PROFIL KABUPATEN / KOTA

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

0 BAB 1 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

ADMINISTRASI Profil Kota

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

PROFIL KABUPATEN / KOTA

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

PROFIL KABUPATEN / KOTA

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

PROFIL KABUPATEN / KOTA

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PERANSERTA PEMERINTAH, SWASTA, DAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SEMARANG DINAS KEBERSIHAN & PERTAMANAN KOTA SEMARANG TAHUN 2010

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Tujuan. Keluaran. Hasil. Manfaat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Drainase Sistem Sungai Tenggang 1

EXECUTIVE SUMMARY RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TERPADU WILAYAH PENGEMBANGAN STRATEGIS 10 YOGYAKARTA-SOLO-SEMARANG

PROFIL KABUPATEN / KOTA

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PROFIL KABUPATEN / KOTA

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

BAB I Pendahuluan I-1

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

Pengendalian Banjir Rob Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

EVALUASI SISTEM PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DI TPA LADANG LAWEH KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU CONTROLLED LANDFILL

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, semua

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

MEWUJUDKAN SANITASI KOTA BANJARMASIN 50 AL, 90 PS, 90 DR DAN 100 AM TAHUN

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Jakarta, 22 Desember Pemerintah Kota Semarang

Transkripsi:

PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SEMARANG JAWA TENGAH

KOTA SEMARANG ADMINISTRASI Profil Wilayah Gambar III. 16. Lawang Sewu, Salah Satu Bangunan Tua di Kota Semarang Kota Semarang yang merupakan ibukota Propinsi Jawa Tengah adalah satu-satunya kota di Propinsi Jawa Tengah yang dapat digolongkan sebagai kota metropolitan. Sebagai ibukota propinsi, Kota Semarang menjadi parameter kemajuan kota-kota lain di Propinsi Jawa Tengah. Kemajuan pembangunan Kota Semarang tidak dapat terlepas dari dukungan daerah-daerah di sekitarnya, seperti Kota Ungaran, Kabupaten Demak, Kota Salatiga dan Kabupaten Kendal. Penggunaan lahan di Kota Semarang dari tahun ketahun mengalami perubahan yang mengarah dari pertanian menjadi non pertanian, ini merupakan gejala wajar dari perkembangan kota. Penggunaan lahan pada tahun 1999 diuraikan berikut ini: TABEL III. 66. TATA GUNA LAHAN KOTA SEMARANG No. Guna Lahan Luas (Ha) Persentase 1. Permukiman 12.355,96 33,12 2. Lahan Kering/Tegalan 8.884,30 23,81 3. Sawah 4.360,88 11,68 4. Kebun 5.140,23 13,78 5. Perkebunan 873,48 2,34 6. Pertambangan Terbuka 137,31 0,36 7. Industri dan Pariwisata 1.023,03 2,74 8. Perhubungan 483,14 1,29 9. Lahan Berhutan 1.377,21 3,69 10. Lahan Terbuka 413,80 1,10 11. Perairan darat 1.775,00 4, 75 12. Lain-lain 2.545,63 6,82 Luas lahan 37.360,00 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2001

Dari data tersebut di atas, terlihat bahwa proporsi penggunaan lahan di Kota Semarang terbesar adalah jenis penggunaan lahan untuk permukiman ( 33,12 %), hal ini menunjukkan bahwa lahan masih memiliki fungsi dominan sebagai pelayanan domestik. Berdasarkan Peta Penggunaan Lahan terlihat bahwa persebaran penggunaan lahan permukiman berada jalu-jalur jalan utama terutama berada di pusat kota. Besarnya proporsi luas lahan permukiman mengindikasikan bersarnya tuntutan pelayanan masyarakat dan hal ini membuktikan bahwa wilayah Kota Semarang benarbenar bersifat perkotaan. Proporsi yang besar lainnya adalah untuk lahan pertanian, terdiri dari lahan pertanian kering atau tegalan 8.884,30 Ha dan pertanian sawah 4.360,88 Ha. Lahan pertanian kering berlokasi berada di sebelah selatan wilayah kota yang berbukit-bukit, sedangkan lahan sawah berlokasi di wilayah Semarang bawah sebagian lagi di wilayah Gunungpati dan Mijen. Peruntukan lahan untuk industri seluas 750,1215 Ha, yang berlokasi di kawasan industri Tugu dan Genuk, sebagian lagi ada di wilayah Pedurungan dan Semarang Barat. Lokasi industri lainnya ada di wilayah Banyumanik dan Simongan, untuk kedua wilayah ini sudah tidak sesuai dengan Rencana Induk Kota namun mengingat keberadaan industri tersebut sebelum tersusunnya RIK, maka untuk sementara masih ditoleransi sambil dipindahkan secara bertahap. TABEL III. 67. LUAS WILAYAH KOTA SEMARANG NO. KECAMATAN LUAS (Km²) 1. Mijen 62,15 2. Gunung Pati 53,99 3. Banyumanik 25,13 4. Gajah Mungkur 8,53 5. Semarang Selatan 8,48 6. Candisari 5,56 7. Tembalang 44,20 8. Pedurungan 19,85 9. Genuk 27,38 10. Gayamsari 6,36 11. Semarang Timur 7,7 12. Semarang Utara 10,46 13. Semarang Tengah 6,05 14. Semarang Barat 23,87 15. Tugu 31,29 16. Ngaliyan 32,07 Total 373,70 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2001 Orientasi Wilayah Secara geografis wilayah Kota Semarang berada antara 6º50-7º10 LS dan 109º35-110º50 BT dengan luas wilayah 373,70 km 2 dengan batas-batas sebagai berikut : Batas Utara : Laut Jawa Batas Selatan : Kabupaten Semarang Batas Timur : Kabupaten Demak Batas Barat : Kabupaten Kendal

Kota Semarang terdiri dari 16 kecamatan dan 177 kelurahan dengan luas wilayah keseluruhan 373,7 km 2 dengan jumlah penduduk sebanyak 1.351.246 jiwa. Kecamatan yang mempunyai wilayah paling luas yaitu kecamatan Mijen (62,15 km 2 ) sedangkan kecamatan dengan luas wilayah paling kecil adalah kecamatan Candisari (5,56 km 2 ). Ketinggian Kota Semarang bervariasi, terletak antara 0,75 sampai dengan 348,00 di atas garis pantai. PENDUDUK Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk JUMLAH PENDUDUK 1.360.000 1.340.000 1.320.000 1.300.000 1.280.000 1.260.000 1.240.000 1.220.000 JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG 1.273.550 TAHUN 1998-2002 1.290.159 1.309.667 1.322.320 1.350.005 1998 1999 2000 2001 2002 TAHUN Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2002, jumlah penduduk Kota Semarang tercatat sebesar 1.350.005 jiwa dengan pertumbuhan penduduk selama tahun 2001 sebesar 2,09%. Kondisi tersebut memberi arti bahwa pembangunan kependudukan, khususnya usaha untuk menurunkan jumlah kelahiran, memberikan hasil yang nyata. Sebaran dan Kepadatan Penduduk Dalam kurun waktu 5 tahun (1998-2002), kepadatan penduduk cenderung naik seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Di sisi lain, penyebaran penduduk di masingmasing kecamatan belum merata. Di wilayah kota Semarang, tercatat kecamatan Candisari sebagai wilayah terpadatdengan angka kepadatan 14.089 jiwa/km 2, sedangkan kecamatan Mijen merupakan wilayah yang kepadatannya paling rendah yaitu 625 jiwa/km 2. TABEL III. 68. JUMLAH PENDUDUK PER KECAMATAN TAHUN 2001 No Kecamatan LUAS (Km²) Penduduk Jumlah Kepadatan 1 Mijen 62,15 38.843 624 2 Gunung Pati 53,99 58.130 1076 3 Banyumanik 25,13 106.834 4.251 4 Gajah Mungkur 8,53 58.482 6.856 5 Semarang Selatan 8,48 84.103 9.917 6 Candisari 5,56 78.336 14.089 7 Tembalang 44,20 106.090 2.400 8 Pedurungan 19,85 141.695 7.138 9 Genuk 27,38 63.904 2.333 10 Gayamsari 6,36 64.104 10.079 11 Semarang Timur 7,7 84.044 10.914

No Kecamatan LUAS (Km²) Penduduk Jumlah Kepadatan 12 Semarang Utara 10,46 122.929 11.752 13 Semarang Tengah 6,05 76.810 12.695 14 Semarang Barat 23,87 148.753 6.231 15 Tugu 31,29 24.400 779 16 Ngaliyan 32,07 92.548 2.885 Total 373,70 1.350.005 3.613 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2001 Tenaga Kerja Jumlah angkatan kerja di Kota Semarang berdasarkan pada Konvensi ILO tahun 1998 adalah 213.355 orang, terdiri dari 85.306 laki-laki dan 128.049 perempuan. Pada tahun 1999 menjadi 191.095 orang, terdiri dari 85.306 laki-laki dan 105.789 perempuan. Dilihat dari kelompok usia 15 19 tahun terjadi peningkatan dari 83.786 orang pada tahun 1998 menjadi 86.259 orang pada tahun 1999. Sedangkan pada kelompok usia 20 39 tahun terjadi penurunan dari 352.660 orang pada tahun 1998 menjadi 349.716 orang pada tahun 1999. Angkatan kerja baru ada kenaikan tahun 1998; 18.663 orang menjadi 22.276 orang pada tahun 1999, yang terinci menurut pendidikan sebagai berikut : Lulusan SD : 5.635 orang, SLTP : 2.232 orang, SLTA : 9.882 orang. Sedang data pencari kerja pada lulusan Perguruan Tinggi yang cukup besar tidak terekam secara pasti pada Dinas Tenaga Kerja. Untuk tahun 2002, TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja), yaitu perbandingan antara angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja sebesar 78,13%. Sedangkan tingkat kesempatan kerja, yaitu perbandingan antara penduduk yang bekerja dengan angkatan kerja pada tahun 2002 adalah sebesar 75,80% EKONOMI Kondisi Perekonomian Daerah TABEL III. 69. DISTRIBUSI PERSENTASE KEGIATAN EKONOMI TH.2001 NO. BIDANG JUMLAH (%) 1. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 41.63 2. Bangunan 4.11 3. Listrik Gas, dan Air Bersih 1.18 4. Pengangkutan dan Komunikasi 6.16 5. Keuangan 5.69 6. Jasa jasa 11.61 7. Pertanian 1.34 8. Industri Pengolahan 27.93 9. Pertambangan dan Penggalian 0.35 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2001

Pertanian 1,34% DISTRIBUSI PERSENTASE KEGIATAN EKONOMI TAHUN 2001 Industri Pengolahan 27,93% Jasa jasa 11,61% Keuangan 5,69% Dari data tahun 2000, kontribusi yang cukup signifikan membangun perekonomian Kota Semarang yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran (41,63%), kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan (27,93%), sektor jasa-jasa (11,61%), sektor pengangkutan dan komunikasi (6,16%). Sedangkan sektor lainnya (12,67%) meliputi sektor pertambangan, pertanian, bangunan, listrik, dan gas rata-rata 2-3%. Perekonomian Kota Semarang sebelum krisis terjadi mengalami pertumbuhan di atas pertumbuhan rata-rata ekonomi nasional, namun setelah adanya krisis multi dimensi pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan yang cukup drastis. Penurunan pertumbuhan ekonomi yang paling tajam terjadi pada tahun 1998 secara riil mengalami penurunan sebesar minus 18,22 % dibanding tahun sebelumnya. Dalam bidang ekonomi yang mengalami penurunan paling drastis adalah sektor bangunan, yakni sebesar minus 64,89 %. Perekonomian pada tahun 1999 menunjukan pertanda membaik, hal ini dapat terlihat dari pertumbuhan ekonomi sebesar 3,4 %, namun masih ada sektor dengan pertumbuhan negatif, yakni sektor jasa perusahaan minus 9,46 % dan sektor pertanian minus 1,91 %, sedangkan pada tahun 2000 kondisinya lebih baik yakni tumbuh sebesar 4,97 %. Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB cukup besar yakni rata-rata setiap tahun pada 5 tahun terakhir sebesar 32,4 persen atau berada pada urutan ke dua di bawah sektor perdagangan. Walaupun kontribusi terhadap PDRB cukup besar, namun kondisi sektor industri mengalami penurunan pertumbuhan. Hal ini terlihat dari beberapa industri yang mengurangi kegiatan produksi baik pada industri kecil, sedang maupun besar, bahkan ada perusahaan yang menutup usahanya sementara waktu. Data yang ada menunjukkan pada tahun 1996 sebanyak 342 unit usaha, tahun 1997 menjadi 315 unit usaha dan pada tahun 2000 jumlah industri sebanyak 334 unit usaha. Pembangunan perdagangan telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan, hal ini terlihat dari kontribusi terhadap PDRB rata-rata sebesar 33,2 persen atau menduduki ranking terbesar. Apabila dicermati walaupun cukup berhasil pembangunan perdagangan masih belum optimal, hal ini dikarenakan masih adanya ketidakseimbangan arus barang masuk dan keluar. Gambar III. 17. Salah Satu Pasar di Kota Semarang Tingkat pertumbuhan export non migas Kota Semarang pada kurun waktu 1998-2000 mengalami kenaikan cukup signifikan. Volume eksport pada tahun 2000 meningkat menjadi 259 ribu ton dengan nilai 408 juta U$ dari 212 ribu pada tahun 1999. Keuangan Daerah Pengangkutan dan Komunikasi 6,16% Pertambangan dan Penggalian 0,35% Perdagangan, Hotel, dan Restoran 41,63% Bangunan Listrik Gas, 4,11% dan Air Bersih 1,18% Dari sisi penerimaan APBD kota Semarang pada tahun 2001, penerimaan daerah yang berasal dari Dana Perimbangan merupakan yang terbesar yaitu sekitar 73% atau sekitar 164,8 milyar dari sekitar 222,9 milyar, sedangkan penerimaan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah menyumbang sekitar 21% atau sekitar 48,7 milyar. Sedangkan penerimaan lain yaitu sebesar 9,3 milyar yang berasal dari penerimaan yang sah lainnya.

TABEL III. 70. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH 2001 PENERIMAAN JUMLAH (Rp) 1. Bagian Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu 9,361,510,000.00 2. Bagian Pendapatan Asli Daerah 48,741,407,000.00 3. Bagian Dana Perimbangan 164,854,612,000.00 4. Bagian Pinjaman daerah 5. Bagian Lain lain Penerimaan yang Sah - TOTAL 222,957,529,000.00 PENGELUARAN 1. Belanja rutin 140,988,626,000.00 2. Belanja Pembangunan 62,996,545,000.00 TOTAL 203,985,171,000.00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2001 Dari sisi pengeluaran, anggaran terbesar, diperuntukan bagi belanja rutin yaitu hampir sekitar 70% atau sekitar 140,9 milyar, sedangkan untuk belanja pembangunan, dialokasikan hanya sebesar 62,9 milyar atau sekitar 30%. Belanja pembangunan difokuskan pada sektor yang bersifat cost recovery. Dengan alokasi dana pembangunan yang cukup kecil dibandingkan dengan alokasi untuk belanja rutin, salah satu pertimbangan yang dipakai dalam menentukan kebijakan pengelolaan anggaran belanja seperti sebagai berikut: Penerimaan PAD kota Semarang perlu ditingkatkan seiring dengan berlakunya UU tentang Otonomi Daerah melalui optimalisasi sumber-sumber pendanaan yang selama ini ada, selain berusaha menciptakan sumber-sumber pendanaan baru, baik dari penerimaan sektor pajak maupun perusahaan daerah. FASILITAS UMUM DAN SOSIAL Pendidikan Pada tahun 2002 jumlah Taman Kanak-Kanak sebanyak 556 unit, jumlah Sekolah Dasar sebanyak 670 unit, SMTP sebanyak 162 unit, SMTA sebanyak 79 unit, dan SMK sebanyak 64 unit. Kota Semarang memiliki perguruan tinggi negeri ternama yaitu Universitas Diponegoro dan beberapa perguruan tinggi swasta sejumlah 55 unit, yang terdiri dari universitas, sekolah tinggi, institut dan akademi. Jumlah sekolah pada masing-masing jenjang pendidikan dijelaskan pada tabel berikut: TABEL III. 71. JUMLAH SEKOLAH TIAP KECAMATAN DI KOTA BANDUNG No. Kecamatan TK SD SMTP SMTA SMK N S N S N S N S N S 1 Mijen 0 26 26 0 1 4 2 2 0 1 2 Gunung Pati 0 24 36 4 3 4 1 3 0 1 3 Banyumanik 0 44 52 4 4 7 2 4 1 3 4 Gajah Mungkur 2 25 23 5 2 5 0 7 0 3 5 Semarang Selatan 0 31 28 15 4 7 2 4 5 3 6 Candisari 0 33 39 8 2 6 0 4 0 5 7 Tembalang 0 39 32 5 3 4 1 0 0 4 8 Pedurungan 0 59 42 9 4 6 1 5 0 5 9 Genuk 0 24 29 2 1 7 1 3 0 1 10 Gayamsari 0 24 30 4 1 7 0 3 0 6

No. Kecamatan TK SD SMTP SMTA SMK N S N S N S N S N S 11 Semarang Timur 0 45 31 21 2 14 0 6 4 3 12 Semarang Utara 0 41 25 21 1 10 1 1 1 2 13 Semarang Tengah 0 35 25 21 5 16 2 12 0 6 14 Semarang Barat 0 58 55 22 4 17 1 8 0 7 15 Tugu 0 9 13 1 1 3 1 0 0 2 16 Ngaliyan 0 37 37 5 2 5 1 1 0 1 Jumlah 2 554 523 147 40 122 16 63 11 53 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Semarang dalam Kota Semarang Dalam Angka 2002. Fasilitas Kesehatan Jumlah RSU pada tahun 2002 sama dengan tahun sebelumnya (2001 dan 2000), yaitu 13 unit yang terdiri dari 3 unit RSU type B, 8 unit type C, dan 2 unit type D. Pada tahun 1999 masih tersedia 1 unit RSU type A. Prasarana/sarana kesehatan lain yang tidak mengalami perubahan jumlah pada tahun 2002 adalah RSJ = 1 unit,rumah Sakit Bedah Plastik =1 unit,rumah Sakit Bersalin = 4 unit, Rumah Sakit Ibu dan Anak = 3 unit, Puskesmas = 37 unit (11 unit diantaranya dengan perawatan), Puskesmas Pembantu = 34 unit, Puskesmas Keliling = 19 unit, Sedangkan Apotek, jumlahnya terus meningkat dari 165 unit pada tahun 2000 menjadi 201 unit pada tahun 2002.Selain itu Laboratorium Klinik dan Rumah Bersalin jumlahnya juga terus meningkat. Untuk lebih jelasnya tentang jumlah sarana prasarana kesehatan dapat dilihata pada tabel berikut. TABEL III. 72. JUMLAH SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN DI KOTA SEMARANG No Uraian Tahun 2000 2001 2002 1. Rumah Sakit Umum -Type A 0 0 0 -Type B 3 3 3 -Type C 8 8 8 -Type D 2 2 2 -Type E 0 0 0 2 Rumah Sakit Jiwa 1 1 1 3 Rumah Sakit Paru-Paru 0 0 0 4 Rumah Sakit Kusta 0 0 0 5 Rumah Sakit OP 0 0 0 6 Rumah Sakit Bedah Plastik 0 1 1 7 Rumah Sakit Bersalin 3 4 4 8 Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) 3 3 3 9 Rumah Bersalin 19 31 29 10 Puskesmas 26 26 26 11 Puskesmas Perawatan 11 11 11 12 Puskesmas Pembantu 34 34 34 13 Puskesling 19 19 19 14 Kelurahan PKMD 177 177 177 15 Posyandu Yang Ada 1.344 1.348 1.363 16 Posyandu Yang Aktif 1.337 1.341 1.341 17 Kader Kesehatan Yang Ada 9.214 9.293 8.824 18 Kader Kesehatan Yang Aktif 7.486 7.528 7.664 19 Apotik 165 187 201 20 Pedagang Besar Farmasi 115 115 120 21 Industri Farmasi 25 25 19 22 Laboratorium Klinik Swasta 22 37 41 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Semarang dalam Kota Semarang Dalam Angka 2002

PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN Komponen Air Bersih Penyebaran air payau di Kota Semarang semakin luas dan kadar garam semakin tinggi. Pemanfaatan air tanah di kawasan pantai yang dilakukan berlebihan tanpa perhitungan akan menyebabkan air laut begitu mudah meresap ke darat. Kondisi menyolok terjadi di sekitar Tawangsari, Tambaklorog, Genuksari, Wonosari, Tambaksari, dan Bedono. Pada daerah-daerah tersebut, sampai kedalaman 40 meter air tanah sudah payau. Air tanah segar baru didapat pada kedalaman lebih dari 60 meter. Salinitas tertinggi terletak di Tambahsari dengan harga daya hantar listrik (DHL) mendekati 1.000 mω/cm (micro ohm tiap centimeter). Padahal nilai DHL air tawar kurang dari 400 mω/cm, dan air payau antara 400 mω/cm sampai 2.500 mω/cm. Hampir semua air tanah dangkal di kawasan Semarang, terutama sumur gali dengan kedalaman sampai 10 meter memiliki salinitas tinggi. Secara umum memiliki DHL di atas 1.000 mω/cm. Bahkan untuk kawasan-kawasan tertentu, yang masuk zona banjir pasang surut mencapai 9.000 mω/cm. Penyebaran air payau ke wilayah selatan mencapai Kalijati dan Kalimas di Semarang Selatan. Di kawasan tersebut nilai DHL 4.500 mω/cm. Penurunan kualitas air tanah bukan hanya karena kandungan garam, tetapi juga dari jumlah koloid yang ikut, sehingga air berwarna merah kecoklatan. Akibatnya beberapa sumur pompa dan bahkan sumur bor menjadi tidak layak untuk minum, hanya untuk MCK. Air tanah dangkal di kawasan Kalisari, Tapak, Beji dan kompleks Pertamina mengandung unsur CaCO 3 522 mg/l, Mg 177,7 mg/l dan Fe 11,7 mg/l. Kekeruhan tersebut melebihi ambang batas yang dipersyaratkan. Kekeruhan dan kelebihan unsurunsurnya begitu jelas sehingga air berwarna kecoklatan dan terasa asin. Kapasitas terpasang total dari sumber-sumber air PDAM Kota Semarang sebesar 3.770,75 liter/detik, dengan debit rata-rata produksi sebesar 2.272,53 liter/detik. Sumber air berasal dari mata air, sumur dalam dan terbesar dari air permukaan. Kapasitas dari masing-masing sumber air dapat dilihat pada tabel berikut ini. TABEL III. 73. KAPASITAS DAN DEBIT RATA-RATA SUMBER PRODUKSI No. Sumber Produksi Jumlah Lokasi Kontribusi % Kapasitas terpasang (lt/dt) Debit ratarata (lt/dt) 1 Mata Air 10 15,55 522 353,37 2 Air Tanah Dalam a Sumur Kota 20 1,47 49,75 33,38 b Sumur Pegunungan 28 15,13 769 343,81 3 Air Permukaan 6 67,85 2.430 1.541,97 Total 66 100 3.770,75 2.272,53 Sumber: PDAM Kota Semarang Air terjual pada tahun 2002 sebanyak 50.336.603 m3, dengan nilai penjualan total sebesar Rp 27.572.278.000,00. Jumlah sambungan rumah sebanyak 111.324 sambungan. Jumlah sambungan terbanyak adalah sambungan rumah tangga sebanyak 102.707 pelanggan. Berikut ini adalah tabel jumlah sambungan rumah, jumlah air terjual dan nilai penjualan dari setiap kategori pelanggan.

TABEL III. 74. JUMLAH PELANGGAN AIR MINUM DI KOTA SEMARANG SELAMA TAHUN 2002 No. Kategori Pelanggan Jumlah Air Minum yang Disalurkan Pelanggan Volume (m 3 ) Nilai (Rp.) 1. Sosial 2.253 1.239.590 792.118.000 2. Non Niaga (Rumah Tangga) 102.707 26.101.918 20.231.567.000 3. Niaga 5.406 1.832.247 4.162.241.000 4. Industri 171 165.849 605.361.000 5. Lembaga Pendidikan 0 0 0 6. Warung air 0 0 0 7. Instansi Pemerintah 785 1.183.476 1.703.848.000 8. Pelabuhan 2 17.734 77.143.000 9. Lain-lain 0 0 0 10. Susut/Hilang dalam Penyaluran - 19.795.789 - Jumlah 111.324 50.336.603 27.572.278.000 Sumber: PDAM Kota Semarang dalam Kota Semarang Dalam Angka 2002 Dengan asumsi kebocoran yang diperbolehkan untuk Kota Metropolitan sebesar 15%, dan kebutuhan ideal adalah 185 liter/orang/hari, maka kebutuhan air bersih untuk Kota Semarang disajikan dalam tabel berikut ini. TABEL III. 75. Jumlah Penduduk KEBUTUHAN SARANA PRASARANA AIR BERSIH KOTA SEMARANG Kapasitas Produksi Eksisting l/dt l/hari Kebutuhan ideal Kota Metropolitan Kebutuhan Total (Lt//hr) Selisih (Lt//hr) 1.348.588 2272,53 196.346.592 185 l/orang/hari 249.488.780 53.142.188 Sumber: Analisis Sesuai dengan standar kota Metropolitan, yaitu kebutuhan air bersih 185 liter/orang/hari, Kota Semarang dengan jumlah penduduk 1.348.588 jiwa, membutuhkan 249.488.780 liter/hari. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk x 185 liter/orang/hari. Namun PDAM Kota Semarang baru dapat memproduksi sebanyak 196.346.592 liter/hari. Sehingga masih dibutuhkan kapasitas produksi sebanyak 53.142.188 liter/hari. Komponen Persampahan Secara formal, badan pengelola kebersihan dalam hal ini masalah persampahan dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum, tetapi dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Subdinas Kebersihan dan Pertamanan. Timbulan sampah di Kota Semarang setiap harinya mencapai 4.274 m 3 yang berasal dari rumah-rumah penduduk, pasar maupun fasilitas lainnya. Berikut ini adalah tabel timbulan sampah dirinci menurut sumbernya. TABEL III. 76. TIMBULAN SAMPAH DI KOTA SEMARANG TAHUN 2004 No Sumber Jumlah Timbunan Prosentase Perhari (m 3 ) (%) 1. Pemukiman/ Rumah Tangga 2.850 66,69 2. Pasar 482 11,27 3. Komersial (Pertokoan, Restoran, Hotel) 198 4,63 4. Fasilitas Umum 96 2,24 5. Sapuan Jalan 179 4,18 6. Kawasan Industri 376 8,81 7 Saluran 93 2,18 Jumlah 4.274 100,00 DPU Kota Semarang Subdinas Kebersihan dan Pertamanan

Sarana pengumpulan dan pengangkutan sampah di Kota Semarang, secara umum dalam kondisi baik dan layak pakai. Hanya ada beberapa alat angkut yang kondisinya rusak dan tidak bisa dipergunakan, yaitu 1 unit backhoe dan 1 unit bulldozer. Rincian jumlah peralatan komponen persampahan di Kota Semarang disajikan pada tabel berikut ini. TABEL III. 77. PERALATAN YANG DIMILIKI DINAS KEBERSIHAN S.D TAHUN 2003 No. Peralatan Persampahan Jumlah (unit) Kondisi 1. Armroll Truck 78 2. Dump Truck Sampah 15 3. Dump Truck Tanah 5 60 % 4. Truck Tinja 2 5. Becak Sampah 120 6. Gerobak Sampah - 7. Container 6 m 3 428 8. Landasan Container (TPS) 113 9. Bak Sampah 37 10. Tong Sampah 6.500 11. Track Loader (Bull Dozer) 2 1 unit rusak 12. Back Hoe 2 1 unit rusak 13. Wheel Loader 3 40 % 14. Trailer Urinoir 2 15. Tempat Pembuangan Akhir Sampah 1 16. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja 1 Sumber : Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang 2003 TABEL III. 78. LOKASI PENEMPATAN BAK CONTAINER SAMPAH DI KOTA SEMARANG TAHUN 2002 No. Kecamatan LOKASI Permukiman Pasar Lainnya Jumlah 1 Mijen 0 0 0 0 2 Gunung Pati 1 1 0 2 3 Banyumanik 10 2 2 14 4 Gajah Mungkur 22 1 0 23 5 Semarang Selatan 28 12 6 46 6 Candisari 15 1 1 17 7 Tembalang 14 1 2 17 8 Pedurungan 12 0 2 14 9 Genuk 4 2 2 8 10 Gayamsari 16 2 0 18 11 Semarang Timur 21 9 0 30 12 Semarang Utara 30 4 1 35 13 Semarang Tengah 39 0 3 42 14 Semarang Barat 30 5 1 36 15 Tugu 4 0 0 4 16 Ngaliyan 14 2 2 18 Jumlah 260 42 22 324 Sumber: Dinas Kebersihan Kota Semarang dalam Kota Semarang Dalam Angka 2002

Pemusnahan sampah Kota Semarang saat ini berada di TPA Jatibarang, yang berlokasi di Kelurahan Kedungpane, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Yang beroperasi mulai bulan Maret 1992. Luas area TPA Jatibarang adalah 46,18 hektar, dengan rincian 27.71 ha (60%) untuk lahan buang dan 18.47 ha (40%) untuk infrastruktur kolam lindi (leachate) sabuk hijau dan lahan cover. TPA Jatibarang memiliki daya tampung sebanyak 4,15 juta m 3, dengan kedalaman ratarata 40 m. Jarak dari pusat kota ± 11,4 km, dan jarak terdekat dan terjauh dengan TPS masingmasing ± 4 km dan ± 25 km. Gambar III. 18. TPA Jatibarang, Kota Semarang Kondisi topografi TPA Jatibarang adalah: daerah berbukit dan bergelombang dengan kemiringan lereng sangat curam (lebih dari 24%), dengan ketinggian bervariasi antara 63 sampai 200 meter dari permukaan air laut, dan bagian bawah (terendah mengalir Sungai Kreo). Sampai dengan tahun 2000, timbunan sampah sudah mencapai 5,75 juta m 3 sampah, padahal daya tampung TPA hanya 4,15 juta m 3 sampah. Dengan demikian sudah melebihi daya tampung TPA sekitar 1,6 juta m 3 sampah. Dengan kondisi tersebut menyebabkan air lindi sulit dikendalikan, sarana penanganan sampah (alat berat, dump truck) semakin kurang mencukupi (tidak imbang), Sanitary Landfill sulit dilaksanakan, akibatnya terjadi pencemaran udara dan bau sampah semakin meluas. Hal ini mengundang protes masyarakat akibat pencemaran yang pada akhirnya dapat berakibat ditutupnya TPA Jatibarang. Selain itu dapat terjadi sampah longsor yang kemungkinan akan masuk Sungai Kreo dan menyebabkan pencemaran air. Keberadaan TPA Jatibarang yang kondisinya sekarang sudah dianggap mengkhawatirkan karena sudah mulai penuh, perlu dicarikan alternatif lain. Dan sekarang sudah diadakan studi untuk mencari alternatif lokasi baru. Namun untuk mencari calon TPA yang baru sekarang ini Pemerintah Kota mengalami kendala, karena cukup sulit dan mahalnya mencari lokasi baru, maka upaya yang ditempuh adalah mengoptimalkan TPA yang ada, dengan cara membuat tanggul, menambah jumlah sarana dan prasarana yang kurang, dan bekerjasama dengan Pihak Swasta dalam pengelolaan sampah TPA, misalnya sampah diolah menjadi pupuk cair dan padat. Teknologi Pembuangan akhir adalah Teknologi Open Dumping (1992-1993) Namun karena teknologi ini tidak dianjurkan karena tidak ramah lingkungan dan dapat menimbulkan berbagai macam penyakit maka pada tahun 1993/1994 ditingkatkan menjadi Controlled Land fill. Kemudian pada bulan Maret 1995 sistem Sanitary Landfill diterapkan untuk TPA Jatibarang. Pelapisan tanah dilakukan setiap hari pada setiap akhir hari operasi.

TABEL III. 79. KEBUTUHAN KOMPONEN SAMPAH KOTA SEMARANG Jumlah Penduduk Timbulan Sampah Kota Metro Perkiraan timbulan sampah total Sampah yang terangkut saat ini Selisih 1.348.588 3,5 liter/orang/hari 4720,05 4153 m 3 567,05 Sumber: Analisis Sesuai dengan standar kota Metropolitan, yaitu tingkat timbulan sampah sebanyak 3,5 liter/orang/hari, Kota Semarang dengan jumlah penduduk 1.348.588, menghasilkan 4720,05m 3 sampah. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk x 3,5/1000 liter/orang/hari. Perkiraan timbulan sampah baru dapat mengangkut sebanyak 4153 m 3. Sehingga banyaknya sampah yang belum terlayani adalah 567,05m 3. Komponen Sanitasi/Limbah Cair Institusi yang terlibat dalam penyediaan dan pengelolaan sistem sanitasi antara lain PDAM, sebagai pengelola sistem jaringan sanitasi, Pembentukan badan otoritas di daerah (PMO dan PMU) serta Bapedalda Kota. Permasalahan utama sistem sanitasi di Kota Semarang adalah belum adanya sistem perpipaan air limbah sebagai sistem gabungan yang mengumpulkan baik air hujan dan air limbah. Pembuangan limbah industri cair ke Sungai Tapak oleh beberapa perusahaan yang berada di daerah aliran Sungai Tapak telah menyebabkan air sungai tercemar, begitu juga air sumur milik penduduk. Sungai Tapak bukan satu-satunya sungai di Kota Semarang yang airnya tercemar. Data Bapedal Kota Semarang, ada enam sungai lain yang juga tercemar limbah industri, yaitu Sungai Tenggang, Sungai Banger, Sungai Karanganyar, Sungai Plumbon, Sungai Sedari, dan Sungai Bringin. Kondisi ini menyebabkan keadaan sanitasi dan pencemaran sungai dan air tanah menimbulkan bahaya bagi kesehatan umum. Permasalahan lainnya berkaitan dengan sistem sanitasi kota adalah tingginya tingkat kepadatan penduduk serta kondisi tanah dan air yang tidak cocok untuk penggunaan septic tank, karena muka air tanah yang tinggi dan tanah kedap air. Kondisi ini menyebabkan sistem sanitasi on site tidak begitu cocok. Sedangkan pada daerah lain dengan tingkat kepadatan penduduk yang rendah maka akan lebih cocok menggunakan sistem on site. Sejauh ini penanganan yang sudah ada di Kota Semarang yaitu: Waste Water Master Plan for City of Semarang, Burns and Mc Donel, 1976 Pekerjaan pengembangan Sistem Perencanaan Pembuangan Air Limbah di Kota Semarang, PT Yodya Karya, 1988 dan berbagai studi mengenai Sistem Sanitasi Kota Semarang. Pembangunan sistem sanitasi off site pada permukiman-permukiman padat dan kumuh. Pengadaan tempat pengolahan air limbah seluas 15 Ha (kolam oksidasi) di Kelurahan Genuk, termasuk pengadaan tanah. Pembangunan inseptor air limbah di Kali Semarang Timur. Pembangunan pipa air limbah untuk mengangkut limbah dari interseptor Kali Semarang ke tempat pengolahan Pengolahan sistem air limbah terpisah yang lengkap di daerah pilot project seluas 59 Ha.

Pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan fasilitas sanitasi on site melalui pemberian kredit. Consultancy Services for Initial Community Consultation Works and Preparation for Pilot Sanitation Project in City of Semarang, yang langsung dilaksanakan dengan konstruksi sistem sanitasi off site di kelurahan Panggung Kidul dan Kelurahan Kuningan. Peningkatan kapasitas SDM untuk operasi dan pemeliharaan. Komponen Drainase Gambar III. 19. Jalan di Kota Semarang yang Tergenang Air. Banjir yang terjadi di Kota Semarang pada umumnya disebabkan karena tidak terkendalinya aliran sungai, akibat kenaikan debit, pendangkalan dasar badan sungai dan penyempitan sungai karena sedimentasi, adanya kerusakan lingkungan pada daerah hulu (wilayah atas kota Semarang) atau daerah tangkapan air (recharge area) serta diakibatkan pula oleh ketidakseimbangan input output pada saluran drainase kota. Cakupan banjir saat ini telah meluas di beberapa kawasan di Kota Semarang, yang mencakup sekitar muara Kali Plumbon, Kali Siangker sekitar Bandara Achmad Yani, Karangayu, Krobokan, Bandarharjo, sepanjang jalan di Mangkang, kawasan Tugu Muda Simpang Lima sampai Kali Semarang, di Genuk dari Kaligawe sampai perbatasan Demak Persoalan yang sering muncul adalah terjadi air pasang laut (Rob) di beberapa bagian di wilayah perencanaan yang menjadi langganan genangan akibat rob. Saluran drainase yang mestinya menjadi saluran pembuangan air ke laut berfungsi sebaliknya (terjadi Backwater), sehingga sistem drainase yang ada tidak dapat berjalan dengan semestinya. Hal ini menjadi lebih parah bila terjadi hujan pada daerah tangkapan dari saluran-saluran drainase yang ada. Sehingga terjadi luas genangan yang semakin besar dan semakin tinggi. Komponen Jalan dan Transportasi Gambar III. 20. Kondisi Lalu Lintas di Salah Satu Sudut Kota Jalur transportasi utama yang melewati Kabupaten Semarang, terutama jalur nasional Semarang-Solo sangat membantu kemudahan pergerakan masyarakat. Sementara itu, jalan yang menghubungkan antara jalur utama dengan pusat-pusat permukiman kondisinya cukup buruk. Selain kondisi permukaan jalan yang buruk, kondisi lalu lintasnya juga buruk. Banyak sekali dijumpai kemacetan lalu lintas karena penggunaan badan jalan untuk pedagang kaki lima, untuk area parkir dan karena banyaknya becak yang menggunakan jalur yang sama. Panjang jalan di seluruh wilayah kota Semarang mencapai 2.786,056 km, dimana bila dilihat dari jenis permukaan 52,46% sudah diaspal; sedangkan dari kondisinya 44,72% dalam keadaan baik; 32,52% dalam keadaan sedang; dan sisanya dalam keadaan rusak. Untuk melihat panjang jalan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL III. 80. PANJANG JALAN DI KOTA SEMARANG TAHUN 2002 Keadaan Status Jalan Negara/Nasional Propinsi Kab/Kota/Lokal Jumlah % 1. Jenis Permukaan a. Hotmix 51,625 60,710 328,487 440,822 15,820 b. Aspal Penetrasi 0,000 0,000 1.020,715 1.020,715 36,640 c. Beton 0,000 0,000 288,026 288,026 10,340 d. Paving 0,000 0,000 669,541 669,541 24,030 e. Makadam 0,000 0,000 129,932 129,932 4,660 f. Tanah 0,000 0,000 237,020 237,020 8,510 Jumlah 1 51,6250 60,710 2.673,721 2.786,056 100,00 2. Kondisi Jalan a. Baik 43,175 52,210 1.150,409 1.245,794 44,720 b. Sedang 8,450 8,500 888,958 905,908 32,520 c. Rusak 0,000 0,000 634,354 634,354 22,770 d. Rusak Berat 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Jumlah 2 51,625 60,710 2.673,721 2.786,056 100,00 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang dalam Kota Semarang Dalam Angka 2002. Gambar III. 21. Stasiun Tawang Untuk memenuhi transportasi darat tersedia dua jenis kendaraan angkutan darat utama, yaitu kendaraan bermotor dan kereta api. Salah satu jenis kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan penumpang dengan jumlah besar adalah bus, yang terdiri dari Bus Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) dan Bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP). Bus-bus ini dilayani oleh Terminal Bus Terboyo Semarang. Angkutan Kereta Api di Kota Semarang dilayani 2 stasiun yaitu Stasiun Tawang dan Stasiun Poncol.