ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY T GII P 1001 TRIMESTER II DENGAN GEMELLI DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2011

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY C P 2002 DENGAN POST HPP KARENA RETENSIO PLASENTA DI RSUD dr.soegiri LAMONGAN TAHUN 2015

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY C P 2002 DENGAN POST HPP KARENA RETENSIO PLASENTA DI RSUD dr.soegiri LAMONGAN TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY M G III P 2002 PERSALINAN DENGAN RETENSIO PLASENTA DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF IUD PADA NY R P2002 DENGAN EROSI PORTIO DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Ida Susila* Eka Junia Imawan**

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir (Lestari, 2014:34).

SINOPSIS RENCANA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan penduduk Indonesia. Gerakan ini bertujuan menekan laju

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS PADA NY P DI BPS MAULINA HASNIDA SURABAYA OLEH : VIKY ARUM SARI

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

HUBUNGAN ANTARA EFEK SAMPING KONTRASEPSI DMPA DENGAN KEJADIAN DROP OUT

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses fisiologis, diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan ibu di masyarakat (Riskesdas.2013:169). sampai bulan November jumlah K1 33, K4 33, Persalinan Nakes 33, dari

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat negara Amerika Serikat dan Jepang,

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

BAB I PENDAHULUAN. visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

Jl. Ki Ageng Selo no. 15 Pati ABSTRAK

DAFTAR PUSTAKA. Ambarwati, Eni Retna Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendikia Offset

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY K GIII P2101 DENGAN POST DATE DI POLI OBGYNE RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN kelahiran hidup. Penyebab kematian terbanyak ibu di sebabkan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu. bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan (Sumarah, dkk. 2008:1).

UMUR DAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN AMENORRHOE

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR

BAB I PENDAHULUAN. sejak dini dengan memantau kesehatan ibu, dengan digunakan indicator

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi untuk menaikkan taraf penghidupan. Setiap tahun,

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pada abad ke-20. Saat ini hampir 60% pasangan usia. wanita di Negara berkembang tidak memiliki cara mencegah

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR. : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan fisik dan emosi dari ibu setra perubahan sosial dalam keluarga

JURNAL. Diajukan Untuk Memenuhi Ketentuan Melakukan Penyusunan Skripsi. Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Program Study Diploma IV Kebidanan

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan melalui pengendalian pertumbuhan penduduk, keluarga. melalui perwujudan keluarga kecil berkualitas (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. kontrasepsi merupakan proses fisiologis dan berksinambungan. Pada

keselamatan ibu dan bayi. Upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) perlu didukung upaya untuk mencapai universal coverage pelayanan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB I PENDAHULUAN. (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG EFEK SAMPING DEPO MEDROXY PROGESTERON ASETAT

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya. pada tahun 2000 menjadi 237,6 juta di tahun 2010 (BKKBN, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 PENDAHULUAN. masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara negara tetangga.

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga mampu untuk menekan AKI dan AKB. Angka Kematian Ibu (AKI)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

BAB l PENDAHULUAN. Angka Kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan kebidanan komperhensif mencangkup empat kegiatan. pemeriksaan berkesinambungan yaitu Asuhan Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

STUDI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA SELAMA MASA NIFAS (Di Desa Pomahan Janggan Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan 2015)

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

PENGARUH PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL TERHADAP PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPM CHOIRUL MALA HUSIN PALEMBANG TAHUN 2015

Transkripsi:

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015 Kustini* Triana Riski Oktaviani** *Dosen Program Studi D III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa Program Studi D III Kebidanan Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Menometroragia merupakan perdarahan haid yang lebih banyak dan lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Di puskesmas Lamongan masih terdapat angka kejadian akseptor aktif menometroragia sebesar 1,3%. Metode yang dipakai dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini diskriptif observasi yang dilaksanakan dengan pendekatan kohort mulai dari kehamilan sampai dengan kontrasepsi yang digunakan saat ini melalui wawancara, pengkajian data primer, sekunder, pemeriksaan fisik, penunjang dan dilakukan pendokumentasian standar asuhan kebidanan SOAP. Hasil asuhan kebidanan pada Ny D P2002 akseptor aktif suntik 3 bulan dengan menometroragia tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus berdasarkan data subyektif, obyektif, analisa dan penatalaksanaan. Berdasarkan hasil studi kasus diperoleh data bahwa pada menometroragia disebabkan karena ketidak seimbangan hormon yang mempengaruhi siklus haid, hal ini dikuatkan oleh teori dari Prawiroharjo (2008) bahwa faktor penyebab Menometroragia karena ketidak seimbangan hormone yang dapat mempengaruhi siklus haid, sebab-sebab organis perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium. Menometoragia yang dialami akseptor kontrasepsi suntik maka perlu dilakukan suatu pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kontrasepsi suntik terhadap gangguan siklus haid yakni Menometoragia (Prawiroharjo : 2008). Peran petugas kesehatan dapat memberikan konseling dan asuhan kepada pasangan usia subur tentang penyebab Menometroragia untuk mendeteksi secara dini adanya Menometroragia. Kata Kunci : Menometroragia, Akseptor aktif, Hormonal 3 bulan. PENDAHULUAN Menometroragia merupakan perdarahan haid yang lebih banyak dan lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Salah satu masalah terpenting seperti yang dihadapi oleh negara berkembang seperti di Indonesia yaitu Ledakan penduduk Ledakan penduduk mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk yang pesat hal ini karena minimnya pengetahuan serta pola budaya pada masyarakat setempat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah Indonesia telah menerapkan program keluarga berencana (KB). 41

Pelayanan keluarga berencana merupakan usaha-usaha mencegah kehamilan, diantaranya mengunakan kontrasepsi hormonal yang berupa suntik progestis. Suntik progestis memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan diantaranya dapat menimbulka efek samping yaitu terjadi perubahan pola haid tidak teratur, perdarahan bercak atau Menomertoragia dan perdarahan sela sampai 10 hari, mual, penambahan berat badan (Prawiroharjo : 2007). Menometoragia disebabkan karena ketindakseimbangan hormone yang mempengaruhi siklus haid, sebab-sebab organis perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium. Menometoragia yang dialami akseptor kontrasepsi suntik maka perlu dilakukan suatu pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kontrasepsi suntik terhadap gangguan siklus haid yakni Menometoragia (Prawiroharjo : 2008). Secara nasional pada bulan Januari-Desember tahun 2014 akseptor KB sebanyak Secara nasional pada bulan Januari- Desember tahun 2014 akseptor KB sebanyak 663.221 peserta yakni 52.321 peserta IUD (7.89%),peserta MOW (1.49%), 49.577 peserta implant (7,47%), 334.214 peserta suntik (50,39%), 176.516 peserta pil (26.61%), 1.691 peserta MOP (0,25) dan 39.062 peserta kondom (5,89%). (BKKBN,2014). Menurut BKKBN Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014, jumlah akseptor KB aktif sebanyak 4.117.037 peserta. Dengan rincian pengguna kontrasepsi suntik 2.241.592 peserta (54,44%), Pil 684.914 peserta (16,63%), IUD 426.985 peserta (5,99). Kondom 75.920 peserta (1,84%). (DINKES JATIM :2014). Menurut laporan pencapaikan KB Dinas Kabupaten Lamongan tahun 2014, jumlah akseptor KB pada tahun 2014 total mencapai 234.020 orang dari sasaran PUS 294.113 orang yang meliputi akseptor IUD sebesar 18.064 orang (7,7%), akseptor MOW sebesar 6.669 orang (2,8%), akseptor MOP sebesar 542 orang (0,23%), akseptor kondom sebesar 3.630 orang (1,5%), akseptor implant sebesar 28.549 orang (12,2%), akseptor suntik sebesar 119.516 orang (51,1%), dan akseptor pil sebesar 57.050 orang (24,4%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Lamongan pada bulan Januari-Desember 2014 yakni dari 7.419 PUS Di tentukan orang yang memakai KB suntik 3 bulan 2.231 orang (30%) dan KB suntik 1 bulan 2.100 orang (28%), KB pil 1.463 orang (19,7%), implant 282 orang (3,8%), IUD 678 orang (9,2%), kondom 206 orang (2,7%) MOW 414 orang (5,6%), MOP 45 orang (0,6%). Yang mengalami efek samping KB spotting 44 0rang (1,01%), amenorea 40 orang (0,6%), dan Menometroragia sejumlah 45 orang (2,01%). Sedangkan pada bulan januari-juni 2015 jumlah akseptor aktif suntik 3 bulan 1.115 orang (15,0%) dengan kejadian menometroragia sebanyak 15 orang (1,3%). Faktor-faktor yang menyebabkan Menometroragia diantaranya adalah pengaruh hormon, penyakit dan pemakaian kontrasepsi. Dalam hal ini merupakan hal yang wajar dan biasa terjadi pada akseptor KB 42

suntik dan berhenti pada suntikan ke 2-3 dan ini juga bisa menganggu kondisi akseptor antara lain cemas takut gagal, dan gangguan pola hubungan seksual. Beberapa buku menyatakan bahwa Menometroragia merupakan salah satu efek samping dari KB suntik (Prawirohardjo : 2006). Dampak dari menometroragia yang berlarut-larut akan terjadi infeksi bahkan dapat mengalami kesulitan hamil dan terseranganemia. Hal ini karena penderita menometroragia mengalami pengeluaran darah yang melebihi normal dan lebih lama. Upaya untuk mengatasi masalah menometroragia adalah meningkatkan pengetahuan akseptor KB maka dibutuhkan peran petugas kesehatan, yaitu dengan cara pemberian konseling, pemberian terapi, serta menganjurkan untuk segera mungkin untuk memeriksakan diri ke petugas kesehatan atau dokter apabila perdarahan bercak berkelanjutan. Mengingat pentingnya suatu asuhan yang harus diberikan pada ibu yang mengalami Menometroragia, maka penulis tertarik untuk menyusun Studi Kasus dengan judul Asuhan Kebidanan komprehensif pada Ny D P 2002 Akseptor aktif KB Menometroragia di Puskesmas Lamongan tahun 2015. TUJUAN Tujuan umum Memperoleh gambaran dan mendapatkan pemahaman serta kemampuan untuk melaksanakan Asuhan Kebidanan komprehensif pada KB menometroragia yang di peroleh dari teori untuk di aplikasikan pada pengalaman praktek dalam asuhan kebidanan komprehensif sesuai standart dokumentasi manajemen SOAP. Tujuan Khusus Dalam melakukan asuhan kebidanan KB Menometroragia di puskesmas Lamongan, diharapkan mampu menerapkan dan melaksanakan SOAP, diantaranya adalah : 1) Mengidentifikasi Data Subyektif untuk mengetahui karakteristik pada akseptor aktif suntik 3 bulan dengan Menometroragia. 2) Mengidentifikasi Data Obyektif untuk mengetahui karakteristik pada akseptor aktif suntik 3 bulan dengan Menometroragia. 3) Melakukan Analisa data subyektif dan data obyektif sehingga menghasilkan diagnose pada akseptor aktif suntik 3 bulan dengan Menometroragia. 4) Melakukan penatalaksanaan dengan rumusan intervensi, rasionalisasi, implementasi, dan evaluasi pada akseptor aktif Menometroragia. PEMBAHASAN Pembahasan merupakan bagian dari studi kasus yang berisi tentang kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus, sehingga dari kesenjangan itu dapat dicari pemecahan masalah untuk memperbaiki dan meningkatkan pelayanan yang komprehensif. Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada Ny. D P 2002 Akseptor Aktif KB suntik 3 bulan dengan Menometroragia di UPT Puskesmas Lamongan. Didapatkan adanya kesamaan maupun kesenjangan antara tinjauan pustaka 43

dengan tinjauan kasus, yaitu sebagai berikut : Data Subyektif Pada studi kasus didapatkan keluhan ibu mengalami perdarahan haid yang lebih banyak dan lebih lama selama 20 hari. Hasil ini dikuatkan oleh teori Sarwono,2007 yang menyebutkan bahwa Menometroragia adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Pada data subyektif tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori bahwasannya pada kasus menometroragia mengalami perdarahan yang lebih banyak dan lebih lama. Data Obyektif Pada studi kasus dilakukan pemeriksaan terdapat : pada muka pucat, pada mata konjungtiva pucat dan pada genetalia mengeluarkan darah lebih banyak dan lebih lama, pemeriksaan penunjang dengan hasil Hb 9 gr%. Pada kasus menometroragia apabila tidak ditangani segera akan menimbulkan komplikasi anemi karena mengeluarkan banyak darah. Hal ini dikuatkan oleh teori Sarwono 2008 yang menyebutkan bahwa kasus menometroragia akan mengalami penurunan Hb. Pada data obyektif tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori bahwa pada kasus menometroragia akan mengalami penurunan Hb. Analisa Data Pada studi kasus akseptor KB suntik dengan menometroragia mempengaruhi siklus haid menjadi tidak teratur, haid lebih lama yang lama kelamaan akan menimbulkan anemi. Pada kasus akseptor KB menometroragia apabila tidak ditangani segera akan menimbulkan komplikasi anemi karena mengeluarkan banyak darah. Hal ini dikuatkan oleh teori Sarwono 2008 yang menyebutkan bahwa kasus menometroragia akan mengalami penurunan Hb. Pada Analisa data tidak terdapat kesenjangan antara fakta dan teori yang menyebutkan perdarahan haid yang lebih banyak dan lama akan menyebabkan anemi. Penatalaksanaan Pada studi kasus penatalaksanaan yang diberikan pada Ny D P 2002 Akseptor Aktif KB menometroragia, anatara lain memberitahu pada klien dan keluarga hasil pemeriksaan, memberikan penyuluhan tentang efek samping dan penyebab menometroragia, mengajarkan klien tentang vulva hygiene, menganjurkan pada klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, memberikan dukungan moril pada ibu agar tidak cemas, memberikan terapi pada ibu, menganjurkan klien untuk kontrol atau datang 1 minggu lagi dan secepatnya bila ada tanda bahaya yang terjadi. Pada studi kasus Akseptor aktif KB suntik 3 bulan seharusnya diberikan dukungan moril pada ibu agar ibu tidak cemas, dan karena kecemasan dapat memicu terjadinya perubahan psikologis. Pada penatalaksanaan tidak terdapat kesenjangan antara fakta dan teori bahwa pada kasus menometroragia seharusnya diberikan dukungan moril pada ibu. 44

KESIMPULAN Pada kesimpulan didapatkan data melalui data subyektif, data obyektif, analisa data dan penatalaksanaan. 1. Pada data subyektif tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus bahwa perdarahan lebih banyak dan lebih lama pada menometroragia. 2. Pada data obyektif tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus bahwa kasus kb suntik 3 bulan dengan menometroragia akan mengalami penurunan Hb pada menometroragia. 3. Pada Analisa tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada tinjauan pustaka masalah potensial yang akan terjadi pada kb menometroragia adalah anemi pada menometroragia. 4. Pada penatalaksanaan terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus yang menyebutkan dalam penatalaksanaan untuk pemberian dukungan moril pada menometroragia. SARAN 1. Bagi Institusi.Sebagai bahan kepustakaan dan pengetahuan tentang Asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan. 2. Bagi Lahan Praktek. Diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan kepustakaan bagi petugas kesehatan dalam upaya peningkatan pelayanan pada akspektor KB suntik 3 bulan secara baik dan benar. 3. Bagi masyarakat. Menambah wawasan khususnya bagi wanita usia subur tentang keikutsertaan KB suntik 3 bulan dengan menometroragia dan mengetahui efek samping dari penggunaannya. 4. Bagi Rsponden. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan 5. Bagi Peneliti Selanjutnya. Menambah ilmu dan wawasan.. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2012. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes RI JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta : JNPK-KR Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan,dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Mochtar, Rustam. 2008. Sinopsis Obstetri. Jakarta : ECG Sarwono, Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP Sarwono, Prawirohardjo. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP 45

Suherni, dkk. 2010. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya Wiknjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP Saifuddin, Abdul Bari. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : YBPSP Harry, Oxom. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta : Salemba Medika Nugroho. 2010. Pengertian Kesehatan Reproduksi. http://psycologymania.com /2012/09/pengertiankesehatan-reproduksi.html diakses pada tanggal 16 Mei 2014 Suherni, dkk. 2010. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya FK UNPAD. 2010. Obstetri Fisiologi. Bandung : Eleman Sulistyawati, Ani, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta : Salemba Medika Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta : Fitramaya 46