BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan yang diciptakannya, manusia dapat mengeksploitasi kekayaan alam sesuai kehendaknya. Kegiatan tersebut dari waktu kewaktu semakin meningkat seolah-olah sumber alam yang ada dibumi harus segera dihabiskan tanpa memperdulikan generasi yang akan datang. Kerusakan dan penurunan daya dukung lingkungan yang terjadi ini, belum ada dari pihak manapun yang menyadari kesalahannya, semua mengaku tidak bersalah seperti kerusakan hutan, pencemaran sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi, selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian, pendingin benda-benda yang panas dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). Udara bersih yang kita hirup merupakan gas yang tidak tampak, tidak berbau, tidak berwarna maupun berasa. Akan tetapi udara yang benar - benar bersih sudah sulit diperoleh, terutama dikota kota besar yang banyak industrinya dan padat lalu lintasnya. Udara yang tercemar dapat merusak lingkungan dan kehidupan manusia. Terjadinya kerusakan lingkungan berarti berkurangnya (rusaknya) daya dukung alam yang selanjutnya akan mengurangi kualitas hidup manusia (Wardhana, 2001)
Masalah pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik, kendaraan bermotor dan yang berhubungan erat dengan aktivitas manusia (Darmono, 2001). Jumlah udara yang dibutuhkan oleh manusia untuk pernapasan sangat besar tergantung dari kegiatannya, oleh sebab itu sekecil apapun konsentrasi polutan yang terdapat di udara akan menimbulkan gangguan, yang penting untuk diketahui adalah bahwa udara yang ada di planet bumi ini jumlahnya tetap, hanya komposisinya yang mungkin berubah. Pemanfaatan udara untuk kehidupan manusia dan makhluk lain menggunakannya secara bergantian, dengan demikian perbaikan kualitas udara menjadi hal yang sangat penting untuk diupayakan, seperti misalnya meningkatkan kadar oksigen dan menurunkan kadar karbondioksida dalam proses fotosintesis (Sarudji, 2010). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999, udara sebagai sumber daya alam yang memengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi makhluk hidup lainnya. Karbon monoksida (CO) adalah suatu komponen tidak berwarna, tidak berbau, mudah terbakar, dan bila terbakar menimbulkan nyala berwarna ungu kebiruan, terdapat dalam bentuk gas pada suhu di atas -192 C (Fardiaz, 2010). Gejala-gejala keracunan karbon monoksida (CO) antara lain, pusing, rasa tidak enak
pada mata, telinga berdengung, mual, muntah, detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada, kesulitan bernapas, kelemahan otot-otot, dan bisa meninggal dunia (Mukono, 2008). Berdasarkan Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun1999 tentang pengendalian pencemaran udara, nilai ambang batas kadar karbon monoksida (CO) yang diperbolehkan di udara sebesar 30.000 µg/ Nm 3 dalam 1 jam pengukuran. Di daerah industri banyak beroperasi berbagai pabrik seperti kimia, semen, kayu lapis, pembangkit listrik maupun yang lainnya. Kegiatan industri tersebut potensial dalam menghasilkan bahan pencemar udara. Bahan pencemar udara yang dapat dikeluarkan oleh industri maupun pembangkit listrik antara lain adalah partikel debu, gas SO 2 (Sulfur dioksida), gas NO 2 (Nitrogen dioksida), gas CO (Karbon monoksida), gas NH 3 (Amoniak) dan gas HC (Hidrokarbon) (Mukono, 2008). Transportasi sangat diperlukan untuk mengangkut bahan baku dari daerah pertambangan ketempat industri (pabrik) untuk diolah lebih lanjut menjadi bahan jadi (produk). Selanjutnya dengan transportasi pula produksi yang dihasilkan dibawa ke pemakai. Dan sejalan dengan kegiatan itu akan berdampak meluasnya pencemaran lingkungan terutama pencemaran udara (Wardhana, 2001). Diantara Badan usaha Milik Negara (BUMN) bidang pertanian yag banyak adalah yang bergerak dibidang perkebunan milik negara yaitu salah satunya, Perusahaan Terbatas Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) Persero. Perusahaan ini memiliki usaha perkebunan diantara lain kebun kelapa sawit, karet, kopi, teh, dan
coklat tercatat seluas 0,82 ha, Sedangkan luas perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2007 sekitar 6,8 juta hektar (Soepadiyo, 2008) Industri pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa II sudah ada sejak tahun 1986. Pabrik ini memiliki pabrik pengolahan minyak sawit mentah ( crude palm oil ). Pabrik ini terletak di sebelah pemukiman karyawan pabrik itu sendiri, terdapat di kabupaten Padang Lawas. Hasil minyak mentah hasil produk pabrik ini akan dikirim ke pabrik pusat kelapa sawit PTPN IV kebun Adolina yang akan diolah selanjutnya menjadi minyak murni. Perkebunan yang bergerak dibidang industri minyak kelapa sawit (crude palm oil) memiliki pabrik dalam pengolahan buah menjadi minyak. Dalam proses pengolahan menggunakan bahan bakar berupa cangkang sawit dan serabut. Proses ini berpotensi mengakibatkan pencemaran udara dari gas buang pabrik kelapa sawit berupa polutan udara. Dalam operasional Pabrik Kelapa Sawit, salah satu kegiatan dalam pengelolaan lingkungan adalah melakukan pengukuran dan pemantauan emisi udara. Penggunaan boiler atau ketel uap dengan bahan bakar berupa Serabut dan Cangkang Sawit, Baku mutu emisinya diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2007 tentang baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap (Abunajmu, 2007). Hasil survei pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal 2 november 2012, terlihat bahwa dari jalan raya maupun dari pabrik debu sangat banyak, sampai
menyelimuti pohon sawit disekitarnya dan apabila berada disekitarnya agak sulit bernafas. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian yang berjudul: Gambaran kualitas udara dan keluhan gangguan pernapasan pada masyarakat yang tinggal di kawasan pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN IV kebun Sosa II kabupaten Padang Lawas tahun 2013. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas bahwasanya sektor industri kelapa sawit dapat mengeluarkan bahan pencemar berupa partikel debu (PM 10 ) dan Transportasi yang digunakan dalam pengangkutan buah yang berkontribusi mengeluarkan gas polutan berupa karbon monoksida CO yang keduanya berpotensi mengakibatkan pencemaran udara dan memberikan dampak kesehatan berhubungan dengan gangguan pernapasan kepada masyarakat yang tinggal di kawasan industri pabrik kelapa sawit tersebut, untuk itu perlu dilakukan penelitian yang berjudul Gambaran kualitas udara dan keluhan gangguan pernapasan pada masyarakat yang tinggal di kawasan pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN IV kebun Sosa II kabupaten Padang Lawas. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran kualitas udara dan keluhan gangguan pernapasan pada masyarakat yang tinggal di kawasan pabrik kelapa sawit (PKS ) PTPN IV kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas
1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui kadar debu (PM 10 ) di kawasan pabrik kelapa sawit. 2. Untuk mengetahui karbon monoksida (CO) di kawasan pabrik kelapa sawit. 3. Untuk mengetahui karakteristik responden yang tinggal di kawasan pabrik kelapa sawit. 4. Untuk mengetahui keluhan gangguan pernapasan yang terjadi pada masyarakat yang tinggal dikawasan pabrik kelapa sawit. 5. Untuk mengetahui perbandingan kadar Debu (PM 10 ) dan karbon monoksida (CO) di udara ambien dengan PP RI No 41 tahun 1999 pada kawasan industri kelapa sawit. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi pada masyarakat di kawasan industri kelapa sawit tentang efek dari kadar debu (PM 10 ) dan karbon monoksida terhadap kesehatan 2. Memberikan masukan kepada pihak Industri pabrik kelapa sawit PTPN IV kebun sosa II terhadap masyarakat dan lingkungan 3. Menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis yang berhubungan dengan gambaran kualitas udara dan keluhan gangguan pernapasan pada masyarakat yang tinggal di kawasan pabrik kelapa sawit (PKS ) PTPN IV kebun Sosa II kabupaten Padang Lawas.