PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH

dokumen-dokumen yang mirip
PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

Perlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan. Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1945 menegaskan bahwa segala warga negara bersamaan. berkembang dan berkehidupan yang adil dan berdaulat.

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

BAB I. Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang

SEKITAR PENYITAAN. (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BENI DHARYANTO C FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

oleh: Dr.H.M. Arsyad Mawardi, S.H.,M.Hum (Hakim Tinggi PTA Makassar) {mosimage}a. PENDAHULUAN

PELAKSANAAN CONSERVATOIR BESLAG DAN EKSEKUTORIAL BESLAG DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO.

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara. aturan perundang-undangan dalam HIR atau RBG.

EKSEKUSI PUTUSAN PERKARA PERDATA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

MASALAH PUTUSAN SERTA MERTA DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)

PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT

BAB II TINJAUAN UMUM PENYITAAN. Penyitaan berasal dari terminologi Beslag (Belanda), dan didalam istilah bahasa indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan diantara mereka. Gesekan-gesekan kepentingan tersebut biasanya menjadi sengketa hukum

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena

JAMINAN. Oleh : C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

Hukum Acara Perdata Pertemuan Ke-2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan

JENIS SITA. Sita Jaminan thdp barang milik Debitur/Tergugat (Conservatoir Beslag) Sita Jaminan thdp barang bergerak milik Penggugat :

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN BESARNYA SUKU BUNGA PINJAMAN DALAM SENGKETA HUTANG PIUTANG (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

SKRIPSI PROSES BERPERKARA PERDATA SECARA PRODEO DALAM PRAKTEK (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI PURWODADI )

SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 5 TAHUN 1975 TENTANG SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG)

SKRIPSI PENGINGKARAN PUTUSAN PERDAMAIAN OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. warga negara merupakan badan yang berdiri sendiri (independen) dan. ini dikarenakan seorang hakim mempunyai peran yang besar dalam

E K S E K U S I (P E R D A T A)

BAB III EKSEKUSI NAFKAH IDDAH DAN MUT AH. A. Prosedur dan Biaya Eksekusi di Pengadilan Agama Pekalongan

PELAKSANAAN CONSERVATOIR BESLAG TERHADAP OBJEK SENGKETA WARIS PADA PENGADILAN AGAMA BERDASARKAN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

ELIZA FITRIA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga munculah sengketa antar para pihak yang sering disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari seringkali terjadi gesekan-gesekan yang timbul diantara. antara mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat

TINJAUAN YURIDIS TENTANG IKUT SERTANYA PIHAK KETIGA ATAS INISIATIF SENDIRI DENGAN MEMBELA TERGUGAT (VOEGING) DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA

BAB III. Upaya Hukum dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara. oleh Pejabat Tata Usaha Negara

BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri, ia memerlukan tangan ataupun

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB III PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA OLEH PEJABAT TATA USAHA NEGARA

BAB IV. memuat alasan-alasan putusan yang dijadikan dasar untuk mengadili agar

SEKITAR PENCABUTAN GUGATAN Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu

hal 0 dari 11 halaman

A. Pelaksaan Sita Jaminan Terhadap Benda Milik Debitur. yang berada ditangan tergugat meliputi :

Sekitar Kejurusitaan

K E J U R U S I T A A N Oleh: Drs. H. MASRUM M NOOR, M.H (Hakim Tinggi PTA Banten)

BAB I PENDAHULUAN. Hakim merupakan pelaku inti yang secara fungsional melaksanakan. kekuasaan kehakiman. Hakim harus memahami ruang lingkup tugas dan

EKSEKUSI PUTUSAN YANG BERKEKUATAN HUKUM TETAP

DERDEN VERZET (Oleh : Drs. H. M. Yamin Awie, SH. MH. 1 )

RUANG LINGKUP EKSEKUSI PERDATA TEORI DAN PRAKTEK DI PENGADILAN AGAMA

EVITAWATI KUSUMANINGTYAS C

SEKITAR PEMERIKSAAN SETEMPAT DAN PERMASALAHANNYA ( Oleh : H. Sarwohadi, S.H.,M.H. Hakim Tinggi PTA Mataram )

BAB I PENDAHULUAN. kepada Hakim menjatuhkan putusan tanpa hadirnya Tergugat. Putusan verstek

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan tingkah laku. Situasi yang demikian membuat kelompok itu

SKRIPSI KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA DI SURAKARTA

WEWENANG KURATOR DALAM PELAKSANAAN PUTUSAN PAILIT OLEH PENGADILAN

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN SITA JAMINAN ATAS HARTA PERKAWINAN DALAM PERKARA PERCERAIAN VERAWATY KOJUNGAN / D

BAB I PENDAHULUAN. Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. kebenaran yang harus ditegakkan oleh setiap warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati. Hukum

GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di

ABSTRAK Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBATALAN SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DALAM PERKARA JUAL BELI TANAH

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pengadilan. Karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan kekeluargaan

Drs. Munawir, SH., M.Hum

HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUMULASI GUGATAN. Secara istilah, kumulasi adalah penyatuan; timbunan; dan akumulasi

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

BAB IV. ANALISIS PELAKSANAAN PUTUSAN No. 0985/Pdt.G/2011/PA.Sm. TENTANG MUT AH DAN NAFKAH IDDAH

PELETAKAN SITA JAMINAN ATAS HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PA PURWODADI TENTANG KUMULASI GUGATAN. A. Analisis terhadap Putusan PA Purwodadi tentang Kumulasi Gugatan

Transkripsi:

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH ( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Magetan ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Serta Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun oleh: AYUNNING TYAS NILASARI C 100 060 061 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 i

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang menjunjung tinggi hukum, dalam tindakannya harus selalu didasarkan pada hukum atau peraturan peraturan yang memang diciptakan untuk mengatur suatu tatanan di dalam pemerintahan, termasuk juga warga negaranya dalam tindakan harus selalu didasarkan pada hukum atau peraturan peraturan yang memang dicipktakan untuk itu. Segala tingkah laku yang diperbuat warga masyarakat dan aparat pemerintah Indonesia haruslah berpedoman pada hukum dan ketentuan yang berlaku, untuk itu di dalam memperlakukan seluruh warganya pemerintah akan selalu berbuat adil, adil dalam hal ini adalah semua warganya memperoleh hak haknya, seimbang dengan kewajiban yang telah dilaksanakan. Tidak diperkenankan seseorang mengurangi dan menguasai hak hak orang lain tanpa terlebih dahulu melakukan kewajiban tertentu. Sengketa terjadi apabila seseorang menguasai atau mengurangi hak orang lain yang berkaitan dengan mempertahankan hak yang bersangkutan. Dalam hal itu adakalanya para pihak di dalam menyelesaikannya dengan cara kekeluargaan (perdamaian) akan tetapi tidak jarang dari para pihak yang bersangkutan tersebut menyelesaikan perkaranya ke Pengadilan Negeri untuk diselesaikan. Pihak Pengadilan ini dengan segala pertimbangan yang ada berusaha menjatuhkan putusan yang seadil adilnya atau paling tidak mendekati rasa keadilan itu 1

2 sendiri. Pada umumnya suatu penyelesaian perkara diawali dengan penggunaan Pengadilan Negeri sebagai salah satu lembaga yang mengupayakan keadilan bagi masyarakat pada tingkat pertama. Membuat putusan yang adil dan memuaskan para pihak tidaklah mudah, hakim harus mempertimbangkan serta memperhatikan segala sesuatu secara matang. Dalam suatu perkara perdata yang diawali dengan suatu gugatan ( ada juga yang diawali dengan permohonan) selalu berkaitan dengan barang pada umumnya sehingga dalam mempertimbangkan proses yang dipergunakan hakim cukup lama. Adakalanya selama proses pemeriksaan perkara yang bersangkutan berlangsung, salah satu pihak (pada umumnya penggugat) mengajukan permohonan Conservatoir Beslag (sita jaminan) dengan pertimbangan pertimbangan tertentu, antara lain bahwa barang barang yang menjadi obyek sengketa yang pada saat itu masih dikuasai oleh tergugat agar tidak dipindah tangankan kepada orang lain atau pihak lain. Conservatoir Beslag tidak hanya diterapkan dalam perkara utang piutang saja tetapi dalam praktik, penerapannya diperluas meliputi sengketa tuntutan ganti rugi maupun juga dapat dalam sengketa milik. Permohonan Conservatoir Beslag selalu dikabulkan, hal ini sesuai dengan pendapat Adi Andojo Soetjipto bahwa Hakim selalu mengabulkan Conservatoir Beslag. 1 Kemungkian tersebut memang logis karena hakim ingin mengetahui kebenaran materiil secara tegas akan menunjukkan siapa yang berhak atas barang sengketa dan berapa bagian yang harus diberikan. Conservatoir Beslag dapat 1 Adi Andojo Soecjipto, Conservatoir Beslag Dan Berbagai Masalahnya, Bina Justitia No.1, November 1974.Hal 4.

3 dikenakan kepada barang bergerak milik debitur, barang tetap milik debitur dan barang bergerak milik debitur yang ada ditangan orang lain. Penggugat akan merasa sangat dirugikan apabila obyek sengketa telah dijual, disamping penggugat akan dirugikan dengan hal-hal yang memungkinkan dilakukan tergugat atas barang- barang obyek sengketa. Perbuatan tergugat tersebut juga dapat menjadi penyebab terhambatnya perwujudan keadilan yang diupayakan oleh Hakim Pengadilan Negeri. Menurut pendapat Sudikno Mertokusumo dalam bukunya Hukum Acara Perdata Indonesia, yang berkaitan dengan Conservatoir Beslag dinyatakan sebagai berikut Penyitaan ini merupakan tindakan persiapan untuk menjamin dapat dilaksanakannya putusan perdata. Barang-barang yang disita untuk kepentingan kreditur (penggugat) dibekukan, ini berarti bahwa barang-barang itu disimpan (diconserveer) untuk jaminan dan tidak boleh dialihkan atau dijual (pasal 197 ayat 9, 199 HIR, 214 Rbg). 2 Peletakan conservatoir beslag bertujuan agar selama proses pemeriksaan perkara perdata dilakukan barang yang menjadi obyek sengketa dan selama ini dikuasai oleh pihak tergugat tetap utuh, sampai adanya putusan dari Majelis Hakim Pengadilan Negeri yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap, terutama yang berkaitan dengan penyitaan barang, yang bersangkutan akan tetap dapat melaksanakan sebagai mana mestinya. Perihal syarat syarat untuk dapat diletakkannya sita jaminan telah diatur dalam pasal 227 HIR. Dari ketentuan pasal 227 HIR tersebut mengandung makna 2 Soedikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia,Yogyakarta : Liberty.2002.Hal 83.

4 bahwa untuk mengajukan sita jaminan haruslah ada dugaan yang beralasan bahwa seseorang yang berhutang selama belum dijatuhkan putusan oleh hakim atau selama putusan belum dijalankan mencari akal untuk menggelapkan atau melarikan barangnya. Apabila penggugat tidak mempunyai bukti kuat bahwa kekhawatiran tergugat akan mengasingkan barang barangnya, maka sita jaminan tidak dilakukan. 3 Oleh karena itu, debitur atau tersita harus didengarkan keterangannya guna mengetahui kebenaran dugaan tersebut. Hal ini sesuai dengan sebagaimana diharuskan dalam pasal 227 ayat (2) HIR, yang menyebutkan bahwa : Maka orang yang berhutang harus dipanggil atas perintah ketua, akan menghadap persidangan itu juga. Dengan demikian, bagi pihak tersita sebelumnya harus sudah dipanggil ke persidangan untuk didengar keterangannya mengenai kekhawatiran dari pihak penggugat atas dugaan pihak tergugat akan mengasingkan barang barang yang dijadikan sebagai obyek sengketa, sebelum sita jaminan dikabulkan. Syarat tersebut ditetapkan sebagai salah satu usaha untuk mencegah penyalahgunaan kewenangan hakim di dalam persidangan agar tidak dilaksanakan sita jaminan secara serampangan, yang akhirnya hanya merupakan tindakan yang sia sia dan tidak mengenai sasaran (vexatoir). Penyitaan merupakan tindakan persiapan untuk menjamin dapat dilaksanakannya suatu putusan perdata, dengan adanya penyitaan maka debitur atau tersita kehilangan wewenangnya untuk menguasai barang yang dijadikan 3 M.A, 15 April 1972 No. 121 K/Sip/1971, Yurisprudensi, Jawa Barat 1969-1972, hal.130

5 sebagai obyek sengketa, dengan demikian tindakan tindakan debitur untuk mengasingkan atau mengalihkan barang barang yang disita adalah tidak sah. Dalam praktek peradilan, wewenang hakim untuk memeriksa debitur atau tersita boleh dikatakan tidak pernah digunakan. Pihak hakim bebas untuk menerima atau tidak terhadap permohonan sita jaminan, maka tersita harus sudah dipanggil menghadap ke persidangan untuk didengar keterangannya berkaitan dengan pelaksanaan sita jaminan yang tidak mengenai sasaran, misal : ternyata obyeknya bukan barang milik debitur atau tersita. Bila terjadi hal demikian, maka jelaslah bahwa sita jaminan telah diletakkan secara salah sehingga haruslah diangkat dan tentunya hal ini tidak hanya merugikan pemohon sita jaminan akibat hukum dari penyitaan tersebut. Maka hendaknya hakim harus dapat menetukan perlu tidaknya atas penyitaan barang barang apa saja serta memperhatikan benar kepentingan kedua belah pihak dan bukan kepentingan pemohon atau termohon saja, dan selalu berpegang teguh pada ketentuan ketentuan yang diatur di dalam pasal 227 (2) HIR sebagai dasar hukum untuk dapat diletakkannya sita jaminan. Dalam praktek peradilan, diharapkan sekali bahwa pelaksanaan sita jaminan dapat berjalan dengan relevan dan berpedoman pada dasar hukum formilnya yang diatur dalam HIR. Tentunya peraturan peraturan yang terdapat dalam HIR telah mengandung makna yang menjamin rasa keadilan dan kepastian hukum. Hakim dalam mengambil keputusan diharapkan pula mempertimbangkan hal hal yang tidak merugikan kedua belah pihak serta bertindak adil.

6 Perjuangan dari penggugat tidak berhenti sampai disitu saja, setelah putusan dari Ketua Pengadilan Negeri sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan gugatan dimenangkan oleh penggugat secara otomatis sita jaminan pun dinyatakan sah dan berharga oleh hakim dalam amar putusannya maka proses selanjutnya adalah permohonan pelaksanaan putusan (eksekusi). Pelaksanaan putusan (eksekusi) memerlukan bantuan dari pihak yang dikalahkan, artinya pihak yang bersangkutan harus dengan sukarela melaksanakan putusan itu. Melaksanakan putusan berarti bersedia memenuhi kewajiban untuk berprestasi yang dibebankan oleh Hakim lewat putusannya. Pihak yang kalah tidak mau atau lalai melaksanakan putusan hakim, pihak yang menang dapat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang memutus perkara itu baik secara lisan maupun tulisan, supaya putusan dilaksanakan. Untuk itu ketua menyuruh memanggil pihak yang kalah serta memperingatkan supaya ia melaksanakan putusan itu selambat-lambatnya dalam tempo delapan hari (pasal 196 H.I.R 207 Rbg) Apabila pihak tergugat tidak hadir memenuhi panggilan peringatan tanpa alasan yang sah, atau setelah masa peringatan dilampaui tetap tidak menjalankan pemenuhan putusan yang dihukumkan kepadanya, sejak saat itu Ketua Pengadilan Negeri secara ex officio mengeluarkan surat penetapan yang berisi perintah kepada panitera atau juru sita untuk menjalankan eksekusi pengosongan atau pembongkaran hal ini sesuai dengan tata cara eksekusi riil yang dirumuskan dalam pasal 1033 Rv.

7 Sasaran hubungan hukum yang hendak dipenuhi sesuai dengan amar atau dictum putusan, yaitu melakukan suatu tindakan nyata atau tindakan riil, eksekusi semacam ini disebut eksekusi riil. Salah satu bentuk eksekusi riil ialah pengosongan, bahkan menurut pengamatan dan pengalaman, eksekusi riil yang paling banyak frekuensinya ialah pengosongan 4. Dalam hal mengenai permohonan Conservatoir Beslag yang diajukan penggugat bersamaan dengan gugatannya tidak selalu dapat dikabulkan oleh hakim, hakim bebas untuk menerima atau tidak terhadap permohonan sita jamianan tersebut berdasarkan pertimbangan pertimbangan tertentu. Jadi apabila gugatan penggugat tentang sengketa milik atas barang tidak bergerak dikabulkan, secara otomatis conservatoir beslag yang dimohonkan agar untuk menjamin keutuhan dan keberadaan barang sehingga terpelihara selama proses pemeriksaan berlangsung dinyatakan sah dan berharga oleh hakim dalam amar putusannya. Maka dengan demikian pada saat putusan telah berkekuatan hukum tetap, barang tersebut dapat dieksekusi riil dengan jalan mengosongkan atau membongkar bangunan yang ada di atasnya serta sekaligus menyerahkan kepada penggugat. Berdasarkan uraian diatas, penulis terdorong untuk mengangkat dan menjadikan dalam sebuah penulisan skripsi yang berjudul PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Magetan). 4 M.Yahya Harahap, S.H.,Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata,Jakarta : Sinar Grafika.2006.Hal 23.

8 B. Perumusan Masalah Rumusan masalah dimaksudkan untuk menegaskan masalah masalah yang diteliti sehingga memudahkan utnuk melakukan pembahasan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pertimbangan hakim dalam menjatuhkan penetapan Conservatoir Beslag atas sengketa tanah di Pengadilan Negeri Magetan? 2. Bagaimana pelaksanaan Eksekusi Riil atas sengketa tanah setelah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap di Pengadilan Negeri Magetan? C. Tujuan Penelitian Suatu penelitian tentunya mempunyai tujuan untuk mengkaji suatu permasalahan yang gelap ke arah yang terang dengan maksud untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dan mencari penyelesaiaannya, maka berdasarkan pokok permasalahan yang telah disampaikan oleh penulis, tujuan penelitian hukum ini adalah : 1. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam menjatuhkan penetapan Conservatoir Beslag atas sengketa tanah di Pengadilan Negeri Magetan. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan Eksekusi Riil atas sengketa tanah setelah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap di Pengadilan Negeri Magetan. D. Manfaat Penelitian

9 Adapun manfaat yang diharapkan dan diambil oleh penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Dengan adanya penulisan penelitian ini, maka penulis berharap penulisan penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi ilmu pengetahuan yang berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan hukum dan khususnya hukum yang mengatur cara beracara perdata terutama masalah mengenai pelaksanaan Conservatoir Beslag dan Eksekusi Riil atas benda tidak bergerak. 2. Bagi Masyarakat Penulisan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu pengetahuan pembaca atau masyarakat serta dapat membantu memecahkan masalah yang mungkin atau sedang dihadapi oleh masyarakat terutama menyangkut masalah pelaksanaan Conservatoir Beslag dan Eksekusi Riil atas benda tidak bergerak. 3. Bagi Penulis Untuk menambah cakrawala ilmu hukum, khususnya mengenai hukum perdata serta tata cara beracaranya yang menyangkut tentang bagaimana pertimbangan hakim dalam penetapan Conservatoir Beslag dan pelaksanaan Eksekusi Riil setelah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap. E. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode yang meliputi: 1. Metode Pendekatan

10 Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan normatif sosiologis yang dimana mempunyai maksud untuk mengungkapkan legalitas hukum berupa aspek - aspek hukum tentang pertimbangan hakim dalam menetapkan Conservatoir Beslag sebagai pelaksanaan Eksekusi Riil atas sengketa tanah setelah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap. 2. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang keadaan subyek dan atau obyek penelitian sebagaimana adanya. 5 Sehingga tujuannya untuk memberikan data seteliti mungkin secara sistematis dan menyeluruh tentang gambaran mengenai pertimbangan hakim dalam menetapkan Conservatoir Beslag sebagai pelaksanaan Eksekusi Riil atas sengketa tanah setelah putusan mempuyai kekuatan hukum tetap. 3. Sumber data a) Penelitian kepusatakaan Penelitian kepustakaan digunakan untuk mendapatkan data sekunder yang dapat diperoleh dengan menggunakan bahan: 1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan yang mengikat, terdiri dari: - KUH Perdata - HIR - Rbg 5 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika. 1988. hal.12

11 - Rv - Yurisprudensi 2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang diperoleh dari buku-buku bacaan, laporan-laporan hasil penelitian hukum yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. b) Penelitian Lapangan Penelitian lapangan dilakukan guna mendapatkan data primer yang dapat diperoleh melalui : 1) Lokasi Penelitian Penulis memilih lokasi penelitian di Pengadilan Negeri Magetan. 2) Subyek Penelitian - Hakim yang memeriksa perkara Pengadilan Negeri Magetan - Juru sita yang memeriksa perkara Pengadilan Negeri Magetan 4. Metode Pengumpulan Data a) Studi Kepustakaan Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yang dilakukan dengan cara mencari, mencatat, menginventarisasi, dan memperlajari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder tersebut diatas. b) Studi Lapangan Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung terhadap obyek yang diteliti guna mendapatkan data primer, yang dilakukan dengan cara:

12 1) Observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan pengamatan dan pengecekkan berkas-berkas perkara yang ada kaitannya dengan penulisan penelitian yang ada di Pengadilan Negeri Magetan. 2) Wawancara Wawancara digunakan untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari pihak yang dianggap mampu memberikan keterangan secara langsung yang berhubungan dengan data-data sekunder yang telah diperoleh, dalam hal ini adalah hakim, dan juru sita Pengadilan Negeri Magetan guna mendapatkan data primer wawancara dilakukan secara bebas terpimpin dengan pihak yang dipandang memahami masalah yang diteliti. 5. Metode Analisa Data Metode analisa data yang digunakan adalah menggunakan metode kualitatif yaitu suatu pembahasan yang dilakukan dengan cara memadukan antara penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan serta menafsirkan dan mendiskusikan data-data primer yang telah diperoleh dan diolah sebagai suatu yang utuh. Penelitian kepustakaan yang dilakukan adalah membandingkan peraturan-peraturan, yurisprudensi dan buku referensi, serta data yang diperoleh mengenai pertimbangan hakim dalam menetapkan Conservatoir Beslag sebagai pelaksanaan Eksekusi Riil atas sengketa tanah setelah putusan mempunayai kekuatan hukum tetap. Kemudian dianalisis secara kualitatif yang akan memberikan gambaran menyeluruh tentang aspek hukum yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Penelitian lapangan dilakukan guna mendapatkan data primer yang dilakukan dengan cara wawancara

13 dengan pihak yang terkait dan dengan data yang diperoleh sehingga mendapat gambaran lengkap mengenai obyek permasalahan. Kemudian data tersebut dianalisis secara kualitatif, dicari pemecahannya dan ditarik kesimpulan, sehingga pada tahap akhir dapat ditemukan hukum di dalam kenyataannya. F. Sistematika Skripsi Dalam memudahkan serta memahami pembahasan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan penelitian tersebut diatas, maka penulis memaparkan rancangan bentuk dan isi dari skripsi, yaitu sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metode Penelitian F. Sistematika Skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertimbangan Hakim B. Pengertian Conservatoir Beslag C. Pengertian Eksekusi Riil D. Fungsi Conservatoir Beslag E. Pelaksanaan Conservatoir Beslag

14 F. Hubungan Conservatoir Beslag dengan Eksekusi Riil G. Pertimbangan Hakim dalam Menetapkan Conservatoir Beslag Terhadap Eksekusi Riil Atas Sengketa Tanah BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pertimbangan hakim dalam menetapkan dapat diterimanya Conservatoir Beslag atas sengketa tanah di Pengadilan Negeri Magetan. 2. Pelaksanaan Eksekusi Riil atas sengketa tanah setelah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap di Pengadilan Negeri Magetan. B. Pembahasan 1. Pertimbangan hakim dalam menetapkan dapat diterimanya Conservatoir Beslag atas sengketa tanah di Pengadilan Negeri Magetan. 2. Pelaksanaan Eksekusi Riil atas sengketa tanah setelah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap di Pengadilan Negeri Magetan. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan. B. Saran