ETILENDIAMIN ETHYLENEDIAMINE 1. Nama Golongan Amina (3) Sinonim/Nama dagang (4, 5, 6, 7, 8) Alpha,-etanediamine;omega-ethanediaminealpha; beta-aminoethylamin; 1, 2- diaminoethane; 1,2-ethanediamine; 1, 4-diazabutane; dimethylenediamine; EDA; 1,2-ethanediamine; dimethylenediamine Nomor Identifikasi Nomor CAS : 107-15-3 Nomor EC (EINECS) : 203-468-6 Nomor RTECS : KH8575000 UN : 1604 (5) (4, 5, 6, 7, 8, 9) (4, 5, 9) (5, 7) 2. Sifat Fisika Kimia Nama bahan Etilendiamin Deskripsi (1, 4, 5) Cairan tidak berwarna hingga kekuningan, bersifat higroskopis dengan bau yang tajam mirip amoniak; Rumus molekul C 2 H 8 N 2 ; Berat molekul: 60, 1; Titik didih: 116-117 o C; Titik Leleh 10,9-11,1 o C; Densitas relatif (air=1): 0,9; Dapat bercampur dengan air; Tekanan uap, kpa pada 20 o C: 1,4; Densitas uap relatif (udara=1): 2,1; Densitas campuran uap-udara pada 20 o C: 1,01; Titik Nyala 34 o C; ph: 11,8-11,9 (Basa kuat, dengan mudah mengabsorbsi CO 2 dari udara membentuk karbonat yang tidak mudah menguap); Kelarutan dalam air: 110 g/l at 20 C. Frasa Risiko, Frasa Keamanan, dan Tingkat Bahaya Peringkat NFPA (skala 0-4) (5) Kesehatan 3 = Tingkat keparahan tinggi
Kebakaran 2 = Mudah terbakar Reaktivitas 0 = Tidak reaktif Klasifikasi EC (4, 5) : R10 = Mudah menyala R21/22 = Berbahaya bila kontak dengan kulit dan tertelan R34 = Menyebabkan terbakar R42/43 = Dapat menyebabkan sensitisasi bila terhirup/kontak dengan kulit S1/2 = Jaga agar wadah berada pada posisi menghadap ke atas dan jauhklan dari jangkauan anak-anak S23 = Jangan menghirup gas/asap/uap/spray bahan ini S26 = Jika terkena mata, bilas segera dengan sejumlah besar air dan cari pertolongan medis S36/37/39 = Pakai/kenakan pakaian pelindung, sarung tangan dan pelindung mata/wajah S45 = Jika terjadi kecelakaan atau jika anda tidak sehat, jika memungkinkan segera bawa ke dokter/rumah sakit/puskesmas (perlihatkan label kemasan) 3. Penggunaan (1) Pelarut untuk kasein, albumin, lak/shellac (sejenis resin), dan belerang. Juga berfungsi sebagai emulsifier; penstabil getah karet; sebagai zat pencegah pembekuan pada larutan; lubrikan untuk tekstil; serta untuk obat-obatan (penstabil injeksi aminophilin) 4. Identifikasi bahaya Risiko utama dan sasaran organ Bahaya utama terhadap kesehatan: Dapat menyebabkan mata dan kulit terbakar. Menyebabkan saluran percernaan dan pernapasan terbakar (6), karena bersifat korosif (9), uap atau cairannya mudah terbakar. (6) Dapat menimbulkan reaksi alergi pada kulit dan pernapasan. (6) Zat ini dapat terserap ke dalam tubuh melalui kontak kulit, mulut, dan pernapasan. (5)
Bahaya inhalasi: Pencemaran berbahaya di udara dapat tercapai dengan cepat pada penguapan zat di suhu 20 o C. (5) Organ sasaran : Ginjal, hati, saluran pernapasan/paru-paru, mata, kulit, membran mukosa. Rute paparan (2, 6, 7, 9) Paparan jangka pendek Terhirup Cairan korosif, menghirup zat menyebabkan iritasi pada hidung, tenggorokan, dan sistem pernapasan.gejalanya meliputi batuk, tenggorokan (2, 8) gatal, sesak napas. Kasus serius dapat berakibat fatal. Iritasi dapat menyebabkan radang pneumonitis kimia dan edema pulmonari. (2, 6) Dapat menimbulkan reaksi alergi yang parah pada beberapa individu yang peka seperti asma. (6, 8) Dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. (6) Kontak dengan kulit Cairan Korosif dan bersifat toksik. (8) Berbahaya bila terserap ke dalam kulit. (6) Dapat menyebabkan iritasi parah disertai kemerahan, nyeri, dan mungkin juga rasa terbakar. Mungkin dapat terabsorbsi melalui kulit. (8) Dapat menyebabkan reaksi alergi pada beberapa individu yang peka, dan reaksi alergi dapat terlihat jelas setelah paparan berulang. Kontak dengan mata Cairan Korosif. Cairannya Dapat menyebabkan mata terbakar. (8) Uap dapat mengiritasi mata. (8) Konsentrasi uap dari (6, 8) zat yang rendah dapat,menyebabkan gangguan penglihatan sementara yang dikenal dengan blue haze atau halo vision. Zat berperan sebagai lakrimator yang meningkatkan sekresi air mata. (6) Tertelan Cairan Korosif. Berbahaya bila tertelan. (6) Dapat menyebabkan saluran pencernaan terbakar. Dapat menyebabkan gangguan hati dan ginjal. (6) Dapat menyebabkan tenggorokan gatal, mual, muntah, dan diare. Paparan jangka panjang (2, 8)
Paparan berulang dan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan hati (5, 6) dan ginjal, reaksi alergi pada kulit dan pernapasan (asma). 5. Stabilitas dan Reaktivitas Stabilitas : Stabil pada suhu normal dan kondisi Kondisi yang harus dihindarkan Bahan ak tercampurkan penggunaan yang direkomendasikan. (8,9) Dapat menyerap karbondioksida dari udara. (6) : Hindarkan dari zat tak tercampurkan, sumber panas, dan (6, 8) yang sempit/terbatas. panas berlebih serta ruangan : Asam kuat; oksidator kuat; senyawa organik terklorinasi; tembaga dan campurannya. (2, 6) ; Karbon disulfida (9) ; Terurai pada saat pemanasan. Korosif terhadap aluminium dan seng (8) Bahaya dekomposisi : Pembakaran zat dapat menghasilkan nitrogen oksida, karbonmonoksida, karbondioksida, amonia dan/atau (6, 8) turunannya. Polimerisasi : Tidak terjadi polimerisasi. (6, 8) 6. Penyimpanan Simpan dan tangani sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan standard yang berlaku Hindarkan dari bahan tak tercampurkan. (5, 6, 9)) Hindarkan dari panas, sumber api, serta bahan mudah terbakar. Simpan dalam wadah asli yang tertutup rapat di tempat sejuk, kering, tidak lembab dan berventilasi baik. (6, 9) Jangan menyimpan di wadah yang terbuat atau di dekat bahan bertembaga/turunannya (6) Simpan dalam wadah tahan api (5), dan letakan di area khusus bahan mudah terbakar. (9) (6, 9)
7. Toksikologi Data pada manusia Edema epitel kornea, umumnya tanpa nyeri karena uap amina. (6) Data pada hewan Data Iritasi Uji draize mata-kelinci 750 g : iritasi parah (6) ; Uji draize mata-kelinci 750 g/24 jam: iritasi parah (6) ; LD 50 kulit-kelinci 10 mg/24 jam: iritasi parah (9) Data pada hewan LD 50 oral-tikus (rat): 637-1850 mg/kg (4) : 500 mg/kg (8) ; LC 50 inhalasi-tikus (rat): >29 mg/l (4) ; LD 50 kulit-kelinci: 560 mg/kg (4) ; LC 50 oral-tikus (mouse): 300 mg/m 3 (6) ; LD 50 oral-tikus (mouse): 1 g/kg (6) ; LD 50 oral-tikus (rat): 1200 g/kg (6) ; LD 50 kulit-kelinci: 730 L/kg (6) ; LD 50 oral-tikus (rat): 500 mg/kg (7, 9) ; LC 50 inhalasi-tikus (rat): 300 mg/m 3 (9) ; ) ; LD 50 oral-marmot: 470 mg/kg (7) ; LD 50 kulit-kelinci: 750 mg/kg (7): 730 mg/kg (8) ; LC 50 inhalasi-tikus (mouse): 424,3 ppm selama 4 jam (7) ; Data karsinogenik Berdasarkan ACGIH, IARC, NTP, atau CA Prop 65, etilendiamin tidak terdaftar sebagai karsinogen (6, 8). Data tumorigenik Tidak ditemukan informasi. (6) Data mutagenik Terinvestigasi sebagai mutagen. (8) Data reproduksi Terinvestigasi sebagai reproduktif efektor. (8) Informasi ekologi Bahan ini berbahaya bagi organisme perairan. (6) Toksisitas pada ikan : LC 50 Ikan Rainbow Trout selama 96 jam: 230 mg/l (6) ; LC 50 Ikan fathead minnow / Pimephales promelas selama 96 jam: 115,7-210 mg/l (4, 6) ; Tes Microtox chub (air tawar) 60 ppm/24 jam,
LC 50 Rainbow trout: 230 mg/l selama 48 (6) ; Toksisitas kronik/ NOEC ikan Gasterosteus aculeatus perkembangan 28 hari: >10 mg/l (4) Toksisitas pada alga : EC 50 Alga Chlorella pyrenoidosa selama pertumbuhan 96 jam: 61 mg/l (4) Toksisitas pada invertebrata : LC 50 kutu air (Daphnia magna) selama 48 jam: 3-46 mg/l (4) ; Toksisitas kronik/noec kutu air (Daphnia magna) 21 hari reproduksi= 0,16 mg/l (4) ; EC 50 kutu air (water flea) selama 48 jam: 0,88 mg/l (6) Toksisitas pada hewan darat : EC50 Lactuva sativa selama 21 hari : 208 mg/l (4) ; EC50 Lactuva sativa selama 14 hari : 692 mg/l (4) Potensi Bioakumulasi : Berdasarkan sifat fisika dan kimianya. Etilendiamin diperkirakan tidak terbioakumulasi. (4) Pada tanah, bahan ini akan menguap. Di dalam air bahan ini akan membentuk larutan basa dan terurai. Biokonsentrasi tidak dapat diprediksi. Di udara, zat akan bereaksi dengan radikal hidroksil dan karbon dioksida. Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD): 75%, 5 hari. (6) Degradabilitas : Etilendiamin diperkirakan akan mudah terbiodegradasi ke lingkungan sebesar 80% dalam 28 hari. Estimasi waktu paruh fotodegradasi sebesar 8,9 jam (4) 8. Efek Klinis Keracunan akut Terhirup
Dapat menyebabkan gejala pada saluran pernapasan seperti tenggorokan gatal, sensasi terbakar, batuk, mengi, sesak napas, sakit kepala, kejang, inflamasi dan edema bronkus/pulmonari. batuk, tenggorokan gatal, dan napas pendek. (5, 9) Kontak dengan kulit Dapat menimbulkan gejala kulit kemerahan, melepuh, terbakar, gatal, nyeri dan kerusakan jaringan pada kulit dengan proses pemulihan yang lambat. (5, 9) Kontak dengan mata Dapat menimbulkan mata kemerahan, berair, gatal, kerusakan kornea, nyeri, (5, 9) penglihatan berkurang dan luka bakar yang dalam pada mata. Tertelan Dapat menimbulkan nyeri perut, sensasi terbakar pada saluran pencernaan, (5, 9) mual, muntah, diare, ulserasi, kejang dan syok/pingsan Sensititasi: Dapat menimbulkan reaksi alergi (9) Keracunan kronik Paparan berulang dan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal, reaksi alergi pada kulit (kulit kering dan ruam) dan pernapasan (asma). (5, 6, 9) 9. Pertolongan Pertama Terhirup (6, 7, 9) Segera pindahkan korban dari area pemaparan ke area yang berudara segar. Jika korban tidak bernapas, berikan pernapasan buatan mulut ke mulut (perhatian: hal ini mungkin berbahaya karena bahan bersifat toksik, penginfeksi, dan korosif). Namun jika korban kesulitan bernapas berikan oksigen dan segera dapatkan bantuan medis. Kontak dengan mata (6, 7, 9) Lepaskan lensa kontak jika korban menggunakan dan segera cuci mata dengan sejumlah besar air (air dingin mungkin dibutuhkan) sekurangkurangnya 15 menit dengan sesekali membuka kelopak mata atas dan
bawah sampai dipastikan tidak ada lagi zat yang tertinggal. Balut mata yang terpapar dengan kasa steril dan segera dapatkan bantuan medis. Kontak dengan kulit (6, 7, 9) Segera dapatkan bantuan medis dan segera bilas kulit dengan banyak detergen dan air sekurang-kurangnya 15 menit sambil menanggalkan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Jika terjadi luka bakar, tutup bagian yang terluka menggunakan kain kasa steril yang kering dan tidak ketat. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Tertelan (6, 7, 9) Segera dapatkan bantuan medis. Jangan pernah merangsang muntah. Jangan berikan apapun pada korban yang tidak sadar. Bila dalam keadaan sadar, segera kumur/cuci mulut dengan air dingin, dan berikan air minum/sususebanyak 1-2 gelas untuk mengencerkan zat. Catatan untuk tenaga medis: berikan penatalaksanaan terapi simptomatik dan suportif. (3) Gejala-gejala asma seringkali tidak muncul sampai beberapa jam setelah setelah paparan dan gejala tersebut akan memburuk karena aktivitas fisik. Istirahat dan observasi medis sangat penting. Siapapun yang telah menunjukkan gejala asma karena zat ini harus menghindari kontak dengan zat yang sama. (5) 10. Penatalaksanaan Oleh Petugas Kesehatan Stabilisasi a. Penatalaksaan jalan pernafasan, yaitu membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara. b. Penatalaksanaan fungsi pernafasan untuk memperbaki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah. Dekontaminasi a. Dekontaminasi mata Dilakukan sebelum membersihkan kulit :
- Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya. - Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air berdih atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 30 menit atau sekurang-kurangnya satu liter setiap mata. - Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya. - Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit. - Jangan biarkan pasien menggosok matanya. - Tutuplah mata dengan kain kasa steril dan segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat atau konsultasi dengan dokter mata. b. Dekontaminasi kulit (termasuk kuku dan rambut) - Bawa segera pasien ke air bilasan terdekat - Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin atau hangat atau sabun minimal 10 menit - Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok - lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup. - Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-hati untuk tidak menghirupnya. - keringkan dengan handuk yang kering dan lembut. c. Dekontaminasi saluran pencernaan : Arang aktif tidak diindikasikan karena tidak cukup mampu mengabsorbsi zat ini dan dapat mengganggu proses endoskopi (jika dibutuhkan). Dekontaminasi (Nasogastrik, pengosongan lambung/gastric lavage, irigasi usus) dikontraindikasikan. Tidak ada keuntungan dari prosedur tersebut, dan berisiko timbulnya perforasi selama intubasi lambung. Rangsang muntah dikontraindikasikan karena risiko terpapar kembali zat ke esofagus dan/atau aspirasi, serta peningkatan tekanan intraluminal yang dihasilkan. (10)
Antidotum: Tidak ada antidotum spesifik untuk keracunan etilendiamin, terapi hanya bersifat suportif dan simptomatik. (10) 11. Batas Paparan dan Alat Perlindungan Diri Batas paparan etilendiamin : TLV: 10 ppm (TWA) (4, 5, 6) ACGIH TLV: Pada kulit 10 ppm (TWA) (6, 8) NIOSH: 10 ppm (TWA) & 25 mg/m 3 (TWA) 1000 ppm IDLH (6) OSHA: 10 ppm (TWA) & 25 mg/m 3 (TWA) Ventilasi: Sistem ventilasi dengan penghisap udara setempat dan/atau penghisap udara umum direkomendasikan untuk pencegahan paparan di bawah batas. Ventilasi penghisap udara setempat direkomendasikan karena dapat mengontrol emisi kontaminan zat dari sumbernya, mencegah dari menyebarnya kontaminan ke seluruh area kerja (8) Proteksi mata: Gunakan pelindung wajah/mata yang dikombinasikan dengan pelindung pernapasan (5) Gunakan kaca mata pelindung atau pelindung wajah. Sediakan kran pencuci mata untuk keadaan darurat serta semprotan air deras dekat dengan area kerja. (8) Pakaian: Gunakan pakaian pelindung untuk meminimalisir kontak dengan kulit. Termasuk sepatu, sarung tangan, jas/baju kerja yang sesuai (8) Respirator : Jika paparan telah melebihi batas, respirator penutup wajah penuh dengan kartrid uap organik dapat digunakan sampai dengan paparan hingga sebesar 50 kali batas atau konsentrasi maksimum penggunaan yang ditentukan dari produsen respirator (pilih yang terendah). Untuk keadaan darurat atau tingkat paparan tidak diketahui gunakan penutup wajah bertekanan positif, dengan respirator penyuplai udara. Perhatian: respirator pemurni udara tidak dapat melindungi pekerja dari kondisi defisiensi oksigen di udara. (8) (6, 8) 12. Manajemen Pemadam Kebakaran
Cairan dan uap mudah terbakar. Uap lebih ringan daripada udara dan dapat menuju sumber panas/nyala. Selama kebakaran, dekomposisi termal atau pembakaran umumnya menghasilkan gas toksik dan dapat menyebabkan iritasi (karbondioksida, karbonmonoksida, dan nitrogen oksida). Gunakan semprotan air untuk mendinginkan wadah agar tidak ikut terbakar. (6) Media pemadam kebakaran: semprotan air, bahan kimia kering, busa tahanalkohol, atau karbon dioksida (6) Kebakaran kecil: Gunakan bahan kimia kering (7). Kebakaran besar: Gunakan semprotan air dan busa tahan-alkohol. (7) 13. Manajemen Tumpahan Cegah agar tumpahan tidak mencemari lingkungan. Tutupi tumpahan dengan bahan inert (vermiculit, pasir atau tanah), kemudian buang ke dalam wadah yang sesuai. Hilangkan sumber api/panas. Gunakan alat bantu anti percikan. Sediakan ventilasi. Evakuasi personel yang tidak berkepentingan. Tindakan dilakukan dengan melawan arah angin. Gunakan spray air untuk mendinginkan dan menyebarkan uap, dan encerkan tumpahan agar terbentuk cairan yang tidak mudah terbakar. (6) Tumpahan sedikit: Encerkan dengan air dan bersihkan menggunakan lap, atau serap dengan bahan kering yang inert, dan pindahkan ke dalam wadah pembuangan yang sesuai. (7) Tumpahan banyak: Etilendiamin adalah cairan korosif. Hindari dari panas dan sumber nyala api. Hentikan kebocoran/tumpahan bila tidak berisiko. Serap dengan tanah kering, sand atau bahan anti-terbakar. Hindari adanya air dalam wadah pembuangan. Jangan menyentuh bahan tumpahan. Gunakan semprotan air halus menyerupai tirai untuk mengalihkan aliran uap. (7) 14. Daftar Pustaka 1. Budavari, S., et all 1989. The merck Index, eleventh edition. Merck & Co., inc. New Jersey US.
2. Sittig, Marshall. 1991. Handbook of Toxic and Hazardous Chemicals and Carcinogens Third Edition. Volume 1. Noyes Publication. New Jersey US. 3. http://cameochemicals.noaa.gov/chemical/3407 (diunduh bulan Oktober 2011) 4. http://www.inchem.org/documents/sids/sids/ethylenediamine.pdf (diunduh bulan Oktober 2011) 5. http://www.inchem.org/documents/icsc/icsc/eics0269.htm (diunduh bulan Oktober 2011) http://www.caledonlabs.com/upload/msds/75528_lc14140_ethylenediam ine_70%25.pdf (diunduh bulan Oktober 2011) http://www.amsa.gov.au/marine_environment_protection/national_plan/su pporting_documents/documents/chemical_msds/ethylenediamine%20m SDS.pdf (diunduh bulan Oktober 2011) 6. http://www.reagents.com/pdf/msds/2-12095.pdf (diunduh bulan Oktober 2011) 7. http://sciencekit.com/images/art/ethylenediamine_278.00.pdf (diunduh bulan Oktober 2011) 8. http://www.toxinz.com/spec/print/1794330 (diunduh bulan Oktober 2011) ------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Disusun oleh: Sentra Informasi Keracunan Nasional (SIKerNas) Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI Tahun 2011 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------