BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Septian Arista Maulana, Pemanfaatan Tayangan Film untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Analisis Siswa dalam Pembelajran IPS

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Herna Marlina, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu ciri orang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upayaupaya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang bertanggungjawab untuk menciptakan sumberdaya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi paling penting yang dimiliki oleh manusia.

BAB. I PENDAHULUAN. pelajaran di sekolah. Namun demikian akhir-akhir ini ada beberapa mata

I. PENDAHULUAN. Pelajaran fisika telah diperkenalkan kepada siswa di Sekolah Dasar (SD) dan di

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan. pendidikan dalam berbagai bidang, diantaranya matematika.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kemajuan suatu bangsa adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelly Fitriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gina Dameria,2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, dunia pendidikan sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Perkembangan tersebut pada satu sisi berdampak positif, tetapi di sisi

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) tahun 2006 lalu, pendidik tidak bisa lagi menggunakan paradigma lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Ninah Hasanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Empat aspek keterampilan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

KEEFEKTIFAN STRATEGI INKUIRI YURISPRUDENSIAL DENGAN MEDIA TAYANGAN BERITA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap.

PENGGUNAAN METODE CERAMAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI PADA SISWA KELAS VII-B SMP NEGERI 5 KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. dua materi ajar, yakni materi bahasa dan materi sastra. Materi bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menuntut guru lebih inovatif dalam merancang pembelajaran, artinya

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit menuangkan pikiran secara teratur dan baik). Selain itu siswa juga

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak adalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari pembangunan manusia yang mendiami negara itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF IPA KELAS V SD POKOK BAHASAN ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

2015 PENGGUNAAN MEDIA TWITTER UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Usulan Penelitian B. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengandung keterampilan

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN S LEARNING IN SCIENCE

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Alpiah, 2014 Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Menulis Berita

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Elin Budiarti, 2014

I. PENDAHULUAN. tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan (Achmad Munib, 2004:34). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat di Sekolah Dasar (SD). IPS merupakan bidang studi yang

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan bahwa pendidikan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung, peneliti menemukan beberapa indikasi yang secara umum peneliti lihat dari segi karakteristik pengajaran guru dan pembelajaran siswa dalam pembelajaran IPS. Dilihat dari karakteristik pengajaran guru, terlihat pembelajaran di dalam kelas cenderung berpusat kepada guru, hal ini terlihat ketika kegiatan pembelajaran IPS di kelas tersebut. Hal ini karena guru masih sangat terbatas dalam penggunaan sumber belajar, sehingga perhatian siswa berorientasi pada guru. Menurut pendapat peneliti hal ini menyebabkan pengetahuan siswa kurang dapat berkembang dan pembelajaran terlihat monoton. Kemudian dari aspek siswa, terlihat dalam pembelajaran siswa kurang memperhatikan guru, hal ini dibuktikan dengan kurangnya focus dalam memperhatikan pembelajaran, ribut saat pembelajaran dimulai dan kurang dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Selain itu peneliti menemukan indikasi lain pada sisiwa, yaitu dalam pembelajaran IPS yang pada dasarnya mengharuskan siswa untuk memahami konsep-konsep dan isu-isu kontekstual. Namun yang terlihat siswa cenderung kurang tertarik untuk memahami suatu konsep dan suatu isu yang guru berikan terlebih lagi untuk menganalisis siswa tampak kesulitan.. Berdasarkan telaahan peneliti hal itu disebabkan kurangnya media pemebelajaran dan buku sumber teks yang dapat menarik perhatian siswa hal ini dapat dilihat ketika adanya pertanyaan yang diajukan oleh guru yang biasanya merupakan pengulangan dari uraian yang telah dipelajari sebelumnya, namun demikian siswa lebih banyak yang tidak bisa menjawab atau menerangkan kembali apa yang diminta oleh guru tersebut. Berdasarkan kondisi tersebut di atas penulis

2 merasa perlu adanya sumber belajar tambahan yang diharapkan dapat meningkatkan perhatian ataupun antusias siswa dalam pembelajaran IPS Berdasarkan pemaparan hasil observasi diatas peneliti dapat menemukan indikasi bahwa siswa kelas VII-B kurang mampu dalam aspek kemampuan analisis. Secara khusus peneliti paparkan terkait indikasi kemapuan berpikir analisis, Pertama siswa terlihat kurang mampu untuk membedakan, melibatkan proses memilah-milah bagian-bagian yang relevan atau penting dari sebuah struktur. Contoh yang peneliti lihat ketika observasi terlihat siswa, kebingungan saat diminta guru siswa untuk membedakan jenis penyimpangan primer dan skunder. Kedua, siswa kurang dapat mengorganisasi konsep atau masalah sossial yang diberikan oleh guru. Contoh kasus yang peneliti lihat dari hasil observasi, bahwa siswa kurang dapat menjawab pertanyaan guru tentang apakah merokok termasuk pada penyimpangan, dan jika benar termasuk kedalam jenis penyimpangan apa merokok itu?. Setelah diberi pertanyaan tersebut terlihat siswa tidak bisa menjawab pertnyaan tersebut. Hal ini karena siswa tidak begitu paham tentang penyimpangan, sehingga siswa tidak bisa memutuskan bahwa merokok adalah jenis penyimpangan atau tidak. Kondisi ini secara tidak langsung menggambarkan bahwa siswa sulit dalam melakukan proses mengidentifikasi dan proses mengenali suatu masalah sekitar siswa serta mengetahui bagaimana elemen-elemen dari masalah tersebut ini membentuk sebuah struktur yang koheren. Ketiga, siswa kurang mampu dalam aspek mengantribusikan, mengantribusikan melibatkan proses dekontruksi, yang didalamnya siswa menentukan tujuan pengarang suatu tulisan yang diberikan oleh guru. Hal ini terlihat bahwa siswa cenderung kurang dapat dalam mengolah suatu konsep atau isu yang diberikan guru secara mendalam. Sehingga pengetahuan yang siswa miliki masih bersifat sederhana karena belum diolah menjadi pengetahuan yang kompleks. Berdasarkan indikasi diatas peneliti mengetahui bahwa salah satu karakteristik IPS adalah siswa dapat berpikir analisis dalam mengkaji suatu masalah sosial dan

3 dapat mengontribusi dalam menyelesaikannya. Proses analisis tersebut melibatkan membedakan, mengorganisasi (mengaitkan), dan mengantribusikan. Jika kemampuan tersebut tdak dimiliki oleh siswa atau kurang teraplikasi secara optimal maka akan berdampak pada sulit berkembangnya pengetahuan, pemahaman, serta daya analisis siswa. Selain itu kondisi ini akan berdampak pada pembelajaran IPS yang kurang interaktif dan bermakna.. Menurut peneliti guna menunjang kemapuan analisis siswa temtunya harus melibatkan proses, salah satunya melalui penggunaan sumber belajar yang menarik. Hal ini karena penggunaan sumber belajar yang menarik dapat menstimulus persepsi siswa, motivasi siswa, dan daya tarik siswa untuk mempelajari materi tersebut, sehingga dengan penggunaan sumber belajar yang menarik siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Sumber belajar sangat banyak macamnya secara umum banyak macamnya, terdiri dari media visual, auto visual, dan media komunikasi massa. Dari beberapa sumber belajar tersebut pada dasarnya dapat digunakan sebagai sumber belajara dalam pembelajaran IPS dalam hal ini diperlukan kreatifitas guru untuk dapat memilih penggunaan sumber belajar. Salah satu aspek yang diperhatikan adalah karakteristik sumber belajar yang lebih kontekstual dan dekat dengan kehidupan siswa. Hal ini agar siswa bisa dengan mudah memperoleh pengetahuan yang relevan dengan materi IPS. Berbicara tentang sumber belajar yang kontekstual salah satunya adalah media massa. Hal ini dikarenakan media mssa dekat dengan kehidupan siswa dan memuat informasi terkini sehingga cocok dalam pembelajaran IPS.. Pada kesempatan ini peneliti mencoba menggunakan media massa sebagai sumber belajar yang dapat meningkatkan perhatian dan antusias siswa. Penggunaan media massa di sini bukan tanpa alasan, penggunaan media massa sebagai sumber belajar diharapkan dapat membuat siswa tidak sulit untuk mempelajari dan mendapatkannya untuk mendukung dalam pembelajaran IPS. Media massa ini tersedia kapan pun dan di manapun karena media massa terus memberikan informasi

4 setiap harinya. Media masa menurut Bittner dalam Ardianto (2003, hlm. 188) yaitu komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Adapun manfaat dari media pembelajaran Menurut Sudjana dan Rivai (2011 hlm. 39), yaitu : bahwa : 1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 2. Bahan pelajaran akan lebih jelas bermakna sehingga dapat lebih dipahami siswa dan memungkinkan mengusai dan mencapai tujuan pembelajaran. 3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga. 4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemontrasikan, dan lain-lain. Sejalan dengan pendapat di atas, Mayang Kusuma Dewi (2007) menyimpulkan Media massa berdampak signifikan dalam peningkatan hasil dan kualitas belajar siswa yang mana hal ini dilihat dari tingkat keberhasilan 80 % lebih siswa dapat memperoleh nilai ulangan diatas Standar Ketuntasan Minimal (SKBM). Media massa diharapkan dapat membantu pembelajaran siswa, hal ini disebabkan media massa banyak dikenal dan mudah didapat oleh siswa, salah satu media massa yang paling mudah didapat adalah surat kabar hal ini yang dijadikan dasar oleh peneliti dalam penelitian di SMP Negeri 40 Bandung untuk menganalisis penggunaan media pembelajaran media IPS dari sumber belajar berupa surat kabar. Menurut Santyasa (2011, hlm. 13) mengemukakan bahwa Surat kabar adalah media komunikasi massa yang memuat data terakhir tentang hal yang menarik perhatian dalam bentuk cetak yang tidak perlu

5 diragukan lagi peranan dan pengaruhnya terhadap masyarakat pembaca pada umumnya, yang berfungsi sebagai bahan bacaan hangat dan actual, sebagai sarana belajar menulis, dan membuat bahan keliping. Sejalan dengan pengertian di atas surat kabar ini selain mudah dijangkau dan didapatkan oleh siswa, surat kabar ini lebih mudah untuk dipelajari dan digunakan menjadi sumber pembelajaran. Berdasarkan paparan di atas maka peneliti memilih menggunakan sumber belajar berupa media massa Koran untuk membantu pembelajaran diluar dan didalam kelas terutama dalam pembelajaran IPS yang memuat berbagai fenomena didalamnya untuk menarik minat siswa ikut berperan aktif dan berfikir analisis terhadap fenomena yang ada disekitar mereka. Hal ini dipertegas oleh Sutmaatmaja dalam Permana (2006, hlm. 5) bahwa: ilmu pengetahuan sosial adalah bidang-bidang yang digali dari kehidupan sehari-hari di masyarakat. Oleh sebab itu, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan objeknya, merupakan suatu bidang pengetahuan yang tidak berpijak kepada kenyataan tidak mungkin mencapai sasaran dan tujuannya, dan tidak akan mengetahui tuntutan kemasyarakatannya. Dari sinilah peneliti akan memanfaatkan media massa Koran yang terdapat banyak informasi yang memuat tentang fenomena-fenomena sosial dan memfokuskan pada penggunaan headline news pada media massa Koran Pikiran Rakyat, karena biasanya judul atau headline news ini adalah bagian Koran yang juga utama untuk menarik perhatian para pembaca untuk membaca keseluruhan isi dari berita tersebut. Menurut Huck dan Kiefer (2005) menyatakan bahwa untuk membangun proses ketertarikan terhadap sesuatu, dibutuhkan interaksi, bahkan antara pembaca dengan teks sekalipun. Pada saat pembelajaran berlangsung dan antusias siswa untuk mengikuti pembelajaran berkurang disinilah peneliti melihat kurangnya bahwa belum sepenuhnya selama proses pembelajaran IPS guru belum menyentuh aspek yang berkaitan dengan kemapuan berfikir analisis siswa.

6 Berfikir analisis merupakan kemampuan berfikir tentang berbagai masalah, mencari solusi atas permasalahan tersebut. Berfikir analisis menuntut siswa untuk dapat memilah, mencari tahu dan berfikir kritis dalam melihat suatu masalah tersebut dan memecahkan atau mencari solusi atas permasalahan yang mereka lihat. Menurut Gagne (dalam Yamin, 2012), kemampuan kognisi tertinggi adalah analisis. Kemampuan ini lebih lebih banyak mengajak siswa berfikir tentang materi-materi yang mengasah siswa untuk memecahkan permasalahan, baik di dalam kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari. Proses untuk mencapai ketertarikan siswa terhadap pembelajaran IPS yang dapat meningkatkan cara berfikir analisis siswa, dapat ditunjang oleh berbagai hal. Salah satunya memberikan bacaan-bacaan yang sedang hangat menjadi sumber bahan pembelajaran di kelas. Dengan memberikan siswa bacaan-bacaan yang manarik dan berhubungan dengan materi yang sedang guru ajarkan. Siswa dapat mengambil kesimpulan tentang apa yang telah mereka baca dan mengambil pesan-pesan dari pemberitaan tesebut, dari sini lah guru dapat melihat cara berfikir analisis siswa. Berfikir analisis merupakan kemampuan berfikir tentang berbagai masalah, mencari solusi atas permasalahan tersebut. Berfikir analisis menuntut siswa untuk dapat memilah, mencari tahu dan berfikir kritis dalam melihat suatu masalah tersebut dan memecahkan atau mencari solusi atas permasalahan yang mereka lihat. Melihat dari permasalahan di atas, peneliti mencoba menggunakan media pembelajaran dari surat kabar yang dijadikan media Informasi pada Koran dinding yaitu harian Pikiran Rakyat sebagai rujukan utama headline News, agar siswa dapat menganalisis fenomena sosial yang ada di sekitarnya. Dan juga siswa lebih tertarik membaca informasi yang ada dalam surat kabar untuk setiap harinya. Peneliti tertarik untuk mengkaji permasalahan tersebut ke dalam sebuah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media massa berupa Koran untuk meningkatkan kemampuan Analisis siswa. Berdasaran paparan peneliti di atas, peneliti mengambil judul PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR ANALISIS SISWA DENGAN

7 PEMANFAATAN Headline News MEDIA MASSA KORAN Pikiran Rakyat. (Penelitian Tindakan Kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang menjadi rumusan masalah secara umum pada penelitian ini adalah Bagaimana pemanfaatan media cetak Koran Pikiran Rakyat dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung? Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana guru merencanakan proses pembelajaran dengan memanfaatkan headline news pada media massa Koran Pikiran Rakyat sebagai sumber belajar untuk peningkatan berpikir analisis siswa di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung? 2. Bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran dengan pemanfaatan headline news pada media massa Koran sebagai sumber belajar untuk peningkatan berpikir analisis siswa di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung? 3. Bagaimana hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran dengan pemanfaatan headline news pada media massa Koran sebagai sumber belajar untuk peningkatan berpkir analisis siswa di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung? 4. Bagaimana hambatan proses pembelajaran dengan pemanfaatan headline news pada media massa Koran sebagai sumber belajar IPS untuk peningkatan berpikir analisis di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung? 5. Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam pemanfaatan headline news pada media massa Koran sebagai sumber belajar untuk peningkatan berpikir analisis siswa di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung?

8 C. Tujuan Penelitian Berdasarkam rumusan masalah diatas, maka tujuan utama penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan strategi pembelajaran dengan pemanfaatan headline news pada media cetak dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa di kelas VII-B di SMPN 40 Bandung. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang telah diajukan dalam rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Proses perencanaan pembelajaran dengan pemanfaatan headline news pada media massa Koran sebagai sumber belajar untuk peningkatan kemampuaan berpikir analisis siswa di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung. 2. Proses pembelajaran dengan pemanfaatan headline news pada media massa Koran sebagai sumber belajar untuk peningkatan kemampuan berpikir analisis siswa di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung. 3. Hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran dengan pemanfaatan headline news pada media massa Koran sebagai sumber belajar untuk peningkatan kemampuan berpikir analisis siswa di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung. 4. Hambatan dalam proses pembelajaran dengan pemanfaatan headline news pada media massa Koran sebagai sumber belajar IPS untuk peningkatan kemampuan berpikir analisis siswa di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung. 5. Upaya untuk mengatasi hambatan dalam pemanfaatan headline news ada media massa Koran sebagai sumber belajar untuk peningkatan kemampuan analisis siswa di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung.

9 D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan pembelajaran mata pelajaran IPS, Adapun secara detail manfaat yang diharapkan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebagai berikut : a. Bagi Sekolah Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran dan menjadi pijakan dasar untuk lembaga/sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan maupun upaya perbaikan serta memberikan kebijakan dalam pengajaran IPS yang tidak hanya tergantung pada kualitas kinerja guru saja, namun semua orang yang menjadi komunitas sekolah juga. b. Bagi Guru Penerapan metode ini, diharapkan dapat memberikan masukan kepada para guru, khususnya guru IPS, agar memasukan media pembelajaran demi menunjang pembelajaran. Meningkatkan kualitas pembelajaran dan keterampilan profesional guru IPS serta memberikan informasi tentang metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi IPS. c. Bagi Siswa Penerapan metode ini, diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa pada mata pelajaran IPS, mengenalkan Model Pembelajaran dan Media Pembelajaran IPS yang mengasyikan, menumbuhkan kekompakan siswa, sebagai wahana baru dalam proses meningkatkan kemampuan analisis dalam setiap diri siswa. d. Bagi Peneliti Menjadi dasar serta acuan bagi penelitian selanjutnya, menambah khazanah keilmuan sebagai bekal menjadi guru yang profesional kelak serta mengetahui sampai dimana kemampuan siswa dalam menangkap pelajaran yang telah disampaikan.

10 E. Stuktur Organisasi Struktur organisasi dalam penyusunan skripsi ini, adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini secara garis besar peneliti memaparkan masalahmasalah yang akan dikaji serta alternatif penyelesaian masalahnya. BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang konsepkonsep yang berhubungan dengan penelitian serta kajian-kajian yang diambil dari berbagai literature sebagai landasan dalam pelaksanaan penelitian tersebut. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini peneliti memaparkan mengenai tahapan-tahapan penelitian yang akan dilaksanakan. Dari mulai menentukan metode, disain penelitian kemudian menyusun instrument penelitian dan teknik mengolah data serta analisis data yang akan digunakan. BAB IV HASIL PENELITIAN Dalam bab ini peneliti menguraikan tentang pembahasan hasil dari penelitian yang peneliti lakukan yang berdasarkan fakta dan informasi yang diperoleh selama penelitian dilaksanakan dengan dikolaborasikan dengan berbagai literature yang menunjang penelitian.

11 BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini peneliti memaparkan keputusan yang dihasilkan dari penelitian yang dilakukan peneliti sebagai jawaban atau pertanyaan dari yang diteliti