Tampubolon menyebutnya sebagai Kemampuan Efektif Membaca. Walaupun keduanya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

MEMBELAJARKAN PESERTA DIDIK UNTUK MEMBACA CEPAT. Syamsul Alam. Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan. Kata Kunci: membaca cepat, memahami makna bacaan,

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN METODE SQ3R PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 2 GATAK, SUKOHARJO

Modul ke: BAHASA INDONESIA MEMBACA UNTUK MENULIS. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan siswa dalam membaca, merupakan salah satu faktor yang

2015 PENERAPAN METODE KLOS BERBASIS MEDIA TEKS BERJALAN DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

PENGARUH SEARCH REWRITE AND TEST (SRT) TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VII SMPN 8 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

Bunga Lestari Dr. Wisman Hadi, M.Hum. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki keterampilan dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi menekankan pada kecakapan-kecakapan yang berguna untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

\ Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dan Pengukurannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal Agustus 2010 di kelas X SMA

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pesan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan terdapat hubungan

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baru tersebut, maka badan bahasa bertindak menjadi agen perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MEMBACA DAN PEMBELAJARANNYA 5. MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATIF DNGAN

Pezi Awram

BAB I PENDAHULUAN. mengarungi kehidupannya di dunia. Pendidikan bahasa Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini di kenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi

BAB II LANDASAN TEORI. Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) pada Siswa Kelas

BAB I PENDAHULUAN. tentang berbagai genre teks bahasa Indonesia sesuai dengan jenjang pendidikan. bahasa Indonesia (Permendikbud, No 60 tahun 2014).

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan bahwa pendidikan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB II KAJIAN TEORI. pengupayaan ini akan mengakibatkan peserta diidk dapat mempelajari sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain. Secara tidak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Manusia berkomunikasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang disampaikan secara terselubung atau tidak secara langsung.

ABSTRAK. Kata kunci: membaca cepat, media audio visual

KONTRIBUSI PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI I KUOK KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENEMUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF MELALUI MEMBACA INTENSIF DI KELAS IV SD INPRES 1 PADENGO KABUPATEN POHUWATO MIKYA NAKI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data yang diperoleh secara empirik pada saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN METODE PQ4R (PREVIEW QUESTION READ REFLECT RECITE REVIEW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA MEMINDAI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Makin kaya kosakata yang dimiliki, makin besar pula

BAB I PENDAHULUAN. mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar

I. PENDAHULUAN. atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar.

BAB I PENDAHULUAN. Suatu implikasi dari sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928,

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai

PENINGKATAN KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA TULISAN BRAILLE DENGAN TEKNIK DUA TANGAN BAGI TUNANETRA KELAS V SLB NEGERI 2 PADANG

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

KEMAMPUAN MENAMUKAN IDE POKOK PARAGRAF SISWA KELAS X SMAN 2 PRINGSEWU 2013/2014. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilham Zamzam Nurjaman, 2013

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 11 KOTA JAMBI. Nia Budianti, Herman Budiyono, Imam Suwardi FKIP Universitas Jambi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa. menulis akan memudahkan siswa untuk mengkonsumsikan menuangkan gagasan,

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS DENGAN METODE DISCOVERY LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan

2016 PENGARUH TEKNIK SCRAMBLE TERHADAP KEMAMPUAN MENENTUKAN IDE POKOK DAN MEMPARAFRASE DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB I PENDAHULUAN. pesan yang tersurat maupun yang tersirat. Anthony (1971) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Menyimak (Listening Skill), Berbicara (Speaking Skill), Membaca (Reading Skill),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal berpikir kritis peserta didik dimulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan pembelajaran Bahasa Indonesia tingkat kemampuan berpikir

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teoretis. Membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai oleh

Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam mengungkapkan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dalam hal pemerolehan bahasa.

PENERAPAN MODEL DIRECTED INQUIRY ACTIVITY (DIA) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V SDN 228 LABILI-BILI PINRANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya.

Transkripsi:

Kemampuan Efektif Membaca 1. Definisi KEM Penggunaan KEM di kalangan para ahli bahasa memiliki istilah berbeda-beda. Ahmadslamet menyebutkan KEM sebagai Kecepatan Efektif Membaca, sedangkan Tampubolon menyebutnya sebagai Kemampuan Efektif Membaca. Walaupun keduanya mendefinisikan KEM dengan istilah yang berbeda, tetapi maksud yang disampaikan memiliki kesamaan. Kecepatan Efektif Membaca (KEM) menurut Ahmadslamet Harjasujana (1988) adalah kecepatan yang dicapai oleh pembaca berdasarkan rumus banyaknya jumlah kata dibagi panjangnya waktu yang diperlukan, diperbanyak dengan persentase skor yang diperoleh. Tampubolon (1990) menyebutkan bahwa Kemampuan Efektif Membaca (KEM) adalah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan. Jadi, ada dua aspek yang dinilai dalam KEM ini, yakni kecepatan dan pemahaman isi. Dengan demikian, KEM adalah kecepatan yang harus dimiliki pembaca tanpa mengabaikan pemahaman terhadap isi secara menyeluruh. 2. Membaca Pemahaman Sebagai Kegiatan Membaca Membaca dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Purwadarminta : 2001) adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati). Jadi, seorang pembaca berusaha untuk memahami isi, menggali informasi secara lisan atau dalam hati. Tarigan (1987) menjelaskan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan atau dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Dengan demikian, pembaca berusaha menangkap maksud atau pesan yang diinginkan penulis.

Yap dalam buku Analisis Kesalahan karya Pateda (1989 : 92) mengatakan bahwa membaca adalah menangkap makna dari rangkaian huruf tertentu. Dalam buku yang sama Dechant dan Henry P. Smith mengatakan bahwa membaca adalah suatu interpretasi simbol-simbol tertulis. Hal ini menunjukkan bahwa membaca adalah kegiatan untuk memaknai dan menafsirkan simbol-simbol secara menyeluruh. Selain itu, aspek yang dapat dilihat dalam membaca adalah penggunaan bahasa. Dalam kegiatan membaca ada interaksi antara pembaca dan penulis, sehingga pembaca harus memahami pesan yang ingin disampaikan penulis dengan medium bahasa. Makna dalam bacaan ada yang tercantum secara tersirat dan tersurat. Seorang pembaca dituntut untuk mampu memahami makna tersebut. Dengan demikian, makna tidak selalu dapat ditemukan dalam bacaan. Seorang pembaca harus aktif melibatkan dirinya untuk menangkap makna dan memahami maksud di luar bacaan. Dari beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa membaca pemahaman adalah aktivitas yang melibatkan pembaca, isi bacaan, dan penulis. Seseorang dikatakan memahami suatu bacaan apabila ia telah menangkap maksud penulis baik yang tersirat maupun yang tersurat. 3. Tingkatan Membaca Pemahaman Pada Dictionary Of Reading and Related Terms (1983 : 226) disebutkan bahwa ada beberapa tingkatan proses pemahaman, antara lain : 1) mendapatkan makna harfiah, 2) mendapatkan makna interpretatif, 3) mendapatkan makna yang dibaca, 4) mereaksi apa yang dibaca dengan kreatif. Dalam buku Kemampuan Membaca Silitonga et al (1984 : 8 9) menyatakan bahwa kemampuan membaca siswa dapat diukur dan dianalisis. Sasaran pengukuran mengacu

pada gejala-gejala tingkah laku siswa secara langsung. Hal ini berarti, tingkah laku berbanding lurus dengan kemampuan membaca siswa. Gejala-gejala tingkah laku tersebut meliputi : 1) kemampuan menguasai bacaan dan sistem penulisannya yang mencakup kemampuan memahami kalimat, dan rangkaian kalimat, serta memahami respon yang tepat pada penggunaan tanda baca; 2) kemampuan dalam menangkap gagasan penulis dan menyimpulkan isi bacaan; 3) kemampuan memahami gaya dan pemaparan penulis yang mencakup kemampuan mengenal atau mengidentifikasi sikap pengarang. Secara rinci Davis dalam buku Analisis Kesalahan karya Pateda (1989:93) menyebutkan membaca pemahaman akan mengukur kemampuan membaca seseorang, yakni : (a) mengidentifikasi kata; (b) mengantisipasi makna; (c) menyimpulkan kata dari konteks; (d) menjalin ide dalam konteks; (e) menyimpulkan konteks menemukan maksud penulis, sikap, penekanan, cara-cara penulis; (f) mengidentifikasi strategi penulis; (g) mengidentifikasi struktur penulisan. Dengan demikian, pengukuran dalam membaca pemahaman adalah pertanyaanpertanyaan yang meliputi: makna kata dalam kalimat, ide pokok dan ide penjelas, maksud pengarang, penggunaan tanda baca, kesimpulan bacaan, judul, dan data-data baik yang tersirat maupun yang tersurat.

4. Prinsip-Prinsip Membaca Pemahaman Keberhasilan dalam membaca ditentukan oleh banyak faktor. McLaughlin dalam Rahim (2005) menyebutkan bahwa prinsip-prinsip membaca yang paling mempengaruhi pemahaman bacaan, sebagai berikut. a) Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial. Teori kontruktivis menyatakan bahwa pemahaman dan penyusunan bahasa sebagai suatu proses membangun. Hal ini mengandung pengertian bahwa apa yang mereka bangun dan pengetahuan sebelumnya adalah bahan untuk membangun makna. Dalam membaca, informasi baru yang akan diajarkan harus diintegrasikan dengan apa yang diketahui sehingga siswa mempunyai banyak pengalaman dalam suatu topik tertentu. b) Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman. Kemahiraksaraan yang dimiliki seseorang akan membantunya dalam proses membaca maupun menulis secara penuh. Adapun, model pembelajaran pemahaman yang diharapkan adalah sebuah model yang memberikan kesempatan belajar, menghubungkan, dan mengintegrasikannya. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar harus diletakkan dalam kerangka kerja kurikulum sehingga dapat menciptakan suatu lingkungan yang optimal untuk pelaksanaan belajar. c) Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi proses belajar. Guru yang unggul adalah guru yang mengetahui pentingnya setiap siswa untuk memiliki pengalaman kemahiraksaraan. Hal ini karena, peranan guru dalam proses membaca adalah menciptakan pengalaman memperkenalkan, memelihara, dan memperluas kemampuan siswa dalam memahami teks. Jika guru mengetahui cara

mengembangkan motivasi siswa, mengenal karakteristik siswa, dan strategi-strategi mengajarkannya, maka proses belajar akan lebih menyenangkan. d) Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca. Pembaca yang baik adalah pembaca yang dapat mengintegrasikan informasi dan terampil menghubungkannya dengan topik sebelumnya. Sebaliknya, pembaca yang tidak baik terlampau menekankan simbol-simbol dalam teks atau terlampau yakin pada pengetahuan sebelumnya tentang topik. e) Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna. Untuk lebih meningkatkan pemahaman siswa terhadap bacaan, sebaiknya guru memberikan teks dalam berbagai tingkat kesukaran. Guru dapat membantu siswa dengan menyuruhnya membaca nyaring apabila teksnya dianggap sulit dan menantang. Apabila teks tersebut sangat tepat untuk pembelajaran, siswa diberikan dukungan yang penuh dari gurunya. f) Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat. Setiap hari, siswa perlu membaca berbagai teks dengan tingkat yang berbeda. Apabila teks itu digunakan, guru perlu memberikan bantuan untuk meningkatkan dan memperluas pengalaman belajar siswa serta menerima dukungan yang bergantung pada tujuan dan setting pengajaran. Dengan mengenal berbagai jenis materi bacaan akan meningkatkan pemahaman siswa. Hal ini akan memberikan siswa pengetahuan sejumlah struktur teks dan meningkatkan proses memahami suatu teks. g) Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman.

Teori kontruktivis memiliki peranan penting pada perkembangan kosakata. Kosakata yang dimaksud adalah memperkenalkan antonim, sinonim, makna ganda, dan definisi abstrak. Ahli bahasa mengidentifikasikan empat petunjuk untuk pengajaran kosakata. Adapun petunjuk yang dimaksud yakni siswa hendaknya memperkenalkan secara aktif dalam memahami kata-kata dan dihubungkannya dengan strategi-strategi, belajar kosakata harus sesuai dengan keinginan siswa, mengakrabi kata-kata, dan mengembangkan kosakatanya melalui wacana-wacana yang diulang penggunaannya dari berbagai sumber informasi. h) Pengikutsertaan merupakan faktor kunci dalam proses pemahaman. Keterlibatan pembaca dalam membangun pemahaman didasarkan pada hubungan antara pengetahuan sebelumnya dengan informasi baru. Keterlibatan pembaca termotivasi untuk membaca dengan berbagai tujuan, memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya untuk membangkitkan pemahaman baru serta berpartisipasi dalam interaksi sosial yang bermakna tentang bahan bacaan. i) Strategi dan keterampilan pemahaman bisa diajarkan. Sebuah penelitian membuktikan bahwa saat siswa mengalami strategi pengajaran pemahaman langsung, ternyata meningkatkan pemahaman teks tentang topik baru. Pertanyaan-pertanyaan pemahaman sering timbul pada tingkat pemahaman literal, ditugaskan dan kemudian dikoreksi, pemahaman dinilai, tetapi tidak diajarkan. Dengan mengaitkan keterampilan dan strategi-strategi bisa mempermudah siswa memahami strategi pemahaman yang umumnya lebih kompleks dari keterampilan pemahaman. j) Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman.

Penilaian merupakan sekumpulan data, seperti nilai tes dan catatan-catatan informal untuk mengukur hasil belajar siswa, sedangkan evaluasi merupakan interpretasi dan analisis data. Asesmen ini berguna untuk menilai kemajuan siswa karena memungkinkan guru untuk menemukan kelebihan dan kekurangan, merencanakan pengajaran dengan tepat, mengkomunikasikan kemajuan siswa kepada orang tua, dan untuk mengevaluasi keefektifan strategi mengajar. 5 Rumus Pengukuran KEM Menurut Ahmadslamet dan Tampubolon dalam buku Membaca I karangan Harras (1997), disebutkan bahwa untuk menentukan KEM seseorang ada dua prosedur yang dilalui, yakni : pengukuran kecepatan membaca dan pemahaman isi. 1) Pengukuran Kecepatan Membaca (KM) dengan cara menghitung jumlah kata yang terbaca setiap menit. Prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut : KM = Jumlah kata yang terdapat dalam bacaan Jumlah waktu tempuh (dalam hitungan menit) 2) Pengukuran pemahaman isi bacaan (PI) secara keseluruhan dengan cara menghitung persentase skor jawaban yang benar atas skor jawaban yang ideal dari pertanyaanpertanyaan tes pemahaman bacaan. Prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut : Adapun untuk mengukur KEM seseorang, kedua aspek tersebut harus diintegrasikan. Menurut Harjasujana, hal ini dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut : Skor jawaban yang benar PI = x 100% Skor jawaban ideal K B KEM = X X 60 W SI

Keterangan: K : jumlah kata yang terdapat dalam bacaan W : jumlah waktu yang ditempuh dalam hitungan detik B : skor jawaban yang benar SI : skor jawaban ideal 6. Standardisasi Kecepatan Membaca KEM satu orang dengan yang lainnya tentu berbeda. Hal ini sangat bergantung pada tingkat pendidikan dan jabatan yang disandang. Walaupun demikian, ada formula yang dapat dijadikan acuan atau tolak ukur untuk mengetahui KEM yang harus dimiliki seseorang. Di bawah ini merupakan standar Kecepatan Efektif Membaca menurut jenjang pendidikan. Tabel 1 Standardisasi KEM Menurut Jenjang Pendidikan Jenjang Pendidikan Kecepatan Membaca SD / SMP SMA Mahasiswa Mahasiswa pascasarjana Orang dewasa (yang tidak sekolah) 200 kata per menit 250 kata per menit 325 kata per menit 400 kata per menit 200 kata per menit Christine Nuttal (1989) dalam Harras menyebutkan bahwa jenjang SD antara kelas I sampai 6 pun berbeda dalam kecepatan membacanya.

Kelas I II II IV V VI Tabel 2 KEM Menurut Tingkatan Kelas Kecepatan Membaca 60 80 kata per menit 90 110 kata per menit 120 140 kata per menit 150 160 kata per menit 170 180 kata per menit 190 200 kata per menit Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dikualifikasikan sebagai berikut : Tabel 3 Kualifikasi Kecepatan Membaca Kecepatan Membaca Kualifikasi 175-250 kpm 250-350 kpm 400-500 kpm rendah / kurang memadai sedang / memadai tinggi / efektif Standardisasi di atas digunakan umtuk menghitung kecepatan membaca saja. Adapun untuk menghitung kemampuan efektif membacanya harus diikuti oleh pemahaman terhadap wacana. Penelitian yang dilakukan Baldridge (1987) dalam Harjasujana menjelaskan bahwa setiap orang dituntut untuk membaca tidak kurang dari 840.000 kata per minggu. Jika Kecepatan Efektif Membaca (KEM) yang mereka miliki hanya 250 kata per menit, waktu yang harus mereka gunakan khusus untuk membaca saja adalah 8 jam per hari. Kalaupun waktu yang tersedia hanya 4 jam per hari, maka kecepatam membaca mereka harus dilipatgandakan menjadi 500 kpm.