BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Prenada Media Group, 2012), hlm Abdul Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3), yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia pendidikan motivasi merupakan pendorong utama siswa dalam

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. membuat mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk memperoleh. merupakan sektor penting yang berperan aktif dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk membina budi pekerti luhur seperti kebenaran, keikhlasan, kejujuran,

dari atau sama dengan S2 ( S2) yaitu 291 orang (0,9%) pengajar (Gambar 4.12). A.2. Program Pendidikan Terpadu Anak Harapan (DIKTERAPAN)

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF TENTANG MOTIVASI BELAJAR WARGA BELAJAR KELAS XI PAKET C SETARA SMA DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang ketat di bidang bisnis jasa pendidikan. Lembaga non formal

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap materi pembelajaran matematika yang nantinya akan di deskripsikan secara

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

Evaluasi Implementasi Program Pendidikan Kesetaraan Paket B di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Al-Kautsar Kota Mataram

ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DI SKB PACITAN

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan proses pendidikan yang bermutu (Input) maka pengetahuan (output) akan

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bidang pendidikan dilakukan guna memperluas

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIVESIFIKASI LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN & REVIEW MATERI. Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN

RPJMD Kab. Temanggung Tahun V I 23

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

/ KEPUTUSAN MENTER! PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik, Penduduk buta aksara usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS


BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dessy Asri Astrianty, 2013

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimiliki. Penigkatan

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

RPJMD Kab. Temanggung Tahun V I 24

1. SKPD : DINAS PENDIDIKAN

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya.

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008)

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, aktif dan siap kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah beragam, antara lain: kurikulum 2013 hanya akan memberi beban

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan peningkatan mutu manusia Indonesia melalui perbaikan mutu pendidikan untuk semua jalur pendidikan. Jalur pendidikan dapat ditempuh melalui jalur formal (sekolah) maupun jalur non formal (pendidikan nonformal). Jalur formal adalah proses belajar terjadi secara hirarkis, terstruktur, berjenjang, termasuk studi akademik secara umum, beragam program lembaga pendidikan dengan waktu penuh atau full time, pelatihan teknis dan profesional. 1 Pendidikan formal yang ada di Indonesia yaitu pendidikan di sekolah-sekolah mulai dari Sekolah Dasar (Madrasah Ibtidaiyyah), Sekolah Menengah Pertama (Madrasah Tsanawiyah), Sekolah Menengah Atas (Madrasah Aliyah) hingga Perguruan Tinggi. Jalur non formal (pendidikan nonformal) adalah proses belajar terjadi secara terorganisasikan di luar sistem persekolahan atau pendidikan formal, baik dilaksanakan terpisah maupun merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih besar yang dimaksudkan untuk melayani sasaran didik tertentu dan belajarnya tertentu pula. 2 Menurut David R. Evans, konsep pendidikan nonformal adalah kegiatan pendidikan yang terorganisasikan di luar sistem pendidikan formal. Ia juga 1 Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya ), h.137 2 Ibid, h.137 1

2 menempatkan pendidikan formal sebagai bagian dari keseluruhan konsep terpadu dari sistem pendidikan. Dalam konsep ini, ia juga memberikan penekanan pada ciri-ciri organisasi kemasyarakatan, perkumpulan swasta, lebih mementingkan tindakan paada tingkat lokal. Namun, pada saat yang sama, hal itu menimbulkan kerancuan yang lebih kompleks antara perencanaan pendidikan nonformal dan sistem pendidikan pada umumnya yang mempertimbangkan tujuan pembangunan nasional. 3 Bagi warga negara yang tidak sempat mengikuti ataupun menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu dalam pendidikan formal (putus sekolah) disediakan pendidikan nonformal, untuk memperoleh bekal guna terjun ke masyarakat. Pendidikan nonformal sebagai mitra pendidikan formal semakin hari semakin berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat dan ketenagakerjaan. 4 Pendidikan nonformal merupakan jalur pendidikan luar sekolah yang dalam sidiknas disebut dengan pendidikan yang bersifat kemasyarakatan yang diselenggarakan di luar sekolah yang dapat memberikan kemungkinan pada perkembangan sosial, sosial kultural, bahasa dan kesenian, keagamaan dan ketrampilan yang dapat dimanfaatkan oleh anggota masyarakat untuk mengembangkan dirinya dan membangun masyarakatnya. 5 Usaha untuk peningkatan mutu SDM melalui jalur pendidikan non formal (pendidikan luar sekolah) dapat ditempuh lewat pendidikan kesetaraan yang meliputi Kejar Paket A, Kejar Paket B, dan Kejar Paket C. Program kejar Paket A adalah 3 Ibid, h.95 4 Umar Tirtarahardja dan La Sula,Pengantar Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta), h.76 5 UU No.20 Tahun 2003 Tentang SIKDIKNAS

3 program pendidikan pada jalur nonformal setara dengan SD/MI bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau memilih Pendidikan Kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan. Pemegang ijazah Program Paket A memiliki hak eligiblitas yang sama dengan pemegang ijazah SD/MI. 6 Program Kejar Paket B adalah program pendidikan pada jalur nonformal setara dengan SMP/MTs bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau memilih Pendidikan Kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan. Pemegang ijazah Program Kejar Paket B memiliki hak eligiblitas yang sama dengan pemegang ijazah SMP/MTs. Sedangkan Program Kejar Paket C adalah program pendidikan pada jalur nonformal setara dengan SMA/MA bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau memilih Pendidikan Kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan. Pemegang ijazah Program Kejar Paket C memiliki hak eligiblitas yang sama dengan pemegang ijazah SMA/MA. Tidak ada batasan usia dalam program kesetaraan ini. Pegawai negeri, ABRI, anggota DPR, karyawan pabrik banyak yang memanfaatkan program kesetaraan ini untuk meningkatkan kualifikasi ijazah mereka. 7 Pendidikan kesetaraan sebagai salah satu bentuk layanan pendidikan nonformal diharapkan dapat berkontribusi lebih banyak terutama dalam mendukung suksesnya program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun (Wajar Dikdas 9 Tahun) yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 1994, yakni melalui penyelenggaraan program 6 Muhammad Fathurohman, Sistem Kejar Paket Dalam Kebijakan Pendidikan Nasional, 2012, http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/26/sistem-kejar-paket-dalam-kebijakan-pendidikannasional/, diakses pada 10 April 2013 7 Ibid.

4 pendidikan kejar Paket A dan Paket B, serta perluasan akses pendidikan menengah melalui penyelenggaraan program Paket C. Program ini ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari masyarakat yang kurang beruntung, tidak sekolah, putus sekolah dan putus lanjutan, serta usia produktif yang ingin meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup, dan warga masyarakat lain yang memerlukan layanan khusus dalam memenuhi kebutuhan belajarnya sebagai dampak dari perubahan peningkatan taraf hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi agar mereka bisa hidup mandiri. 8 Banyaknya siswa SMA yang tidak lulus ujian Nasional (UN) membuat program Kelompok Belajar (Kejar) Paket C semakin ramai dibicarakan. Di antaranya mereka yang setuju Kejar Paket C sebagai solusi atau jalan ke luar bagi siswa yang tidak lulus. Mereka melihat peluang bagi siswa yang tidak lulus untuk ikut ujian Paket C agar tetap bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Namun ada juga yang menolak Kejar Paket C dengan alasan justru merugikan siswa, karena jurusan dan jenis sekolah ini tidak sama dengan yang selama ini diikuti siswa. Dari kalangan siswa sendiri terjadi pro dan kontra. Bagi yang pro melihat Kejar Paket C sebagai jalan keluar menuju perguruan tinggi, sedang yang kontra menganggap dengan ikut mereka seakan jatuh martabat. Apalagi sebelumnya sekolah mereka favorit. Tidak imbang, antara favorit dengan Kejar Paket C yang dalam pandangan mereka sebagai lembaga pendidikan kelas bawah. 9 8 Ibid. 9 http://belajarmasyarakat.blogspot.com/2012/11/pendidikan-kesetaraan-program-kejar.html, diakses pada 10 April 2013

5 Pendidikan Kesetaraan pada hakekatnya bertujuan memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk mengikuti pendidikan dasar dan menengah yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan peserta didik yang tidak memiliki kesempatan belajar pada pendidikan formal. Jadi dengan kata lain dasar desain program ini adalah pada proses pembelajarannya, tidak hanya mengutamakan ijazah kesetaraan paket C saja. Pada proses pembelajaran yang dilakukan pada program Kejar Paket C ini, guru diharapkan mampu untuk memenuhi proses pembelajaran berdasarkan pada standar proses yang telah ditentukan oleh Pemerintah yaitu berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 Tahun 2007 tentang Standar Isi untuk Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C. 10 Permasalahan pendidikan nonformal bukan hanya sekedar persoalan masyarakat yang buta aksara, angka dan buta Bahasa Indonesia. Akan tetapi permasalahan pendidikan nonformal semakin meluas seperti: ketidak jelasan penyelenggaraan pendidikan nonformal (standar-standar penjaminan mutu pendidikan nonformal), ketidak jelasan sistem insentif bagi pendidik dan tenaga kependidikan nonformal, masih banyaknya lembaga penyelenggara pendidikan nonformal yang belum profesional, kurangnya lembaga penjaminan mutu penyelenggaraan pendidikan nonformal. Permasalahan lain yang berkaitan dengan program-program pendidikan nonformal adalah masalah sasaran didik (warga belajar) yang selalu bergulat dengan: masyarakat miskin, terdiskriminasi, pengangguran, masyarakat yang kurang beruntung, anak jalanan, masyarakat di daerah konflik, 10 http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/pendidikan-nonformal/, diakses pada 10 April 2013

6 traffiking, masyarakat pedalaman, daerah perbatasan dll. Di samping itu pula persoalan pendidikan nonformal juga terletak pada tidak adanya kepedulian kita sebagai masyarakat yang melek pendidikan terhadap keberadaan pendidikan nonformal dan kondisi masyarakat sekitar. Permasalahan yang juga dihadapi oleh program kejar Paket C adalah masalah prasarana belajar yang menjadi penyebab hambatan belajar. Salah satu masalah prasarana adalah pada umumnya PKBM sebagai tempat belajar siswa kejar paket C belum memiliki gedung sendiri, tetapi masih memanfaatkan Balai Desa, gedung sekolah yang kosong dan tempat pertemuan lainnya, sehingga tidak jarang meminjam tempat tinggal tokoh masyarakat atau rumah warga belajar yang luas. Fasilitas belajar yang digunakan oleh PKBM juga kurang memadai. 11 Berdasarkan deskripsi di atas, maka penelitian ini mengambil judul Analisis Pembelajaran Matematika Pada Pendidikan Kesetaraan Program Kejar Paket C di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Budi Utama Surabaya. B. Rumusan Masalah adalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini 11 http://arminaven.blogspot.com/2011/06/pendidikan-kesetaraan-program-kejar.html, diakses pada 9 Mei 2013

7 1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika pada pendidikan kesetaraan program kejar paket C di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Budi Utama Surabaya? 2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran matematika pada pendidikan kesetaraan program kejar paket C di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Budi Utama Surabaya? 3. Bagaimana daya serap siswa Program Kejar Paket C terhadap materi pembelajaran matematika pada pendidikan kesetaraan program kejar paket C di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Budi Utama Surabaya? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendiskripsikan Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika pada pendidikan kesetaraan program kejar paket C di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Budi Utama Surabaya. 2. Mendiskripsikan faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran matematika pada pendidikan kesetaraan program kejar paket C di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Budi Utama Surabaya.

8 3. Mengetahui daya serap siswa pada pendidikan kesetaraan program kejar paket C di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Budi Utama Surabaya terhadap materi pembelajaran matematika. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan oleh peneliti antara lain sebagai berikut. 1. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam mencari solusi untuk menyelesaikan faktor yang menghambat dalam pembelajaran Program Kejar Paket C. 2. Bagi pihak sekolah sebagai evaluasi terhadap kinerja sekolah dalam memenuhi standar nasional pendidikan khususnya standar proses dan standar penilaian bagi Program Kejar Paket C. 3. Dari hasil penelitian diharapkan pengelola dari Program Kejar Paket C lebih mengetahui kemampuan siswanya dalam pembelajaran matematika. E. Definisi Operasional Supaya lebih memberikan pemahaman yang tepat, dan tidak menimbulkan kesalah pahaman dalam skripsi yang berjudul Analisis Pembelajaran Matematika Pada Pendidikan Kesataraan Program Kejar Paket C maka perlu ada penjelasan dan pendefinisian masalah pada istilah-istilah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan pembelajaran matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran matematika dalam

9 Program Kejar Paket C. Proses pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tentang keterlaksanaan proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh tutor (guru) berdasarkan standart proses pendidikan kesetaraan program paket A, B dan C. Evaluasi yang akan dicermati dalam penelitian ini adalah hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan di kelas oleh tutor (guru). Hasil evaluasi diperoleh dengan memberikan tes tertulis yang diberikan peneliti untuk peserta Program Kejar Paket C. 2. Faktor yang dapat menghambat dan mendukung pelaksanaan Program Kejar Paket C yang akan dilihat dalam penelitian ini diantaranya adalah mengenai sarana prasarana, tutor Program Kejar Paket C serta peserta Kejar Paket C. 3. Daya serap dalam proses pembelajaran matematika yang dimaksud disini adalah kemampuan siswa dalam menangkap setiap materi yang disampaikan oleh para tutor. Daya serap tersebut akan dilihat melalui tes hasil belajar yang akan diberikan oleh peneliti. F. Sistematika Skripsi Pembahasan pada skripsi ini, penulis lakukan untuk mempermudah pengaturan secara sistematis serta menghindari kerancuan pembahasan, sistematika pembahasan sebagai berikut:

10 1. Bagian Awal Skripsi Bagian awal skripsi ini berisi halaman judul skripsi, abstrak, halaman persetujuan, pengesahan, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar gambar. 2. Bagian Inti Skripsi Bagian inti merupakan bagian pokok dalam skripsi yang terdiri dari lima bab, yaitu: BAB I : Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika pembahasan. BAB II : Kajian teori yang memuat tentang teori yang melandasi permasalahan skripsi serta penjelasan yang merupakan landasan teoritis yang diharapkan dalam skripsi. BAB III : Metode penelitian yang memuat pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan, data dan sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan data. BAB IV : Hasil penelitian dan analisis data penelitian. BAB V : Pembahasan tentang data hasil penelitian. BAB VI : Penutup yang memuat kesimpulan dan saran. 3. Bagian Akhir Skripsi Bagian ini berisi daftar pustaka yang digunakan sebagai acuan dan lampiran-lampiran yang melengkapi uraian bagian inti.