PENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH TEMPERATUR CETAKAN PADA PENGECORAN SQUEEZE TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALMINIUM DAUR ULANG (Al 6,4%Si 1,93%Fe)

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

PENGEMBANGAN MEKANISME DAN KUALITAS PRODUKSI SEPATU KAMPAS REM BERBAHAN ALUMUNIUM DAUR ULANG DENGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membuat suatu produk, bahan teknik merupakan komponen. yang penting disamping komponen lainnya. Para perancang, para

BAB I PENDAHULUAN. Penemuan logam memberikan manfaat yang sangat besar bagi. kehidupan manusia. Dengan ditemukannya logam, manusia dapat

K. Roziqin H. Purwanto I. Syafa at. Kata kunci: Pengecoran Cetakan Pasir, Aluminium Daur Ulang, Struktur Mikro, Kekerasan.

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu. sehingga tercipta alat-alat canggih dan efisien sebagai alat bantu dalam

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

L.H. Ashar, H. Purwanto, S.M.B. Respati. produk puli pada pengecoran evoporatif (lost foam casting) dengan berbagai sistem saluran.

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM. Hera Setiawan 1* Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik.

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

ANALISIS MOMEN LENTUR MATERIAL ALUMINIUM DENGAN VARIASI MOMEN INERSIA DAN BEBAN TEKAN

PENGEMBANGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SEPATU KAMPAS REM KENDARAAN BERMOTOR BERBAHAN ALUMUINUM DAUR ULANG

STUDI BAHAN ALUMUNIUM VELG MERK SPRINT DENGAN METODE TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN Al-Zn

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH TEKANAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN HASIL PENGECORAN PADA MATERIAL ALUMINIUM DAUR ULANG

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

Analisa Pengaruh Aging 450 ºC pada Al Paduan dengan Waktu Tahan 30 dan 90 Menit Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENIUPAN PADA METODA DEGASSING JENIS LANCE PIPE, DAN POROUS PLUG TERHADAP KUALITAS CORAN PADUAN ALUMINIUM A356.

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

TUGAS AKHIR PENGARUH ELEKTROPLATING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM PADUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal ISSN , e-issn

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST

I. PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam yang banyak digunakan dalam komponen

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK PENGECORAN KODE / SKS : KK / 2 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

ANALISA SIFAT MEKANIK PROPELLER KAPAL BERBAHAN DASAR ALUMINIUM DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Cu. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, baik kalangan

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMUNIUM PADUAN Al, Si, Cu DENGAN CETAKAN PASIR

PENGARUH UNSUR ALUMINIUM DALAM KUNINGAN TERHADAP KEKERASAN, KEKUATAN TARIK, DAN STRUKTUR MIKRO

PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP CACAT COR FLUIDITAS DAN KEKERASAN COR

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN TEMPERATUR CETAKAN PADA HIGH PRESSURE DIE CASTING (HPDC) BERBENTUK PISTON PADUAN ALUMINIUM- SILIKON

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Analisa Pengaruh Penambahan Sr atau TiB Terhadap SDAS, Sifat Mekanis dan Fluiditas Pada Paduan Al-6%Si

Perbaikan Sifat Mekanik Paduan Aluminium (A356.0) dengan Menambahkan TiC

TUGAS AKHIR. BIDANG TEKNIK PRODUKSI DAN PEMBENTUKAN MATERIAL PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MnCl2.H2O TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA 7075

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PISAU HAMMER MILL PADA MESIN PENGGILING JAGUNG PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA CABANG SEMARANG

Analisis Sifat Fisis dan Mekanis Pada Paduan Aluminium Silikon (Al-Si) dan Tembaga (Cu) Dengan Perbandingan Velg Sprint

II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM. Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar

ANALISA KEKUATAN TARIK DAN KOMPOSISI BAHAN PADUAN ALUMINIUM LIMBAH AC MOBIL DENGAN METODE METAL CASTING UNTUK BAHAN JENDELA KAPAL

PENGOLAHAN LIMBAH TEMBAGA DAN TIMAH SEBAGAI BAHAN KOMPONEN RADIATOR

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat ketahanan

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BESI TUANG NODULAR 50

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

I. PENDAHULUAN. dengan semakin banyaknya permintaan aluminium dikalangan konsumen.

PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP PERUBAHAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA VELG MERK STOMP YANG MEMENUHI STANDART ASTM

Pengaruh Variasi Komposisi Kimia dan Kecepatan Kemiringan Cetakan Tilt Casting Terhadap Kerentanan Hot Tearing Paduan Al-Si-Cu

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR

BAB I PENDAHULUAN. tentang unsur tersebut. Berikut potongan ayat tersebut :

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

PEMBUATAN POLA dan CETAKAN HOLDER MESIN UJI IMPAK CHARPY TYPE Hung Ta 8041A MENGGUNAKAN METODE SAND CASTING

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN

VARIASI UKURAN PASIR CETAK TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK CORAN SCRAP PISTON SEPEDA MOTOR. Sigit Gunawan 1, Sigit Budi Hartono 2 2.

PENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam

PENGUJIAN KEKERASAN DAN KOMPOSISI KIMIA PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hubungan antara komposisi dan pemprosesan logam, dengan

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK MEKANIS DAN KOMPOSISI KIMIA ALUMUNIUM HASIL PEMANFAATAN RETURN SCRAP

PENGARUH TEKANAN, TEMPERATUR DIE PADA PROSES SQUEEZE CASTING TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PISTON BERBASIS MATERIAL BEKAS

TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BESI COR KELABU DENGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DARI KOKAS LOKAL DENGAN PEREKAT TETES TEBU DAN ASPAL

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK DRY CELL SEBAGAI PENGIKAT TERAK PADA PENGECORAN LOGAM TERHADAP KUALITAS HASIL CORAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

TUGAS AKHIR STUDI TENTANG PENAMBAHAN UNSUR PADA ALUMINIUM PADUAN PISTON SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

11 BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM

Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)

Pengaruh kadar air pasir cetak terhadap kualitas coran paduan Aluminium

CYBER-TECHN. VOL 11 NO 02 (2017) ISSN

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

Redesain Dapur Krusibel Dan Penggunaannya Untuk Mengetahui Pengaruh Pemakaian Pasir Resin Pada Cetakan Centrifugal Casting

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

Transkripsi:

Pengaruh Jarak Dari Tepi Cetakan Terhadap Kekuatan Tarik Dan Kekerasan Pada Coran Aluminium PENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM H. Purwanto e-mail : helmy_uwh@yahoo.co.id Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang Jl Menoreh Tengah X/22 Semarang Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui pengaruh jarak dari tepi bawah ke atas hasil coran terhadap kekuatan tarik dan kekerasan bahan pada pengecoran tuang dengan cetakan logam Al 6,4%Si 1,93%Fe. Dalam pengujian dibuat spesimen uji tarik dengan standart JIS Z-22 No 7 Test Piece, dan dengan variasi jarak dari dasar coran, 1 mm,3 mm,5 mm, dan 7 mm pada cetakan dengan dimensi cetakan tinggi 8 mm, lebar 1 mm, dan panjang 4 mm. Hasil pengujian terhadap kekuatan tarik menunjukkan bahwa semakin dekat jarak dari tepi coran maka kekuatan tarik semakin tinggi hal ini disebabkan karena pengaruh pendinginan cepat pada permukaan cetakan. Dan pada pengujian kekerasan menunjukkan bahwa semakin kecil jarak dari tepi coran tingkat kekerasan semakin tinggi. Semakin tinggi nilai tegangan tarik, maka semakin tinggi pula angka kekerasannya. Pada pengecoran tuang terjadi ketidakmerataan sifat mekanis pada tiap lapisan atau bagian, hal ini disebabkan oleh kecepatan pendinginan yang berbeda antara logam cair dengan cetakan, udara dan bagian tengah yang tidak bersentuhan dengan lingkungan. Kata Kunci : Jarak tepi coran, Kekuatan Tarik, Nilai Kekerasan Brinell BHN) Pendahuluan Aluminium merupakan logam yang banyak digunakan dalam berbagai aplikasi meliputi peralatan rumah tangga, konstruksi, komponen otomotif dan pesawat terbang (aerospace). Pemakaian aluminium diperkirakan pada masa mendatang masih terbuka luas baik sebagai material utama maupun material pendukung dengan ketersediaan biji aluminium di bumi yang melimpah. Aluminium disamping mempunyai massa jenis kecil, tahan terhadap korosi, daya hantar listrik yang baik, jika dipadu dengan unsur dan diproses dengan metode tertentu akan mempunyai sifat fisis dan mekanis yang unggul. Silikon (Si) merupakan salah satu unsur yang jika dipadu dengan aluminium mampu meningkatkan sifat mekanis, mampu cor (castability), dan mampu mesin (Brown, 1999). Al-Si banyak digunakan pada komponen otomotif melalui proses pengecoran seperti velg (cast wheel), piston, blok mesin dan lain sebagainya. Industri pengecoran aluminium lokal, umumnya menggunakan proses pengecoran tuang (gravity casting). Paduan yang digunakan adalah Al Si daur ulang dan dalam proses peleburan digunakan peralatan dari besi (mengandung unsur Fe) sehingga unsur Fe akan bertambah pada paduan. Fe dalam paduan Al Si merupakan unsur pengotor yang menyebabkan turunnya kekuatan dan ketahanan terhadap korosi (Smith, 1993), dan ini merupakan masalah yang utama dalam industri pengecoran aluminium daur ulang (Mondolfo, 1976). Pada proses pengecoran tuang dengan cetakan logam menyebabkan tidak meratanya sifat mekanik pada jarak tertentu dari dinding cetakan. Penelitian ini bertujuann mempelajari sejauh mana pengaruhnya jarak dari cetakan terhadap sifat mekanisnya. Bahan menggunakan paduan Al 6,4%Si 1,93%Fe yang dicor dengan cetakan logam, pada dimensi cetakan tinggi 8 mm, lebar 1 mm, dan panjang 4 mm, selanjutnya dipelajari pengaruh posisi (jarak dari dasar coran 1 mm, 3 mm, 5 mm, dan 7 mm dari dasar coran) terhadap kekerasan dan kekuatan tarik. Aluminium Paduan Aluminium ditemukan oleh Sir Humpery Davy pada tahun 189 sebagai suatu unsur, dan pertama kali direduksi sebagai logam oleh H. C. Oersted pada tahun 1825. Tahun 1886 Paul Heroult di Prancis dan C. M. Hall di Amerika Serikat secara terpisah telah memperoleh logam aluminium dari alumina dengan cara elektrolisa dari garamnya yang terfusi. Sampai sekarang proses Heroult Hall masih dipakai untuk memproduksi aluminium (Surdia dan Saito, 1992). Aluminium murni mempunyai sifat mekanis yang kurang baik, untuk menaikan sifat mekaniknya, maka aluminium dipadu dengan unsur Cu, Mg, Si, Mn, Zn, Ni, dan sebagainya. Satu atau bersamaan unsur 41

Momentum, Vol. 5, No. 1, April 29 : 41-45 tersebut dalam paduan memberikan juga sifat-sifat baik lainnya seperti ketahanan korosi, aus, dan menurunkan koefisien muai (Surdia dan Saito, 1992). Pengecoran Coran dibuat dari logam yang dicairkan, dituang kedalam cetakan, kemudian dibiarkan mendingin dan membeku. Untuk membuat coran, harus dilakukan proses- proses seperti : pencairan logam, membuat cetakan, menuang, membongkar dan membersihkan coran. Untuk mencairkan logam bermacam- macam tanur yang dipakai. Umumnya kupola atau tanur induksi frekwensi rendah, tanur busur listrik atau tanur induksi frekwensi tinggi. Cetakan biasanya dibuat dengan jalan memadatkan pasir. Pasir yang dipakai biasanya pasir alam atau pasir buatan yang mengandung tanah lempung. Cetakan pasir mudah dibuat dan tidak mahal. Selain dari cetakan pasir, dipergunakan cetakan logam. Pada penuangan, logam cair mengalir melalui pintu cetakan, maka bentuk pintu harus dibuat sedemikian sehingga tidak menganggu aliran logam cair. Pada umumnya logam cair dituang dengan pengaruh gaya berat, walaupun biasanya dipergunakan tekanan pada logam cair selama atau setelah penuangan. Pembekuan Besar butir dan kerapatan akan berpengaruh terhadap kekuatan dari material. Besar butir dan kerapatan material yang pengerjaannya melalui proses pengecoran dapat dipegaruhi oleh jenis cetakan, proses pengecoran dan pembekuannya. Pembekuan Pada Logam Paduan Jika logam yang terdiri dari dua unsur atau lebih didinginkan dari keadaan cair, maka butiran- butiran kristalnya akan berbeda, dengan butiran- butiran kristal logam murni apabila suatu paduan yang terdiri dari komponen kristal A dan Komponen kristal B membeku, maka sukar didapat susunan butir-butir kristal A dan kristal B tetapi umumnya didapat butirbutir kristal campuran dari A dan B. Apabila hal ini dipelajari secara terperinci, ada dua hal yaitu pertama bahwa A larut dalam B atau B larut dalam A dan kedua bahwa A dan B terkait satu sama lain dengan perbandingan tertentu. Hal pertama disebut larutan padat dan yang kedua disebut senyawa antar-logam. Pembekuan Pada Coran Pembekuan pada proses pengecoran dengan cetakan logam dimulai pada bagian logam cair yang bersentuhan dengan cetakan, yaitu ketika panas dari logam cair diambil oleh cetakan sehingga bagian logam yang bersentuhan dengan cetakan itu mendingin sampai beku, dimana kemudian inti-inti kristal tumbuh. Bagian dari dalam coran mendingin lebih lambat dari pada bagian luar, sehingga kristalkristal tumbuh dari inti asal mengarah ke bagian dalam coran dan butir-butir kristal tersebut berbentuk panjang-panjang seperti kolom, yang disebut struktur kolumnar. Struktur ini muncul dengan jelas apabila gradien temperatur yang besar terjadi pada permukaan coran yang besar pada cetakan logam. Sebaliknya dengan cetakan pasir menyebabkan gradien temperatur yang kecil dan membentuk struktur kolom yang tidak begitu jelas. Pada bagian tengah coran mempunyai gradien temperatur yang kecil sehingga merupakan susunan dari butir-butir kristal segi banyak dengan orientasi sembarang. Hal ini dapat diperlihatkan seperti Gambar 1. berikut : Gambar 1. Skema struktur kristal pada coran karena perbedaan gradien suhu pada proses pembekuan (M.C.Flemings, Solidification Prossesing) Al-Si-Fe Diagram fase terner dari paduan Al Si Fe ditunjukkan pada Gambar 2. Titik eutektik pada diagram terner dapat ditentukan bergantung pada tiga jenis komposisi bahan. Sejak tahun 192-an, Fe sudah dikenal sebagai unsur yang dapat mengurangi kekuatan dari paduan Al Si, berkurangnya jumlah besi hingga kira-kira,1%, sangat memperbaiki kekuatan dan keuletan dari paduan (Smith, 1993). Gambar 2. Diagram phase ternary Al-Si-Fe (ASM Metal Hand Book Vol. 3) 42

Tegangan tarik (kg/mm2) Pengaruh Jarak Dari Tepi Cetakan Terhadap Kekuatan Tarik Dan Kekerasan Pada Coran Aluminium Aluminum paduan komersial atau daur ulang biasanya mengandung unsur Fe. Kandungan Fe bertambah pada proses peleburan dan penuangan dengan peralatan yang terbuat dari besi. Fe yang besar sering kali tidak diinginkan karena sebagai unsur pengotor (impurities). Tetapi Fe pada paduan Al Fe Ni digunakan sebagai elemen pelengkap untuk menaikkan kekuatan tarik pada temperatur tinggi (Mondolfo, 1976). Besarnya kandungan Fe pada paduan Al Si sangat signifikan mempengaruhi kekuatan tarik. Peningkatan komposisi Fe hingga mencapai 2% memicu terbentuknya fase intermetalik βalfesi, sehingga mengurangi kekuatan tarik paduan Al Si. Fase intermetalik βalfesi terbentuk selama proses pembekuan pada temperatur yang rendah (Fang, dkk, 2). Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan paduan Al-Si-Fe (Al 6,4%Si 1,93%Fe) dalam bentuk batangan hasil pengecoran tuang dengan cetakan logam. Kemudian dilakukan perancangan gambar dan pembuatan spesimen tarik dengan standart JIS Z-22 No 7 Test Piece, dan dilakukan uji tarik serta uji kekerasan. Spesimen diambil dari jarak 1, 3, 5 dan 7 mm dari tepi cetakan bagian bawah dan tiap bagian atau jarak dibuat tiga spesimen (I, II, dan III) pada dimensi cetakan tinggi 8 mm, lebar 1 mm, dan panjang 4 mm. Gambar 3. Dimensi specimen uji tarik JIS Z221 No.7 Gambar 4. Penampang coran aluminium dan posisi pembuatan spesimen Spesimen Uji Tarik Pengujian Tarik Gambar 5. Diagram aliran penelitian Hasil dan Pembahasan 1. Tegangan Tarik 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Mulai Material Al, Si, Fe Pembuatan Spesimen Uji Hasil Analisa Hasil Kesimpulan Selesai Grafik Tegangan Tarik Jarak dari dasar coran (mm) Spesimen Uji Kekerasan Pengujian Kekerasan Gambar 6. Tegangan tarik maksimum pada variasi jarak dari dasar coran Gambar 6 menunjukan grafik hubungan antara jarak dari tepi cetakan (bagian bawah) dengan tegangan tarik. Pada pengujian spesimen lapis pertama (Kode A) jarak dari dasar coran 1 mm, menunjukkan nilai tegangan tarik rata-rata adalah (σ) 6,83 Kg/mm 2. Pada pengujian di lapis kedua atau jarak 3 mm dari dasar coran (Kode B), menunjukkan nilai tegangan tarik rata-rata adalah (σ) 6.5 Kg/mm 2. Sedangkan Pada pengujian spesimen lapis ketiga dari dasar coran (Kode C) dengan jarak dari dasar coran 5 mm, menunjukkan nilai tegangan tarik rata-rata adalah (σ) 5.44 Kg/mm 2. Pada pengujian spesimen lapis paling atas (Kode D) jarak dari dasar coran 7 mm, mendapatkan nilai tegangan tarik (σ) 6,7 Kg/mm 2. 43

Regangan (%) Angka kekerasan (BHN) Momentum, Vol. 5, No. 1, April 29 : 41-45 Dari hasil pengujian diatas dapat dijelaskan bahwa tegangan tarik maksimum pada jarak 1 mm permukaan paling bawah coran memiliki nilai kekuatan tarik yang tinggi dibanding dengan coran bagian tengah, dan penurunan pada jarak coran 3 mm dari 6,83 Kg/mm 2 turun menjadi 6.5 Kg/mm 2, sedangkan pada jarak coran 5 mm juga mengalami penurunan dari 6.5 Kg/mm 2 menjadi 5.44 Kg/mm 2, sedangkan pada jarak coran 7 mm dari dasar coran menghasilkan tegangan tarik maksimal yang meningkat dari 5.44 Kg/mm 2 naik menjadi 6,7 Kg/mm 2. Hal ini relevan dengan teori pembekuan pada coran yang menyatakan pembekuan coran logam dimulai dari bagian logam yang bersentuhan dengan cetakan, yaitu ketika panas dari logam cair diambil oleh cetakan sehingga bagian logam yang bersentuhan dengan cetakan itu mendingin sampai titik beku, dimana kemudian inti-inti kristal tumbuh lebih cepat, sedangkan bagian dalam coran mendingin lebih lambat dari pada bagian luar. Akibat perbedaan kecepatan pembekuan tersebut memngakibatkan struktur butir berbeda yaitu kecepatan pendinginan yang cepat mengakibatkan struktur butir yang lebih halus. Struktur butir yang lebih halus maka bahan akan memiliki nilai kekuatan atau tegangan tarik yang lebih tinggi. Disamping itu pada umumnya logam cair dituang dengan pengaruh gaya berat/ gravitasi kebawah. Sehingga semakin kebawah, tingkat kepadatan dari coran akan semakin tinggi, dengan semakin tingginya kepadatan dari sebuah coran akan memiliki kekuatan yang lebih dari pada hasil coran yang di bagian tengah dan atas. 2. Regangan.18.16.14.12.1.8.6.4.2 Grafik Regangan Jarak dari dasar coran (mm) Gambar 7. Regangan tarik maksimum pada variasi jarak dari dasar coran Gambar 7. menunjukan grafik hubungan antara jarak dari tepi cetakan terhadap regangan. Dari grafik menunjukkan hasil diagram regangan, tidak jauh beda dengan hasil diagram nilai kekuatan tarik, pada jarak coran 1 mm menghasilkan regangan maksimal,1 % hasil ini akan turun pada spesimen dengan jarak 3 mm dari dasar coran menjadi.7 %. Sedangkan pada jarak coran 5 mm mengalami kenaikan dari.7 % menjadi.9 % terus meningkat pada jarak coran 7 mm mengalami kenaikan dari.9 % menjadi.11%. Ini berarti ada perbedaan diantara setiap lapisan pada coran aluminium. 3. Pengujian Kekerasan 8 7 6 5 4 3 2 1 Grafik Kekerasan Jarak dari dasar coran Gambar 8. Grafik Nilai Kekerasan ( BHN ) Gambar 8. menunjukkan grafik hubungan antara jarak dari tepi coran dengan kekerasan. Dari diagram dapat dijelaskan bahwa spesimen pada jarak 1 mm dari dasar coran, memiliki nilai kekerasan rata-rata 66.54 BHN tetapi menurun pada jarak coran 3 mm dari dasar coran dari 66.54 BHN turun menjadi 63.71 BHN. Pada jarak 5 mm dari dasar coran memiliki tingkat kekerasan yang paling rendah yaitu turun dari 63.71 BHN menjadi 52.8 BHN, tetapi mengalami kenaikan lagi pada jarak 7 mm dari dasar coran atau permukaan atas coran, dari 52.8 BHN naik menjadi 65.83 BHN. Kekerasan coran yang paling dekat dengan permukaan coran akan memiliki nilai kekerasan yang tinggi, dibanding pada bagian coran yang ada di tengah. Pada permukaan paling atas dari coran juga memiliki prosentase nilai kekerasan yang lebih tinggi dari bagian tengah. Ini berarti semakin tinggi nilai tegangan tarik, maka semakin tinggi pula angka kekerasannya. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan proses pengujian tarik dan uji kekerasan pada paduan Al 6,4%Si 1,93%Fe dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kekuatan tarik tertinggi adalah 6,83 Kg/mm 2 pada jarak coran 1 mm dari tepi (bagian bawah ) dan terendah adalah 5.44 Kg/mm 2 pada jarak 5 mm dari tepi cetakan (bagian bawah). Pada jarak coran paling bawah kekuatan tariknya tertinggi karena terjadi pendinginan yang lebih cepat dan adanya gaya gravitasi yang mempengaruhi kepadatan dari coran, sedangkan pada bagian tengan terjadi pembekuan yang lebih lambat. Permukaan paling atas kekuatan tariknya hampir sama tingginya dengan dasar coran, hal ini dimungkinkan dengan adanya proses pendinginan 44

Pengaruh Jarak Dari Tepi Cetakan Terhadap Kekuatan Tarik Dan Kekerasan Pada Coran Aluminium yang cepat oleh udara sehingga mempengaruhi kekuatan dari bahan tersebut. 2. Regangannya disetiap bagian akan menghasilkan nilai regangan yang berbeda. Pada spesimen A regangan tariknya,1 %, pada spesimen B regangan tariknya.7 %, sedang pada spesimen C reganganya.9 % dan pada spesimen D reganganya.11%. Ini berarti ada perbedaan hasil diantara setiap lapisan pada coran aluminium. 3. Pada pengujian kekerasan hasil yang diperoleh adalah : 66.54 BHN dan yang terendah adalah 52.8 BHN. Nilai kekerasan tertinggi pada bagian dasar coran karena adanya gaya gravitasi yang mempengaruhi coran, Sedangkan yang atas coran memiliki nilai kekerasan yang lebih besar dari tengah, karena adanya annealing (pendinginan) yang mempengaruhi tingginya nilai kekerasan. 4. Semakin tinggi nilai tegangan tarik, maka semakin tinggi pula tingkat kekerasannya. Pada pengecoran tuang dengan menggunakan cetakan logam dengan dimensi dimensi cetakan tinggi 8 mm, lebar 1 mm, dan panjang 4 mm terjadi ketidakmerataan sifat mekanis pada tiap lapisan atau bagian, hal ini disebabkan oleh kecepatan pendinginan yang berbeda antara logam cair dengan cetakan, udara dan bagian tengah yang tidak bersentuhan dengan lingkungan. Daftar Pustaka Amstead B.H.,Ostwald,P.F.,Begemen,M.L.,23, Teknologi Mekanik, Erlangga, Jakarta ASM Specialty Hand Book, 1993, Aluminium and Aluminium Alloys, Ohio. Champbel,J., 2, Castings,Butterworth Heinemann, Oxford. Dieter,G. E, 23, Metalurgi Mekanik, Erlangga, Jakarta Fleemings,M.C., 1974, Solidification Processing, Mc. Graw-Hill Book Company, pp. 134-135. Mondolfo, L.F., 1976, Aluminium Alloys: Structure and Properties, Butterworths, London Rachmantio, H., 24, Pengantar Material Sains II Buku Sifat Fisik dan Mekanik, Tabernakelindo, Yogyakarta Shackelford, J.F., 1992, Introduction to Material Science for Enginers, 3 rd edition, Macillan Publishing Company, pp. 383-384. Smith, W.F., 1993, Structure and Properties of Engineering Alloys, McGraw-Hill inc, Second Edition. Surdia, T., dan Chijiiwa K., 1975, Teknik Pengecoran Logam, P.T. Pradnya Paramita, Jakarta, pp. 13-16. Surdia, T. dan Saito, S., 1992, Pengetahuan Bahan Teknik, P.T. Pradnya Paramita, Jakarta, pp. 129-142. Suryanarayana, A.V.K., 1979, Testing Of Materials, Prentice Hall Of India, New Delhi. 45