BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut P.J.A. Andriani dalam Ikatan Akuntan Indonesia, pajak adalah:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. satu instrumen dalam mengatur perekonomian negara, dapat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Penerimaan Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Kasus korupsi seperti kasus Gayus Tambunan, Dhana Widyatmika, dan yang baru-baru

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sasaran utama dari kebijaksanaan keuangan negara di bidang

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintahan dan pembangunan. Pajak bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Theresia Woro Damayanti (2010:1)

BAB I PENDAHULUAN. modern. Hal tersebut dilakukan dengan menerapkan self assessment system dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Undang-Undang Negara. kewajiban perpajakannya (John Hutagaol, 2007:275).

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Kesadaran..., Dhio, Fakultas Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan peningkatan pembangunan itu sendiri. Salah satu sumber pendanaan proyek pembangunan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari official assessment system menjadi self assessment system.

BAB 1 PENDAHULUAN. perpajakan Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self Assessment.

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran umum Negara adalah untuk kegiatan pembangunan. dan makmur. Di Indonesia sendiri pembangunan masih tergolong rendah atau

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berbeda dengan pajak, sumber penerimaan ini mempuyai umur tidak

BAB I PENDAHULUAN. Telah diketahui pada umumnya negara yang memiliki administrasi. saat ini bertumpu pada pajak dalam membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. nasional secara bertahap, terencana, dan berkelanjutan. Untuk melaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan kewajiban warga negara untuk membayar iuran atas penghasilan yang didapat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB I PENDAHULUAN. Negara dalam menyelenggarakan pemerintahannya mempunyai kewajiban

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan berupaya untuk menciptakan negara Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. sektor, khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat

PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA SEMARANG TENGAH SATU

BAB I PENDAHULUAN. (APBN) dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar, semuanya dapat terwujud jika adanya bantuan dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan pembangunan dan pengeluaran Negara. sistem perpajakan dari Official Assessment System menjadi Self

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut tertuang dalam Anggaran Penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan biaya yang tak sedikit jumlahnya. Usaha yang dilakukan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. non migas. Siti Kurnia Rahayu (2010) mengungkapkan bahwa Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya


BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam penerimaan negara. Perkembangan kontribusi penerimaan pajak terhadap. Tabel 1. 1

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran negara, baik untuk pembiayaan pembangunan maupun untuk

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan membutuhkan peningkatan dalam penerimaan pajak. pajak telah memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di segala bidang. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun persentase

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. sejak saat itulah Indonesia menganut Self Assessment System. di Indonesia memberi kepercayaan kepada pengusaha kena pajak dalam

BAB I PENDAHULUAN. upaya perwujudannya melalui pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan, Negara membutuhkan dana

BAB I PENDAHULUAN. berlangsungnya pembangunan yang berkesinambungan. Pemerintah melalui Dirjen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spirituil. Untuk dapat. mendapatkan dukungan dari masyarakat (Waluyo dan Ilyas, 2000: 1)

BAB I PENDAHULUAN. membayar pengeluaran umum (Siti, 2011: 1). pendanaan APBN (Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara) dimana

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pembangunan negara. Meskipun pendapatan negara dari

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pembangunan nasional, di antaranya berasal dari penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber pendapatan terbesar yang dimiliki suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Telah terjadi kenaikan tax ratio yang cukup besar. 14,8 trilyun, tahun 2000 sebesar Rp.16,9 trilyun.

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan sumber penerimaan eksternal misalnya pinjaman luar negeri. Arum

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan potensi penerimaan pemerintah dari sektor pajak meskipun

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan. Pengeluaran utama negara adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. Era Globalisasi dapat memengaruhi pola pikir dan tindakan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak (Pangestu, Rusmana:2014). Realisasi penerimaan pajak tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. pajak. Pajak sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan menjadi suatu permasalahan yang pokok. Pembiayaan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor, khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bertahap, berencana, dan berkesinambungan menurut arah

BAB I PENDAHULUAN. 1,019 trilyun atau sebesar 79% ( berasal dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia menggunakan pajak sebagai sumber utama penerimaan negara. Menurut P.J.A. Andriani dalam Ikatan Akuntan Indonesia, pajak adalah: Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturanperaturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelengarakan pemerintahan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan suatu bentuk kewajiban yang harus dipenuhi oleh Wajib Pajak (WP) orang pribadi maupun Wajib Pajak badan dengan berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaanya. Pajak adalah salah satu sumber dana bagi Pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Penerimaan pajak sangat besar peranannya untuk mengamankan anggaran negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahun. (Sri Hardaya, 2013). Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia tahun anggaran 2007 sampai dengan tahun anggaran 2014 dimana proporsi penerimaan yang berasal dari sektor pajak merupakan penerimaan dalam negeri yang paling besar terhadap seluruh pendapatan negara yaitu dijelaskan pada tabel 1.1 berikut: 1

2 Tahun Tabel 1.1 Proporsi Penerimaan Pajak, tahun 2007-2014 (Dalam Milliar Rupiah) Penerimaan perpajakan Penerimaan Negara bukan pajak Jumlah Proporsi penerimaan pajak 2007 490,988 215,120 706,108 70% 2008 658,701 320,604 979,305 67% 2009 619,922 227,174 847,096 73% 2010 723,307 268,942 992,249 73% 2011 873,874 331,472 1.205,346 72% 2012 980,518 351,805 1.332,323 74% 2013 1,148,365 349,156 1,497,521 77% 2014 1,310,219 350,930 1,661,148 79% Sumber : Departemen Keuangan dikutip dari www.bps.go.id Upaya pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dalam negeri dari sektor pajak, antara lain dengan merubah sistem pemungutan pajak dari official assessment system menjadi self assessment system yang mulai diterapkan sejak reformasi sistem perpajakan, yang sangat berpengaruh bagi wajib pajak dengan memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang. Perubahan sistem perpajakan tersebut dimaksudkan untuk menjadikan wajib pajak sebagai subjek mandiri dalam pemenuhan hak untuk turut serta berpartisipasi dalam pembiayaan pembangunan dan penyederhanaan serta peningkatan efisiensi administrasi di bidang perpajakan. Self assessment system juga mengharuskan wajib pajak untuk siap menghadapi pengujian kepatuhan atas pajak yang dilaporkan. (Euphrasia Susy Suhendra, 2010).

3 Dibawah ini disajikan diagram 1.1 yang bersumber dari Direkorat Jendral Pajak. Figur disebelah kiri disajikan data dalam bentuk bar chart antara Wajib Pajak Terdaftar dengan Wajib Pajak Terdaftar yang seharusnya wajib menyampaikan SPT Tahunan, dan SPT Tahunan PPh yang masuk ke DJP. Sedangkan figur disebelah kanan adalah menggambarkan rasio perbandingan antara Wajib Pajak terdaftar yang wajib menyampaikan SPT tahunan dengan jumlah SPT tahunan yang diterima. Gambar 1.1 Tingkat Kepatuhan Penyampaian SPT Dari Gambar 1.1 diatas dapat dilihat bahwa tingkat kepatuhan penyampaian SPT tahunan dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2008 berkisaran di angka pada range sekitar 33 persen, dan mengalami kenaikan yang signifikan pada periode tahun 2008-2009 dari 33 persen menjadi 54 persen. Semenjak tahun 2008 sampai dengan 2011 rasio kepatuhan pajak mengalami kondisi fluktuasi pada angka sekitar 54 persen tahun 2009 dan naik 4 persen pada tahun 2010 dan

4 turun lagi menjadi 52 persen pada tahun 2011. Dengan kata lain dari dua orang yang Wajib Pajak yang wajib menyampaikan SPT tahunan hanya satu orang yang menyampaikan SPT Tahunan. (Alpha Nur Setyawan Pudjono, 2014) Berdasarkan data yang diperoleh dari Dirjen Pajak pada tahun 2014 menunjukan bahwa Wajib Pajak badan usaha di Indonesia yang menyerahkan SPT Tahunan hanya sekitar 550.000 badan usaha. Sedangkan jumlah badan usaha yang tercatat Wajib Pajak adalah 5 juta lebih. Itu artinya Wajib Pajak badan hanya 11% dari badan usaha yang memenuhi kewajibannya. Fenomena tentang rendahnya rasio perbandingan antara WP terdaftar yang wajib menyampaikan SPT tahunan dengan jumlah SPT tahunan yang diterima Direktorat Jendral Pajak, ditunjukkan juga oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees sebagai berikut: Tabel 1.2 Rasio Tingkat Kepatuhan WP Badan di KPP Pratama Bandung Karees Tahun Jumlah Wajib Jumlah Rasio Kepatuhan Pajak Badan Wajib SPT SPT Masuk Terhadap WP Badan Wajib SPT 2009 5.906 3.070 51,98% 2010 6.441 3.217 49,94% 2011 7.085 3.357 47,38% 2012 8.095 3.943 48,70% 2013 9.069 3.332 36,63% 2014 10.045 3.259 32,44% 2015 11.098* 3.102* 27,95% *SPT yang masuk pada Tahun 2015 bersifat belum final karena masih dalam proses administrasi Sumber: KPP Bandung Karees 2015 data diolah kembali.

5 Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak badan terhadap penyampaian SPT, yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karees Bandung masih sangat rendah yaitu hanya mencapai 36,63% di tahun 2013 dan mengalami penurunan menjadi 32,44% di tahun 2014. Untuk mencapai target pajak, perlu ditumbuhkan terus menerus kesadaran dan kepatuhan masyarakat wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mengingat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak merupakan faktor penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka perlu secara intensif dikaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, khususnya wajib pajak badan. Kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan negara sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Jatmiko, 2006). Kesadaran masyarakat yang tinggi akan mendorong semakin banyak masyarakat memenuhi kewajibannya untuk mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, melaporkan dan membayar pajaknya dengan benar sebagai wujud tanggung jawab berbangsa dan bernegara. Menurut Titik Aryati (2012) dalam penelitiannya yang berjudul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan WP badan, sikap adalah: Sikap adalah konsep yang merepresentasikan suka atau tidak sukanya seseorang pada sesuatu. Sehingga sikap dapat dinyatakan sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap juga dapat diartikan sebagai pandangan positif, negatif, atau netral terhadap "objek sikap", seperti manusia, perilaku, atau kejadian. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada obyek tersebut. Penelitian mengenai kepatuhan pajak yang dilakukan Blanthorne (2000) dan Bobek (2003) menggunakan kerangka model Theory of Planned Behavior

6 (TPB) untuk memberikan penjelasan yang signifikan bahwa variable sikap, berpengaruh terhadap perilaku tidak patuh wajib pajak. Menurut Veronica Caroline (2009;7) yang dikutip kembali oleh Tri Yulia Febrianti (2014): Pengetahuan pajak merupakan pengetahuan mengenai konsep ketentuan umum dibidang perpajakan, jenis pajak yang berlaku di Indonesia mulai dari subyek pajak, obyek pajak, tarif pajak, perhitungan pajak terutang, pencatatan pajak terutang sampai dengan bagaimana pengisian pelaporan pajak. Dapat disimpulakan bahwa pengetahuan pajak merupakan informasi pajak yang dapat digunakan oleh wajib pajak sebagai dasar untuk bertindak, mengambil keputusan dan untuk menepuh arah atau strategi tertentu sehubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajibannya di bidang perpajakan. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan seperti Jatmiko (2006), Muliari dan Setiawan (2010), dan Riri Nurulhuda (2013) mengenai pelayanan fiskus menunjukkan bahwa pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Pelayanan yang berkualitas akan memberikan kepuasan kepada wajib pajak sehingga akan menjadi patuh dalam memenuhi kewajibannya kembali. Semakin baik kualitas pelayanan yang diberikan oleh petugas pajak maka semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan kondisi dimana rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak badan yang telah dipaparkan diatas, maka dilakukan penelitian yang mengkaji tentang pengaruh sikap, pengetahuan pajak dan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan Wajib Pajak badan dalam bentuk skripsi dengan judul PENGARUH SIKAP, PENGETAHUAN PAJAK DAN PELAYANAN FISKUS TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN YANG TERDAFTAR DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG KAREES.

7 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan penulis mengidentifikasikan masalah tersebut sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh Sikap terhadap Kepatuhan Wajib Pajak badan. 2. Seberapa besar pengaruh Pengetahuan Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak badan. 3. Seberapa besar pengaruh Pelayanan Fiskus terhadap kepatuhan Wajib Pajak badan. 4. Seberapa besar pengaruh Sikap, Pengetahuan Pajak dan Pelayanan Fiskus terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak badan. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Sikap terhadap kepatuhan Wajib Pajak badan. 2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Pengetahuan Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak badan. 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Pelayanan Fiskus terhadap kepatuhan Wajib Pajak badan. 4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Sikap, Pengetahuan Pajak dan Pelayanan Fiskus terhadap kepatuhan Wajib Pajak badan.

8 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi yang dapat menunjang untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan masukan bagi penelitian-penelitian yang akan datang. 1.4.2 Kegunaan praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan acuan atau masukan bagi pemerintah, khususnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi Wajib Pajak badannya guna meningkatkan kepatuhan pajak. Serta memberikan informasi mengenai seberapa besar pengaruh pelayanan fiskus agar Wajib Pajak badan dapat memenuhi kewajiban perpajakannya. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis memperoleh data pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Alamat Jalan Ibrahim Adjie No. 372 Kiaracondong Bandung. Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2015 sampai dengan bulan Januari 2016.