BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus,

dokumen-dokumen yang mirip
Proses Penularan Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada anggota badan terutama pada tungkai atau tangan. apabila terkena pemaparan larva infektif secara intensif dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prevalensi pre_treatment

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Filariasis atau yang dikenal juga dengan sebutan elephantiasis atau yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Analisis Spasial Distribusi Kasus Filariasis di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS PERENCANAAN PUSKESMAS UNTUK MENURUNKAN ANGKA KESAKITAN FILARIASIS KELOMPOK 6

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 RANGKUMAN Judul Penelitian yang Diusulkan Penelitian yang akan diusulkan ini berjudul Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah.

Filariasis cases In Tanta Subdistrict, Tabalong District on 2009 After 5 Years Of Treatment

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes

ABSTRAK STUDI KASUS PENENTUAN DAERAH ENDEMIS FILARIASIS DI DESA RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

FAKTO-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI PUSKESMAS TIRTO I KABUPATEN PEKALONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB XX FILARIASIS. Hospes Reservoir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klinis, penyakit ini menunjukkan gejala akut dan kronis. Gejala akut berupa

BAB I PENDAHULUAN. menular (emerging infection diseases) dengan munculnya kembali penyakit menular

5. Manifestasi Klinis

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

URIC ACID RELATIONSHIP WITH BLOOD SUGAR PATIENTS TYPE 2 DIABETES MELLITUS THE EXPERIENCE OF OBESITY

RISIKO KEJADIAN FILARIASIS PADA MASYARAKAT DENGAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN YANG SULIT

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KOTA PADANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. distribusinya kosmopolit, jumlahnya lebih dari spesies, stadium larva

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Filariasis limfatik atau Elephantiasis adalah. penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Filariasis limfatik merupakan penyakit tular vektor dengan manifestasi

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS

BUKU PEDOMAN PENGOBATAN MASAL FILARIASIS BAGI BIDAN DESA DAN TENAGA PEMBANTU ELIMINASI

GAMBARAN PEMBERIAN OBAT MASAL PENCEGAHAN KAKI GAJAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WELAMOSA KECAMATAN WEWARIA KABUPATEN ENDE TAHUN ABSTRAK

KEEFEKTIFAN MODEL PENDAMPINGAN DALAM MENINGKATKAN CAKUPAN OBAT PADA PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS

PENGOBATAN FILARIASIS DI DESA BURU KAGHU KECAMATAN WEWEWA SELATAN KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA

GAMBARAN EPIDEMIOLOGI FILARIASIS DI KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN FILARIASIS DI RASAU JAYA II KABUPATEN KUBU RAYA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI SARI UKURTHA BR. TARIGAN NIM

CAKUPAN PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS DI KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2011 FILARIASIS MASS TREATMENT COVERAGE IN DISTRICT SOUTHWEST SUMBA 2011

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT FILARIASIS DI KABUPATEN BEKASI, PROVINSI JAWA BARAT PERIODE

SITUASI FILARIASIS DI KABUPATEN SUMBA TENGAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2009

Filariasis Limfatik di Kelurahan Pabean Kota Pekalongan

Juli Desember Abstract

Rencana Nasional Program Akselerasi Eliminasi Filariasis di Indonesia. No ISBN :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) KEGIATAN POMP FILARIASIS PUSKESMAS KAWUA

SOP POMP FILARIASIS. Diposting pada Oktober 7th 2014 pukul oleh kesehatan

UPAYA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN PRIMER FILARIASIS DI DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG

Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 8 No. 2, 2014 : 61-66

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

Gambaran Pengobatan Massal Filariasis ( Studi Di Desa Sababilah Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah )

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

TATALAKSANA SKISTOSOMIASIS. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan gambaran klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

ANALISIS PRAKTIK PENCEGAHAN FILARIASIS DAN MF-RATE DI KOTA PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Filariasis Limfatik atau penyakit Kaki Gajah merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Filariasis : Pencegahan Terkait Faktor Risiko. Filariasis : Prevention Related to Risk Factor

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Oleh : Muhammad Gilang Rijalul Ahdy NIM.

Modul Pelatihan Pengobatan Masal Filariasis Limfatik dan Penanganan Berbagai Kasus Jangka Panjang Bagi Petugas Kesehatan

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

Faktor Risiko Kejadian Penyakit Filariasis Pada Masyarakat di Indonesia. Santoso*, Aprioza Yenni*, Rika Mayasari*

Perilaku mikrofilaria Brugia malayi pada subjek Filariasis di Desa Polewali Kecamatan Bambalamotu Kabupaten Mamuju Utara Sulawesi Barat

PARTISIPASI MASYARAKAT PETANI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT FILARIASIS DI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2007 AZHARI / AKK

PEMERIKSAAN MIKROFILARIA DI DUSUN CIJAMBAN KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS. Mei Widiati*, Ary Nurmalasari, Septi Nurizki ABSTRACT

Analisis Nyamuk Vektor Filariasis Di Tiga Kecamatan Kabupaten Pidie Nanggroe Aceh Darussalam

ANALISIS SITUASI FILARIASIS LIMFATIK DI KELURAHAN SIMBANG KULON, KECAMATAN BUARAN, KABUPATEN PEKALONGAN Tri Wijayanti* ABSTRACT

UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI EKONOMI PEMBERIAN OBAT FILARIASIS DI KOTA BEKASI TAHUN 2010 TESIS

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Gondanglegi Kulon kecamatan

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. misalnya akibat gigitan nyamuk dapat menyebabkan dermatitis, alergika dan

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

TOPIK UTAMA Filariasis di Indonesia OPINI Analisis Epidemiologi Deskriptif Filariasis di Indonesia Oleh : dr. Tri Yunis Miko Wahyono, M.Sc...

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Filariasis Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus, jumlah ini menurun dari tahun 2012 yang ditemukan sebanyak 36 kasus (Dinkes Prov.SU, 2014). 2.1.1 Pengertian Filariasis Penyakit kaki gajah atau Bancroftian filariasis adalah infeksi cacing nematoda Wuchereria bancrofti yang mengalami perubahan siklus hidup (stadium seksual) dan menjadi dewasa di dalam kelenjar getah bening manusia sebagai pejamu definitif (Chandra, 2009). 2.1.2 Penyebab Filariasis Filariasis penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria pada kelenjar dan saluran getah bening, menimbulkan gejala klinis, akut berupa demam berulang peradangan kelenjar dan saluran getah bening, edema serta gejala klinis berupa elephantiasis, hidrokel. Di Indonesia, ditemukan 3 spesies cacing filaria yang menginfeksi manusia, yaitu Wuchereria bancrofri, Brugia malayi dan Brugia timori, yang masing-masing sebagai penyebab filariasis bamcrofri, filariasis malayi, filariasis timori. Seseorang dapat tertular filariasis bila digigit nyamuk vektor yang mengandung larva infektif cacing filaria. Beragam spesies nyamuk dapat berfungsi sebagai vektor penyakit ini. Manusia merupakan hospes definitif yang utama pada filariasis malayi. Kucing dan kera juga dapat menjadi hospes definitif selain manusia (Siswanto, 2003).

2.1.3 Cara Penularan Filariasis (Kaki Gajah) Fase Seksual Pejamu (manusia) Mikrofilaria Vektor culex Orang lain Fase Aseksual Gambar 2.1 Cara Penularan Filarasis Penularan parasit terjadi melalui gigitan nyamuk Culex, Anopheles, dan Aedes. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah pantai, daerah persawahan, dan daerah berawa. Filaria limfatik ini bersarang di sistem limfatik dan menyebabkan radang kelenjar dan saluran limfa (Depkes RI, 2012). Cacing betina akan memproduksi mikrofilaria yang masuk ke dalam aliran darah perifer manusia pada malam hari (nocturnal periodicity) dengan konsentrasi tinggi pada jam antara 10.00 malam dan 02.00 pagi (Chandra, 2009). Bentuk lain dari mikrofilaria dapat berada terus dalam aliran darah perifer manusia dalam konsentrasi tinggi pada siang hari (diunal sub-periodicity)penyakit ini endemis di daerah Pasifik Selatan tempat vektor nyamuk mempunyai kebiasaan mengigit pada siang hari dan banyak berjangkit di daerah perdesaan dibandingkan perkotaan (Chandra, 2009).

Bila penderita penyakit kaki gajah ini digigit nyamuk dan nyamuk menghisap darahnya, maka mikrofilaria di dalam tubuh vektor nyamuk akan mengalami multiplikasi dan nyamuk menjadi pejamu intermediate (Chandra, 2009). Seandainya nyamuk infeksius ini mengigit orang lain, maka air liur nyamuk yang banyak mengandung mikrofilaria akan masuk ke dalam aliran darah orang tadi dan akan berubah menjadi cacing dewasa (Chandra, 2009). 2.1.4 Gambaran Klinis Filariasis - Fase akut penyakit ini ditandai dengan demam menggigil, sakit kepala, limfangitis dan limfadenitis yang timbul - Bagian tubuh yang meradang tampak merah dan nyeri - Limfangitisnya khas, bersifat desendes dan dari proksimal menjalar ke distal - Radang dapat menjadi abses dan pecah meninggalkan parut terutama di daerah inguinal, paha dan ketiak - Dalam keadaan kronis baru tampak gangguan aliran limf yang menyebabkan elefantiasis, hidrokel, dan khiluria yaitu: keluarnya cairan limf dalam urin - Diagnosis dipastikan dengan menemukan mikrofilaria dalam darah tepi yang diambil malam hari antara pukul 10.00 malam dan pukul 02.00 dinihari, dan diwarnai dengan giemsa. Dalam keadaaan kronik pemeriksaan ini sering negatif (Depkes RI, 2012) 2.1.5 Obat Filariasi A. DEC (Dietilkarbamazin) Dietilkarbamazin termasuk derivat piperazin, yang efektif terhadap microfilaria dan cacing dewasa loa-loa, Wuchereria bancrofti dan Brugia malayi.

Dietilkarbamazin memiliki aktifitas mikrofilarisidal dan makrofilarisidal yang efektif. Dietilkarbamazin digunakan pada infeksi parasit nematoda loa-loa yang ditularkan melalui gigitan lalat Chrysops. Juga digunakan pada infeksi limfatik filariasis yang disebabkan oleh Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori. Obat ini memberikan efek samping berupa sakit kepala, pusing, mual, muntah dan reaksi imunologik pada beberapa jam setelah pemberian dosis pertama. Pada pasien dengan riwayat gangguan ginjal dosis harus diturunkan, dan harus hati-hati pada pasien dengan riwayat gangguan jantung. Juga harus hati-hati pada penyakit akut parah lainnya, pemberian obat lain harus ditunda (Depkes RI, 2006) B. Albendazole Albendazole termasuk kedalam golongan karbamat, bekerja menghambat masukan glukosa pada parasit nematode sehingga pembentukan adenosin trifosfat (ATP) berkurang dan selanjutnya pergerakan parasit berhenti. Albendazole dapat menyebabkan gangguan saluran pencernaan, sakit kepala, pusing, ruam kulit dan demam, pada pemakaian yang lebih lama obat ini dapat menimbulkan penurunan jumlah leukosit (leukopenia), kebotakan dan gangguan enzim hati (Depkes RI, 2006) 2.1.6 Pengendalian Penyakit Filariasis Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu The Global Goal of Elimination of Lymphatic dari resolusi program eliminasi ini dilaksanakan melalui WHA (World Health Assembly pada tahun 1997) (Dinkes Prov.SU, 2014)

Program eliminasi ini dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan yaitu: a. Pengobatan massal kepada semua penduduk di kabupaten endemis filariasis dengan menggunakan DEC 6 mg/kg BB dikombinasikan dengan albendazole 400 mg sekali setahun selama 5 tahun, guna memutuskan rantai penularan. b. Tatalaksana kasus klinis filariasis guna mencegah dan mengurangi kecacatan (Dinkes Prov.SU, 2014) Tatalaksana kasus kronis filariasis harus dilakukan pada semua penderita, tujuannya untuk mencegah atau mengurangi kecacatan penderita dan agar penderita menjadi mandiri dan merawat dirinya. Setiap penderita dibuatkan status rekam medisnya di puskesmas dan mendapatkan kunjungan dari petugas kesehatan minimal 3 kali dalam setahun. Penatalaksanaan kasus kronis filariasis merupakan kewajiban kabupaten/kota (Dinkes Prov.SU, 2014). 2.2 Obat Obat adalah salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Setiap orang pasti pernah merasakan jatuh sakit, misalnya kepala pusing, batuk, pilek atau perut mules dan lain sebagainya. Untuk menyembuhkan atau mengurangi rasa sakit maka biasanya langsung minum obat (Widjajanti, 1988). Umumnya masyarakat kurang memahami bahwa obat selain menyembuhkan penyakit, juga mempunyai efek samping yang merugikan kesehatan (Widjajanti, 1988).

2.3 Pengelolaan Obat Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan meliputi: a. Perencanaan dan permintaan obat b. Penerimaan, penyimpanan, dan distribusi obat c. Pencatatan dan pelaporan d. Supervisi dan evaluasi pengelolaan obat (Kemenkes RI, 2010). 2.3.1 Perencanaan Perencanaan kebutuhan obat publik dan perbekalan kesehatan adalah salah satu fungsi yang menentukan dalam proses pengadaan obatpublik dan perbekalan kesehatan (Depkes RI, 2007). Tujuan perencanaan kebutuhan obat publik dan perbekalan kesehatan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2007). 2.3.2 Penyimpanan Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian sertagangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan penyimpanan obat- obatan adalah untuk : - Memelihara mutu obat - Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab - Menjaga kelangsungan persediaan - Memudahkan pencarian dan pengawasan

Kegiatan penyimpanan obat meliputi : a. Pengaturan tata ruang b. Penyusunan stok obat c. Pencatatan stok obat d. Pengamatan mutu obat (Depkes RI, 2007). 2.3.3 Pendistribusian Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan pengiriman obat- obatan yang bermutu, terjamin keabsahan serta tepat jenis dan jumlah dari instalasi farmasi secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan unit-unit pelayanan kesehatan. Tujuan distribusi: 1. Terlaksananya distribusi obat publik dan perbekkes secara merata dan teratur sehingga dapat diperoleh pada saat dibutuhkan 2. Terjaminnya ketersediaan obat publik dan perbekkes di unit pelayanan kesehatan (Depkes RI,2007). Pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan pada penanganan bencana dilaksanakan secara bertahap. Kegiatan pendistribusian harus dilaporkan pula secara bertahap. Pelaporan ini merupakan bentuk pertanggung jawaban masingmasing tingkat pelayanan kepada organisasi diatasnya. Selain itu sebagai bahan evaluasi pelaksana kegiatan dimana terjadi bencana (Depkes RI, 2002). Dibawah ini digambarkan alur permintaan dan distribusi obat dan perbekalan kesehatan pada saat terjadi bencana.

Depkes Dinkes provinsi Dinkes kab/kota (UPOPPK) PKM RSU Yankes TNI-Polri Yankes Swasta Posko Kes Keterangan : Pustu = Jalur Permintaan = Jalur Pengiriman (Depkes, 2002). Gambar 2.2 Permintaan dan Pendistribusian 2.3.4 Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan data obat di IF Provinsi merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka pengelolaan obatsecara tertib baik obat yang diterima, disimpan, didistribusikan (Depkes RI, 2007).

Tujuan pencatatan dan pelaporan tersedianya data mengenai jenis dan jumlah penerimaan,persediaan, pengeluaran/penggunaan dan data mengenai waktudari seluruh rangkaian kegiatan mutasi obat (Depkes RI, 2007). Depkes Dinkes provinsi Dinkes kab/kota (UPOPPK) PKM Posko Kes Pustu RSU Yankes TNI-Polri Yankes Swasta Gambar 2.3 Pencatatan dan Pelaporan (Depkes RI, 2002)