The Growth of Chlorella spp Culturing with Some Density of Inoculum. Lady Diana Tetelepta

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Benih ikan berkualitas baik dibutuhkan dalam tahapan utama pembesaran ikan.

I. PENDAHULUAN. yang dibutuhkan untuk pertumbuhan larva (Renaud et.al, 1999). Pemberian pakan

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

PERTUMBUHAN FITOPLANKTON Tetraselmis sp DI WADAH TERKONTROL DENGAN PERLAKUAN CAHAYA LAMPU TL

PENGARUH SALINITAS DAN NITROGEN TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TOTAL Nannochloropsis sp. ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. dibudidayakan dan memiliki nilai gizi tinggi yaitu, kandungan protein 74%, lemak

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

I. PENDAHULUAN. memerlukan area yang luas untuk kegiatan produksi. Ketersediaan mikroalga

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan pembenihan pakan alami telah terbukti baik untuk larva.

PEMANFAATAN PUPUK CAIR TNF UNTUK BUDIDAYA Nannochloropsis sp ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

I. PENDAHULUAN. mikroalga dikenal sebagai organisme mikroskopik yang hidup dari nutrien

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya dikenal dengan nama fitoplankton. Organisme ini merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama

KANDUNGAN LEMAK TOTAL Nannochloropsis sp. PADA FOTOPERIODE YANG BERBEDA ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

TINJAUAN PUSTAKA. fotosintesis (Bold and Wynne, 1985). Fitoplankton Nannochloropsis sp., adalah

PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PADA MEDIA KULTUR PHM TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN Chlorella sp. M. W. Lewaru * ABSTRACT

PRODUKSI BIOMASSA Spirulina sp. DENGAN VARIASI KONSENTRASI CO2 DAN FOTOPERIODE. Okta Nugraha 1) dan Elida Purba 1)

I. PENDAHULUAN. kesuksesan budidaya. Kebutuhan pakan meningkat seiring dengan meningkatnya

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan.

Pengaruh Pemberian Air Cucian Beras dengan Dosis yang Berbeda Terhadap Kepadatan Chlorella

I. PENDAHULUAN. Mikroalga merupakan jasad renik dengan tingkat organisasi sel yang

I. PENDAHULUAN. digunakan sebagai sumber pakan alami untuk pembenihan larva udang, ikan dan

I. PENDAHULUAN. Pakan utama bagi larva ikan yaitu pakan alami. Pakan alami, seperti

Pengaruh Pemberian Kompos Sampah Rumah Tangga Terhadap Pertumbuhan Chlorella vulgaris Pada Skala Laboratorium

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

Kata Kunci: Pengaruh, Konsentrasi, Kepadatan Populasi, Pupuk Media Diatom, Pupuk KW21, Tetraselmis sp.

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton merupakan mikro alga sehingga dalam dunia pembenihan

OPTIMASI PEMBERIAN KOMBINASI FITOPLANKTON DAN RAGI DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan budidaya ikan, pakan dibagi menjadi dua jenis, pakan buatan dan

SNTMUT ISBN:

Hubungan Kemelimpahan Chlorella sp Dengan Kualitas Lingkungan Perairan Pada Skala Semi Masal di BBBPBAP Jepara

4 KULTIVASI Chaetoceros gracilis DALAM MEDIUM NPSi 4.1 Pendahuluan

Studi Kultur Semi-Massal Mikroalga Chlorella sp Pada Area Tambak Dengan Media Air Payau (Di Desa Rayunggumuk, Kec. Glagah, Kab.

Kultur Nannochloropsis

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari di Balai Besar Pengembangan Budidaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikroalga Tetraselmis sp. merupakan salah satu mikroalga hijau.

PENDAHULUAN. Untuk mendukung usaha tersebut dibutuhkan Balai Benih Ikan. ikan. Ketika usaha pemeliharaan atau pembesaran berkembang dibutuhkan bibit

MASPARI JOURNAL Juli 2015, 7(2):33-40

PERTUMBUHAN Skeletonema costatum PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS MEDIA. The Growth of Skeletonema costatum on Various Salinity Level s Media

Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Diamond Interest Grow dengan Dosis Berbeda terhadap Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis)

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Bayam

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

PERTUMBUHAN Diaphanasoma sp. YANG DIBERI PAKAN Nannochloropsis sp. Sri Susilowati 12 ABSTRAK

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Pemanfaatan Air Kelapa Sebagai Pengkaya Media Pertumbuhan Mikroalga Tetraselmis sp.

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Spirulina sp.

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN Navicula sp SKALA LABORATORIUM

ABSTRAK. Kata kunci: Brachionus plicatilis, Nannochloropsis sp., salinitas, nitrogen, stres lingkungan

PRODUKTIVITAS DAN KESUBURAN PERAIRAN

III. METODE PENELITIAN

Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD

I. PENDAHULUAN. cukup tinggi, contohnya pada pembenihan ikan Kerapu Macan (Epinephelus

PENGARUH LIMBAH CAIR TAHU TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI CHLORELLA PYRENOIDOSA H. CHICK DALAM SKALA LABORATORIUM

I. PENDAHULUAN. pembenihan karena memiliki nutrisi tinggi, antara lain protein %,

I. PENDAHULUAN. Budidaya merupakan suatu kegiatan pemeliharaan sumber daya hayati yang

BABV KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa konsentrasi pupuk

TINJAUAN PUSTAKA. antena dorsal dan 2 buah antenna lateral. Pada ujung antenna biasanya terdapat

PENAMBAHAN AIR KELAPA PADA MEDIA PERTUMBUHAN POPULASI Nannochloropsis sp. ADDITION OF COCONUT WATER IN GROWTH MEDIA OF Nannochloropsis sp.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam habitat akuatik/perairan maupun terestrial/daratan. Keanekaragaan

Gambar 8. Kelimpahan Sel Chlorella Selama Kultur

Pengaruh Kepadatan Awal Inokulum terhadap Kualitas Kultur Chaetoceros gracilis (Schütt) pada Sistem Batch

TINJAUAN PUSTAKA. pembagian tugas yang jelas pada sel sel komponennya. Hal tersebut yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas

PERBANDINGAN LAJU PERTUMBUHAN Spirulina platensis PADA TEMPERATUR YANG BERBEDA DALAM SKALA LABORATORIUM

I. PENDAHULUAN. Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Protein berperan

LAMPIRAN. Formulasi :... (1) pengamatan yang dilakukan adalah sebanyak 3 kali pengulangan.

Kata kunci : biomassa, Nannochloropsis oculata, protein, Walne. iii

I. PENDAHULUAN. di alam yang berguna sebagai sumber pakan yang penting dalam usaha

PERBEDAAN JENIS DAN KONSENTRASI NUTRISI TERHADAP PERTUMBUHAN SEL, KANDUNGAN PROTEIN DAN LEMAK PADA DIATOM Nitzchia sp. DALAM KULTUR SKALA LABORATORIUM

PEMANFAATAN KOMPOS KULIT KAKAO (Theobroma cacao) UNTUK BUDIDAYA Daphnia sp. ABSTRAK

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK Lemna minor TERHADAP POPULASI Dunaliella salina

BAB I PENDAHULUAN. sebagai media penyakit (Cholik, et.al 1989 dalam wilujeng, 1999). Makanan alami

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

Pemberian Mikroalga Terhadap Pertambahan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis) Pada Skala Laboratorium Di BBPBL Lampung

. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan harian dan puncak pertumbuhan Dunaliella salina

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

Ani Safitri, Herlina Fitrihidayati, Wisanti Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya

Nori Irawati 1), Sri Murwani 2), dan Emy Rusyani 2)

PENGARUH SPECIES Clorella DALAM MENETRALISIR LIMBAH CAIR KARET

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

Effect of nitrogen concentration and harvest time variation on growth and lipid content of Thalassiosira sp. in the medium commercial.

Kata kunci : biomassa, K 2 HPO 4, klorofil, NaNO 3, Tetraselmis chuii. iii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Modul Praktikum Plankton Budidaya Chlorella

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. (BBPBAP) Jepara, gulma air Salvinia molesta, pupuk M-Bio, akuades,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pertumbuhan Chlorella sp.diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 hingga bulan April

LAJU PERTUMBUHAN SPESIFIK Chlorella sp. DAN Dunaliella sp. BERDASARKAN PERBEDAAN NUTRIEN DAN FOTOPERIODE 1

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

PENGGUNAAN MEDIA KULTUR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN Chlorella sp. The Used of Different Culture Medium on the Growth of Chlorella sp ABSTRAK

BAB 3 BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perbedaan Suhu Terhadap Pertumbuhan Scenedesmus sp. yang Dibudidayakan Pada Media Limbah Cair Tapioka

Transkripsi:

PERTUMBUHAN KULTUR Chlorella spp SKALA LABORATORIUM PADA BEBERAPA TINGKAT KEPADATAN INOKULUM The Growth of Chlorella spp Culturing with Some Density of Inoculum Lady Diana Tetelepta Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura, Jl. Ir. M. Putuhena Kampus Poka, Ambon. email: dy_tetelepta4christ@yahoo.com ABSTRACT Growth of Chlorella spp in culture with some inoculums density have been studied for supporting natural food resource in culture of fishery. The objective of this research was to observe the growth of Chlorella spp culturing in Walne medium with inoculums density 10 5 cell/ml, 10 6 cell/ml and 10 7 cell/ml. Although culture of the third inoculums density have been the same condition was temperature 26 0 C, lux intensity 5935 lux, ph 8,5 and salinity 30, results of this experiments further indicated that culture Chlorella spp with inoculum density 10 5 cell/ml have growth better than culture Chlorella spp with inoculum density 10 6 cell/ml and 10 7 cell/ml. Keywords: Chlorella spp, inoculums density, natural food resource PENDAHULUAN Dilihat dari kandungan senyawa bermanfaat dalam selnya, Chlorella memiliki 55,6% protein; 13,3% lemak; 15% karbohidrat; 4,7% serat; 4,2% klorofil dan sisanya terdiri dari Ca, P, Fe, karoten, asam askorbat, thiamin, riboflavin, niasin, asam panthotenat, asam folat, biotin, vitamin B 6, vitamin B 12 dan vitamin E. Asam amino yang terkandung dalam Chlorella pun sangat lengkap, bahkan melebihi asam amino dalam telur atau bahanbahan lainnya. Oleh karena kaya akan senyawasenyawa bermanfaat, Chlorella spp dimanfaatkan sebagai pakan untuk ikan, larva teripang dan larva mutiara dalam budi daya perikanan yang dapat meningkatkan hasil budi daya tersebut (Isnansetyo dan Kurniastuty 1995). Pasokan Chlorella spp sebagai pakan alami bagi berbagai budidaya perikanan ini tidak dapat hanya dengan mengandalkan alam sebagai satusatunya sumber utama tetapi dapat dipenuhi dengan pengkulturan sebagai usaha untuk meningkatkan produksi Chlorella spp sehingga dapat memenuhi berbagai kebutuhan. Pertumbuhan Chlorella spp yang dikultur sangat ditentukan oleh ketersediaan nutrien (unsur hara) dan kondisi lingkungan (Sylvester et al. 2002). Selain nutrien dan kondisi lingkungan, inokulum juga merupakan faktor yang sangat penting di dalam kultur Chlorella spp karena kultur tidak mungkin dilaksanakan tanpa adanya inokulum (Sapta et al. 2002). 198

Kepadatan Sel (sel/ml) Pengembangan PulauPulau Kecil 2011 ISBN: 9786029843927 Kepadatan inokulum pun ternyata merupakan suatu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kultur Chlorella spp karena penggunaan kepadatan inokulum yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda pula dalam waktu pencapaian kepadatan sel maksimum maupun tingkat kepadatan sel maksimum (Sutomo 2005). Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh kepadatan inokulum dalam kultur Chlorella spp sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produksi Chlorella spp dalam peranannya sebagai pakan alami bagi berbagai budi daya perikanan. METODE PENELITIAN Objek dalam penelitian ini adalah Chlorella spp yang diambil dari koleksi Devisi Pakan, Balai Budidaya Laut Ambon. Chlorella spp ini selanjutnya dikultur dalam wadah kultur berupa erlenmeyer 1000 ml yang telah berisi media kultur Walne untuk setiap perlakuan kepadatan inokulum yang diujikan. Kepadatan inokulum yang diujikan dalam penelitian ini adalah kepadatan inokulum 10 5 sel/ml, 10 6 sel/ml dan 10 7 sel/ml. Setiap perlakuan ini dikultur dalam kondisi lingkungan yang sama, yaitu pada suhu 26 0 C, intensitas cahaya 5935 lux, ph 8,5 dan salinitas 30 dengan mendapatkan aerasi selama 24 jam/hari. Pertumbuhan kultur untuk ketiga kepadatan inokulum diukur tiap hari dengan menghitung kepadatan selnya dengan bantuan haemocytometer dan hand counter di bawah mikroskop cahaya binokuler. Pengamatan terhadap kepadatan sel kultur dilakukan sampai kepadatan sel kultur relatif stabil atau pertambahan selnya tidak berbeda nyata. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil menunjukkan adanya perbedaan pola pertumbuhan kultur Chlorella spp pada ketiga kepadatan inokulum yang diujikan. Untuk kultur Chlorella spp dengan kepadatan inokulum 10 5 sel/ml, fase logaritmiknya dicapai pada hari ke5 dan puncaknya pada hari ke9 dengan kepadatan 9,21 x 10 7 sel/ml (Gambar 1). 100,000,000 Masa Inkubasi (hari ke) Gambar 1. Pola pertumbuhan Chlorella spp untuk kepadatan inokulum 10 5 sel/ml. 199

Kepadatan Sel (sel/ml) Kepadatan Sel (sel/ml) Prosiding Seminar Nasional: Sedangkan kultur Chlorella spp dengan kepadatan inokulum 10 6 sel/ml mencapai fase logaritmik pada hari ke3 dan hari ke11 merupakan puncaknya dengan kepadatan 8,33 x 10 7 sel/ml (Gambar 2). Sementara itu, fase logaritmik untuk kultur Chlorella spp dengan kepadatan inokulum 10 7 sel/ml dicapai pada hari ke2 dan puncaknya pada hari ke9 dengan kepadatan 8,11 x 10 7 sel/ml (Gambar 3). Masa Inkubasi (hari ke) Gambar 2. Pola pertumbuhan Chlorella spp untuk kepadatan inokulum 10 6 sel/ml. Masa Inkubasi (hari ke) Gambar 3. Pola pertumbuhan Chlorella spp untuk kepadatan inokulum 10 7 sel/ml. Dengan melihat hasil di atas, kita dapat menemukan adanya perbedaan pola pertumbuhan kultur Chlorella spp untuk setiap kepadatan inokulum yang diujikan dari segi lamanya fase istirahat. Kultur dengan kepadatan inokulum 10 7 sel/ml memiliki fase istirahat yang lebih pendek, yaitu 1 hari sedangkan kultur dengan kepadatan inokulum 10 6 sel/ml memiliki fase istirahat selama 2 hari dan 4 hari untuk kultur dengan kepadatan inokulum 10 5 sel/ml. Fase istirahat (lag) merupakan fase adaptasi sel terhadap media yang diberikan. Hal ini berarti bahwa kultur dengan kepadatan inokulum 10 7 sel/ml tidak membutuhkan masa adaptasi yang 200

Pengembangan PulauPulau Kecil 2011 ISBN: 9786029843927 terlalu lama untuk mencapai fase logaritmik dibandingkan dengan kepadatan inokulum 10 6 sel/ml dan 10 5 sel/ml yang membutuhkan masa adaptasi yang terlalu lama untuk tumbuh (Sutomo 2005). Dari hasil di atas pula, dapat dikatakan bahwa fase logaritmik untuk kultur Chlorella spp dimulai ketika sel mencapai kepadatan 10 7 sel/ml. Jika dilihat dari waktu pencapaian kepadatan maksimum, kultur dengan kepadatan inokulum 10 6 sel/ml ternyata lebih lama dibandingkan dengan waktu yang dicapai oleh kultur dengan kepadatan inokulum 10 5 sel/ml dan 10 7 sel/ml tetapi jika dilihat dari kepadatan sel maksimum yang dicapai, kultur dengan kepadatan inokulum 10 5 sel/ml ternyata lebih baik dibandingkan dengan kultur pada kepadatan inokulum 10 7 sel/ml. walaupun samasama mencapai puncak pada hari yang sama, yaitu pada hari ke9, kultur dengan kepadatan inokulum 10 5 sel/ml ternyata mencapai kepadatan sel maksimum sebesar 9,21 x 10 7 sel/ml yang lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan sel maksimum yang dicapai oleh kultur pada kepadatan inokulum 10 7 sel/ml yang hanya mencapai kepadatan 8,11 x 10 7 sel/ml. Hasil pun menunjukkan bahwa kultur untuk ketiga kepadatan inokulum yang diujikan tidak mengalami peningkatan yang berarti lagi setelah mencapai kepadatan sel maksimum. Artinya, pertumbuhannya kultur untuk ketiga kepadatan inokulum ini relatif stabil dari waktu pencapaian kepadatan sel maksimum sampai hari ke14 umur kultur sebelum akhirnya mengalami fase kematian. Setiap kultur Chlorella spp membutuhkan nutrisi, baik hara makro maupun hara mikro untuk menunjang pertumbuhannya dan semuanya itu akan dipenuhi oleh media kultur (Isnansetyo dan Kurniastuty 1995). Hal ini berarti ketersediaan nutrisi pada media kultur dalam jumlah tertentu mutlak diperlukan (Sylvester et al 2002). Kelebihan atau kekurangan nutrisi dalam media kultur akan mempengaruhi pertumbuhan kultur, misalnya dalam waktu pencapaian puncak. Sebagai contoh dalam kultur Chlorella pyrenoidosa yang medianya mengalami penambahan 400 mg urea mencapai puncak pada hari ke9, kultur dengan media yang mengalami penambahan 400 mg urea dan 0,56 mg besi mencapai puncak pada hari ke18 sedangkan kultur yang medianya mengalami penambahan 400 mg urea; 0,56 mg besi; dan 8 mg kalsium mencapai puncak pada hari ke14 (Leone 1963). Ketersediaan nutrisi akan menjadi faktor pembatas bila nutrisi dalam media mengalami penurunan dan telah habis dikonsumsi. Akibatnya, kultur akan berhenti tumbuh tetapi tidak mati dan akan aktif lagi jika memperoleh tambahan nutrisi kembali. Dengan kata lain, pertumbuhan Chlorella spp terhenti karena sokongan nutrisi pada media sudah tidak memadai lagi sehingga terjadi kompetisi nutrisi dan akhirnya, kemerosotan jumlah sel pun terjadi akibat banyak sel yang sudah tidak mendapatkan nutrisi lagi. KESIMPULAN 201 Kepadatan inokulum merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat pertumbuhan kultur Chlorella spp. Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan kultur Chlorella spp pada kepadatan inokulum 10 5 sel/ml, 10 6 sel/ml dan 10 7 sel/ml memberikan hasil yang berbeda dan kepadatan inokulum 10 5 sel/ml yang

Prosiding Seminar Nasional: merupakan kepadatan inokulum untuk kultur Chlorella spp dibandingkan dengan kepadatan inokulum 10 6 sel/ml dan 10 7 sel/ml. DAFTAR PUSTAKA Isnansetyo A, Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton & Zooplankton Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme Laut. Yogyakarta: Kanisius. Leone DE. 1963. Growth of Chlorella pyrenoidosa in recycled medium. Applied Microbiology 11:427429. Sapta AIM, Rusyani E, Erawati L. 2002. Budidaya fitoplankton skala laboratorium. Budidaya Fitoplankton & Zooplankton 10:4956. Sylvester B, Nelvy D, Sudjiharno. 2002. Persyaratan budidaya fitoplankton. Budidaya Fitoplankton & Zooplankton 10:2436. Sutomo. 2005. Kultur tiga jenis mikroalaga (Tetraselmis sp, Chlorella sp, dan Chaetoceros gracilis) dan pengaruh kepadatan awal terhadap pertumbuhan C. gracilis di laboratorium. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 37:4358. 202