MODIFIKASI MESIN BUBUT DENGAN PENAMBAHAN ALAT BANTU CEKAM UNTUK MEMBUAT KOMPONEN YANG MEMBUTUHKAN PROSES FREIS

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

ANALISIS PROFIL KEBULATAN UNTUK MENENTUKAN KESALAHAN GEOMETRIK PADA PEMBUATAN KOMPONEN MENGGUNAKAN MESIN BUBUT CNC

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut

PENGARUH BEBERAPA PARAMETER PROSES TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN HASIL PEMESINAN GERINDA RATA PADA BAJA AISI 1070 DAN HSS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING)

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING

III. METODE PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL DRILL JIG UNTUK PENGGURDIAN FLENS KOPLING

PENGARUH KEDALAMAN POTONG, KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP GAYA PEMOTONGAN PADA MESIN BUBUT

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BANTU PEGANG (FIXTURE) UNTUK PROSES PENGELASAN SAMBUNGAN-T

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING)

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

MESIN BOR. Gambar Chamfer

TORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PROSES PERMESINAN. (Part 2) Learning Outcomes. Outline Materi. Prosman Pengebor horisontal JENIS MESIN GURDI

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya proses permesinan merupakan sebuah keharusan. mesin dari logam. Proses berlangsung karena adanya gerak

RANCANG BANGUN MESIN PENGADUK SERBUK KAYU DENGAN RESIN POLIMER MENGGUNAKAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

PENGARUH KECEPATAN MAKAN PADA GERAKAN INTERPOLASI LINIER DALAM PROSES PEMESINAN MILLING CNC

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

BAB III METODOLOGI. Modular fixture ini meaipkan alat bantu yang digunakan untuk memegang benda

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal. 1-8 ISSN , e-issn

LAPORAN TUGAS AKHIR STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT (DESAIN DYNAMOMETER SEDERHANA)

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

PROSES PEMESINAN. Learning Outcomes. Outline Materi. Proses pada Bendakerja KLASIFIKASI PROSES PEMESINAN

DESAIN DAN PABRIKASI GERINDA TOOLPOST PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL

EKSPERIMENTAL PEMBUATAN SPIRAL DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MESIN FREIS UNTUK PENGEMBANGAN PROGRAM PRAKTIKUM LABORATORIUM PEMESINAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mesin frais (milling) baik untuk keperluan produksi. maupun untuk kaperluan pendidikan, sangat dibutuhkan untuk

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BANTU CEKAM PADA MESIN SEKRAP UNTUK MENGERJAKAN PROSES FREIS

BAB III. Metode Rancang Bangun

ANALISIS PENGARUH CUTTING SPEED DAN FEEDING RATE MESIN BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA DENGAN METODE ANALISIS VARIANS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Jumlah Halaman : 20 Kode Training Nama Modul` Simulation FRAIS VERTIKAL

ANALISA PERANCANGAN RODA GIGI LURUS MENGGUNAKAN MESIN KONVENSIONAL

Kecepatan potong Kecepatan makan Kedalaman potong. Kekasaran Permukaan

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB II DASAR TEORI 2.1 Proses Pengelasan.

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

Pengaruh Kemiringan Benda Kerja dan Kecepatan Pemakanan terhadapgetaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

ANALISIS HASIL PEMOTONGAN PRESS TOOL PEMOTONG STRIP PLAT PADA MESIN TEKUK HIDROLIK PROMECAM DI LABORATORIUM PEMESINAN

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT, PENGARUH RAKE ANGLE DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP TENAGA YANG DIPERLUKAN UNTUK PEMOTONGAN

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian

PENGARUH PENGARUH JENIS COOLANT DAN VARIASI SIDE CUTTING EDGE ANGLE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BUBUT TIRUS BAJA EMS 45

STUDI KEMAMPUAN DAN KEANDALAN MESIN FREIS C2TY MELALUI PENGUJIAN KARAKTERISTIK STATIK MENURUT STANDAR ISO Julian Alfijar 1 ), Purnomo 2 )

OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN TANPA FLUIDA PENDINGIN TERHADAP MUTU BAJA AISI Jl. Jend. Sudirman Km 3 Cilegon,

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

PROSES GURDI (DRILLING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY

PERANCANGAN MESIN PENEKUK PLAT MINI. Dalmasius Ganjar Subagio*)

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

PERANCANGAN FIXTURE PADA PROSES SEKRAP DAN FREIS UNTUK MEMPRODUKSI KOMPONEN POROS IDLER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI CUTTING FLUID DAN VARIASI FEEDING PADA PROSES PEMOTONGAN ORTHOGONAL POROS BAJA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN. Febi Rahmadianto 1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Gambar 2.1 Referensi alat bantu terhadap benda kerja

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang

BAB VI MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG PAHAT HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN ORTHOGONAL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

BAB 3 PERANCANGAN PROSES PENGERJAAN KOMPONEN PROTOTYPE V PISTON MAGNETIK

Transkripsi:

MODIFIKASI MESIN BUBUT DENGAN PENAMBAHAN ALAT BANTU CEKAM UNTUK MEMBUAT KOMPONEN YANG MEMBUTUHKAN PROSES FREIS Muhammad Yanis, Qmarul Hadi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl.Raya Palembang Prabumulih km 32, Inderalaya-Ogan Ilir (30662) Sumatera Selatan, Indonesia Phone: +62-711-580272, FAX: +62-711-580272, E-mail: yanis_mhd@yahoo.co.id ABSTRACT Mesin bubut dapat ditingkatkan kemampuannya untuk mengerjakan proses freis. Proses freis tersebut dilakukan dengan menambahkan alat tambahan (attachment) berupa alat bantu cekam. Alat bantu cekam (fixture) yang dibuat terdiri atas dua bagian utama yaitu poros pemegang pahat dan pencekam benda kerja. Poros pemegang pahat dirancang khusus akan dilekatkan pada spindel yang dapat mencekam berbagai jenis pahat freis. Sementara itu pencekam benda kerja digunakan untuk memegang benda kerja yang dilekatkan pada dudukan pahat (carriage) sebagai pengganti posisi pahat, jadi dalam hal ini pahat dan pemegangnya dilepas.proses freis yang dilakukan merupakan proses freis permukaan (face milling) untuk komponen yang berukuran kecil atau sedang. Alat bantu cekam yang telah dibuat diharapkan dapat dimanfaatkan oleh bengkel produksi atau industri kecil yang tidak memiliki mesin freis untuk meningkatkan produktivitas mesin bubutnya. Kata Kunci: Mesin perkakas. Alat bantu cekam, Proses bubut, Proses freis. 1. Pendahuluan Pembuatan komponen dari logam menggunakan mesin perkakas (machine tools) sampai saat ini masih tetap merupakan proses yang paling banyak digunakan (60% sampai dengan 80%) dibanding jenis proses lain (proses pengelasan, pembentukan, pengecoran dan metalurgi serbuk). Hal ini karena mesin perkakas dapat menghasilkan produk yang teliti (tidak salah), tepat (keterulangan), produktif dan kompleks [9]. Komponen mesin (suku cadang elemen mesin) memiliki beragam bentuk dan dalam pembuatannya memerlukan mesin, dimana dalam hal ini mesin perkakas yang mampu membentuknya. Jenis mesin perkakas yang umum digunakan adalah mesin bubut, mesin gurdi, mesin sekrap, mesin bor, mesin freis dan mesin gerinda, atau kombinasi diantaranya. Pada umumnya bentuk komponen mesin yang dibuat memerlukan pengerjaan permukaan silindrik, konis dan pengerjaan permukaan rata. Untuk bentuk silindrik atau konis mesin perkakas yang digunakan adalah mesin bubut atau gerinda silndrik untuk proses finishing. Untuk bentuk permukaan rata, mesin yang biasa digunakan adalah mesin freis atau mesin sekrap dan gerinda rata (finishing). Sementara itu bentuk MV-111 produk umum yang sering dibuat banyak memerlukan pengerjaan di mesin freis. Selain itu mesin freis juga merupakan mesin perkakas yang paling komplek untuk membuat komponen. Bagi bengkel produksi yang hanya memiliki mesin bubut dan beberapa mesin lain serta tidak memiliki mesin freis berarti keterbatasan dalam pembuatan komponen yang membutuhkan proses freis. Hal ini terutama di rasakan oleh kebanyakan industri kecil dan beberapa industri mesin perkakas yang berskala sedang yang tidak mampu membeli mesin freis yang memang harganya jauh lebih mahal dibanding mesin bubut. Mesin bubut dapat ditingkatkan kemampuannya dalam membuat komponen yang membutuhkan pengerjaan proses freis dengan membuat peralatan tambahan [9]. Peralatan tambahan (attachments) tersebut berupa alat bantu cekam (fixture). Alat bantu cekam digunakan untuk memegang benda kerja yang dilekatkan pada dudukan pahat (carriage) sebagai pengganti posisi pahat, jadi dalam hal ini pahat dan pemegangnya dilepas. Sementara itu untuk pahat freis diletakkan pada spindel menggunakan poros pemegang pahat yang rancang khusus.

Modifikasi pada mesin bubut ini akan diterapkan ke salah satu industri kecil yang tidak memiliki mesin freis, sehingga akan meningkatkan produktivitas industri kecil yang bersangkutan dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatannya. Selain itu diharapkan sebagai ide awal bagi industri kecil atau bengkel produksi yang hanya memiliki mesin bubut, untuk membuat alat sejenis yang dipakai pada mesin bubut mereka. 2. Metode Penelitian Langkah-langkah penelitian yang dilakukan pada peningkatan kemampuan kerja mesin bubut untuk mengerjakan proses freis meliputi perancangan dan pembuatan alat bantu cekam serta pengujian kemampuan kerja alat. Tempat pembuatan dan pengujian kemampuan alat dilakukan di laboratorium CNC- CAD/CAM Fakultas Teknik Unsri, Politeknik Unsri, Balai Latihan Pendidikan Teknik (BLPT) Palembang dan salah satu industri kecil yang ada di pasar Cinde Palembang. 2.1. Perancangan dan pembuatan alat bantu cekam Bentuk dan ukuran alat bantu cekam yang dibuat disesuaikan mempertimbangkan ruang gerak pemesinan pada mesin bubut yang digunakan, sehingga defleksi atau getaran yang terjadi tidak menyebabkan kesalahan yang berarti dari komponen yang dibuat. Data daya, putaran maksimum mesin dan kedudukan carriage atau tool post merupakan data perencanan yang penting. Perhitungan gaya-gaya yang bekerja dan kekuatan komponen alat menggunakan persamaan di bawah ini. a. Akibat gaya aksial (arah gaya sejajar dan sepusat sumbu komponen) [6] : σ = F a / A (1) σ = Tegangan arah aksial, N/m 2 F a = Gaya aksial, N A = Luasan penampang arah tegak lurus, m 2 b. Akibat gaya radial (arah gaya tegak lurus sumbu komponen) [6] : σ = M / Z (2) σ = Tegangan arah radial, N/m 2 M = Momen lengkung, N.m Z = Modulus penampang, m 3 c. Akibat gaya tangensial (arah gaya tegak lurus jarijari penampang lingkaran komponen) [6] : P = F t. v = T. ω (3) P = Daya yang terjadi, N m/detik F t = Gaya tangensial yang terjadi, N v = Kecepatan, m/detik T = Momen puntir, N.m ω = Kecepatan sudut, rpm d. Gaya tekan pembuatan lubang [9] : F Z = C d m f n (4) F Z = Gaya tekan yang terjadi, N C = Konstanta gaya tekan d = Diameter pahat, mm f = Gerak makan, mm/r m, n= Pangkat untuk diameter dan gerak makan. e. Gaya tangensial pada pahat proses freis [9] : F tm = A m k sm (5) F tm = Gaya potong pergigi rata-rata, N A m = Penampang geram, mm 2 = a x h m A = Lebar geram (kedalaman potong), mm h m = Tebal geram sebelum terpotong, mm = (f z sin κ r /Φ c ) / (cos Φ 1 cos Φ 2 ) f z = Gerak makan per gigi, mm κ r = Sudut potong utama, o Φ c = Sudut persentuhan rata-rata. o = Φ 2 Φ 1 Φ 1 = Sudut persentuhan masuk, o = arc cos [(d/2) x] / (d/2) Φ 2 = Sudut persentuhan keluar, o = arc cos [(d/2) (x + w)] / (d/2) k sm = Gaya potong spesifik, N/mm 2 = -p k s1.1 x h m k s1.1 = Gaya potong spesifik referensi, tergantung jenis material, N/mm 2 P = Pangkat tebal geram rata-rata, dipengaruhi oleh material benda kerja dan kecepatan potong (rata-rata 0,25) MV-112

Komponen utama dari alat bantu cekam yang dibuat terdiri atas : Gambar 1. Geometri geram sebelum terpotong pada proses freis vertikal [6]. Bentuk skematik dari alat yang dibuat seperti gambar di bawah ini. 1 3 2 4 a. Poros pemegang pahat Poros pemegang pahat diikatkan di spindel sebagai pengganti kedudukan benda kerja. Diameter luar dibuat sebesar mungkin dengan tujuan agar konstruksi kaku dan agar dapat memuat rumah pahat pencekam (collet) pahat gurdi dan end mill (diambil diameter terbesar 35 mm). Kedua penampang poros dimanfaatkan, penampang pertama untuk mencekam pahat perataan dengan diameter minimum 40 mm dan penampang satunya untuk mencekam pahat gurdi dan end mill berbagai diameter (2 s.d 18 mm). Material poros ini dibuat dari bahan baja lunak. b. Meja/landasan benda kerja dan pencekam berbentuk ragum Benda kerja yang akan dimesin diletakkan/diikatkan pada meja atau ragum. Untuk menahan benda kerja dikencangkan dengan baut, dimana kepala baut menumpu pada meja pada alur-t. Pada pembuatan bagian ini yang perlu diperhatikan adalah kehalusan permukaan meja dan kehalusan dan ketelitian lintasan luncurnya (guide way). Material diambil dari baja karbon sedang. Bila meja slot-t tidak bisa menahan benda kerja, maka bagian ini dilepas dan diganti pencekam biasa berbentuk pencekam ragum yang dibuat khusus. 6 7 5 8 9 c. Ulir mur pasangan poros/baut daya Ulir mur untuk pasangan baut daya atau poros penggerak posisi peletakkannya dilakukan dua cara yaitu cara seperti ditunjukkan gambar (2) dimana pelat mur diikatkan pada bagian atas dari rel. Pada kondisi ini hanya poros/baut daya nya ikut bergerak naik atau turun bersama meja atau ragum atas. Perancangan kedua ulir mur dibuat langsung pada lubang di lintasan luncur baik untuk meja maupun untuk ragum. Pada kondisi ini yang bergerak naik atau turun hanya meja atau ragum. Posisi mur pasangan baut daya diganti oleh pelat khusus yang menahan dorongan poros/baut daya ketika bergerak. 10 Keterangan : 1. Meja dengan pendukung alur-t 6. Spindel mesin bubut 2. Baut daya 7. Ragum atas 3. Mur pasangan baut daya 8. Rel 4. Baut pengikat ke dudukan pahat 9. Balok penumpuh 5. Meja dudukan carriage m. bubut 10. Poros pemegang pahat Gambar 2. Bentuk alat bantu cekam yang dibuat yang dipasang di mesin bubut MV-113 d. Rel/lintasan pengarah meja dan ragum Meja dan dudukan benda kerja disatukan dengan Rel/lintasan pengarah meja sebagai pasangan lintasan luncur. Bagian permukaan yang bersentuhan dengan meja dibuat sehalus mungkin dan seteliti mungkin dimensi maupun geometrinya dengan permukaan meja, guna menjamin ketelitian. Untuk bagian ini digunakan material baja karbon rendah. Lintasan pengarah meja dibuat dua macam dengan ukuran yang berbeda berdasarkan dua metode cara menggerakkan meja atau ragum diatas.

e. Pelat penahan baut daya/pengikat Baut daya diikat oleh pelat penahan dan dihubungkan dengan rel/lintasan pengarah meja untuk menjaga ketelitian gerak ketika meja atau ragum dinaikkan atau diturunkan. Material bagian ini dibuat dari dari baja karbon rendah. Untuk cara penumpuhan atau penyatuan kedua bagian ini diganti dengan pelat yang memiliki mur ulir dari baut daya. f. Poros/baut daya Benda kerja yang akan dimesin diatur posisinya oleh baut daya dengan cara mengangkat atau menurunkan balok pencekam ataupun meja. Baut daya ini dibuat dua buah sama seperti ragum, lintasan luncur meja dan pasang lintasan luncur atau rel. g. Balok penumpu alat pada tool post Balok penumpuh ini dilekatkan pada meja tempat yang untuk meletakan pemegang pahat bubut (tool post). Balok ini tempat menyatukan mengikatnya lintasan luncur arau rel dari alat bantu cekam yang dibuat. Besar balok disesuaikan dengan ukuran mesin bubut yang dipakai dan dibuat dari material baja lunak. 2.2. Pengujian kemampuan alat bantu cekam Pengujian kemampuan kerja alat terdiri atas pembuatan kontur dan uji pemesinan. Proses pembuatan dengan berbagai kontur/geometri dari benda kerja yang dibuat berdasarkan jenis pahat yang digunakan. Pengujian ini bertujuan melihat fleksibilitas kemampuan alat untuk membuat benda kerja yang memerlukan proses freis. Pengujian pengaruh variabel pemesinan terhadap kekasaran permukaan (R a ) yang terjadi dilakukan dengan tidak menggunakan cairan pendingin dan menggunakan cairan pendingin baik proses up milling (freis naik) maupun down milling (freis turun). a. Bahan pengujian - Material yang digunakan untuk pengujian pemesinan diambil dari bahan aluminium dan baja karbon rendah dengan berbagai ukuran yang disesuaikan kebutuhan. - Cairan pendingin (colant) untuk pengujian menggunakan jenis semi sintetis yaitu dromus dengan konsentrasi atau perbandingan air dengan dromus adalah 20 bagian air dengan 1 bagian dromus. - Pahat yang digunakan dari jenis HSS (high speed steel) baik untuk proses freis maupun gurdi dengan berbagai ukuran dan bentuk. b. Peralatan Pengujian Peralatan pengujian yang digunakan dalam pengujian ini meliputi : - Mesin bubut : merk Dairen C620G; daya 5 kw; putaran 90, 150, 265, 580 rpm; kecepatan makan 80, 90, 100, 120 mm/min. - Roughness Tester ; Mitutoyo (0,01 μm). - Jangka sorong ; Mitutoyo (0,01 μm). - Mikrometer ; Mitutoyo (0,001 μm). 3. Hasil dan Pembahasan Pembuatan alat bantu cekam (fixture) yang direncanakan telah berhasil dilakukan. Sesuai rancangan yang diinginkan untuk memposisikan mur dari baut atau poros penggerak meja atau ragum dilakukan dua cara, yaitu : - Posisi pertama, pasangan ulir poros (mur) dibuat pada lintasan luncur meja atau ragum gambar (3). - Posisi kedua, untuk mur dibuat pada pelat khusus yang di lekatkan sebagai pengganti pelat penahan baut daya gambar (4). Berikut gambar bentuk alat bantu cekam dan poros pemegang pahat yang dibuat, cara pemasangan di mesin bubut.. Gambar 3. Bentuk alat bantu cekam yang dibuat. Modifikasi pertama dimana mur pasangan baut daya dibuat pada pasangan rel. MV-114

Gambar 4. Bentuk alat bantu cekam yang dibuat. Modifikasi kedua dimana mur pasangan baut daya menggantikan posisi pelat penahan baut daya. Gambar 7. Contoh bentuk atau kontur yang memerlukan proses freis menggunakan alat bantu cekam yang dibuat. 7 (a) (b) Gambar 5. Poros pemegang pahat (a) Jenis pahat perataan, (b) Pahat end mill Kekasaran Permukaan (um) 5 3 1 100 200 300 400 500 600 Putaran Spindel (rpm) Up milling-coolant Up milling-non coolant Dow n milling-coolant Dow n milling-non coolant Gambar 8. Pengaruh variasi putaran spindel terhadap kekasaran permukaan pada proses freis menggunakan alat bantu cekam yang dibuat. Gambar 6. Pemasangan alat bantu cekam di mesin bubut Gambar (7) merupakan contoh bentuk atau kontur yang dibuat menggunakan alat bantu cekam yang dibuat dan gambar (8) pengaruh putaran spindel terhadap kekasaran permukaan yang dilakukan menggunakan alat yang dibuat. MV-115 Dari kegiatan yang dilakukan, telah dibuat alat bantu cekam (fixture) di mesin bubut sesuai dengan hasil yang diharapkan yaitu dapat membuat produk yang memerlukan pengerjaan permukaan rata (proses freis). Sesuai dimensi alat yang dibuat benda kerja/komponen yang dibuat alat ini untuk ukuran kecil dan memungkinkan ukuran sedang dan dipasaran benda kerja yang dibuat pada umumnya berukuran kecil dan tidak kompleks. Namun hasil ini sangat bermanfaat bagi bengkel produksi atau industri kecil dalam meningkatkan produktivitas mesin bubutnya. Pemasangan alat tambahan ini di mesin bubut sangat sederhana, sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk melepas pemegang pahat dan menggantikannya dengan alat bantu cekam (pemasangan dilakukan hanya dengan dua baut pengikat). Begitupun untuk poros pemegang pahat pemasangan sama seperti pemasangan benda kerja untuk proses bubut. Perawatan

alat ini tidak begitu sulit, sesederhana perawatan pahat dan pemegang pahat pada umumnya. Kemampuan alat dalam melakukan pekerjaan freis dapat diandalkan, hal ini terlihat dari hasil pengujian dengan menvariasikan putaran spindel. Hasil uji pengaruh putaran spindel terhadap kekasaran permukaan benda kerja semua nilai masuk dalam daerah toleransi untuk proses freis. Berdasarkan literatur range untuk pengefreisan nilai kekasaran permukaan berapa diantara 25 s.d 0.4 μm. Dari pengujian pemesinan yang dilakukan sesuai dengan teori yaitu hasil yang didapat menunjukkan bahwa proses freis naik (up milling) nilainya lebih besar dari freis turun (down milling), hal ini karena pada setiap saat mata pahat lebih banyak yang bekerja sehingga menyebabkan pahat lebih cepat aus. 4. Kesimpulan Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan yaitu pembuatan alat bantu cekam, maka dapat disimpulkan bahwa modifikasi mesin bubut dengan membuat alat tambahan (attachment) berupa alat bantu cekam (fixture) telah berhasil dilakukan sesuai dengan harapan. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian yang dilakukan : a. Alat bantu cekam (fixture) yang dibuat dapat membuat produk yang memerlukan pengerjaan permukaan rata (proses freis). Sesuai dimensi alat yang dibuat benda kerja/komponen yang dibuat alat ini untuk ukuran kecil dan memungkinkan ukuran sedang.. Namun hasil ini sangat bermanfaat bagi bengkel produksi atau industri kecil dalam meningkatkan produktivitas mesin bubutnya. b. Hasil uji pengaruh putaran spindel terhadap kekasaran permukaan benda kerja semua nilai masuk dalam daerah toleransi untuk proses freis (25 s.d 0.4 μm). c. Dengan tambahan alat yang dibuat, mesin bubut bersangkutan selain dapat melakukan proses bubut juga dapat mengerjakan proses freis. Jenis proses freis yang dapat dilakukan adalah freis muka. d. Alat bantu cekam yang yang dibuat diharapkan dapat dimanfaatkan oleh bengkel produksi atau industri kecil yang tidak memiliki mesin freis untuk meningkatkan produktivitas mesin bubutnya, sehingga diharapkan dapat menambah pendapatan mereka. Ucapan Terima Kasih Terima kasih disampaikan pada DP2M DIKTI melalui DIPA Universitas Sriwijaya atas bantuan penuh dana pelaksanaan penelitian ini (Penelitian Hibah Strategis Nasional Tahun 2009). Daftar Pustaka [1]. Carr Lane Mfg. Co, Jig and Fixture Handbook, Second Edition, Carr Lane Mfg. Co, St. Louis, Missouri, USA, 1995, p.75 & 268. [2]. David A. Stephenson, John S. A, Metal Cutting Theory and Practice, Marcell Bekker inc, Medison Avenue, New York, 1998, p.86. [3]. Diemolding Co,http://www.diemolding.com, 2009. [4]. Duncan Tool, Inc, http://www.duncantool.com, 2009. [5]. Edward G. H., Jigs and Fixture Design Manual, Delmar Publishers, 4 th edition, USA, 1996, p. 93. [6]. Geoffrey Boothroyd, Fundamental of Metal Machining & Machine Tool, Scripta Book Company, Washington D.C, 1997, p. 35. [7]. P.H. Joshi, Jigs and Fixture Design Manual, Mc.Graw Hill, second Edition, USA, 2003, p.117-124. [8]. Rochim Taufiq, Spesifikasi, Metrologi & Kontrol Kualitas Geometrik, Jilid 1, Penerbit ITB, Bandung, 2001, p.56, 65, 67. [9]. Rochim Taufiq, Klasifikasi Proses, Gaya dan Daya Pemesinan, Buku 1, Penerbit ITB, Bandung, 2007, p. 40 & 44. [10]. Robert L. Norton, Machine Design, Prentice-Hall International, Inc, USA, 1996, p. 79 & 99. [11]. Rojikin, Skripsi Sarjana, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Unsri, Indonesia. 2009. [12]. Sukriyadi Erwan, Skripsi Sarjana, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Unsri, Indonesia. 2009. [13]. Yanis M., Studi Pengaruh Kondisi Pemesinan terhadap Daya dan Kekasaran Permukaan pada Proses Up Milling dan Down Milling, Jurnal Rekayasa Mesin No. 2 Vol. 7, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Unsri, September 2007. MV-116