BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang akan melakukan aktivitas yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam sebuah buku berjudul Megatrends 2010: The Rise of Conscious

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi adanya perilaku yang menyimpang. Etika merupakan suatu konsep fundamental

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sangat banyak merek mobil yang digunakan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, tuntutan bagi kelangsungan hidup perusahaan semakin

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal, hingga kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan akan rasa aman,

BAB I PENDAHULUAN. akhir-akhir ini adalah perusahaan jasa di bidang transportasi. Sektor

BAB I PENDAHULUAN. Industri farmasi di Indonesia merupakan usaha yang memiliki potensi yang

BAB 6 PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara

BAB I PENDAHULUAN. atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini peranan sumber daya manusia berkembang semakin

Bab I. Pengantar. tujuan untuk mengetahui hubungan dari budaya kerja terhadap kinerja dosen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

Psikologi Dunia Kerja Profesionalisme dan Karir Kerja

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki, baik sumber daya alam hayati maupun non hayati. Rendahnya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. unit sosial yang terkoordinasi secara berkesinambungan, gabungan dari dua

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang karyawan agar karyawan tersebut dapat tergerak untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II LANDASAN TEORI DEFINISI DAN PENGUKURAN KEPUASAN KERJA

I. Pendahuluan. Lembaga bimbingan belajar adalah salah satu lembaga pendidikan di bawah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, sangat memerlukan adanya sistem manajemen yang efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Banyak orang yang menginginkan untuk bekerja. Namun, tak jarang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. (Nongkeng, dkk. 2011). Pendapat serupa juga dinyatakan oleh Voon et al. (2011) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi jabatan dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Untuk

Perilaku dan Spiritualitas di Tempat Kerja

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sumber daya manusia itu sendiri dapat dirincikan menjadi seorang

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. demikian bukanlah sekedar merupakan aset produksi, melainkan juga menjadi kunci strategi

PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP LOYALITAS KARYAWAN Oleh : RETNO DJOHAR JULIANI DOSEN ADMINISTRASI NIAGA UNIVERSITAS PANDANARAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

ETIKA BISNIS DILIHAT DARI SUDUT PANDANG KARYAWAN DAN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan dan hasil kerja karyawan, maka karyawan diharapkan mampu

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan bagi sumber daya wanita untuk berkarya. Khususnya di kota-kota besar dimana

BAB I PENDAHULUAN. kerja selalu dipenuhi oleh para pelamar setiap harinya. Pekerjaan adalah suatu aspek

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Dalam suatu organisasi, manajemen adalah salah satu elemen

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

LAMPIRAN SATU SURAT KETERANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Guru memiliki peran penting didalam sekolah, peran guru merupakan tombak

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan munculnya situasi kompetitif dalam rangka mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Liqa Yasifa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan mulai dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan profesionalisme yang tinggi dan misi menghimpun penerimaan pajak Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. dipenuhi dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan yang lainnya karena itulah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia akan dapat menyesuaikan

HUBUNGAN ANTARA HUMAN RELATIONS DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Salah satunya adalah faktor sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu fakultas unggulan di Universitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dunia usaha di tanah air mengalami banyak kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aspek fisik maupun emosional. Keluhan tersebut akan menimbulkan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang,

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dalam dunia medis, telah membawa banyak

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

2 memungkinkan perusahaan dapat merencanakan serta mendisain pelayanan yang paling mendekati keinginan pelanggan. Konsep kompetensi dapat dibagi menja

mengembangkan sumber daya insani anak didiknya, meliputi melahirkan kemampuan yang dimiliki murid, dan (3) mengembangkan akhlak,

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dengan bekerja seseorang dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja, yaitu baby boomers ( ), generasi X ( ), dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Penghayatan hidup tak bermakna yang menyertai pengalaman derita di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selalu dituntut untuk mempertahankan hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang akan melakukan aktivitas yang beragam. Mulai dari anak kecil hingga orang dewasa akan terlibat suatu aktivitas. Namun perbedaannya adalah orang dewasa menyebutnya dengan bekerja. Bekerja atau kerja adalah kegiatan mengeluarkan energi untuk suatu kebutuhan seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Ketika orang bekerja ada sesuatu hal yang ingin dicapainya. Sebagian besar orang akan berpendapat bahwa tanpa bekerja, hidup ini akan terasa menyenangkan. Namun tetap saja orang ingin bekerja, karena manusia perlu bekerja dan ingin bekerja. Pekerjaan yang tidak berarti mungkin akan membuat hidup tidak bersemangat, lain halnya jika pekerjaan itu berarti mungkin akan memberikan artinya tersendiri. Ada berbagai macam tipe orang pekerja yaitu workaholic (orang yang kecanduan bekerja), sangat terikat pada pekerjaan, tidak bisa berhenti bekerja. Ada juga workshy (orang yang malas bekerja) tidak mau melakukan pekerjaan, dan tipe work tolerant (orang yang bekerja sesedikit mungkin untuk mendapatkan hasil yang maksimal), memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang tidak disenangi, tetapi harus dilakukan. Hal ini yang membuat orang memandang kerja dari sudut pandang yang berbeda. Dalam bekerja orang memiliki orientasinya masing-masing. Jika orientasinya ekonomi maka memandang pekerjaan dari sudut 1

2 uang yang didapat. Orientasi sosial memandang pekerjaan sebagai suatu lingkungan sosial yang didominasi oleh hubungan interpersonal atau loyalitas personal. Orientasi psikologis, orang mengembangkan diri dan memenuhi kebutuhannya dari pekerjaan yang dilakukan. Sebelum era kesadaran spiritual datang, dunia bisnis cenderung mengesampingkan nilai-nilai transpersonal. Perusahaan, tanpa disadari, telah mengubah fungsinya dari sekedar mencetakuang (money-making) menjadi mengeruk-uang (money-grubbing) dan pengerukan-uang tidak baik untuk bisnis (Zohar & Marshall, 2005). Tidak hanya fungsi perusahaan yang jauh dari nilai spiritual, tetapi juga tempat kerja turut menghalangi berkembangnya dimensi spiritual. Padahal secara naluriah manusia akan bergerak untuk mencari makna, untuk memuaskan kebutuhan dan untuk mencapai nilai-nilai tertentu. Akibat yang terjadi adalah kejenuhan, stres, produktivitas rendah, demotivasi, bahkan puncaknya dapat menyebabkan seseorang mengalami depersonalisasi. Inilah problem kerja yang sering menjadi masalah bagi perusahaan dan individu yang bersangkutan. Masalah kerja dapat dikategorikan menjadi tiga (Sinamo, 2005). Pertama, masalah kerja tradisional, yaitu beratnya pekerjaan itu sendiri sementara hasilnya tidak seberapa. Hal inilah yang seringkali menjadikan orang bekerja hanya untuk kebutuhan marjinal, hanya untuk alasan survive. Kedua, ketika seseorang bekerja di bawah pemilik usaha yang rakus dan mengutamakan keuntungan semata, sehingga pekerjaan mereka tidak memberikan daya tawar yang baik. Seringkali jumlah peminat kerja lebih banyak daripada jumlah pekerjaan itu sendiri, hal ini sering dialami kaum buruh. Para pekerja dalam kondisi ini umumnya terjebak

3 dalam lingkaran kebutuhan yang tidak kunjung terpenuhi. Ketiga, masalah kerja yang seringkali dialami oleh kalangan kerah putih. Mereka menjadikan pekerjaan sebagai satu-satunya tujuan hidup. Hidup adalah kerja, kerja, dan kerja. Kaum pekerja modern telah menempatkan nilai-nilai ekonomis menjadi hal yang utama, bahkan terkadang mutlak. Hal tersebut banyak menggiring mereka pada kondisi kecanduan kerja (workaholic). Kerja telah menjadi belenggu baru, di mana manusia pekerja mengalami proses dehumanisasi (Sinamo,2005). Semakin terpuruknya kondisi kerja dan hilangnya makna dari pekerjaan merupakan dampak dari adanya dualisme dalam kehidupan. Bisnis atau kerja menolak ruang untuk hadirnya makna dan Tuhan. Tempat kerja adalah tempat untuk mencari halhal profan dan tidak mempunyai ruang untuk sesuatu yang sakral atau suci. Sinamo (2005) mejabarkan hal tersebut sebagai berikut, Problem utama mengapa orang tidak mampu menghayati pekerjaannya sebagai ibadah, lahir dari kenyataan bahwa orang suka membagi dua hidupnya menjadi wilayah sakral (suci) dan wilayah profan (sekuler). Doa, sembahyang, upacara digolongkan sebagai suci; sedangkan makan, minum, bekerja digolongkan sebagai profan. Akibatnya hidup mereka terbelah, terpecah, tidak menyatu, tidak integral. Bagi perusahaan, menjauhkan para pekerja dari nilai terdalam atau dimensi spiritualitasnya sama dengan memandang para pekerja tersebut bukan sebagai human being. Menjauhkan spiritualitas dari tempat kerja pun menunjukkan bahwa manusia yang bekerja pada saat itu bukanlah manusia utuh(sauber, 2003). Oleh karena itu, era pencerahan spiritual di perusahaan dan tempat kerja layak untuk disebut sebagai megatrends, sebuah kuantum dalam dunia bisnis saat ini. Bukan hanya menjadi

4 tonggak kebangkitan korporasi dan tempat kerja ke arah yang lebih baik, tapi juga menjadi harapan baru untuk terjadinya perbaikan moral, etika, nilai, kreativitas, produktivitas, dan sikap kerja di tingkat individu hingga korporasi. Inilah yang menjadi alasaan utama 72% dari 41 perusahaan besar di Indonesia menyatakan bahwa spiritualitas sangat penting bagi perusahaan dan 38% lainnya menyatakan penting (Riset Swasembada, 2007). Spiritualitas bukan merupakan suatu hal yang baru dalam pengalaman manusia. Semua tradisi agama besar pada level tertentu mendorong kehidupan kontemplatif, yaitu pencarian makna dan tujuan merupakan hal utama dan hidup dalam harmoni dengan orang lain dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting. Dalam kehidupan pribadi, spiritualitas semacam itu wajar berkembang meski harus berhadapan dengan arus nilai-nilai lain yang cenderung memacu perolehan materi. Ketika berada dalam dunia kerja, seseorang yang menghidupi spiritualitas seringkali terbentur dengan batasan manajemen dan organisasi klasik yang memandang manajemen sebagai alat impersonal untuk memperoleh tujuan akhir, yakni materi dan melakukan fungsi kontrol terhadap karyawan. Istilah spiritualitas sering disalahartikan, dilihat sebagai sesuatu yang konteksnya sama dengan agama, keyakinan tertentu, aturan moral, dan tradisitradisi. Ron Cacioppe dalam The Leadership & Organization Development Journal menegaskan bahwa spiritualitas bukanlah sesuatu yang formal, terstruktur dan terorganisasi. Cash, Gray, & Rood memperjelas dengan menyatakan bahwa spiritualitas melihat ke dalam batin menuju kesadaran akan nilai-nilai universal, sedangkan agama formal melihat keluar menggunakan ritus formal dan kitab

5 suci. Senada dengan pernyataan itu Cacioppe mengatakan bahwa agama formal memiliki orientasi eksternal, sedangkan spiritualitas mencakup seseorang yang memandang ke dalam batinnya dan karenanya dapat dijangkau semua orang, yang religious maupun tidak. Mengenai spiritualitas di tempat kerja, Neal mendefinisikannya sebagai: Tentang integritas, menegakkan kebenaran dalam diri sendiri, dan memberitahukan kebenaran kepada orang lain. Spiritualitas di tempat kerja menunjuk pada usaha individu untuk menghidupi nilai-nilainya secara penuh di tempat kerja. Atau menunjuk pada cara organisasi-organisasi mengatur dirinya untuk mendukung pertumbuhan spiritualitas di tempat kerja. Spiritualitas kerja memiliki tiga aspek : inner life, makna kerja, dan komunitas. Di Universitas X kota Bandung terdapat berbagai pekerja yang bekerja di universitas tersebut. Universitas merupakan suatu tempat pendidikan namun dibalik itu semua juga ada organisasi didalamnya dan para pekerja yang membangun keberhasilan universitas. Para pekerja tersebut yaitu dimulai dari TKT (Cleaning service, security), TAT(bagian administrasi), hingga dosen. Semua bagian ini merupakan orang-orang yang bekerja di universitas. Bila kita amati para pekerja yang mengabdi di universitas ini akan mempersepsikan pekerjaannya sebagai sesuatu yang menjadi keharusan atau sebagai sesuatu yang menyenangkan. Visi Universitas X menjadi Perguruan Tinggi yang mandiri dan berdaya cipta, serta mampu mengisi dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni abad ke-21 berdasarkan kasih dan keteladanan Yesus Kristus. Misi Universitas X yaitu mengembangkan cendekiawan yang handal, suasana yang kondusif, dan nilai-nilai hidup yang Kristiani sebagai upaya pengembangan

6 ilmu pengetahuan, teknologi, dan. Ini merupakan visi dan misi dari universitas X yang akan mengarahkan sikap dan kualitas pekerjanya. Pekerja dibagian administrasi ataupun dibagian yang lain memiliki pekerjaan yang cukup menjanjikan masa depannya karena terdapat keahlian khusus dalam mengerjakannya. Beda halnya dengan Cleaning service tidak memerlukan keahlian khusus karena pekerjaan tersebut sederhana dan dapat dikerjakan oleh siapa saja. Cleaning service ISS di Universitas X ini merupakan tenaga outsourching dari PT. ISS bagian Cleaning service. Cleaning service ISS tersebut memiliki tugas keseharian yang rutin dan monoton seperti membersihkan gedung, menyikat WC dan mengerjakan pekerjaan membersihkan yang lainnya. Di Gedung Universitas X terlihat tujuh orang berseragam putih biru yang terlihat sibuk dengan peralatan di tangan berupa sapu, alat pembersih lantai, dan mesin penggosok keramik. Mereka bekerja dengan tekun dan segera menyelesaikan pekerjaannya. Mereka bertanggung jawab menjaga kebersihan gedung secara keseluruhan (luar dan dalam gedung). Didalam pekerjaan ini, spiritualitas kerja sebagai cleaning service ISS digunakan sebagai usaha individu untuk dapat mengekspresikan kehidupannya walaupun hanya bekerja sebagai cleaning service. Berdasarkan wawancara dan survei awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap 15 Cleaning service ISS ini mengenai spiritualitas kerja, 51% mengatakan bahwa memilih pekerjaan sebagai cleaning service ISS demi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Dapat dilihat bahwa inner life cleaning service ISS, mereka menganggap pekerjaannya sangat monoton dan membosankan. Mereka terkadang

7 merasa bahwa pekerjaan yang dipilih sekarang ini kurang memberikan pengalaman ataupun pembelajaran yang dapat berguna untuk dirinya. Makna dan tujuan cleaning service ISS, mereka merasa bahwa pekerjaan yang dilakukan pun dirasa kurang terkait dengan apa yang dianggap penting karena mereka sendiri pun mengakui bahwa tidak mengetahui arti dari mereka bekerja dan mengapa mereka harus bekerja. Mereka pun merasa kurang memiliki harapan dalam hidup sebab mereka merasa yang paling penting adalah dapat mencukupi kebutuhan hidup. Di dalam kondisi komunitas cleaning service ISS ditempat kerjanya, mereka pun merasa kurang menjadi bagian dalam komunitas. Organisasi tempat mereka bekerja pun dirasa kurang peduli terhadap semua pekerjanya dan mereka merasa kurang terhubung dengan tujuan organisasi. Selain karena mereka merasa teman sekerjanya seringkali tidak peduli satu sama lain, unit kerjanya pun dirasa kurang mengembangkan bakat dan kemampuan yang dimilikinya. Sebanyak 35% mengatakan bahwa menjadi Cleaning service ISS ada senang dan ada susahnya yaitu susahnya kerja seperti ini selalu dipandang enteng orang karena jadi tukang bersih-bersih, karena pekerjaan sebagai Cleaning service ISS merupakan pekerjaan yang dapat dikatakan sangat monoton dan juga tidak membutuhkan keahlian khusus sedangkan enaknya, berharap bisa masuk ke Perusahaan tempat mereka membersihkan. Mereka merasa bekerja sebagai Cleaning service ISS meskipun mudah tapi dapat memberikan pengalaman dan pembelajaran yang berguna untuk diri mereka masing-masing. Petugas Cleaning service ISS di Universitas X mengaku menikmati bekerja di Universitas X meskipun terkadang harus lembur jika gedung sedang dipakai untuk keperluan

8 kampus. Namun kompensasi yang didapat terkadang kurang sepadan. Mereka pun mengaku bahwa menikmati bekerja sebagai Cleaning service tetapi tidak mengetahui apa yang sebenarnya mereka inginkan ketika bekerja. Apalagi ketika dipandang sinis ataupun dianggap rendah oleh orang lain. Kalau bukan karena butuh uang, mereka tidak mau bekerja sebagai Cleaning service ISS. Lalu 14% mengatakan bahwa bekerja menjadi petugas Cleaning service ISS di Universitas X ini, kata mereka, cukup enak, karena para karyawan bisa menghargai mereka. Sikap karyawan dari bagian lagi atau pun dari bagian yang sama yang senantiasa ramah dan menghargai itu, membuat mereka besar hati. Mereka pun mengaku bahwa pekerjaan mereka itu menuntut semangat optimal, kerja maksimal. Semangat tetap tinggi dan kerja profesional meskipun gaji minimal. Untuk pekerjaan bersih-bersih gedung tersebut mereka dibayar Rp.25.000/hari. Para pekerja Cleaning service ISS ini berasal dari beragam latar belakang pendidikan. Ada tamatan SMP dan SMA. Mereka tidak mempermasalahkan latar belakang pendidikan, yang penting bisa kerja dan menerima upah. Akan tetapi beberapa orang mengakui bahwa pekerjaan ini sebenarnya sangat rendah dan mungkin tidak ada masa depannya. Fenomena ini menggambarkan bahwa para Cleaning service ISS ini terkadang terjebak dengan kaum pekerja modern dengan menempatkan nilai-nilai ekonomis menjadi hal yang utama, bahkan terkadang mutlak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui spiritualitas kerja pada Cleaning service ISS Universitas X di Bandung. Bagaimana para cleaning service ISS tersebut mendeskripsikan pengalaman pribadinya yang dikaitkan dengan spiritualitas kerja seperti makna

9 dan tujuan para Cleaning service ISS ini. Serta penghayatan Cleaning service ISS terhadap teman sekerja dan organisasi ditempat mereka bekerja. 1.2 Identifikasi masalah Bagaimana spiritualitas kerja pada Cleaning service ISS Universitas X di Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai spiritualitas kerja pada Cleaning service ISS Universitas X di Bandung. 1.3.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai spiritualitas kerja pada Cleaning service ISS Universitas X di Bandung melalui inner life, makna dan tujuan kerja dan penghayatan terhadap teman sekerja dan komunitas organisasi. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis - Meningkatkan pemahaman mahasiswa Psikologi terhadap permasalahan-permasalahan yang timbul dalam Psikologi Industri dan Organsasi, terutama mengenai spiritualitas kerja.

10 - Menambah informasi dan wawasan bagi mahasiswa psikologi yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai spiritualitas kerja dalam setting Psikologi Sosial serta Psikologi Industri dan Organisasi. 1.4.2 Kegunaan Praktis - Memberikan informasi mengenai spiritualitas kerja pada Cleaning service ISS Universitas X di Bandung - Memberikan bahan pertimbangan bagi organisasi-organisasi ataupun perusahaan mengenai spiritualitas kerja yang akan memberikan kontribusi bagi individu dan organisasi. 1.5 Kerangka Pemikiran Seorang dewasa awal menurut Santrock, 2002 adalah periode perkembangan yang dimulai usia 18 tahun dan berakhir pada usia 35 tahun. Tugas perkembangannya adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir. Dalam karir dan pekerjaan, pada masa dewasa awal mereka memasuki tahapan seleksi, masuk kerja dan penyesuaian. Memasuki sebuah pekerjaan menandakan dimulainya peran dan tanggung jawab baru. Ketika individu memasuki sebuah pekerjaan untuk pertama kalinya, mereka mungkin dihadapkan pada masalah dan kondisi yang tidak mereka antisipasi sebelumnya. Transisi diperlukan ketika individu mencoba untuk menyesuaikan diri dengan peran yang baru. Memenuhi tuntutan karir dan menyesuaikan diri dengan peran yang baru adalah penting bagi individu dalam tahap perkembangan dewasa awal

11 Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukan akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa pada diri manusia terdapat kebutuhankebutuhan yang pada saatnya membentuk tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan dipenuhi. Demi mencapai tujuan-tujuan itu, orang terdorong melakukan suatu aktivitas yang disebut kerja. Dalam dunia yang semakin keras persaingannya, cara-cara apapun boleh saja dilakukan oleh mereka untuk menghidupi diri. Bagi yang memiliki keahlian khusus dapat pekerjaan yang lebih menjanjikan. Namun bagi orang-orang yang terbatas secara financial dan kurang memiliki keahlian, pekerjaan apapun akan dikerjakan. Pada umumnya orang yang tidak memiliki pendidikan yang cukup tinggi akan memilih sebagai pekerja yang umum dan mengerjakan hal-hal yang sederhana seperti Cleaning service. Pekerjaan yang sederhana dan dapat dikerjakan oleh siapa saja ini menjadi salah satu pilihan bagi mereka yang membutuhkan uang namun tidak memiliki keahlian khusus ataupun pendidikan yang tinggi. Pada umumnya orang beranggapan, bahwa tujuan bekerja itu hanyalah untuk mencari uang, sehingga semakin besar gaji yang diberikan semakin tertariklah orang pada pekerjaan itu. Hal ini karena kebutuhan manusia akan makan, minum, pakaian dan rumah akan terpenuhi bila seseorang memiliki uang. Sehingga sebagian orang beranggapan bahwa uang adalah segala-galanya,

12 bila kita memiliki yang maka apa saja bisa kita miliki. Oleh karena itu, spiritualitas kerja pun mulai dikesampingkan. Workplace spirituality adalah konsep baru dalam model manajemen dan perilaku organisasi, khususnya budaya organisasi. Konsep ini pun sebenarnya telah digambarkan dalam konsep-konsep perilaku organisasi seperti values, ethics, dan sebagainya. Namun spiritualitas menggabungkan keseluruhan pembahasan tersebut secara holistik dan utuh. Istilah yang biasanya digunakan untuk menjelaskan konsep ini adalah workplace spirituality, spirituality in the workplace, spirituality at work, spiritual workplace, spirit at work, atau spiritualitas kerja. Istilah-istilah ini merujuk pada konsep yang sama, yaitu menerima manusia (karyawan) sebagai mahluk spiritual (spiritual being) dan organisasi atau tempat kerja harus memfasilitasi perkembangan dimensi spiritual ini sebagai bentuk penerimaan bahwa setiap karyawan adalah human being yang membutuhkan nilai dan makna. Istilah spiritualitas yang dimaksud merujuk pada sesuatu yang universal, yaitu meaning, purpose, dan value. Robbins (2005) mendefinisikan workplace spirituality sebagai berikut, spiritualitas kerja mengakui bahwa orang memiliki kehidupan batin yang memelihara dan dipelihara oleh pekerjaan yang berarti yang terjadi dalam konteks masyarakat. Organisasi dapat mempromosikan budaya spiritual dan menyadari bahwa orang memiliki pikiran dan semangat, berusaha untuk menemukan makna dan tujuan dalam pekerjaan mereka serta keinginan untuk berhubungan dengan manusia lain dan menjadi bagian dari masyarakat.

13 Menurut Ashmos dan Duchon (2003), Spiritualitas dalam konteks kerja mengenai para pegawai yang memahami diri mereka sebagai makhluk spiritual yang jiwanya membutuhkan tumbuh kembang di tempat kerja. Hal ini menunjukkan adanya penghayatan akan tujuan yang ingin dicapai dan makna dalam kerja. Spiritualitas kerja memiliki tiga komponen : inner life, makna kerja, dan komunitas. Inner life adalah menemukan kesempatan untuk mengekspresikan banyak aspek dalam diri individu tersebut, tidak hanya terbatas pada kemampuan dalam melaksanakan tugas fisik atau intelektual. Cleaning service ISS Universitas X didalam pekerjaannya dapat mengarahkan diri pada perkembangan outer life yang lebih bermakna dan produktif. Inner life terdiri atas kondisi komunitas, makna kerja, inner life yang merupakan pengharapan individu, kesadaran akan nilai-nilai personal, dan kepedulian terhadap spiritualitas. Kemudian inner life juga terdiri dari penghambat pertumbuhan spiritualitas, tanggung jawab personal, hubungan positif dengan orang lain, dan kontemplasi. Didalam kondisi komunitas cleaning service ISS Universitas X memandang tempat kerja sebagai tempat dimana Cleaning service mengalami tumbuh kembang personal, dihargai sebagaimana diri adanya, dan menghayati adanya kerja sama. Cleaning service ISS merasa dirinya sebagai orang yang memiliki semangat dalam kehidupan dan bersukacita terhadap pekerjaan yang sedang dikerjakan. Selain itu cleaning service pun memiliki inner life sebagai tempat untuk menumbuhkan dan mengembangkan spiritualitasnya seperti pengharapan individu, kesadaran akan nilai-nilai personal dan kepedulian terhadap spiritualitas ditempat kerja. Di tempat kerja, Cleaning

14 service ISS memiliki banyak harapan dalam hidup seperti keinginan untuk bekerja dengan sepenuh hati, menanti hari kerja, bersemangat karena pekerjaannya, merasakan bahwa apa yang dikerjakan oleh Cleaning service ISS merupakan pekerjaan yang dianggap penting dan memberikan makna. Cleaning service ISS pun merasakan adanya kaitan antara pekerjaan dengan komunitas ditempat kerjanya. Nilai spiritualitas Cleaning service ISS dapat terhambat karena Cleaning service ISS merasa bahwa pekerjaannya tidak bermakna dalam kehidupannya, tidak peduli mengenai spiritualitas kerja dan merasa bahwa dirinya tidak berarti ditempat kerja. Inner life cleaning service ISS pun mencakup mengenai tanggung jawab atas perkembangan dirinya sendiri dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap perilakunya sehingga ketika individu bekerja mereka bertanggung jawab sepenuhnya atas pekerjaanya dilakukan dan merasa bertanggung jawab ketika melakukan tugasnya. Hubungan positif dengan orang lain ini akan meningkatkan inner life karena cleaning service ISS merasa bahwa pekerjaannya memberikan pengalaman kerja yang berarti bagi orang lain dan sukacita yang di dapat di tempat kerja membuat cleaning service ISS menjadi saling peduli dan mendukung antar cleaning service. Selain itu pengekspresian inner life dapat dilakukan melalui doa atau pun meditasi, cleaning service ISS mengganggap bahwa doa, meditasi dan refleksi menjadi bagian penting ketika mereka bekerja. Inner life cleaning service ISS yang ideal adalah individu mengakui adanya harapan dalam hidup, semangat dalam bekerja, mengetahui apa yang penting dalam kehidupannya, bersukacita atas pekerjaan yang didapat, mengganggap dirinya orang yang memiliki spiritualitas dan peduli terhadap spiritualitas kerja, merasa

15 bagian dalam komunitas ditempat kerja dan memiliki tanggung jawab personal terhadap dirinya. Serta memiliki hubungan yang positif dengan orang lain. Makna dan tujuan dalam pekerjaan adalah cleaning service merasakan makna terdalam dan tujuan dari pekerjaannya dan bersemangat dalam pekerjaanya, dapat menemukan makna dan tujuannya dalam pekerjaan yang ia kerjakan. Serta terdapat koneksi antara jiwa dan pekerjaannya. Makna dan tujuan kerja ini pun mengenai sikap responden terhadap fungsi unit kerja mereka. Makna dan tujuan kerja terdiri atas fungsi unit kerja dan nilai positif unit kerja. Dalam hal ini pekerja Cleaning service universitas X ingin terlibat dalam kerja yang memberikan makna dalam hidupnya dan mengarah pada pencarian makna dalam bekerja, serta penghayatan mengenai akan segala hal yang penting dalam bekerja, memberi semangat dan menyenangkan di tempat bekerjanya. Cleaning service ISS menikmati pekerjaanya, selalu berusaha untuk datang bekerja, merasakan adanya kaitan antara pekerjaannya dengan yang dianggap penting oleh individu. Komunitas unit kerja mendeskripsikan penghayatan cleaning service ISS berkaitan dengan unit kerja mereka sebagai sebentuk komunitas, yaitu tingkat dukungan dan kepedulian yang ditunjukkan oleh unit kerja. Unit kerja Cleaning service ISS peduli pada semangat tiap cleaning servicenya yang membuat mereka sendiri menjadi semangat karena pekerjaanya. Hal ini akan menambah kesadaran mengenai makna dan tujuan mereka bekerja. Selain itu unit kerja mendorong dan memberikan kesempatan pada cleaning service untuk mengembangkan bakat dan kemampuan seperti memberikan pelatihan atau pun reward achievement pada Cleaning service ISS yang berprestasi. Unit kerja Cleaning service ISS peduli

16 pada kekurangan komunitas sehingga Cleaning service ISS merasa dipedulikan. Nilai Positif Unit Kerja menggambarkan bagaimana cleaning service ISS mengidentifikasi nilai, tujuan, dan misi yang ada dalam unit kerja. Cleaning service ISS merasa terhubung dan optimis dengan misi unit kerjanya. Nilai positif terhadap unit kerja ini akan membuat Cleaning service ISS menjadi mengerti dan mengetahui makna dan tujuan mereka bekerja karena terdapat kaitan antara nilainilai yang dibuat ditempat kerja dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh Cleaning service ISS. Makna dan tujuan kerja Cleaning service ISS yang ideal adalah bila Cleaning service ISS mengetahui dan menyadari tujuan mengapa ia bekerja, penghayatan terhadap unit kerja yang positif akan meningkatkan kesadaran mengenai makna dan tujuan Cleaning service. Penghayatan terhadap teman sekerja dan organisasi Cleaning service ISS Universitas X ini adalah merasa terhubung dengan pekerjaannya dan mengganggap teman-teman sekerjanya memberi dorongan dalam bekerjanya. Penghayatan terhadap teman sekerja dan organisasi terdiri atas nilai positif organisasi, individu dan organisasi. Penghayatan bahwa diri adalah bagian dari sebuah komunitas menjadi elemen penting dalam perkembangan spiritual. Spiritualitas ditempat kerja pun terkait dengan organisasi dimana individu bekerja. Nilai yang positif terhadap organisasi ini akan mempengaruhi spiritualitas ditempat kerja. Nilai-nilai Organisasi merupakan persepsi cleaning service ISS dan sikap mereka terhadap nilai-nilai yang dianut organisasi. Organisasi tempat Cleaning service ISS bekerja peduli tentang apa yang membuat individu semangat bekerja sebagai Cleaning service. Cleaning service merasa positif dan terkait

17 dengan tujuan organisasi. Selain itu organisasi pun peduli terhadap kesehatan Cleaning servicenya. Kepedulian yang diberikan organisasi pada Cleaning service akan mempengaruhi perkembangan spiritualitas di tempat kerja. Individu dan organisasi merupakan evaluasi yang dimiliki individu mengenai hubungannya dengan organisasi. Cleaning service merasa memiliki peran yang penting dalam organisasi. Organisasi ditempat Cleaning service bekerja dapat mendorong dan memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri Cleaning service. Penghayatan terhadap teman sekerja dan organisasi yang ideal adalah cleaning service merasa menjadi bagian dari tempat kerja dan komunitas ditempat kerjanya. Spiritualitas kerja yang tinggi adalah spiritualitas kerja yang memiliki inner life yang tinggi yaitu cleaning service ISS merasakan tempat kerja sebagai tempat yang ditinggali oleh manusia yang memiliki pikiran dan jiwa serta percaya bahwa perkembangan jiwa sama pentingnya serta mengakui spiritualitas kerja dalam dirinya, memiliki harapan-harapan, sadar akan nilai-nilai personalnya serta peduli pada spiritualitasnya. Serta terdapat mengenai sikap cleaning service ISS yang positif terhadap diri dan lingkungan kerja. Cleaning service ISS memiliki makna dan tujuan kerja yang tinggi yaitu memiliki sikap yang positif terhadap unit kerja nya dan yaitu individu merasakan makna terdalam dan tujuan dari pekerjaannya dan bersemangat dalam pekerjaanya. Selain itu penghayatan terhadap organisasi yang tinggi yaitu merasa terikat dan menjadi bagian dalam teman sekerja dan organisasi ditempat kerjanya.

18 Sedangkan spiritualitas kerja yang rendah adalah Cleaning service ISS kurang mengakui adanya inner life dalam diri yaitu individu kurang merasakan bahwa tempat kerja dapat mengembangkan dirinya dan tidak terdapat koneksi antara jiwa dan pekerjaan, individu kurang memiliki harapan-harapan dan kurang menyadari akan nilai-nilai personalnya serta kurang peduli pada spiritualitasnya. Serta cleaning service kurang memiliki sikap yang positif terhadap diri dan lingkungan kerja. Cleaning service memiliki makna dan tujuan kerja yang rendah yaitu kurang merasa bagian dalam unit kerja dan individu kurang merasakan makna dan tujuan dari pekerjaannya dan kurang bersemangat dalam pekerjaanya. Selain itu penghayatan terhadap organisasi yang rendah yaitu individu merasa tidak terikat dan merasa bukan menjadi bagian dalam teman sekerja dan organisasi ditempat kerjanya. Cleaning service ISS Spiritualitas Kerja - Inner Life - Makna dan Tujuan kerja - Penghayatan terhadap Organisasi Tinggi Rendah Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran

19 1.6 Asumsi Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, peneliti mempunyai asumsi bahwa : 1. Cleaning service ISS yang memiliki inner life maka ia akan mengakui spiritualitas kerja dalam dirinya, memiliki harapan-harapan, sadar akan nilai-nilai personalnya serta peduli pada spiritualitasnya, hubungan yang positif dengan orang lain dan memiliki tanggung jawab personal terhadap dirinya sendiri. 2. Cleaning service ISS yang memiliki makna dan tujuan kerja maka ia akan dapat menemukan makna dan tujuannya dalam pekerjaan yang ia kerjakan. Serta terdapat koneksi antara jiwa dan pekerjaannya dan memiliki sikap yang positif terhadap unit kerja dan fungsi unit kerjanya. 3. Cleaning service ISS yang memiliki penghayatan terhadap teman sekerja dan organisasi maka ia akan merasa terikat dan menjadi bagian dalam teman sekerja dan organisasi ditempat kerjanya.