POLA PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL-AMIN PALUR MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk dihafal. Karena keaslian dan kemurnian Al-Qur'an haruslah tetap

BAB I PENDAHULUAN. tertua sekaligus merupakan ciri khas yang mewakili Islam tradisional

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. manusia yang lebih utama untuk dibina dan dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. telah berdiri sejak abad ke-13 seiring dengan masuknya agama Islam di

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi pada diri seseorang yang meliputi tiga aspek

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

2015 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN CIPARI DESA SUKARASA KECAMATAN PANGATIKAN KABUPATEN GARUT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat. Setiap orang sejak awal sampai akhir sangat berurusan

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KLASIKAL DALAM PENGAJARAN MEMBACA AL-QURAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Quran menjelaskan bahwa manusia itu makhluk yang mempunyai dua fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang tua, yang harus disyukuri, dijaga dan dididik agar dapat

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH KELURAHAN SAMPANGAN KOTA PEKALONGAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LEMBAGA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PERAN GURU PAMONG DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI DI SMP ISALM TERPADU AT-TAQWA KECAMATAN MIRI KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan pengajaran. Dan hal itu tidak saja untuk diri pribadi para. nabi, tetapi juga diwariskan kepada seluruh umatnya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I. keistimewaan yang tidak dimiliki kitab kitab lain. Beberapa keistimewaannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu untuk dapat bersaing di zaman yang semakin maju. Pendidikan juga

tujuan, program pendidikan, kurikulum, satuan pendidikan strategi

BAB I PENDAHULUAN. pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, kemudian pembaharuan tersebut

KOMPETENSI GURU BAHASA ARAB DALAM MENINGKATKAN. MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI MTs. MUHAMMADIYAH WARU BAKI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010

PERAN PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN ISLAM DI KABUPATEN SUMBAWA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia

IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN PESANTREN DI AL WUSTHO ISLAMIC DIGITAL BOARDING COLLEGE CEMANI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai macam permasalahan remaja dalam hal ini salah satunya adalah

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) di Fakultas Agama Islam

BAB V PENUTUP. di lapangan mengenai rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah di Ponpes

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Hijriyah atau pada abad ke tujuh Masehi. Ketika itu, berbagai agama dan

Penerapan Strategi Active Learning Dalam Pembelajaran Akidah Di Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Simo Boyolali Tahun Pelajaran 2008/2009

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah Islamiyah merupakan suatu kegiatan yang bersifat menyeru,

BAB I. masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya. berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mahdah shalat dan i`tikaf. Selain itu masjid juga memiliki fungsi lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. maupun di akhirat. Dengan pendidikan seseorang akan memperoleh bekal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. mengantar seseorang untuk meraih kesejahteraan yang didambakan baik di dunia. dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup.

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak manusia menghendaki kemajuan dalam pendidikan, maka sejak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE ACTIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai salah satu rahmat yang tak

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

KESIAPAN SEKOLAH DALAM PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SEKOLAH DASAR ISLAM AL HILAL RAWA LUMBU, BEKASI Tahun Ajaran 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam bentuk pendidikan sekolah dan luar sekolah.

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DAN SOLUSINYA PADA SISWA KELAS VIII DI SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI SKRIPSI

PENERAPAN KTSP (KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN) DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDIT DARUL FALAH LANGENHARJO SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.

Dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak, diantaranya keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai lembaga

METODE TAHFIDZUL QUR AN PROGRAM IBTIDAIYYAH PONDOK PESANTREN IMAM BUKHARI SURAKARTA 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. cukup dinamis. Pendidikan yang berkembang dengan pesat secara otomatis akan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. membimbing dan mengembankan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia dapat dibedakan dengan makhluk-makhluk lainnya yang

MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH DI SMA MUHAMMADIYAH 1 SIMO TAHUN AJARAN 2008/2009

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I ini dipaparkan tentang : a. Konteks Penelitian, b. Fokus

BAB I PENDAHULUAN. didik ke arah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab. Untuk. hal itu terjadi walaupun memakan waktu lama.

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempertanggungjawabkan semua perilaku selama hidupnya. Idealnya,

ISLAMIC CENTRE DI SLAWI KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. ketahun maka sekolah dasar harus dipersiapkan dengan sebaik baiknya. genersi yang unggul dari sekolah dasar.

Idiologi Pendidikan, Pustaka Rizki Putra, Semarang, Cet Pertama. 2007, hal. 11.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

Pondok Pesantren Modern di Semarang BAB I PENDAHULUAN

PROBLEMATIKA PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI GAMPONG LHOK SEUNTANG KECAMATAN JULOK KABUPATEN ACEH TIMUR. Skripsi. Diajukan Oleh : J A S M A N I

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DAN PEMECAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. dan mendidik anaknya terutama dalam pendidikan agamanya. Pendidikan. pondasi atau landasan dalam diri seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB III METODE PENELITIAN


Madrasah Dalam Sistem Pendidikan Nasional MADRASAH DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL. Kata Kunci: Madrasah, Sistem dan Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam

Transkripsi:

POLA PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL-AMIN PALUR MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd. I) Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Oleh : Ika Mike Entarsih G 000 060 036 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup, tumbuhnya anak-anak yang mempunyai tujuan menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Hasbullah, 1999: 11). Pendidikan Islam yang bersumber pada nilai-nilai agama Islam yang akan menanamkan atau membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai agama Islam, juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan nilai Islam yang melandasinya. Hal tersebut merupakan proses yang mampu mengembangkan hidup anak didik ke arah kedewasaan yang menguntungkan dirinya (Arifin, 1993: 13). Pendidikan Islam merupakan tugas dan pekerjaan mulia dan sebaik-baik kekuatan seorang hamba kepada Allah Swt. Generasi Ulama terdahulu telah mengetahui tugas-tugas dan kedudukannya di sisi Allah Swt, sehingga mereka dengan gigih mencurahkan tenaga dan fikirannya untuk mengemban risalah tarbiyah yang hanya mengharap ridho dari Allah Swt semata. Sudah menjadi hal yang maklum para Nabi dan Rosul, mereka adalah generasi terpilih. Allah Swt berfirman dalam Q.S Al-hajj yang artinya: Allah memilih utusan-utusan_nya dari para malaikat dan dari manusia, sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan

maha melihat. Berkata Ibnu Qoyyim Al-Jauzi: Utusan-utusan Allah secara mutlak harus memiliki kesempurnaan akhlaq. Tercermin dari kriteria tersebut di atas, bahwa para Nabi dan Rasul yang telah mendapat rekomendasi langsung dari Allah Swt untuk menyebarkan syari at Islam dan menyebarkan risalah dakwah di alam ini. Modernisasi paling awal dari sistem pendidikan di Indonesia harus diakui, tidak bersumber dari kalangan kaum muslim sendiri. Sistem pendidikan modern pertama kali yang pada gilirannya mempengaruhi sistem pendidikan Islam, justru dikenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Ini bermula dengan perluasan kesempatan pribumi dalam paruh kedua abad ke-19 untuk mendapatkan pendidikan (Majjid, 1997: xii). Pada awal berkembangnya agama Islam di Indonesia, pendidikan Islam dilaksanakan secara informal, bahwa agama Islam datang ke Indonesia dibawa oleh pedagang muslim. Sambil berdagang mereka menyiarkan agama Islam kepada orang-orang yang mengelilinginya yaitu mereka yang membeli barangbarang dagangannya. Begitulah setiap ada kesempatan mereka memberikan pendidikan dan ajaran agama Islam (Zuhairini, 1997: 209). Pendidikan dan pengajaran Islam secara informal ini ternyata membawa hasil yang sangat baik sekali dan bahkan menakjubkan, karena dengan berangsurangsur tersiarlah agama Islam di seluruh kepulauan Indonesia. Adapun faktorfaktor mengapa agama Islam dapat tersebar dengan cepat adalah sebagai berikut:

1. Agama Islam tidak sempit dan tidak berat melakukan aturan-aturannya, bahkan mudah diturut oleh segala golongan umat manusia. Penyiaran Islam dilakukan dengan berangsur-angsur, sedikit demi sedikit. 2. Penyiaran Islam dilakukan dengan cara kebijaksanaan dan cara yang sebaikbaiknya. 3. Penyiaran Islam itu dilakukan dengan perkataan yang mudah dipahami umum, dapat dimengerti oleh golongan bawah sampai ke golongan atas dengan sabda Nabi Muhammad Saw yang maksudnya: berbicaralah kamu dengan manusia menurut kadar akal mereka. Karena karena cepatnya Islam tersebar di seluruh Indonesia dan karena mudahnya orang masuk Islam, maka banyak sekali orang yang tidak memiliki agama Islam yang cukup untuk mendidik anak-anak mereka. Justru itulah anakanak mereka disuruh pergi ke langgar atau surau untuk mengaji kepada guru ngaji atau guru agama. Memang dalam permulaan, pendidikan Islam di surau atau langgar atau masjid masih sangat sederhana. Modal pokok yang mereka miliki hanya semangat menyiarkan agama bagi yang telah mempunyai ilmu agama dan semangat menuntut ilmu bagi anak-anak (Zuhairini, 1997: 211). Tempat-tempat pendidikan Islam seperti inilah yang menjadi embrio terbentuknya sistem pendidikan pondok pesantren dan pendidikan Islam yang berbentuk madrasah atau sekolah yang berdasar keagamaan. Pondok pesantren ini tumbuh sebagai perwujudan dari strategi umat Islam untuk mempertahankan eksistensinya terhadap pengaruh penjajahan barat.

Kehadiran pesantren tidak dapat di pisahkan dari tuntutan umat. Karena itu, pesantren sebagai lembaga pendidikan selalu menjaga hubungan yang harmonis dengan masyarakat. Dalam waktu yang sama dalam segala aktifitasnya pun mendapat dukungan dan apresiasi penuh dari masyarakat sekitar. Semuanya memberi penilaian tersendiri bahwa sistem pesantren adalah merupakan sesuatu yang bersifat asli atau indigenos Indonesia, sehingga dengan sendirinya bernilai positif dan harus dikembangkan (Nizar, 2007: 286). Dari prespektif kependidikan, pesantren merupakan satu-satunya lembaga kependidikan yang tahan terhadap berbagai gelombang modernisasi. Dengan kondisi demikian itu, kata Azyumardi Azra menyebabkan pesantren tetap survive sampai hari ini. Sejak dilancarkannya perubahan atau modernisasi pendidikan Islam diberbagai dunia Islam. Tidak banyak lembaga-lembaga pendidikan tradisional Islam seperti pesantren yang mampu bertahan. Kebanyakan lenyap setelah tergusur oleh ekspansi sistem pendidikan umum atau sekuler. Nilai-nilai progresif dan inoatif diadopsi sebagai strategi untuk mengejar ketertinggalan dari model pendidikan lain. Dengan demikian, pesantren mampu bersaing sekaligus bersanding dengan sistem pendidikan modern. Sementara dinamika dan kemajuan zaman telah mendorong terjadinya perubahan terus menerus pada sebagian besar pesantren. Maka pada akhir-akhir ini sangat sulit ditemukan sebuah pesantren yang bercorak tradisional murni. Karena pesantren sekarang telah mengalami transformasi sedemikian rupa sehingga menjadi corak yang berbeda-beda (Nizar, 2007: 289).

Perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pendidikan yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap, pengetahuan, kecerdasan dan ketrampilan, kemampuan berinteraksi dengan masyarakat luas, serta meningkatkan kesadaran terhadap alam lingkungan. Atas pendidikasn seperti inilah yang ditawarkan oleh pondok pesantren sebagai lembaga tertua di Indonesia. Wacana tentang pondok pesantren tidak terlepas dari komponen yang melekat pada pondok pesantren itu sendiri yang perannya pada masyarakat. Kiyai/ustadz, santri, bangunan asrama, masjid, kitab-kitab dan metode pembelajaran yang menggunakan sistem seminar, sorogan dan bandongan merupakan komponen-komponen dasar (Supriyono, 2004:2). Perkembangan selanjutnya karena dipengaruhi oleh perkembangan pendidikan dan tuntutan dinamika masyarakat tersebut. Beberapa pondok pesantren menyelenggarakan jalur sekolah (formal) dan kegiatan lain yang bertujuan untuk pemberdayaan potensi masyarakat sekitar. Dengan menjadikan pondok pesantren sebagai centralnya. Keberadaan pondok pesantren dengan beragam bentuk, peran dan fungsi ini menjadikan adanya fenomena yang cukup berarti dalam upaya dalam membuat suatu pola yang dapat dipahami sebagai acuan untuk pengembangan pondok pesantren masa depan. Terjadilah perubahanperubahan mendasar dalam pola pendidikan dan pengajaran di Indonesia, tidak terkecuali pondok pesantren Al-Amin yang berada di dessa Palur Wetan, Rt/Rw 03/V Palur, Mojolaban, Sukoharjo. Diantara perubahan yang ada di pondok pesantren tersebut adalah cenderung dari pola pendidikan klasikal atau dikenal

dengan pola pendidikan klasik ke pola pendidikan modern. Pendidikan tersebut tidak sepenuhnya pada pendidikan keagamaan saja (pesantren tradisional) namun juga pendidikan umum (pendidikan formal) yang berada di bawah DEPAG. Selain itu pula dikembangkan program-program pengembangan masyarakat di pondok pesantren, sebagai upaya pemberdayaan potensi yang dimiliki santrisantrinya. Seiring dengan berjalannya waktu, pondok pesantren Al-Amin menyelenggarakan pola pendidikan, pembinaan dan pengembangan santri untuk keunggulan dan kesempurnaan melalui program pendidikan yang utuh dan terpadu. Setiap komponen dalam sistem pendidikan yang utuh dan terpadu ini dioptimalkan perannya, sehingga tidak terjadi split (perpecahan) dan contradiction ((perbenturan) antara satu komponen dengan yang lain. Tujuan pendidikan diarahkan untuk pemahaman agama Islam yang kuat (tafaqhu fi addiin) dan kemampuan hidup bermasyarakat agar mendapatkan kebahagiaan baik di dunia maupun di akherat. Ustadz berperan sebagai pendidik, di samping sebagai pengajar di kelas, pembimbing di dalam kegiatan harian dari bangun tidur sampai tidur kembali (kegiatan ibadah dan non ibadah). Santri merupakan pelaku pendidikan yang aktif, tidak hanya objek yang dinamis, menempatkan diri sebagai individu yang mandiri, menerapkan ilmu yang telah didapat dalam kehidupan sehari-hari, di pesantren maupun di lingkungan masyarakat. Kurikulum yang seimbang dan proposional antara keagamaan dan keilmuan umum serta life skill.

Pendekatan pendidikan pun menggabungkan cara dan metode yang sesuai dan efektif. Pendidikan yang dianjurkan di pondok pesantren Al-Amin tidak hanya di kelas, tetapi juga dikembangkan di luar kelas, seperti: masjid, asrama, halaman dan lain sebagainya sesuai materi dan kondisi yang ada. Materi yang diajarkan di kelas diperkaya dan diperdalam di pelatihan lapangan dan bimbingan belajar di kamar. Untuk menjamin keimanan dan ketaqwaan serta kemandirian yang konsisten, pendidikan dirancang secara praktis dan fungsional sehingga dapat menyatu dalam kehidupan sehari-hari para santri. Pola hubungan antara santri, ustadz dan lingkungan pendidikan dijalin sedemikian rupa sehingga terjadi proses pembelajaran yang intensif dan mutualistik dalam kerangka masyarakat-belajar (learning society). Hal inilah yang mendorong kuat penulis untuk mengangkat dan memilih judul Pola Pendidikan Pondok Pesantren Al-Amin Palur Wetan Rt/Rw 03/V Palur Mojolaban Sukoharjo. B. Penegasan Istilah Sebelum penulis membahas lebih lanjut yang menjadi inti pembahsan, maka perlu penulis jelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan judul di atas, yaitu: 1. Pola Pendidikan yang berasal dari dua kata yaitu pola dan pendidikan, pola adalah sistem atau cara kerja dan juga sama dengan bentuk atau model, pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan atau proses, cara, perbuatan mendidik (Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Balai Pustaka. Jakarta, 2002 : 885, 263). Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Marimba, 1989 : 19). Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan pola pendidikan adalah suatu bentuk atau model pendidikan oleh pendidik terhadap peserta didik dalam rangka mengubah sikap dan perilaku baik jasmani maupun rohani menuju terbentuknya kedewasaan dan perilaku yang utama melalui pengajaran dan pelatihan. 2. Pondok Pesantren adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana siswanya tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan Kyai (Dhofir, 1982 : 43). Secara bahasa kata pondok berasal dari bahasa Arab yaitu funduq yang artinya tempat menginap. Adapun tambahan kata pesantren merupakan bentuk dari kata santri yang mendapat affiks pe-an menjadi pesantrian (DEPAG, 2003 : 12 ). Dalam bahasa (Jawa juga Indonesia), bangunan-bangunan kecil tempat tinggal mereka yang sementara itu disebut pondok. (Majjid, 1997 : 21). 3. Al-Amin adalah sebuah nama pondok pesantren unit tsanawiyah yang terletak di desa Palur Wetan RT/RW 03/V Palur, Mojolaban, Sukoharjo. Dari penegasan istilah di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pola pendidikan pondok pesantren Al-Amin adalah suatu bentuk atau model

pendidikan pondok pesantren dalam rangka mengubah sikap dan perilaku baik jasmani maupun rohani menuju terbentuknya kedewasaan dan perilaku yang utama melalui pengajaran dan pelatihan yang diterapkan di pondok pesantren Al- Amin yang terletak di Palur Wetan RT/RW 03/V Palur, Mojolaban, Sukoharjo. C. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka ada beberapa permasalahan yang menarik untuk diteliti. Adapun permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pola pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Al-Amin? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat pola pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren Al-Amin? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan a. Untuk mengetahui pola pendidikan yang diterapkan pondok pesantren Al- Amin. b. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pola pendidikan pondok pesantren Al-Amin serta cara mengatasinya. 2. Manfaat a. Secara Teoritik Dapat menambah keilmuan dan bidang pendidikan terutama pola pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren Al-Amin.

b. Secara Praktis Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk pengembangan dan kemajuan pondok pesantren serta memberikan saran dan masukan bagi pengelola pendidikan pondok pesantren Al-Amin dalam meningkatkan pola pendidikannya. E. Kajian Pustaka 1. Dalam buku Pola Pengembangan Pondok Pesantren, DEPAG (2003) dijelaskan bahwa pada dasarnya pondok pesantren dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni pesantren salaf yaitu jika dalam kegiatan pendidikannya berdasarkan pada pola-pola pengajaran klasik atau lama, yaitu berupa pengajian kitab kuning dengan metode pembelajaran tradisional serta belum dikombinasikan dengan pola pendidikan modern. Pesantren khalaf atau modern adalah pesantren yang di samping tetap melestarikan unsur-unsur utama pesantren, memasukan juga ke dalamnya unsur-unsur modern yang ditandai dengan sistem sekolah dan adanya materi ilmu-ilmu umum dalam muatan kurikulum. 2. Dalam buku Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rosulullah sampai Indonesia, (Samsul Nizar, 2007) dijelaskan bahwa proses transformasi sekurang-kurangnya pesantren dibedakan menjadi tiga corak, yaitu: pertama, pesantren tradisional, pesantren yang masih tetap mempertahankan nilai-nilai tradisionalnya dalam arti tidak mengalami transformasi yang berarti dalam sistem pendidikannya atau tidak ada inovasi

yang menonjol dalam corak pesantren ini. Kedua, pesantren tradisional, corak pendidikan pada pesantren ini sudah mulai mengadopsi sistem pendidikan modern, tetapi tidak sepenuhnya. Prinsip selektifitas untuk menjaga nilai tradisional masih terpelihara. Ketiga, pesantren modern, pesantren corak ini telah mengalami transformasi yang sangat signifikan baik dalam sistem pendidikannya maupun unsur-unsur kelembagaannya. Materi pelajaran dan metodenya sudah sepenuhnya menganut sistem modern. Pengembangan bakat dan minat sangat diperhatikan sehingga para santri dapat menyalurkan bakat dan hobinya secara proposional. 3. Dalam buku Bilik-bilik Pesantren (Nurcholis Majjid, 1997) menyatakan bahwa respon pesantren terhadap modernisasi pendidikan Islam dan perubahan-perubahan sosial ekonomi yang berlangsung dalam masyarakat Indonesia sejak awal abad ini mencakup: pertama, pembaharuan subtansi atau isi pendidikan pesantren yang memasukan subjek-subjek umum dan vocational; kedua, perubahan metodologi, seperti: sistem klasikal, perjenjangan; ketiga, perubahan kelembagaan, seperti: kepemimpinan pesantren; dan keempat, pembaruan fungsi, dari semula dari fungsi kependidikan, dikembangkan sehingga juga mencakup fungsi sosial ekonomi. Berdasarkan kajian terhadap referensi di atas, maka pemulis terinspirasi untuk meneliti tentang pola pendidikan di pondok pesantren Al-Amin Palur yang berada di desa Palur Wetan, Rt/Rw 03/V Palur, Mojolaban, Sukoharjo.

F. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang menggunakan studi deskripsi yang memuat gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor serta hubungan antara fenomena yang diteliti. 2. Populasi, Sample dan Sampling a. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian yang ciri-cirinya akan diduga (Hadi, 1981: 63). Dalam penelitian ini yang akan dijadikan populasi adalah seluruh staf pengajar, santri dan karyawan di pondok pesantren Al-Amin yang berjumlah 162 orang dengan rincian sebagai berikut: Staf pengajar berjumlah 34 orang. Santri berjumlah 123 orang. Karyawan berjumlah 5 orang. b. Sample Sample adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti. Pedoman pengambilan sample yaitu apabila subjeknya kurang dari seratus, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi apabila subjeknya besar, maka dapat diambil antara 15-

20% atau 20-25% atau lebih (Arikunto, 1993: 104). Dalam penelitian ini seluruh populasi diteliti, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. c. Sampling Teknik Sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sample (Hadi, 1982: 75). Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sampling populasi dimana penulis mengambil semua anggota populasi untuk memberikan data-data yang dibutuhkan. 3. Subjek dan Tempat Penelitian Subjek dan tempat yang akan diteliti adalah pondok pesantren Al- Amin yang meliputi para ustadz, karyawan, santri, sarana dan prasarana yang beralamatkan di desa Palur Wetan Rt/Rw 03/V, Palur, Mojolaban, Sukoharjo. 4. Metode Pengumpulan Data a. Metode Observasi Yaitu pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap sumber data. Menurut Sutrisno Hadi (1986: 136) metode observasi sebagai teknik utama, dimaksudkan sebagai pengambilan data dengan cara melalui pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini penelitian akan langsung melakukan pengamatan terhadap pola pendidikan yang ada di pondok pesaantren Al-Amin untuk memperoleh gambaran tentang pondok pesantren tersebut.

b. Metode Interview Metode interview adalah suatu metode pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik Hadi, 1986: 92). Peneliti akan melakukan interview untuk mendapatkan data yang dibutuhkan tentang sejarah berdirinya pondok pesantren, struktur organisasinya, kegiatan pembelajaran dan pembelajarannya, sedangkan yang menjadi sumber adalah mudirul ma had selaku pengasuh pondok pesantren, Kabag Kurikulum, Kabag Kesantrian. Metode ini penulis lakukan untuk memperoleh gambaran bagaimana penerapan dan hasil yang dicapai dalam menerapkan pola pendidikan. c. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan menyalin dan mencatat langsung dari data yang ada dalam objek penelitian, sepert: surat-surat, buku-buku untuk catatan biografi (Arikunto, 1983: 236). Dalam hal ini peneliti akan mengumpulkan data dari dokumentasi yang ada di pondok pesantren Al-Amin untuk mendapatkan data tentang karyawan dan staf pengajar, jumlah santri, sarana dan prasarana yang dimiliki, profil pondok, jadwal kegiatan santri, struktur organisasi pondok pesantren dan struktur organisasi santri. 5. Analisi Data Dalam menganalisa data, peneliti menggunakanm metode kualitatif deskriptif yang terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengumpulan data dan sekaligus

reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan verifikasi (Miles & Huberman, 1992: 16). Pertama, setelah pengumpulan data selesai dilakukan reduksi data yaitu menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan pengorganisasian sehingga data terpilah-pilah. Kedua, data yang telah direduksi akan disajikan dalam bentuk narasi. Ketiga, adalah penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap kedua dengan mengambil kesimpulan. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan terdiri dari beberapa bab, antara lain: Bab I: Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II: Pola Pendidikan Pondok Pesantren yang membahas: pengertian pola pendidikan pondok pesantren, asal mula pondok pesantren, bentuk-bentuk pendidikannya serta kelebihan dan kekurangannya. Bab III: Gambaran Umum dan Pola Pendidikan Pondok Pesantren AL-Amin yang berisi: A. gambaran umum yang berisi: sejarah berdirinya, letak geografis, sarana dan prasarana, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan ustadz, santri dan karyawan. B. Pola pendidikan pondok pesantren Al-Amin yang meliputi: kegiatan santi di pondok pesantren Al-Amin, bentuk pendidikan, kelemahan dan kelebihan serta cara-cara mengatasinya.

Bab IV: Analisis Data, pada bab ini akan memuat tentang pola pendidikan pondok pesantren Al-Amin yang meliputi: kegiatan santri, bentuk pendidikan, faktor-faktor pendukung dan kendala serta cara mengatasinya. Bab V: Penutup, pada bab terakhir ini akan memuat tentang kesimpulan, saran-saran, daftar pustaka dan lampiran-lampiran.