUATU PERSPEKTIF

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

BAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGADILAN TINGGI AGAMA AMBON Jln. Kebun Cengkeh Batu Merah Atas (0911) Fax (0911)

KAWASAN LUMBUNG IKAN NASIONAL MALUKU AKAN DI KEMBANGAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

OLEH : GUBERNUR MALUKU UTARA

Transkripsi:

LAMPIRAN XIII PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG RENCANA TATA RUANG PULAU SULAWESI PERWUJUDAN DI KEPULAUAN MALUKU 1. Kawasan peruntukan hutan Kawasan Budi Daya a. mempertahankan dan merehabilitasi kawasan peruntukan hutan dari deforestasi dan degradasi di Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram Utara, Gugus Pulau Seram Barat, Gugus Pulau Buru, Gugus Pulau Kepulauan Aru, Gugus Pulau Kepulauan Tanimbar, Gugus Pulau Kepulauan Babar, Gugus Kepulauan Terselatan, Gugus Pulau Halmahera Timur-Halmahera Tengah, Gugus Pulau Halmahera Utara, Gugus Pulau Halmahera Selatan, Gugus Kepulauan Sula Bagian Timur, dan Gugus Kepulauan Sula Bagian Barat b. mengembangkan pengelolaan kawasan peruntukan hutan dengan prinsip berkelanjutan di Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram Utara, Gugus Pulau Seram Barat, Gugus Pulau Buru, Gugus Pulau Kepulauan Aru, Gugus Pulau Kepulauan Tanimbar, Gugus Pulau Kepulauan Babar, Gugus Kepulauan Terselatan, Gugus Pulau Halmahera Timur-Halmahera Tengah, Gugus Pulau Halmahera Utara, Gugus Pulau Halmahera Selatan, Gugus Kepulauan Sula Bagian Timur, dan Gugus Kepulauan Sula Bagian Barat

II.B - 2 c. meningkatkan fungsi ekologis kawasan peruntukan hutan, terutama di Pulau Kecilpada Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram Utara, Gugus Pulau Seram Barat, Gugus Pulau Buru, Gugus Pulau Kepulauan Aru, Gugus Pulau Kepulauan Tanimbar, Gugus Pulau Kepulauan Babar, Gugus Kepulauan Terselatan, Gugus Pulau Halmahera Timur-Halmahera Tengah, Gugus Pulau Halmahera Utara, Gugus Pulau Halmahera Selatan, Gugus Kepulauan Sula Bagian Timur, dan Gugus Kepulauan Sula Bagian Barat d. mengendalikan kegiatan budi daya kehutanan yang berpotensi merusak fungsi kawasan hutan lindung untuk menjaga ketersediaan airdi Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram Utara, Gugus Pulau Seram Barat, Gugus Pulau Buru, Gugus Pulau Kepulauan Aru, Gugus Pulau Kepulauan Tanimbar, Gugus Pulau Kepulauan Babar, Gugus Kepulauan Terselatan, Gugus Pulau Halmahera Timur- Halmahera Tengah, Gugus Pulau Halmahera Utara, Gugus Pulau Halmahera Selatan, Gugus Kepulauan Sula Bagian Timur, dan Gugus Kepulauan Sula Bagian Barat e. membatasi pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pemanfaatan hasil hutan

II.B - 3 f. membatasi pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan neraca sumber daya kehutanan g. melarang pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf e 2. Kawasan peruntukan pertanian Kawasan Budi Daya a. mengembangkan dan merehabilitasi KawasanBudi Daya perkebunan kelapa di Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram Utara, Gugus Seram Selatan, Gugus Pulau Seram Barat, Gugus Pulau Buru, Gugus Kepulauan Aru, Gugus Kepulauan Kei, Gugus Kepulauan Tanimbar, Gugus Pulau Halmahera Timur-Halmahera Tengah, Gugus Pulau Halmahera Utara, Gugus Pulau Halmahera Selatan, Gugus Pulau Halmahera Barat, Gugus Pulau Ternate-Tidore, Gugus Kepulauan Sula Bagian Timur, dan Gugus Kepulauan Sula Bagian Barat b. mengembangkan dan merehabilitasi KawasanBudi Daya perkebunan kakao di Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram Utara, Gugus Pulau Seram Selatan, Gugus Pulau Seram Barat, Gugus Pulau Buru, Gugus Pulau Halmahera Timur-Halmahera Tengah, dan Gugus Pulau Ternate-Tidore

II.B - 4 c. mengembangkan dan merehabilitasi KawasanBudi Daya perkebunan pala dan cengkeh di Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram Utara, Gugus Pulau Seram Selatan, Gugus Pulau Seram Barat, Gugus Pulau Buru, Gugus Kepulauan Babar, Gugus Kepulauan Terselatan, Gugus Pulau Halmahera Timur-Halmahera Tengah, Gugus Pulau Halmahera Selatan, Gugus Pulau Halmahera Barat, Gugus Pulau Ternate-Tidore, Gugus Kepulauan Sula Bagian Timur, dan Gugus Kepulauan Sula Bagian Barat d. mempertahankan dan merehabilitasikawasan perkebunan sagu untuk mendukung kemandirian pangandi Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram Utara, Gugus Pulau Seram Selatan, Gugus Pulau Seram Barat, Gugus Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease, Gugus Pulau Buru, Gugus Kepulauan Aru, Gugus Kepulauan Kei, Gugus Kepulauan Tanimbar, Gugus Pulau Halmahera Utara, Gugus Pulau Halmahera Timur-Halmahera Tengah, dan Gugus Pulau Halmahera Selatan e. mengembangkan Kawasan Budi Daya pertanian tanaman pangan lahan basah melalui intensifikasi pertanian untuk meningkatkan produktifitas di Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram

II.B - 5 Utara, Gugus Pulau Seram Barat, Gugus Pulau Buru, Gugus Pulau Ternate-Tidore, Gugus Pulau Halmahera Utara, Gugus Pulau Halmahera Timur-Halmahera Tengah, dan Gugus Pulau Halmahera Selatan f. mengembangkan Kawasan Budi Daya pertanian lahan kering dengan komoditas palawija, hortikultura, dan umbi-umbian pada Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram Utara, Gugus Pulau Seram Selatan, Gugus Pulau Seram Barat, Gugus Pulau Ambon dan Pulau- Pulau Lease, Gugus Pulau Buru, Gugus Kepulauan Aru, Gugus Kepulauan Kei, Gugus Kepulauan Tanimbar, Gugus Kepulauan Babar, Gugus Kepulauan Terselatan, Gugus Pulau Morotai, Gugus Pulau Halmahera Utara, Gugus Pulau Halmahera Timur-Halmahera Tengah, Gugus Pulau Halmahera Selatan, Gugus Pulau Halmahera Barat, Gugus Pulau Ternate-Tidore, Gugus Kepulauan Sula Bagian Timur, dan Gugus Kepulauan Sula Bagian Barat g. mengembangkan Kawasan Budi Daya peternakan di Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram Utara, Gugus Pulau Seram Selatan, Gugus Pulau Seram Barat, Gugus Pulau Ambon dan Pulau- Pulau Lease, Gugus Pulau Buru, Gugus Kepulauan Aru, Gugus

II.B - 6 Kepulauan Kei, Gugus Kepulauan Tanimbar, Gugus Kepulauan Babar, dan Gugus Kepulauan Terselatan h. memanfaatkan ruang untuk permukiman petani terbatas dengan kepadatan rendah i. mengendalikan kegiatan budi daya pertanian yang berpotensi merusak fungsi kawasan hutan lindung untuk menjaga ketersediaan air di Gugus Pulau Halmahera Timur-Halmahera Tengah, Gugus Pulau Halmahera Utara, Gugus Pulau Halmahera Selatan, Gugus Pulau Halmahera Barat, Gugus Pulau Ternate-Tidore, Gugus Kepulauan Sula Bagian Timur, Gugus Kepulauan Sula Bagian Barat, Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram Utara, Gugus Pulau Seram Selatan, Gugus Pulau Seram Barat, Gugus Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease, Gugus Pulau Buru, Gugus Pulau Kepulauan Banda, Gugus Kepulauan Aru, Gugus Kepulauan Kei, dan Gugus Pulau Kepulauan Tanimbar j. menetapkan dan mencegah alih fungsi lahan pertanian beririgasi yang merupakan lahan pertanian pangan berkelanjutandi Gugus Pulau Halmahera Timur-Halmahera Tengah, Gugus Pulau Halmahera Utara, Gugus Pulau Halmahera Selatan, Gugus Pulau Halmahera Barat,

II.B - 7 3. Kawasan peruntukan perikanan Kawasan Budi Daya Gugus Pulau Ternate-Tidore, Gugus Kepulauan Sula Bagian Timur, Gugus Kepulauan Sula Bagian Barat, Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram Utara, Gugus Pulau Seram Selatan, Gugus Pulau Seram Barat, Gugus Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease, Gugus Pulau Buru, Gugus Pulau Kepulauan Banda, Gugus Kepulauan Aru, Gugus Kepulauan Kei, dan Gugus Pulau Kepulauan Tanimbar k. melarang alih fungsi lahan menjadi lahan budi daya non pertanian kecuali untuk pembangunan sistem jaringan prasarana utama a. mengembangkan kawasan peruntukan perikanan tangkap kawasan perikanan tangkap wilayah perairan Laut Halmahera, Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, dan Laut Arafura b. mengembangkan kawasan peruntukan perikanan budi daya di Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram Utara, Gugus Pulau Seram Selatan, Gugus Pulau Seram Barat, Gugus Pulau Ambon dan Pulau- Pulau Lease, Gugus Pulau Buru, Gugus Kepulauan Banda, Gugus Kepulauan Aru, Gugus Kepulauan Kei, Gugus Kepulauan Tanimbar, Gugus Kepulauan Babar, Gugus Kepulauan Terselatan, Gugus Pulau Morotai, Gugus Pulau Halmahera Timur-Halmahera Tengah, Gugus Pulau Halmahera Selatan, Gugus Kepulauan Sula Bagian Timur, dan Gugus Kepulauan Sula Bagian Barat

II.B - 8 c. mengembangkan kawasan minapolitan berbasis masyarakat di Kota Ambon, Kota Ternate, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Maluku Barat Daya, Kabupaten Kepulauan Aru, Kabupaten Pulau Morotai, Kabupaten Halmahera Selatan, dan Kabupaten Kepulauan Sula d. meningkatkan keterpaduan pengembangan kegiatan budi daya perikanan dengan kegiatan pariwisata bahari nasionaldi Kawasan Ambon, Kawasan Buru, Kawasan Bandaneira dan Sekitarnya, Kawasan Kei dan Sekitarnya, Kawasan Tanimbar dan Sekitarnya, Kawasan Ternate dan Sekitarnya, Kawasan Pulau Morotai dan Sekitarnya, dan Kawasan Guraici dan Sekitarnya e. mengembangkan kawasan peruntukan perikanan di Kawasan Perbatasan yang berdaya saing di Gugus Pulau Morotai, Gugus Pulau Halmahera Timur-Halmahera Tengah, Gugus Kepulauan Aru, Gugus Kepulauan Kei, Gugus Kepulauan Tanimbar, Gugus Kepulauan Babar, dan Gugus Kepulauan Terselatan f. memanfaatkan ruang untuk permukiman petani dan/atau nelayan dengan kepadatan rendah

II.B - 9 4. Kawasan peruntukan pertambangan Kawasan Budi Daya g. memanfaatkan ruang untuk kawasan pemijahan dan/atau kawasan sabuk hijau h. memanfaatkan sumber daya perikanan agar tidak melebihi potensi lestari i. mengembangkan sinergisitas kawasan peruntukan perikanan dengan kawasan peruntukan pariwisata untuk kesejahteraan masyarakat sekitar yang berkelanjutan j. mengendalikan kegiatan perikanan pada kawasan peruntukan perikanan yang memiliki terumbu karang dan kawasan Koridor Ekosistemdi wilayah perairan Gugus Kepulauan Banda, Gugus Kepulauan Aru, Gugus Kepulauan Kei, Gugus Kepulauan Sula Bagian Barat, Gugus Pulau Buru, Laut Halmahera, Laut Maluku, Laut Banda, dan Laut Arafura. k. melarang pembuangan limbah langsung ke wilayah pesisir yang merupakan kawasan peruntukan perikanan a. mengembangkan kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi lepas pantai secara terkendalidi wilayah perairan Laut Halmahera, Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram Utara, Laut Banda, Gugus Kepulauan Babar, dan Laut Arafura

II.B - 10 b. mengembangkan kawasan peruntukan pertambangan secara terkendali di Kawasan Perbatasanpada Gugus Pulau Halmahera Timur- Halmahera Tengah, Gugus Kepulauan Aru, Gugus Kepulauan Babar, dan Gugus Kepulauan Terselatan. c. merehabilitasi kawasan peruntukan pertambangan emas dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup di Gugus Pulau Halmahera Utara, Gugus Pulau Halmahera Selatan, Gugus Pulau Halmahera Barat, Gugus Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease, dan Gugus Kepulauan Terselatan d. membatasi kawasan peruntukan pertambangan nikel dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup di Gugus Pulau Halmahera Timur-Halmahera Tengah, Gugus Pulau Halmahera Utara, dan Gugus Pulau Halmahera Selatan e. memanfaatkan ruang untuk kegiatan reklamasi dan pascatambang pada kawasan peruntukan pertambangan f. mengendalikan perkembangan kawasan peruntukan pertambangan mineralyang berpotensi merusak lingkungan dan mengancam keberadaan Pulau Kecil di Gugus Pulau Halmahera Utara, Gugus Pulau

II.B - 11 Halmahera Selatan, Gugus Pulau Halmahera Barat, Gugus Kepulauan Sula Bagian Barat, Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram Utara, Gugus Pulau Seram Selatan, Gugus Pulau Seram Barat, Gugus Pulau Buru, dan Gugus Kepulauan Terselatan g. mengendalikan pendirian bangunan agar tidak mengganggu fungsi alur pelayaran yang ditetapkan peraturan perundang-undangan; h. mengembangkan kawasan tambang dengan memperhatikan keseimbangan antara biaya dan manfaat serta keseimbangan antara risiko dan manfaat; dan i. melarang bangunan lain di sekitar instalasi dan peralatan kegiatan pertambangan yang berpotensi menimbulkan bahaya dengan memperhatikan kepentingan daerah j. mengembangkan kawasan peruntukan pertambangan yang ramah lingkungan (green mining) k. melarang pembuangan limbah pertambangan (limbah padat, limbah cair, maupun limbah gas) tanpa melalui instalasi pengolahan limbah terpadu

II.B - 12 5. Kawasanperuntukan industri Kawasan Budi Daya a. mengembangkan kawasan peruntukan industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan serta industri perkapalan yang ramah lingkungan dan padat modal di Gugus Pulau Morotai, Gugus Pulau Halmahera Selatan, Gugus Pulau Ternate-Tidore, Gugus Kepulauan Sula Bagian Barat, Gugus Pulau Seram Utara, Gugus Pulau Seram Selatan, Gugus Pulau Seram Barat, Gugus Kepulauan Aru, Gugus Kepulauan Kei, Gugus Kepulauan Tanimbar, dan Gugus Kepulauan Terselatan b. mengembangkan kawasan peruntukan industriuntuk kegiatan pengilangan hasil minyak dan gas bumilepas pantai serta industri pengolahan hasil pertambangan mineral yang didukung dengan penggunaan teknologi tinggi, padat modal, serta pengelolaan limbah industri terpadu di Gugus Kepulauan Tanimbar, Gugus Pulau Halmahera Utara, Gugus Pulau Halmahera Selatan, dan Gugus Pulau Halmahera Timur-Halmahera Tengah c. mengembangkan kawasan peruntukan industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan yang ramah lingkungan dan padat karya dengan didukung pengelolaan limbah industri terpadu di Gugus Pulau Halmahera Selatan, Gugus Pulau Ternate-Tidore, Gugus

II.B - 13 Kepulauan Sula Bagian Barat, Gugus Pulau Seram Selatan, dan Gugus Kepulauan Tanimbar d. mengembangkan kawasan peruntukan industri yang dilengkapi prasarana dan sarana penunjang kegiatan industri: 1. berbasis mitigasi dan adaptasi bencana tanah longsor dikabupaten Halmahera Utara pada Gugus Pulau Halmahera Utara, Kota Ternate pada Gugus Pulau Ternate-Tidore,Kabupaten Seram Bagian Timur pada Gugus Pulau Seram Timur, Kabupaten Maluku Tengah pada Gugus Pulau Seram Utara dan Gugus Pulau Seram Selatan serta Kabupaten Seram Bagian Barat pada Gugus Pulau Seram Barat 2. berbasis mitigasi dan adaptasi bencana gelombang pasang di Kabupaten Pulau Morotai pada Gugus Pulau Morotai, Kabupaten Kepulauan Aru pada Gugus Kepulauan Aru, Kota Tual pada Gugus Kepulauan Kei, dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat pada Gugus Kepulauan Tanimbar 3. berbasis mitigasi bencana banjir dikabupaten Seram Bagian Timur pada Gugus Pulau Seram Timur, Kabupaten Maluku Tengah pada Gugus Pulau Seram Utara dan Gugus Pulau Seram Selatan, Kabupaten Seram Bagian Barat pada Gugus Pulau Seram Barat,

II.B - 14 6. Kawasan peruntukan pariwisata Kawasan Budi Daya Kota Ambon pada Gugus Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease sertakabupaten Buru pada Gugus Pulau Buru 4. berbasis mitigasi bencana gempa bumi dilakukan di Kabupaten Maluku Barat Daya pada Gugus Kepulauan Terselatan e. memanfaatkan ruang untuk kegiatan industri baik yang sesuai dengan kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam, dan sumber daya manusia di wilayah sekitarnya f. membatasi pembangunan perumahan baru dan kegiatan lain yang tidak sesuai atau mengganggu fungsinya di sekitar kawasan peruntukan industri g. mengembangkan akses ke kawasan sentra produksi bahan baku dan ke outlet/pelabuhan dan bandar udara, serta kawasan pemasaran atau kawasan industri lanjutan/hilir h. mengembangkan akses industri dengan sumber atau jaringan transmisi terhadap energi dan sumber air baku atau jaringan sumber daya air a. merehabilitasi dan mengembangkan kawasan peruntukan pariwisata berbasis ekowisata yang didukung ketersediaan prasarana dan sarana pariwisata di Suaka Margasatwa Pulau Baun, Suaka Margasatwa Pulau

II.B - 15 Kobror, Suaka Margasatwa Tanimbar, Taman Nasional Aketajawe- Lolobata, Taman Nasional Manusela,Taman Wisata Alam Laut Pulau Kasa, Taman Wisata Alam Laut Pulau Marsegu dan Sekitarnya, dan Taman Wisata Alam Laut Pulau Pombo; b. merehabilitasi dan mengembangkan kawasan peruntukan pariwisata berbasis wisata budaya di Kawasan Manusela-Masohi dan Sekitarnya pada Gugus Pulau Seram Selatan, Kawasan Buru dan Sekitarnya pada Gugus Pulau Buru, Kawasan Bandaneira dan Sekitarnya pada Gugus Kepulauan Banda,Kawasan Tanimbar dan Sekitarnya pada Gugus Kepulauan Tanimbar, Kawasan Ternate dan SekitarnyapadaGugus Pulau Ternate-Tidore, Kawasan Tidore dan SekitarnyapadaGugus Pulau Ternate-Tidore, Kawasan Maba dan Sekitarnya pada Gugus Pulau Halmahera Timur-Halmahera Tengah, dan Kawasan Tobelo dan Sekitarnya pada Gugus Pulau Halmahera Utara c. merehabilitasi dan mengembangkan kawasan peruntukan pariwisata berbasis wisata bahari di Kawasan Ambon pada Gugus Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease, Kawasan Buru pada Gugus Pulau Buru, Kawasan Bandaneiradan Sekitarnyapada Gugus Kepulauan Banda, Kawasan Kei dan Sekitarnyapada Gugus Kepulauan Kei, Kawasan

II.B - 16 Tanimbar dan Sekitarnyapada Gugus Kepulauan Tanimbar, Kawasan Morotai dan Sekitarnya pada Gugus Pulau Morotai, serta Kawasan Guraici dan Sekitarnyapada Gugus Pulau Halmahera Selatan d. mengembangkan secara terbatas zona pemanfaatan wisata budaya di Benteng Nieuw Zeelandia/Benteng Haruku, Benteng Hoorn/Pelauw, Benteng Kapahaha, Benteng Barneveld, Benteng Tahula, Benteng Torre dan Benteng Tzobe e. mengembangkan secara terbatas zona pemanfaatan wisata bahari disuaka Alam Perairan Kepulauan Aru Bagian Tenggara dan Laut di Sekitarnya, Taman Wisata Perairan Laut Banda, Taman Wisata Alam Laut Pulau Kasa, Taman Wisata Alam Laut Pulau Marsegu dan Sekitarnya, sertataman Wisata Alam Laut Pulau Pombo f. melestarikan dan mengembangkan kawasan peruntukan pariwisata berbasis cagar budaya dan ilmu pengetahuanyang didukungketersediaan prasarana dan sarana pariwisata di Kawasan Manusela-Masohi dan Sekitarnya, Kawasan Buru dan Sekitarnya, Kawasan Bandaneiradan Sekitarnya,Kawasan Tanimbar dan Sekitarnya, Kawasan Ternate dan Sekitarnya, Kawasan Tidore dan Sekitarnya, Kawasan Maba dan Sekitarnya, serta Kawasan Tobelo dan Sekitarnya

II.B - 17 g. meningkatkan keterkaitan antara kawasan peruntukan pariwisata di Kawasan Buru dan Sekitarnya, Kawasan Ambon, serta Kawasan Manusela-Masohi dan Sekitarnya dan PKN Ambon, PKW Namlea, serta PKW Masohi h. meningkatkan keterkaitan antara kawasan peruntukan pariwisata di Kawasan Bandaneira dan Sekitarnya serta Kawasan Ambondan PKN Ambon i. meningkatkanketerkaitan antara kawasan peruntukan pariwisata di Kawasan Bandaneira dan Sekitarnya, Kawasan Tanimbar dan Sekitarnya serta Kawasan Kei dan Sekitarnya dan PKW Tual serta PKSN Saumlaki j. meningkatkanketerkaitan antara antara kawasan peruntukan pariwisata di Kawasan Tanimbar dan Sekitarnya serta Kawasan Kei dan Sekitarnya dan PKW Tual serta PKSN Saumlaki k. meningkatkanketerkaitan antara antara kawasan peruntukan pariwisata di Kawasan Morotai dan Sekitarnya serta Kawasan Tobelo dan Sekitarnya dan PKW Tobelo serta PKSN Daruba

II.B - 18 l. meningkatkanketerkaitan antara antara kawasan peruntukan pariwisata di Kawasan Tobelo dan Sekitarnya, Kawasan Maba dan Sekitarnya, Kawasan Ternate dan Sekitarnya, serta Kawasan Tidore dan Sekitarnya dan PKN Ternate-Sofifi, PKW Tobelo, serta PKW Tidore m. meningkatkanketerkaitan antara antara kawasan peruntukan pariwisata di Kawasan Guraici dan Sekitarnya serta Kawasan Tidore dan Sekitarnyadan PKW Tidore serta PKW Labuha n. memanfaatkan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup o. memanfaatkan ruang untuk perlindungan situs peninggalan kebudayaan masa lampau p. menerapkan ketentuan mengenai pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan pariwisata q. mengembangkan akses transportasi yang handal untuk mempersingkat waktu tempuh, jarak tempuh, dan kenyamanan ke atau dari kawasan peruntukan pariwisata ke kawasan perkotaan nasional maupun pelabuhan dan bandar udara

II.B - 19 7. Kawasan peruntukan permukiman Kawasan Budi Daya a. mengembangkan kawasan peruntukan permukiman: 1. berbasis mitigasi dan adaptasi bencana tanah longsor di Gugus Pulau Halmahera Timur-Halmahera Tengah, Gugus Pulau Halmahera Utara, Gugus Pulau Halmahera Barat, Gugus Pulau Halmahera Selatan, dan Gugus Pulau Ternate-Tidore, Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram Utara, Gugus Pulau Seram Selatan, dan Gugus Pulau Seram Barat 2. berbasis mitigasi dan adaptasi bencana gelombang pasang di Pulau Kecil pada Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram Selatan, Gugus Pulau Seram Barat, Gugus Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease, Gugus Pulau Buru, Gugus Kepulauan Aru, Gugus Kepulauan Kei, Gugus Kepulauan Tanimbar, Gugus Kepulauan Babar, Gugus Kepulauan Terselatan, Gugus Pulau Morotai, dan Gugus Pulau Halmahera Timur-Halmahera Tengah 3. berbasis mitigasi dan adaptasi bencana banjir Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram Selatan, Gugus Pulau Seram Barat,Gugus Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease, Gugus Pulau Buru, dan Gugus Kepulauan Tanimbar

II.B - 20 4. berbasis mitigasi dan adaptasi bencana letusan gunung berapi pada kawasan peruntukan permukiman di sekitar Gunung Loworkawra, Gunung Sarawerma, Gunung Legatala, Gunung Wurlali, Gunung Api Wetar, Gunung Banda Api, Gunung Api Gamalama, Gunung Gamkonora, Gunung Ibu, Gunung Dokuno, dan Gunung Kie Besi; 5. berbasis mitigasi dan adaptasi bencana gempa bumi pada Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram Utara, Gugus Pulau Seram Selatan, Gugus Pulau Seram Barat, Gugus Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease, Gugus Pulau Buru, Gugus Kepulauan Aru, Gugus Kepulauan Kei, Gugus Kepulauan Tanimbar, Gugus Kepulauan Terselatan, Gugus Pulau Morotai, Gugus Pulau Halmahera Utara, Gugus Pulau Halmahera Selatan, Gugus Pulau Ternate-Tidore, dan Gugus Kepulauan Sula Bagian Timur; 6. berbasis mitigasi dan adaptasi bencana gerakan tanah pada Gugus Pulau Seram Utara, Gugus Pulau Seram Selatan, Gugus Pulau Buru, dan Gugus Kepulauan Banda; dan

II.B - 21 7. berbasis mitigasi dan adaptasi bencana tsunami pada Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram Utara, Gugus Pulau Seram Selatan, Gugus Pulau Seram Barat, Gugus Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease, Gugus Pulau Buru, Gugus Kepulauan Banda, Gugus Kepulauan Kei, Gugus Kepulauan Tanimbar, Gugus Kepulauan Babar, Gugus Kepulauan Terselatan, Gugus Pulau Morotai, Gugus Pulau Halmahera Timur-Halmahera Tengah, Gugus Pulau Halmahera Utara, Gugus Pulau Halmahera Selatan, Gugus Pulau Halmahera Barat, Gugus Pulau Ternate-Tidore, Gugus Kepulauan Sula Bagian Timur, dan Gugus Kepulauan Sula Bagian Barat. b. mengembangkan kawasan peruntukan permukiman di Kawasan Perkotaan yang didukung prasarana dan sarana perkotaan di di Kota Ambon, Kota Ternate-Sofifi, Kota Masohi, Kota Werinama, Kota Kairatu, Kota Tual, Kota Namlea, Kota Wahai, Kota Bula, Kota Saumlaki, Kota Ilwaki, Kota Dobo, Kota Tidore, Kota Tobelo, Kota Labuha, Kota Sanana, dan Kota Daruba

II.B - 22 c. mengembangkan kawasan peruntukan permukiman melalui penerapan teknologi hemat airpada kawasan peruntukan permukiman di Gugus Pulau Morotai, Gugus Pulau Halmahera Utara, Gugus Pulau Halmahera Selatan, Gugus Pulau Ternate-Tidore, Gugus Kepulauan Sula Bagian Timur, Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram Utara, Gugus Pulau Seram Selatan, Gugus Pulau Seram Barat, Gugus Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease, Gugus Pulau Buru, Gugus Kepulauan Aru, Gugus Kepulauan Kei, Gugus Kepulauan Tanimbar, dan Gugus Kepulauan Terselatan d. mengembangkan kawasan peruntukan permukiman di Kawasan Perbatasan termasuk PPKT berpenghuni sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara di Kota Saumlaki, Kota Ilwaki, Kota Dobo, Kota Daruba, Pulau Panambulai, Pulau Larat, Pulau Selaru, Pulau Marsela, Pulau Meatimiarang, Pulau Letti, Pulau Kisar, Pulau Wetar, dan Pulau Lirang e. mengendalikan kawasan peruntukan permukiman yang berpotensi mengganggu fungsi Kawasan Lindung dan lahan pertanian pangan berkelanjutandi Gugus Pulau Seram Timur, Gugus Pulau Seram Selatan, serta Gugus Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease f. menerapkan ketentuan mengenaiamplop bangunan g. menerapkan ketentuan mengenai tema arsitektur bangunan

II.B - 23 h. menerapkan ketentuan mengenai kelengkapan bangunan dan lingkungan i. menerapkan ketentuan mengenai jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan j. menerapkan ketentuan mengenai RTH k. menyediakan fasilitas umum dan fasilitas sosial mulai dari unit lingkungan permukiman terkecil hingga skala perkotaan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO