Analisis Profitabilitas Usaha Penggemukan Sapi Potong Di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang

dokumen-dokumen yang mirip
Revenue Analysis Of Cattle Farmer In Sub District Patebon Kendal Regency

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

ANALISIS PROFITABILITAS PENGEMBANGAN USAHA TERNAK ITIK DI KECAMATAN PAGERBARANG KABUPATEN TEGAL

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

SKRIPSI. Oleh : VIVI MISRIANI

ANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

K. Budiraharjo dan A. Setiadi Fakultas Peternakan Univesitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at :

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi)

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

Analisis Biaya dan keuntungan...simon pardede

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

ANALISIS PENDAPATAN TERNAK SAPI POTONG KELOMPOK LM3 SUBAK GUNUNG SARI

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI JAWA BREBES (JABRES) DI KABUPATEN BREBES INCOME ANALYSIS OF JABRES CATTLE FARMER'S IN BREBES REGENCY

No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) ,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH KECAMATAN BANYUMANIK, KECAMATAN GETASAN, DAN KECAMATAN CEPOGO. D. Anindyasari, A. Setiadi, dan T.

ANALISIS EKONOMI PEMBERIAN KREDIT SAPI TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

Intisari. Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing di Desa Lubangsampang Kec. Butuh Kabupaten Purworejo. Zulfanita

KELAYAKAN USAHA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

VI. GAMBARAN WILAYAH, KARAKTERISTIK PETERNAKAN SAPI POTONG DAN RESPONDEN PENELITIAN

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 14, Nomor 1, Juni 2016

Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Sistem Pemeliharaan Intensif dan Konvensional di Kabupaten Sleman Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN. wilayah di Kecamatan Ungaran Barat dalam usaha pengembangan agribisnis sapi

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

ANALISIS EKONOMI USAHATANI SAPI POTONG DI KELURAHAN PLALANGAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROFITABILITAS USAHA ITIK PEDAGING DI DESA JULUK KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

Analisis Pendapatan Usaha Sapi Pasundan...Rizka Diannika Syahrizal.

KONSTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI POTONG TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETENAK (Studi Kasus di DesaSukolilo Kecamatan Jabung Kabupaten Malang)

POTENSI LIMBAH AMPAS TAHU SEBAGAI SUMBER PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN PAMEKASAN KABUPATEN PAMEKASAN

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

TINGKAT PENDAPATAN PETERNAK PADA PENGGEMUKAN SAPI BALI DENGAN SISTEM BAGI HASIL DI KABUPATEN KUPANG

RENTABILITAS USAHA TERNAK SAPI POTONG DI DESA WONOREJO KECAMATAN PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG

KAJIAN ANALISIS USAHA TERNAK KAMBING DI DESA LUBANGSAMPANG KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO. Zulfanita

III KERANGKA PEMIKIRAN

BEEF CATTLE FARMING ANALYSIS IN PANCONG JAYA FARMER GROUP, WARU TIMUR VILLAGE WARU SUBDISTRICT PAMEKASAN REGENCY

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI SAPI POTONG DENGAN SISTEM PEMBIBITAN PADA ANGGOTA KTT TRI ANDINIREJO KELURAHAN BENER KECAMATAN TEGALREJO YOGYAKARTA

ANALISIS FINANSIAL PETERNAK SAPI PESERTA KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKPE) DAN MANDIRI DI KABUPATEN MAGELANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AYAM KAMPUNG DI DISTRIK SEMANGGA KABUPATEN MERAUKE. Ineke Nursih Widyantari 1) ABSTRACT

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

B. Suryanto Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK ABSTRACT

ANALISIS KONTRIBUSI USAHA TERNAK SAPI POTONG TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN TEBAS KABUPATEN SAMBAS

B. Suryanto, K. Budirahardjo dan H. Habib Laboratorium Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro ABSTRAK

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KECAMATAN NGANCAR KABUPATEN KEDIRI

EVALUASI FINANSIAL USAHA TERNAK KAMBING PERANAKAN ETTAWA PADA KELOMPOK PETERNAK DI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

Kontribusi Usaha Ternak Sapi Perah Terhadap Pendapatan Keluarga Peternak di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN JAWA TENGAH TAHUN 2014

Pengembangan Kelembagaan Pembibitan Ternak Sapi Melalui Pola Integrasi Tanaman-Ternak

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK ITIK PEDAGING BERDASARKAN SKALA USAHA YANG BERBEDA DI DESA SIPODECENG KECAMATAN BARANTI KABUPATEN SIDRAP

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

Kontribusi Usahatani Padi dan Usaha Sapi Potong Terhadap Pendapatan Keluarga Petani di Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN TANETE RILAU, KABUPATEN BARRU. (Revenue Analysis Cattle Ranch In Sub Tanete Rilau Barru)

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

PENERIMAAN DAN PENDAPATAN USAHA PEMOTONGAN SAPI POTONG DI PERUSAHAAN DAERAH ANEKA WIRAUSAHA KABUPATEN DEMAK. Imelda Oct Utami, Harini TA 1

Oleh: Rodianto Ismael Banunaek, peternakan, ABSTRAK

KAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

I.M. Mulyawati, * D. Mardiningsih,** S. Satmoko **

III. METODE PENELITIAN. merupakan metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara pengamatan

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Tabel 1 Komposisi konsentrat komersial (GT 03) Nutrisi Kandungan (%) Bahan Protein 16 Jagung kuning, dedak gandum, Lemak 4 dedak padi, bungkil kacang

Kondisi Ekonomi Rumahtangga Peternak Penggemukan Sapi Potong Pada Peternakan Rakyat di Kabupaten Kupang

KAJIAN EKONOMIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PANGAN DENGAN TERNAK KAMBING PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN SUMBAWA

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

Analisis Titik Impas dan Efisiensi Pada Usaha Domba...Reka Maharnika ANALISIS TITIK IMPAS DAN EFISIENSI PADA USAHA DOMBA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT DI KECAMATAN NAGAWUTUNG KABUPATEN LEMBATA

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

DAYA SAING USAHA TERNAK SAPI RAKYAT PADA KELOMPOK TANI DAN NON KELOMPOK TANI (suatu survey di Kelurahan Eka Jaya)

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DAN SAPI BAKALAN KARAPAN DI PULAU SAPUDI KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH LOKAL DAN EKS-IMPOR ANGGOTA KOPERASI WARGA MULYA DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP

PROFITABILITAS PENGGEMUKAN SAPI PO PADA DAERAH BERBASIS USAHATANI PADI DI KABUPATEN SUBANG

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

Transkripsi:

Analisis Profitabilitas Usaha Penggemukan Sapi Potong Di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang K. Budiraharjo, M.Handayani dan G. Sanyoto Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang Abstract This study aims to determine the amount of revenue and profitability levels of fattening beef cattle in Gunungpati District Semarang City. The research method used is survey method. Data collected include primary and secondary data. Research location in District of Gunungpati Semarang City. The sampling method is random sampling at 4 Livestock Farmers Group, each of Livestock Farmers Group captured 10 members, so that the total sample of 40 respondens. The data obtained are processed in a descriptive qualitative and quantitative. The results showed that the average number of livestock ownership as much as 2.89 ST, the average income of farmers during the six months of maintenance is Rp 1,551,538.- and the average profitability of 7.76%. Keywords : profit, profitability, beef cattle Pendahuluan Kebutuhan daging sapi didalam negeri belum mampu dicukupi oleh peternak di Indonesia sebagai produsen lokal. Kondisi ini menyebabkan Indonesia melakukan impor daging sapi maupun ternak sapi, selain itu banyak terjadi pemotongan ternak produktif untuk memenuhi permintaan daging sapi, yang akhirnya dapat menyebabkan populasi ternak sapi semakin menurun. Oleh karena itu peningkatan populasi sapi potong perlu dilakukan. Sistem penggemukan sapi potong yang biasa dilakukan oleh peternak adalah sistem kereman. Sistem ini merupakan sistem penggemukan yang dilakukan dengan menempatkan sapi dalam kandang secara terus menerus selama beberapa bulan. Pemberian pakan dan minum dilakukan dalam kandang, tidak dilakukan penggembalaan selama proses berlangsungnya penggemukan (Sugeng, 2002). Pakan yang diberikan pada sistem ini terdiri dari hijauan dan konsentrat dengan perbandingan tergantung dengan ketersedian pakan hijauan dan konsentrat (Siregar, 2002). Dijelaskan lebih lanjut bahwa apabila hijauan tersedia banyak maka hijauanlah yang lebih banyak diberikan, sebaliknya apabila pakan MEDIAGRO 1 VOL 7. NO. 1, 2011: HAL 1-9

konsentrat mudah diperoleh, tersedia banyak dan harga relatif murah maka pemberian konsentrat yang diperbanyak. Usaha penggemukan sapi potong berhubungan erat dengan pertanian. Hasil pertanian tanaman pangan semakin tinggi, limbah pertanian yang dihasilkan juga semakin tinggi sehingga memungkinkan kepemilikan ternak yang semakin tinggi pula. Hal ini terjadi karena fungsi ternak sapi potong sebagai penunjang usaha tani dalam menghasilkan pupuk organik, penambahan pendapatan, tenaga kerja ternak dan berfungsi juga sebagai tabungan. Ternak sapi potong juga mempunyai nilai ekonomis untuk bermacam-macam tujuan yaitu sebagai ternak pertanian, ternak pengangkut, ternak potong dan kerja, sumber bahan industri (Atmadilaga, 1983). Sub sektor peternakan sebagai usaha tani terpadu semakin penting dalam perekonomian nasional baik sebagai lapangan usaha maupun sumber pendapatan bagi rumah tangga. Berdasarkan penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian menyebutkan bahwa sumbangan pendapatan petani miskin terhadap pendapatan nasional sebesar 34 %, untuk petani sedang 22 %, dan untuk petani kaya 14 %. Oleh karena itu usaha peternakan sangat membantu petani miskin di pedesaan (Mubyarto, 1993). Menurut Siregar (2002) bahwa bangsa sapi lokal yang diusahakan sebagai sapi potong atau penghasil daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi Madura, dan sapi Peranakan Ongole. Menurut Mubyarto (1993), besarnya pendapatan petani dari usaha tani dapat dihitung dari pendapatan kotor (Gross Farm Income) dikurangi dengan pengeluaran petani (Farmexpenses). Pendapatan kotor adalah pendapatan yang diperoleh dari seluruh cabang usaha tani selama waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Profitabilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan laba sebelum periode tertentu yang ditujukan dengan perbandingan antara laba dengan penjualan (Hariadi dan Suratiyah, 1997). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan dan tingkat profitabilitas usaha penggemukan sapi potong di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Metodologi Penentuan Lokasi Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - April 2010 di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Kecamatan Gunungpati dipilih sebagai tempat penelitian didasarkan pada jumlah populasi sapi potong sebesar 822 ekor (Dinas Peternakan Kota Semarang, 2009) serta letak Kecamatan Gunungpati Jurnal Ilmu ilmu Pertanian 2

berada di dataran tinggi dimana produksi hijauan dan limbah pertanian cukup tinggi. Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Survei adalah suatu studi ekstensif yang dipolakan untuk memperoleh informasiinformasi yang dibutuhkan. Survei adalah metode penelitian dimana peneliti mengambil sampel dari salah satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1995). Pengambilan sampel diambil secara random sampling pada 4 KTT, yaitu KTT Rejeki Lumintu, KTT Subur Makmur, KTT Rukun Makmur dan KTT Pangudimulyo. Masing-masing KTT diambil sampel peternak sebanyak 10 peternak, sehingga jumlah seluruh responden sebanyak 40 peternak. Pemilihan sampel didasarkan pada potensi yang dimiliki oleh peternak sapi potong melalui tingkat usaha yang telah dijalankan dan lama beternak. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara observasi dan wawancara langsung dengan responden yaitu peternak sapi potong. Data-data yang diperoleh berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan peternak sapi potong dengan berpedoman pada kuesioner. Data sekunder diperoleh dari catatan Dinas Peternakan Kota Semarang dan Kantor Kecamatan Gunungpati. Analisis Data Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Untuk mengetahui Jumlah pendapatan yang diperoleh peternak digunakan rumus sebagai berikut : π = TR - TC Keterangan : π = pendapatan peternak TR = total penerimaan TC = total biaya Perhitungan profitabilitas dihitung menggunakan rumus: Pendapatan rata - rata Profitabilitas = x100%. Biaya Produksi Kriteria Profitabilitas: Jika nilai profitabilitas < tingkat suku bunga Bank, maka usaha tersebut tidak layak dilakukan karena tidak mampu menghasilkan keuntungan. Jurnal Ilmu ilmu Pertanian 3

Jika nilai profitabilitas > tingkat suku bunga Bank, maka usaha tersebut layak dilakukan karena mampu menghasilkan keuntungan. Hasil dan Pembahasan Keadaan Umum Kecamatan Gunungpati Kecamatan Gunungpati termasuk wilayah Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Mijen - Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Banyumanik Keadaan Kecamatan Gunungpati menurut topografinya merupakan daerah pegunungan, terletak pada ketinggian ± 259 meter diatas permukaan laut. Kisaran suhu diwilayah Kecamatan Gunungpati adalah 20 30 0 C dengan curah hujan rata-rata ± 1845 mm/tahun. Menurut Williamson dan Payne (1993), bahwa suhu lingkungan yang optimal untuk ternak sapi potong adalah 21-27 0 C. Berdasarkan keadaan topografi tersebut, maka wilayah Kecamatan Gunungpati Kota Semarang termasuk cocok apabila digunakan untuk pemeliharaan ternak sapi potong. Identitas Responden Identitas reponden dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Responden Peternak Anggota KTT di Kecamatan Gunungpati. No. Karakteristik Jumla (jiwa) Persentase (%) 1. Umur 25-55 tahun 56-72 tahun 2. Tingkat Pendidikan SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat 3. Lama Beternak 0 5 6 10 11 tahun 39 1 32 7 1 5 23 12 97,50 2,50 80,00 17,50 2,50 12,50 57,50 30,00 Jurnal Ilmu ilmu Pertanian 4

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa 39 responden anggota KTT di Kecamatan Gunungpati yang diambil pada penelitian ini termasuk usia produktif, yaitu antara 25 55 tahun. Tingkat pendidikan responden peternak anggota KTT di Kecamatan Gunungpati sebagian besar hanya tamatan SD. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal yang telah dicapai petani ternak masih tergolong rendah sehingga pelatihan dan bimbingan serta penyuluhan yang intensif perlu diupayakan oleh pihak pemerintah daerah guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam berusaha, khususnya bidang peternakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gould dan Saupe (1989) bahwa umur, pendidikan dan pelatihan sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dalam off-farm, pekerjaan usaha tani dan rumah tangga. Pelatihan termasuk pula penyuluhan bertujuan mengubah perilaku sumber daya petani peternak ke arah yang lebih baik. Lama beternak atau pengalaman dalam beternak para peternak anggota KTT antara 0 5 tahun sebanyak 5 responden, 6 10 tahun sebanyak 23 responden dan 11 tahun sebanyak 12 responden. Menurut Hernanto (1990) bahwa kemampuan kerja seseorang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, kesehatan dan faktor alam. Tatalaksana Usaha Penggemukan Sapi Potong Bangsa sapi potong yang dipelihara oleh peternak anggota KTT di Kecamatan Gunungpati adalah sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH), Peranakan Ongole, Angus dan Simental. Para peternak memperoleh bakalan tersebut dari pasar Ambarawa ataupun dari peternak lain yang dirasa cocok untuk dibeli. Peternak anggota KTT di Kecamatan Gunungpati sudah menerapkan beberapa kriteria mengenai bakalan sapi yang akan dipelihara untuk digemukkan, diantaranya bakalan yang dibeli adalah kisaran umur 1,5-2 tahun dan bobot badan rata - rata yaitu 350 kg dengan harga rata-rata per ekor Rp 6.500.000,- Rp 8.500.000,-. Peternak memilih bakalan yang akan digemukkan dengan melihat bakalan tersebut sehat atau tidak mengidap penyakit, sikap berdiri posisi kaki dan badan saat berdiri tegap, tidak cacat serta pernafasan teratur dan normal. Kriteria pemilihan bakalan sapi ini bertujuan untuk menghasilkan ternak sapi potong yang sehat, tidak cacat dan mempunyai harga jual tinggi sehingga nantinya dapat memberikan keuntungan kepada para peternak. Pemberian pakan yang dilakukan petani peternak anggota KTT di Kecamatan Gunungpati untuk ternaknya adalah pakan hijauan sebagai pakan utama. Pakan hijauan yang diberikan yaitu rumput gajah dan rumput lapangan, serta limbah pertanian berupa jerami, dimana dengan kondisi lahan kering di Kecamatan Gunungpati pakan tersebut mudah didapatkan. Jurnal Ilmu ilmu Pertanian 5

Sedangkan jenis konsentrat yang diberikan berupa ketela, ampas tahu dan sedikit garam yang dikombor menjadi satu. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugeng (2002) yang menyatakan pakan pokok sapi berupa hijauan dan konsentrat. Pakan konsentrat ini dapat berupa konsentrat buatan pabrik, ketela dan ampas tahu yang bertujuan untuk memaksimalkan berat badan dari ternak sapi potong tersebut, karena tanpa penambahan pakan tersebut tidak mungkin mencapai pertambahan berat badan yang tinggi atau optimal. Pakan hijauan yang diberikan pada ternak sekitar 35 kg/ekor/hari. Konsumsi pakan konsentrat yang diberikan anggota KTT Rejeki Lumintu, Rukun Makmur dan Pangudimulyo berupa ketela 5 kg/ekor/hari dan ampas tahu adalah 4 kg/ekor/hari. Sedangkan pada KTT Subur Makmur konsentrat yang diberikan hanya berupa ketela sebanyak 8 kg/ekor/hari. Konsumsi air minum rata-rata semua ternak sapi potong anggota KTT yaitu 30 liter/hari dicampur dengan ampas tahu dan ketela. Sistem penggemukan sapi potong peternak anggota KTT di Kecamatan Gunungpati termasuk adalah sistem kereman, karena ternak terus dikandangkan dan tidak digembalakan atau dipekerjakan selama penggemukan berlangsung. Lokasi kandang yang digunakan oleh petani ternak anggota KTT yaitu komplek lahan milik pemerintah Kota Semarang. Lokasi tersebut jauh dari lokasi pemukiman penduduk, dengan biaya sewa tanah sebesar Rp 30.000,00/orang/tahun untuk anggota KTT Rejeki Lumintu, Subur Makmur dan Pangudimulyo. Sedangkan KTT Rukun Makmur dengan biaya sewa Rp 50.000,00/orang/tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1992), bahwa letak kandang yang baik harus terpisah minimal 10 meter dari rumah tempat tinggal pemilik sehingga tidak mengganggu ketenangan ternak maupun pemilik ternak. Kandang yang digunakan peternak anggota KTT di Kecamatan Gunungpati menggunakan tipe tunggal, yaitu ternak sapi potong ditempatkan pada satu baris. Kegiatan pencegahan penyakit yang dilakukan oleh peternak anggota KTT, meliputi memandikan sapi tiga hari sekali untuk menghindari lalat atau caplak, membersihkan tempat pakan ternak satu kali sehari, serta membersihkan kotoran dan sanitasi lingkungan sekitar kandang dua kali sehari. Pencegahan penyakit lainnya berupa pemberian obat cacing merk Calbasen untuk ternak sapi bakalan yang baru datang atau dibeli. Hal ini dilakukan karena penyakit yang sering dijumpai oleh peternak anggota KTT adalah kembung dan cacingan. Rata-rata kepemilikan sapi potong peternak yang menjadi responden adalah 2,89 ST. Peternak menjual ternaknya secara individu, dengan umur antara 2-2,5 tahun, dengan bobot badan setelah enam bulan pemeliharaan antara 400 470 kg dan dijual dengan kisaran harga per ekor antara Rp Jurnal Ilmu ilmu Pertanian 6

9.000.000,- Rp 12.000.000,- kepada blantik atau para peternak lain. Para peternak anggota KTT di Kecamatan Gunungpati menjual ternaknya dua kali dalam setahun, dengan harga jual yang berbeda-beda tergantung kesepakatan peternak dengan pembeli dan biasanya harga jual sapi dipengaruhi oleh taksiran/tampilan ternak serta harga sapi yang sedang berlaku di pasaran. Peternak memiliki konsep penjualan yang cukup baik yaitu meninjau dahulu harga dipasaran, agar ternak sapi potong yang akan dijual tidak dibeli terlalu murah oleh pedagang sapi (blantik). Pendapatan Biaya produksi merupakan pengeluaran yang dibebankan dalam menghasilkan suatu jumlah produk tertentu dan dalam periode tertentu, satuan ukurannya adalah rupiah/periode (Wasis, 1992). Rincian produksi selama enam bulan pemeliharaan dapat pada Tabel 2. Tabel 2. Rincian Biaya Produksi Selama Enam Bulan Pemeliharaan. No. Rincian Jumlah...Rp... 1. Biaya Tetap Penyusutan kandang Penyusutan peralatan 2. Sewa tanah Jumlah Biaya Tidak Tetap Beli sapi bakalan Pakan Kesehatan/obat-obatan Beli garam Pemeliharaan kandang + alat Listrik/air Mineral 156.675,00 95.917,00 17.500,00 16.126.500,00 3.081.720,00 77.625,00 99.500,00 178.750,00 95.400,00 60.375,00 270.092,00 Jumlah 19.719.620,00 Total Biaya Produksi 19.989.712,00 biaya Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya tetap untuk biaya penyusutan kandang sebesar Rp 156.675,00; biaya penyusutan peralatan sebesar Rp 95.917,00 dan biaya sewa tanah sebesar Rp 17.500,00. Sedangkan rata-rata biaya tidak tetap untuk biaya pembelian bakalan sebesar Rp 16.126.500,00; biaya pakan sebesar Rp 3.081.720,00 yang terdiri atas pakan ampas tahu Rp 1.233.420,00 dan pakan ketela Rp Jurnal Ilmu ilmu Pertanian 7

1.848.300,00. Biaya kesehatan/obat-obatan sebesar Rp 77.625,00, biaya ini dikeluarkan untuk pembelian obat atau mendatangkan mantri apabila terdapat ternak yang sedang sakit. Biaya pembelian garam sebesar Rp 99.500,00; biaya pemeliharaan kandang dan alat sebesar Rp 178.750,00; biaya listrik/air sebesar Rp 95.400,00 dan biaya mineral sebesar Rp 60.375,00, sehingga total rata-rata dari biaya produksi yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 19.989.712,00. Penerimaan rata-rata peternak anggota KTT di Kecamatan Gunungpati selama pemeliharaan enam bulan berasal dari penjualan sapi hidup dan penjualan kotoran ternak. Menurut Soekartawi et al. (1986) bahwa penerimaan tunai usaha tani didefinisikan sebagai nilai yang diterima dari penjualan produk usaha tani. Penerimaan peternak pada jenis usaha sapi potong berasal dari penjualan sapi sebesar Rp 21.460.000,00 dan penjualan kotoran sebesar Rp 81.250,00, sehingga total rata-rata penerimaannya adalah Rp 21.541.250,00. Pendapatan rata-rata peternak sapi potong pada anggota KTT di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang selama enam bulan pemeliharaan adalah sebesar Rp 1.551.538,00. Pendapatan tersebut diperoleh dari penerimaan dikurangi biaya produksi. Profitabilitas Berdasarkan perhitungan yang diperoleh, nilai rata-rata profitabilitas sebesar 7,76 %. Nilai tersebut menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh para peternak anggota KTT di Kecamatan Gunungpati sebesar 7,76 % dari keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan. Nilai profitabilitas sebesar 7,76% lebih tinggi dari tingkat suku bunga Bank BRI yang berlaku, yakni sebesar 6 %. Dengan nilai profitabilitas tersebut, maka usaha ternak sapi potong pada anggota KTT di Kecamatan Gunungpati layak untuk dikembangkan karena dapat menghasilkan keuntungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Riyanto (2001), bahwa apabila nilai profitabilitas lebih besar dari suku bunga Bank yang berlaku, maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan karena dapat menghasilkan keuntungan. Kesimpulan Rata-rata kepemilikan sapi potong peternak yang menjadi responden adalah 2,89 ST. Pendapatan rata-rata peternak sapi potong pada anggota KTT di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang selama enam bulan pemeliharaan adalah sebesar Rp 1.551.538,00. Nilai rata-rata profitabilitas pada usaha penggemukan sapi potong sebesar 7,76%, sehingga usaha penggemukan sapi potong layak untuk dikembangkan karena dapat menghasilkan keuntungan. Jurnal Ilmu ilmu Pertanian 8

Daftar Pustaka Atmadilaga, D. 1983. Ruminansia Besar dalam Perspektif Sistem Pembangunan Peternakan di Indonesia. Prosiding Pertemuan Ruminansia Besar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Departemen Pertanian, Bogor. Dinas Peternakan Kota Semarang. 2009. Gould, B. W. and W.E. Saupe. 1989. Off-farm labor market entry and exit. Am. J. Agric. Econ. 71(4): 960-969. Hariadi, M dan K, Suratiyah. 1997. Manajemen Finansial. Penerbit Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Hernanto, F. 1990. Ilmu Usaha Tani. Edisi Ke II. Penebar Swadaya, Jakarta. Mubyarto, 1993. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi Ketiga. LP3ES, Jakarta. Murtidjo, B. A. 1992. Beternak Sapi Potong. Kanisius, Yogyakarta. Riyanto, B. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi ke-4 BPFE. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3S, Jakarta. Siregar, S. B. 2002. Penggemukan Sapi. Cetakan ke-6. Penerbit Swadaya, Jakarta. Soekartawi, Soehardjo. L, Dillon. J, Hardaker. B. 1986. Ilmu Usaha Tani dan Pengembangan Peternakan Kecil. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Sugeng, Y. B. 2002. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta. Wasis. 1992.Pengantar Ekonomi Perusahaan. Penerbit Alumni, Bandung. Williamson, G dan W.J.A Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Darmadja). Jurnal Ilmu ilmu Pertanian 9