BAB I PENDAHULUAN. pendidikan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20

dokumen-dokumen yang mirip
pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan seorang anak dipengaruhi oleh tiga lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks sehingga pendidikan sebagai titik acuan untuk meningkatkan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. sehingga siswa memperoleh keberhasilan dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. baik, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20. Pendidikan diarahkan untuk dapat menciptakan sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian variasi dalam mengajar. serta berperan secara aktif. 1 Dengan demikian, variasi dalam

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas diri seseorang di

I. PENDAHULUAN. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

BAB I PENDAHULUAN. hanya berlaku di dalam masyarakat saja, namun dalam suatu negara juga akan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan bangsa (UU RI No. 20 Tahun 2003). Berdasarkan fungsi tersebut,

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN KETERAMPILAN BERTANYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SUB POKOK BAHASAN VERTEBRATA DI SMA KELAS X DARUSSALAM INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII. di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia, dan salah satu upaya peningkatannya yaitu melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebagai katalisator utama pengembangan SDM, dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang kurang, tetapi karena tidak adanya motivasi belajar, sehingga ia tidak berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan alat utama untuk memberikan cara berpikir.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah dasar sebagai jenjang paling dasar pada pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. siswa memahami materi yang diajarkannya, sangat sesuai dengan kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. fenomena-fenomena dunia. Permasalahan pendidikan dewasa ini, terutama di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang dilalui oleh individu untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. dua bagian yaitu kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dan siswa. Pola umum ini oleh Lapp et al. (1975) diistilahkan Gaya

I. PENDAHULUAN. TK (Taman kanak-kanak) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (SDM) yang berkualitas. Manusia harus dapat menyesuaikan dengan

budaya, alam sekitar, dan meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian tentang Keterampilan Memberi Penguatan Verbal. 1. Pengertian Memberi Penguatan (Reinforcement) Verbal

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

I. PENDAHULUAN. perubahan tingkah laku menuju kedewasaan. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta dengan akreditasi A,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendasar untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara yang masih berkembang, pendidikan di Indonesia masih. sangat rendah dari segi Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II. Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia bisa menggapai cita-citanya. Untuk menciptakan sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan nasional adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, h. 16), menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) menyatakan bahwa. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa:

PEMBELAJARAN TEMATIK MENGGUNAKAN MEDIA TOYS AND TRICK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sekolah dasar sebagai jenjang paling dasar pada pendidikan formal mempunyai peran besar bagi keberlangsungan proses pendidikan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 pasal 17 ayat 1 yang menyebutkan bahwa Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Satuan Pendidikan Dasar (Tahun 2007 Semester I&II) dijelaskan bahwa Tujuan Pendidikan Dasar adalah meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Membekali peserta didik agar cerdas secara intelektual pengetahuan dan sosial merupakan peran guru di sekolah. Maka guru sebagai pengajar maupun pendidik memiliki peran besar terhadap siswa dan keberlangsungan kegiatan belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamzah B. Uno (2006: 168) yaitu guru harus menguasai keterampilan dalam mengajar agar dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada peningkatan kualitas lulusan sekolah dan diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul dalam proses kegiatan belajar mengajar. Guru dapat mengoptimalkan perannya di kelas dengan menguasai keterampilan mengajar. Penguasaan keterampilan mengajar yang baik akan 1

mempengaruhi tingkat keaktifan dan partisipasi siswa sehingga bisa dikatakan bahwa peran keterampilan memberikan penguatan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan teori belajar dari Psikologi Behaviouristik Skiner (Wasty Soemanto, 1998: 125) yaitu Skiner s Operant Conditioning yaitu Seperti halnya Thorndike, Skiner menganggap reward atau reinforcement yaitu penguatan sebagai faktor terpenting dalam proses belajar. Selanjutnya Mulyani dan Johar (1999: 262) menjabarkan keterampilan mengajar, yaitu keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan menggunakan variasi, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan mangajar kelompok kecil dan perorangan, keterampilan mengelola kelas, serta keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Dari uraian tersebut sudah sepantasnya guru menguasainya, lebih-lebih dalam menghadapai perilaku siswa usia sekolah dasar yang memiliki kepribadian unik. Kemudian D.N. Pah (1984: 6) menyatakan komponen pemberian penguatan (reinforcement) dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari penguatan verbal dan penguatan nonverbal. Penguatan verbal adalah pemberian penguatan yang berupa pujian yang dinyatakan dengan ucapan kata atau kalimat, sedangkan penguatan nonverbal dinyatakan dengan bahasa tubuh (body language). Penggunaan kedua bentuk penguatan itu dimaksudkan untuk mendorong siswa agar mau belajar lebih giat lagi dan lebih bermakna. 2

Dalam pelaksanaanya penguatan verbal memang terkesan sederhana dalam pelaksanaanya, yaitu dengan guru mengutarakan kata atau kalimat penguat seperti: pujian dan persetujuan, akan tetapi guru harus berhati - hati dalam menyampaikannya agar dapat berfungsi secara tepat. Begitupula dengan penguatan nonverbal yang diberikan melalui gerak isyarat dan kegiatan menyenangkan, guru harus tetap selektif dalam menyampaikan kepada siswa agar siswa dapat menerima dengan baik dan dapat berdampak positif terhadap kegiatan belajar mengajar. Walaupun pada pelaksanaanya berbeda antara keduanya, namun antara keduanya dapat saling melengkapi yaitu dapat dilakukan secara bersama untuk memaksimalkan pencapaian tujuan. Pemberian penguatan bersangkutan langsung dengan tujuan yang akan dicapai, hal ini perlu dipahami guru sebagai antisipasi terhadap masalah yang akan timbul. Menurut Marno dan Idris (2010: 132) memberikan penguatan sepertinya sederhana, yaitu dengan guru memberikan tanda persetujuan terhadap tingkah laku siswa yang dinyatakan dalam bentuk penguatan verbal dan nonverbal, seperti: pujian, senyuman, anggukan atau memberi hadiah secara material. Akan tetapi, keterampilan memberi penguatan akan terasa sulit dilakukan apabila guru sendiri tidak memahami cara dan makna yang ingin dicapai. Penguasaan keterampilan memberikan penguatan diharapkan dapat menjadi modal bagi guru untuk mengatasi permasalahan dalam rangka menciptakan suasana nyaman dan hubungan timbal balik yang harmonis 3

antara guru dan siswa serta mampu mendorong siswa untuk belajar lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Conny R. Semiawan (1999: 296) bahwa hubungan yang harmonis merupakan sumber inspirasi bagi siswa untuk melakukan peniruan terhadap keteladanan guru sebagai aktivitas akademik dan suasana yang positif ini akan berpeluang besar dalam mendorong kegiatan belajar siswa. Guru selalu menginginkan pola interaksi yang positif di kelas agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Namun tidak semua siswa di dalam kelas dapat berinteraksi dengan baik, karena masing-masing siswa mempunyai karakter yang berbeda, sebagian terbuka, sebagian tertutup, sebagian pemalu, sebagian berani, dan sebagainya (Martinis Yamin, 2007: 161-162). Keragaman tersebut dikarenakan kebutuhan antar siswa berbeda. Pada diri siswa terdapat kekuatan mental berupa keinginan, perhatian, kemauwan atau cita-cita yang menjadi penggerak belajar yang disebut motivasi (Dimyati dan Mujiono, 2006: 80). Guru memiliki peran terhadap motivasi yang dimiliki siswa, sehingga sudah semestinya guru mampu menerapkan keterampilan memberikan penguatan kepada siswa sebagai usaha dalam memotivasi siswa. Motivasi pada dasarnya dapat membantu siswa dalam menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan yang hendak dicapai, menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, dan menentukan ketekunan belajar (Hamzah B. Uno, 2010: 27). Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, tetapi 4

dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar, sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya (Wina Sanjaya, 2008: 28). Mengingat pada besarnya peran motivasi dalam mencapai keberhasilan suatu pembelajaran, maka guru memiliki tugas untuk memberikan dorongan atau motivasi kepada siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 80) bahwa siswa melakukan kegiatan belajar karena adanya dorongan oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar ini dikatakan sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang bisa timbul dari diri sendiri/ intrinsik dan dari luar/ ekstrinsik untuk menggerakan dan mengarahkan perilaku siswa. Motivasi siswa sebagai dorongan dalam kegiatan belajar tidak timbul begitu saja, siswa memerlukan peran serta orang lain dalam hal ini guru untuk memberikan stimulus berupa hal-hal yang menyenangkan bagi siswa. Tanggapan terhadap stimulan yang diberikan oleh guru inilah yang akan menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar atau berperilaku lebih baik. Menyadari pentingnya motivasi dan keterampilan memberikan penguatan untuk siswa, guru perlu menguasai keterampilan dasar memberikan penguatan. Tetapi kegiatan memberikan penghargaan atau penguatan dalam proses belajar mengajar dalam kelas jarang sekali dilaksanakan oleh guru (Hamzah B. Uno, 2010: 168). Pendapat tersebut diperkuat lagi oleh D. N. PAH (1984: 3) yang menyatakan bahwa tidak jarang kita temui guru-guru yang hanya memberikan komentar negatif terhadap tingkah laku siswa yang salah, dan jarang sekali atau tidak pernah 5

memberikan respons positif terhadap tingkah laku siswa yang baik. Padahal melalui keterampilan penguatan yang diberikan guru, siswa akan terdorong untuk membangkitkan dan mempertahankan motivasinya dalam setiap proses pembelajaran (Hamzah B. Uno, 2010: 168). Penerapan keterampilan penguatan yang dilakukan secara terus menerus dan tidak bervariasi akan membawa dapak kejenuhan bagi siswa. Seperti halnya yang ada di kelas V SD Negeri wilayah gugus II kecamatan Kretek yang terdiri dari 3 sekolah, setelah peneliti melakukan pengamatan ternyata guru mendominasi kegiatan pembelajaran (teacher center) yaitu proses pembelajaran yang tidak banyak melibatkan siswa dalam pembelajaran, ditambah lagi dengan pemberian penguatan yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan perkembangan siswa, sehingga pembelajaran cenderung lesu, pasif, dan siswa kurang. Untuk itu, perlu adanya peran guru dalam memberikan penguatan yang tepat dalam pembelajaran, sehingga dapat memberikan motivasi belajar kepada siswa. Sehubungan dengan uraian di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul: Hubungan Keterampilan Memberikan Penguatan Verbal dan Penguatan Nonverbal dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Se-Gugus II Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul TA 2011/2012. Sehingga dari penelitian ini nantinya dapat diketahui apakah keterampilan memberikan penguatan verbal dan nonverbal memiliki hubungan dengan motivasi belajar. 6

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut. 1. Guru mendominasi kegiatan belajar mengajar (teacher center) sehingga siswa pasif dalam proses pembelajaran. 2. Tidak semua siswa dapat berinteraksi dengan baik di kelas. 3. Pembelajaran cenderung didominasi oleh guru. 4. Motivasi belajar siswa yang masih kurang. 5. Pemberian penguatan yang kurang tepat oleh guru saat proses pembelajaran berlangsung. 6. Hubungan keterampilan memberikan penguatan verbal dan nonverbal dengan motivasi belajar siswa yang masih belum dipahami guru. C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah yang bersifat menyederhanakan dan menyempitkan lingkup permasalahan diperlukan untuk memperdalam pembahasan tanpa mengurangi sifat ilmiah dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan pada hubungan keterampilan memberikan penguatan verbal dan nonverbal dengan motivasi belajar siswa. D. Perumusan Masalah Perumusan masalah yang dapat ditarik dari beberapa hal yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah adalah sebagai berikut. 7

1. Apakah ada hubungan antara penguatan verbal dengan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri se-gugus II Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul? 2. Apakah ada hubungan antara penguatan nonverbal dengan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri se-gugus II Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul? 3. Apakah ada hubungan antara penguatan verbal dan penguatan nonverbal dengan dengan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri se-gugus II Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan salah satu alat kontrol yang dapat dijadikan petunjuk supaya penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Membuktikan dan mendeskripsikan hubungan antara keterampilan memberikan penguatan verbal dengan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri se-gugus II Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul. 2. Membuktikan dan mendeskripsikan hubungan antara keterampilan memberikan penguatan nonverbal dengan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri se-gugus II Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul. 3. Membuktikan dan mendeskripsikan hubungan antara keterampilan memberikan penguatan verbal dan penguatan nonverbal dengan dengan 8

motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri se-gugus II Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul. F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari dua segi, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Praktis. a. Lembaga (sekolah). Sebagai data informasi bagi sekolah untuk membantu siswa dalam memberikan motivasi. b. Guru. Sebagai data informasi pada guru untuk memberikan pilihan jenis keterampilan penguatan yang tepat bagai motivasi belajar siswa. c. Siswa. Memberikan motivasi belajar sebagai salah satu modal dalam mencapai keberhasilan kegiatan belajar mengajar. 2. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini mendukung teori yang sudah ada. 9